Anda di halaman 1dari 52

OLEH

MUNFAATI, S.Pi
NINIK DWI PRATIWI, S.Pi
Biosecurity
berasal dari kata Bio dan Security

Pengertian :
keamanan organisme yang hidup
suatu kemampuan untuk mencegah kerugian-kerugian
yang ditimbulkan oleh penyakit melalui pemberantasan
patogen penyebab penyakit beserta carriernya.
suatu tindakan yang dapat mengurangi resiko masuknya
penyakit dan penyebarannya dari suatu tempat ke tempat
lainnya
tindakan untuk mengeluarkan pathogen tertentu dari
kultivan yang dibudidayakan di kolam induk, pembenihan,
maupun kolam pembesaran dari suatu wilayah atau negara
dengan tujuan untuk pencegahan penyakit
Tujuan / Manfaat Penerapan biosecurity
Memperkecil resiko ikan yang dibudidayakan terserang
penyakit.
Mendeteksi secara dini adanya bakteri patogen dan bakteri
yang merugikan di lingkungan/perairan.
Mencegah berkembangnya organisme pathogen ke
lingkungan budidaya ikan.
Efisiensi pada waktu, pakan, dan tenaga.
Agar kualitas ikan yang dibudidayakan lebih terjamin.
Dapat memantau kondisi lingkungan yang mengalami
perubahan.
Dapat mencegah kerugian karena kegagalan panen yang
diakibatkan wabah penyakit.
Prinsip dasar aplikasi biosecurity
isolasi dan desinfeksi

1) pengetahuan tentang penyakit yang akan dicegah,


2) daftar penyakit yang dapat dicegah agar tidak masuk ke
dalam hatchery,
3) ketersediaan alat/metode dalam mendeteksi pathogen dan
pelayanan diagnosa,
4) pengontrolan terhadap benih dan atau induk yang
dihasilkan,
5) pengontrolan terhadap lingkungan,
6) managemen dalam pencegahan penyakit serta
7) program pembasmian penyakit bila terjadi wabah.
Biosecurity dikembangkan dengan memperhatikan
prosedur kerja dengan pendekatan Critical Control Point
(CCP).
Dalam penerapannya harus diperhatikan prosedur
mulai dari :
Pengelolaan air, pakan,
penggunaan obat,
pengujian di laboratorium,
pemeliharaan ikan,
ke luar masuknya staf dari dan menuju ruangan
penanganan transportasi baik dari dan menuju
kolam pembesaran
Penerapan biosecurity dapat dilakukan
secara fisik
melalui:
(1) Pengaturan tata letak,
(2) Pengaturan akses masuk ke lokasi unit
pembenihan,
(3) Sterilisasi wadah, peralatan dan ruangan,
(4) Sanitasi lingkungan, dan
(5) Pengolahan limbah hasil kegiatan pembesaran.
CCP adalah spesifik untuk setiap produk dan
proses, tergantung dari :

Lay-out unit pengolahan


Alur proses
Peralatan
Bahan Tambahan
Formula
Program sanitasi
dll
P1. Apakah ada tindakan pencegahan pada tahap ini atau berikutnya
thd hazard yg telah diidentifikasi

Ya Tidak Modifikasi tahap,


proses atau produk

P2. Apakah tahap ini didesain khusus Ya


untuk dpt menghilangkan atau
mengurangi kemungkinan
terjadinya hazard sampai tingkat Apakah pengendalian pada
yg diterima ? tahap ini sangat penting
untuk keamanan

Ya Tidak Tidak

CCP P3 Stop Bukan CCP


P3. Apakah kontaminasi dari hazard yang telah diidentifikasi
melewati tingkat yg diperkenankan atau dapat meningkat
sehingga melebihi batas yang diperbolehkan ??

Ya
P4. Apakah proses selanjutnya akan dapat
menghilangkan bahaya atau mampu Tidak
mengurangi bahaya sampai batas yang
diperbolehkan

Tidak Ya

Stop Bukan CCP


CCP
Prinsip 3 - Penetapan Batas Kritis

Definisi

Batas kritis (Critical Limit) adalah suatu kriteria


yang harus dipenuhi oleh setiap tindakan
pencegahan pada suatu CCP
BATAS KRITIS - CONTOH

Hazard CCP Batas Kritis


Bakteri Pasteurisasi Suhu operasi 161F, waktu
Patogen 15 detik
Parasit Pembekuan Suhu operasi freezer -25C
Bakteri Pengeringan Suhu oven 160F, waktu
patogen dengan oven > 2 jam
Histamin Pendinginan Suhu 4C
Bakteri Penggorengan Suhu minyak 350F, waktu
patogen penggorengan 1 menit,
ketebalan produk 1 cm
Penetapan Batas Kritis

Sumber Informasi

Publikasi Ilmiah
Peraturan Pemerintah
Tenaga ahli
Hasil percobaan, penelitian, dsb
dll
Prinsip 4 Penetapan Prosedur pemantauan/monitoring

Definisi
Pemantauan adalah tindakan yang terencana dan
berurut dari suatu observasi atau pengukuran
untuk mengetahui apakah CCP berada dalam
kontrol, dan untuk meghasilkan catatan yang
akurat untuk keperluan verifikasi
Prinsip 4 Penetapan Prosedur pemantauan/monitoring

Tujuan Pemantauan

Untuk menelusuri operasi dari suatu proses


Untuk mengetahui apakah suatu proses harus
dirubah/disesuaikan
Untuk mengidentifikasi penyimpangan yang
terjadi pada suatu CCP

Untuk menyediakan dokumen tertulis dari


sistem pengendalian proses
Prinsip 4 Penetapan Prosedur pemantauan/monitoring

Prosedur Pemantauan Harus memuat

What (apa yang dipantau)


Mis: suhu cold storage, kadar garam, berat produk
How (bagaimana cara memantau)
Biasanya melalui pengukuran untuk CL yang
kuantitatif atau observasi unt CL yg kualitatif.
When /frequency (kapan pemantauan dilakukan)
Dapat dilakukan secara terus-menerus dgn interval
waktu yg ditetapkan atau sewaktu-waktu
Who (siapa yang melakukan pemantauan)
Personil yang terlatih
Prinsip 4 Penetapan Prosedur pemantauan/monitoring

CCP Hazard Batas Kritis Pemantauan

Apa Bagaimana Frekuensi Siapa

Metal Metal No fragment Metal Pantau Setiap 1 jam Petugas


detecting fragment (Fe 1.5m, sus detector dengan QC
2.5 m) menggunakan
fragment metal
(Fe 1.5m, sus
2.5 m)
Ketika suatu penyimpangan ( deviasi) dari
batas kritis terjadi maka tindakan koreksi harus
dilakukan.

Definisi
Tindakan koreksi adalah prosedur yang harus
diikuti ketika suatu penyimpangan atau
kesalahan untuk memenuhi batas kritis terjadi
Tujuan

Untuk mengoreksi dan menghilangkan


penyebab penyimpangan dan mengembalikan
kontrol proses.
Untuk mengidentifikasi produk yang
dihasilkan selama proses yang menyimpang
dan menentukan disposisinya.
Tahapan Identifikasi Produk dan Disposisinya

Tahap I : Tentukan apakah produk mengandung


hazard keamanan
* Berdasarkan evaluasi tenaga ahli
* Berdasarkan pengujian secara fisik, khemis
atau mikrobiologi

Tahap II : Jika berdasarkan evaluasi pada tahap I


tidak ditemukan hazard, maka produk boleh
dikeluarkan (release).
Tahapan Identifikasi Produk dan Disposisinya

Tahap III : Jika hazard ditemukan berdasarkan


evaluasi pada tahap I, tentukan apakah produk
dapat :
* Diproses kembali
* Dialihkan untuk penggunaan yang aman

Tahap IV : Jika produk yang mengandung


hazard tidak dapat ditangani sebagaimana tahap
III, maka produk harus dihanguskan
Catatan (record) tindakan koreksi harus memuat :

Identifikasi produk (mis. Diskripsi produk,


jumlah produk yang ditahan)
Diskripsi penyimpangan
Tindakan koreksi yang dilakukan termasuk
disposisi produk yang terpengaruh
Nama indivisu yang melakukan tindakan koreksi
Hasil evaluasi (jika diperlukan)
Contoh :

CCP Hazard Critical Monitoring Corrective Action


Limit
What How When Who

Metal Metal No fragment Metal Melewatkan Setiap 1 Petugas - Perbaikan/penggantian


detection fragment (Fe 1.5m, detector metal tester jam QC alat
sus 2.5 m) pada metal - Recall product (check
detector
ulang)
Catatan (Record) yang harus disimpan sebagai
bagian dalam sistem HACCP

Rancangan HACCP dan dokumen penunjang


yang digunakan dalam pembuatan rancangan
Catatan hasil pemantauan CCP
Catatan tindakan koreksi
Catatan aktifitas verifikasi
Semua catatan (record) harus dalam bentuk
formulir yang memuat :

* Judul Formulir * Batas kritis


* Nama perush & * Tanda tangan / paraf
lokasi operator
* Tanggal & waktu * Ttd / paraf pemeriksa
* Identifikasi produk * Tanggal pemeriksaan
* Hasil observasi /
pengukuran
contoh penerapan biosecurity dari jenis kegiatan
usaha budidaya lele sangkuriang
ditujukan pada dua hal, yaitu
1. upaya pencegahan
Sanitasi Kolam (methyline blue dengan dosis 20 ppm dan dibiarkan selama 2 jam )
Sanitasi Perlengkapan dan Peralatan
(merendam peralatan dalam larutan PK atau larutan kaporit selama 30-60 menit. )
Sanitasi Induk Ikan dan benih ikan
( merendam benih dalam larutan methyline blue 20 ppm 10-15 menit )
(ekstrak cairan rimpang kunyit dengan dosis 15 ppm selama 30-60 menit )
Menjaga Lingkungan Budidaya

2. upaya pengobatan
Pencelupan
Perendaman
Usapan/olesan
Pemberian obat melalui pakan
Penerapan Biosecurity pada manusia :
Penerapan Biosecurity untuk mencegah hewan
liar masuk lahan budidaya:

Penerapapan
Multiple Screening
di Tambak

Penerapan jaring
pencegah kepiting

Crab Protecting Wall


Penerapan Biosecurity untuk mencegah hewan
liar masuk lahan budidaya:

Bird Scaring Line

Setiap selesai
menggunakan
peralatan di
tambak/lahan
perikanan, peralatan
tersebut harus
dicuci dan
dikeringkan.
Penerapan Biosecurity
Kondisi Alam

Lokasi
pertambakan di
bawah garis
pasang surut,
sehingga air
pasang bisa
masuk ke tambak
dan ada potensi
terjadi
kontaminasi.

Lokasi tambak berpasir, porous, sehingga bisa terjadi kontaminasi silang


antar tambak atau antara tambak dengan kanal distribusi.
Upaya Pencegahan kontaminasi penyakit
Sistem budidaya terbuka
(Open System) lebih besar
kemungkinan terjadi
kontaminasi, baik secara
mikrobiologis maupun
kimiawi. Carrier bisa
masuk ke dalam sistem
melalui air.
CBIB / CPIB
4 Aspek yang harus diperhatikan DALAM
PENERAPAN cbib / cpib

1. aspek teknis,
2. aspek manajemen,
3. aspek keamanan pangan dan
4. aspek lingkungan.
aspek teknis

kelayakan lokasi kelayakan fasilitas


gudang penerapan biosecurity.
bebas banjir sumber air, pakan dan
dan bebas gudang membuat pagar keliling, foot
cemaran, sumber air
peralatan bath, sebelum memasuki
juga harus
yang layak, ruang pembenihan, pencuci
diperiksa roda mobil/motor di pintu
laboratorium sarana
gerbang dsb
untuk pengemasan
mengetahui Benih ikan harus berasal
kandungan dari unit pembenihan
logam berat yang bersertifikasi CPIB,
dibuktikan dengan Surat
dan bakteri
Keterangan Asal (SKA)
coliform
Benih Ikan
Aspek Managemen

struktur organisasi
dan manajemen pengolahan data untuk
dokumentasi dan rekaman

(SOP) atau Instruksi Kerja


dilengkapi formulir isian untuk
mengumpulkan data yang
diperlukan selama proses
pemeliharaan
rekaman diantaranya adalah pembelian
pakan, pengolahan kolam, data kematian,
pemberian pakan, pemeriksaan kualitas air
Aspek keamanan pangan

Menggunakan pakan sudah


obat-obatan yang pakan buatan sendiri,
disertifikasi
sudah mendapat maka pembudidaya
ijin dari
Kementerian harus bisa
Kementerian Kelautan dan menjelasakan tentang
Kelautan dan Perikanan bahan, formula serta
Perikanan proses produksi pakan
tersebut dan juga
memberikan sejumlah
sampel pakan yang
diproduksi untuk
dianalisis di
laboratorium.
Aspek lingkungan

jaminan bahwa kegiatan


budidaya/pembenihan ikan
kita tidak mencemari
lingkungan sekitar

Dilakukan
dengan cara
mengendapkan air buangan dari proses
budidaya/pembenihan ikan kita dalam
sebuah bak sebelum dibuang ke perairan
umum.
SERTIFIKAT CBIB / CPIB
Syarat sertifikasi CBIB,
Lokasi bebas banjir dan cemaran;
Air tersedia sepanjang tahun dan tidak tercemar;
Menerapkan biosecurity;
Pakan bersertifikat /melampirkan bahan/formula dan
menyerahkan sampel apabila menggunakan pakan
buatan sendiri;
Benih memiliki Surat Keterangan Asal (SKA);
Mempunyai (SOP) dari pengolahan kolam, pengadaan
benih, sampai dengan panen;
SERTIFIKAT CBIB / CPIB
Syarat sertifikasi CPIB
1. Surat keterangan dari Desa;
2. Lokasi bebas banjir dan cemaran;
3. Air tersedia sepanjang tahun dan tidak tercemar
4. Fasilitas unit lengkap (ada gudang, tempat pengemasan dsb)
5. Menerapkan biosecurity;
6. Pakan bersertifikat, atau melampirkan bahan/formula dan
menyerahkan sampel apabila menggunakan pakan buatan
sendiri;
7. Induk memiliki Surat Keterangan Asal (SKA);
8. Mempunyai (SOP) dari pengolahan kolam, pengadaan induk,
pemeriksaan kesehatan ikan, emeriksaan kualitas air, sampai
dengan panen dan pengemasan;
9. Mempunyai data rekaman selama proses produksi;
Silvofishery
Silvofishery
Intertidal Zone

High
Tide
Line
Low Tide Line
Silvofishery
Mangrove Silvofishery adalah
adalah kumpulan suatu pola agroforestri
tumbuhan tropis/sub- yang digunakan dalam
tropis yang hidup pelaksanaan program
didaerah intertidal. perhutanan sosial di
kawasan hutan
mangrove

Prisip Silvofishery adalah perlindungan tanaman mangrove


dengan memberikan hasil di sektor perikanan dikenal juga
dengan sebutan Wanamina
Silvofishery
Silvofishery
Silvofishery :: perpaduan
antara tanaman mangrove
(hutan) dengan budidaya
perikanan
Komoditas seperti
kepiting
bakau,ikan bandeng, udang
windu, udang vanamei, ikan
patin, ikan kakap, rumput
laut.
Fungsi mangrove

Angin

Air
Perumahan penduduk
tipe tambak silvofishery
model empang parit
lahan untuk hutan bakau dan empang masih menjadi satu
hamparan yang diatur oleh satu pintu air

komplangan, tanggul
lahan untuk hutan mangrove dan empang terpisah dalam
dua hamparan yang diatur oleh saluran air dengan dua
pintu yang terpisah untuk hutan mangrove dan empang

model jalur
modifikasi dari tambak wanamina model empang parit
dengan penambahan saluran-saluran di bagian tengah yang
berfungsi sebagai empang.
model empang parit
komplangan, tanggul
Berdasarkan 3 pola silvofishery dan pola yang
berkembang di masyarakat, direkomendasikan
pola silvofishery kombinasi empang parit dan
tanggul.
Pemilihan pola ini didasarkan atas pertimbangan:
1. Penanaman mangrove di tanggul bertujuan
untuk memperkuat tanggul dari longsor,
sehingga biaya perbaikan tanggul dapat ditekan
dan untuk produksi serasah.
2. Penanaman mangrove di tengah bertujuan
untuk menjaga keseimbangan perubahan
kualitas air dan meningkatkan kesuburan di
areal pertambakan.
Keuntungan ganda yang pembudidaya dapatkan dari
penerapan konsep wanamina / SILVOFISHERY
lebih terjamin keberlanjutannya
walaupun produktivitas jauh lebih
kecil

daya dukung lahan lebih terjaga


karena memegang prinsip ramah
lingkungan

produk yang dihasilkan lebih aman


karena tidak menggunakan pakan
dan obat-obat kimiawi (organik)
mampu menghasilan usaha turunan,
antara lain eco-wisata (wisata wanamina),
UMKM untuk pengolahan makanan dari
buah mangrove (kripik dan sirup).
Mangrove yang digunakan pada sistem silvofishery
ini adalah Avicennia dan Rhizophora.
Luas permukaan air di dalam tambak budidaya jenis mang-rove
yang biasanya ditanam di tanggul adalah Rhizophora sp. dan
Xylocarpus sp.
Sedangkan untuk di tengah/pelataran tambak adalah Rhizophora
sp.
Jarak tanam mangrove di pelataran umumnya 1m x 2m pada saat
mangrove masih kecil.
Setelah tumbuh membesar (4-5 tahun) mangrove harus dijarangkan.

Tujuan penjarangan ini


1. untuk memberi ruang gerak yang lebih luas bagi komoditas
budidaya.
2. sinar matahari dapat lebih banyak masuk ke dalam tambak dan
menyentuh dasar pelataran, untuk meningkatkan kesuburan
tambak.
pemeliharaan bandeng dan udang liar dapat
dihasilkan keuntungan sebesar Rp. 5.122.000,- ha/tahun untuk 2 kali
panen setiap tahun.

Pola komplangan menunjukkan perbandingan relatif lebih baik


daripada pola empang parit

pola empang parit menghasilkan bandeng pada


usia 3 bulan dengan berat rata-rata 1 Kg lebih berat
dibandingkan dengan pola komplangan.
Mangrove Lestari, Pantai
Terlindungi

www.themegallery.com

Anda mungkin juga menyukai