Anda di halaman 1dari 10

“ANALISIS KASUS WAMENA ”

Nama Kelompok:
Siti Nur Asiyah (1702129)
Siwi Tri Wulandari (1702120)
Sulistya Pratama (1702121)
Susi Erawati (1702122)
Teguh Prihatin (1702123)
Uus Sheila O (1702124)
Wulan Winahyusiwi (1702126)
Yuliani Ayu S. P (1702127)
Zogy Pangestu (1702128)
Rina Prabawani (1702129)
Penyebab Kasus Wamena

 Tanggal 23 September 2019, terjadi kerusuhan


hebat di Wamena, Papua. Kerusuhan ini di
picu adanya isu seorang guru SMA PGRI yang
disebut melecehkan muridnya dengan
perkataan benada rasial.
 Tanggal 18 September 2019 seorang guru
pengganti meminta murid nya untuk
berbicara keras. Namun, kata keras disini
terdengar seperti “Kera”. Sehingga hal ini
menjadi pemicu kerusuhan wamena pada
hari senin 23/09/2019.
Pandangan Komnas HAM
dalam Kasus Wamena

 Komnas HAM yang berada di papua


memandang ini adalah peristiwa yang
memang harus segera ditangani. Dan kasus
ini merupakan pelanggaran HAM dengan
indikasi :
 1. pembunuhan
 2. penyiksaan warga sipil yang menimbulkan
kematian
 3. penggunaan senjata api dan senjata
tajam
 Komnas HAM memandang bahwa para perusuh ini
bukan berasal dari wamena asli, karena terbukti
banyak warga wamena yang tidak mengenali
wajah para perusuh dan warga wamena pun
banyak yang menjadi korban.
 Data yang ada bahwa terdapat 33orang tewas, 77
jiwa terluka, 2245 mobil terbakar, 150 motor
terbakar, 165 rumah rusak, 20 perkantoran rusak,
456 tempat usaha rusak. Angka kerusakan dan
kerugian ini sudah tentu akan merugikan warga
wamena sendiri.
Krisis Logistik Kasus Wamena

 Pengungsi Wamena hingga kini


mencapai 7.278 orang. Mereka tinggal di
beberapa titik pengungsian
 Para pengungsi kesulitan mendapat lauk
pauk
 Pengungsi membutuhkan perlengkapan
bayi
 Pengungsi juga memerlukan pakaian
dalam hingga pembalut
Melemahnya Bhineka Tunggal
Ika

 Bhinekatunggal ika adalah perekat bagi


bangsa indonesia. Namun nyata nya
pada kasus wamena ini bhineka tunggal
ika malah justru melemah. Banyak
tindakan rasis yang terjadi dan semakin
banyak juga hoax yang di sebar luaskan.
Bhineka tunggal yang seharusnya
menyatukan perbedaan kini malah
ternodai karena adanya hoax rasis.
Melemahnya Nilai Persatuan
Pancasila

 Sebuah kejadian yang tidak bisa dianggap biasa,


sebab toleransi sebagai ruh dari Bhineka Tunggal Ika,
nyata-nyata telah cidera. Isu-isu SARA (suku, agama,
ras dan antar golongan) yang selama ini terjaga,
kembali dimainkan, sebagai pemecah belah
bangsa
 Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, harus
kembali diuji kosistensi dan kesaktiannya. Tragedi
Wamena yang telah merenggut nyawa sebagian
dari masyarakat Indonesia atas ulah beberapa anak
bangsa sendiri, adalah bukti nyata bagaimana
"Persatuan Indonesia" sebagai wujud dari sila ke tiga
Pancasila, hanyalah slogan semata.
Fakta Kerusuhan Wamena
 Waktu Kerusuhan
Kerusuhan terjadi di Wamena, Senin (23/9/2019) pukul 09.00 WIT. Sejumlah
bangunan seperti rumah dinas, ruko, dan kantor bupati dibakar massa.
Sebelumnya kerusuhan juga terjadi Jumat (16/8) lalu.
 Diduga Dipicu Hoax Rasis
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan
Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (23/9/2019) menduga
demo yang berakhir rusuh di Wamena dipicu oleh hoax bernada rasis.
 Jumlah Korban
Kerusuhan di Papua menyebabkan ratusan korban. Hal ini diungkapkan
Gubernur Papua Lukas Enembe mengatakan. Lukas menyampaikan
dukacita kepada keluarga korban. Lukas mengatakan aksi anarkistis itu
terjadi tiba-tiba tanpa diketahui pemerintah.
o Eksodus Warga Luar Papua
Kerusuhan di Wamena menyebabkan warga luar Papua minta dievakuasi.
Seratusan warga asal luar Papua atau pendatang dievakuasi keluar oleh
TNI dari Wamena. Mereka dievakuasi ke kampung halaman masing-masing
karena kondisi di Wamena sedang tidak kondusif pasca-rusuh pada Senin.
Wamena Berdarah, Pemerintah dimana?

 Wamena telah meneyebabkan 33orang tewas, 77 jiwa terluka,


2245 mobil terbakar, 150 motor terbakar, 165 rumah rusak, 20
perkantoran rusak, 456 tempat usaha rusak. Angka kerusakan
dan kerugian ini sudah tentu akan merugikan warga wamena
sendiri.
 Sepanjang dalam pangkuan Indonesia, janji-janji perbaikan
ekonomi faktanya tak mampu memberikan pemerataan
kesejahteraan. Apalagi martabat pemerintah gagal membangun
SDM Papua agar kualifikasinya merata dan setara hingga mampu
mandiri membangun wilayahnya. Harapan itu jelas sulit dipenuhi
oleh rezim yang hanya bekerja untuk para pemilik kapital, kepada
mereka yang berani bayar.
YOGOTAK HABULUK MUTUK HANOROGO

MATUR TENGKIYUUU

Anda mungkin juga menyukai