Kelas A
SylviIstiqhomah 1211011013
Lora Rahmatika 1211012020
Fauriza Rivandra 1211012037
Rizky Ananda 1211013012
Intan Nedia Putri 1211013028
Tujuan metabolisme obat
pengubahannya yang sedemikian rupa
hingga mudah diekskresi ginjal,dalam hal
ini menjadikannya lebih hidrofil.
(Shargel Ed 5,2005)
Pada umumnya obat dimetabolisme oleh enzim
mikrosom di retikulum endoplasma sel hati. Pada
proses metabolisme molekul obat dapat berubah
sifat antara lain menjadi lebih polar. Metabolit yang
lebih polar ini menjadi tidak larut dalam lemak
sehingga mudah diekskresi melalui ginjal.
Metabolit obat dapat lebih aktif dari obat asal
(bioaktivasi), tidak atau berkurang aktif
(detoksifikasi atau bio-inaktivasi) atau sama
aktifitasnya. (Shargel Ed 5,2005)
Dalam hati, dan sebelumnya juga di saluran
lambung-usus, seluruh atau sebagian obat
mengalami perubahan kimiawi secara enzimatis
dan pada umumnya, hasil perubahannnya
(metabolit) menjadi tidak atau kurang aktif lagi.
Proses ini juga disebut proses detoksifikasi atau
bioinaktivasi (first pass effect). Ada juga obat yang
khasiat farmakologinya justru diperkuat (bio-
aktivasi). Oleh karena itu, reaksi metabolisme di
hati dan beberapa organ lain, lebih tepat disebut:
biotransformasi. (Shargel Ed 5,2005)
Contoh obat yang menjadi lebih aktif oleh
biotransformasi:
- Kortison dan prednison kortisol dan
prednisolon
- Fenasetin dan klorahidrat parasetamol dan
trikloretanol.
(Shargel Ed 5,2005)
Reaksi transformasi
Yaitu perombakan didalam hati terutama
dilakukan oleh enzim-enzim mikrosomal.
3. Usia
Pada bayi yang baru dilahirkan, semua enzim
hati belum terbentuk lengkap, sehingga reaksi
metabolismenya lebih lambat. Untuk
menghindarkan overdose, obat perlu diturunkan
dosisnya. Sebaliknya ada obat2xan yang
metabolismenya pd anak2x berlangsung llebih
cepat, spt obat antiepilepsi fenitoin,
fenobarbital, karbamazepin (Shargel Ed 5,2005)
4. Manula
mengalami kemunduran pada banyak proses
fisiologisa a.l.: fungsi ginjal, enzim2x hati
berkurang, yang dapat menyebabkan
terhambatnya biotransformasi, yg sering berefek
keracunan
5. Faktor genetis
ada orang yg tidak memiliki faktor genetis
tertentu, mis. Enzim untuk asetilasi sulfadiazin,
akibatnya perombakan obat ini menjadi lambat.
(Shargel Ed 5,2005)
6. Penggunaan obat lain
Banyak obat yang bersifat lipofil dapat
menstimulir pembentukan dan aktivasi
enzim hati. Hal ini disebut induksi enzim,
dan yang menghambat enzim disebut
inhibitor enzim (Shargel Ed 5,2005)
Plasma half-life mrpk ukuran untuk lamanya
efek obat, maka t1/2 bersama grafik kadar-
waktu penting sekali sebagai dasar untuk
menetukan dosis dan frekwensi pemberian
obat yang rasional, dgn kata lain: berapa kali
sehari sekian mg. Ansel,H.C,.(1989).
Dosis yang terlalu tinggi atau terlalu frekuen
dapat menimbulkan efek toksik, sedangkan
dosis terlampau rendah atau terlalu jarang
tidak menghasilkan efek, bahkan pada
kemoterapeutik dapat menimbulkan resistensi
kuman. Ansel,H.C,.(1989).
Obat dengan half-life panjang, lebih dari 24
jam, pada umumnya cukup diberikan dosis
(pemeliharaan) satu kali sehari, tidak perlu
sampai 2-3 kali sehari, misalnya digoksin.
a. Reaksi fasa I
1. Reaksi oksidasi.
Oksidasi gugus aromatic, ikatan rangkap, atom C benzilik
dan alilik, atom C dari gugus karbonil dan imin.
Oksidasi atom C alifatik dan alisiklik.
Oksidasi sistem C-N, C-O, dan C-S
Oksidasi alcohol dan aldehid
Reaksi oksidassi lain. (Shargel, Leon, B.C.YU, Andrew.2005).
2. Reaksi reduksi.
Secara langsung memasukan gugus fungsional. Contoh: hidroksilasi senyawa aromatik dan alifatik.
Memodifikasi gugus fungsional yang ada dalam struktur molekul, contoh: reduksi gugus keton atau aldehid
menjadi alcohol. Fasa ini dapat menghasilkan suatu gugus fungsional yang mudah terkojugasiatau mengalami
reaksi fasa II.
b. Reaksi fase II
Konjugasi asan glukuronat, konjugasis sulfat, konjugasi dengan glisin dan glukamin, konjugasi dengan
glukation/asam merkaturat.
c. Reaksi asetilasi.
d. Reaksi metilasi.