Anda di halaman 1dari 15

ASKEP KRITIS PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER
SINDROME KORONER AKUT

DISUSUN OLEH :
Elisa Wahyu Ananda (18.029)
Febby Dibyo Nugroho (18.030)
Hana Putri Setyani (18.032)
Hasyim Budi Suarso (18.033)
LANDASAN TEORI
Definisi
 Sindrome koroner akut merupakan suatu keadaan gawat
darurat jantung dengan manifestasi klinis berupa perasaan
tidak enak di dada atau gejala lain sebagai akibat iskemia
miokard. Sindrom ini menggambarkan suatu penyakit yang
berat, dengan mortalitas tinggi.
 Mortalitas tidak tergantung pada besarnya prosentase stenosis
(plak) koroner, namun lebih sering ditemukan pada penderita
dengan plak kurang dari 50-70% yang tidak stabil, yaitu fibrous
cap’dinding (punggung) plak’ yang tipis dan mudah erosi atau
ruptur.
Manifestasi klinis
 Mual
 Muntah
 Sesak nafas
 Tiba-tiba berkeringat, berat (diaforesis)
 Nyeri ditempat lain ditubuh, seperti lengan atas kiri atau rahang (nyeri alih)
 Nyeri dada (angina) yang terasa seperti terbakar, tekanan atau sesak dan
berlangsung beberapa menit atau lebih lama
Etiologi
Menurut Cowle MR, Dar O (2008), penyebab gagal jantung dapat diklasifikasikan
dalam enam kategori utama :
 Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas miokars, dapat disebabkan
oleh hilangnya miosit (infark mimokard) kontraksi yang tidak terkoordinasi (left
bundle branch block), berkurangnya kontraktilitas (kardiomiopati).
 Kegagalan yang berhubungan dengan overload (hipertensi)
 Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas katup.
 Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme jantung (takikardi).
 Kegagalan yang disebabkan abnormalitas perikard atau efusi perikard
(tamponade)
 Kelainan kongenital jantung
Patofisiologi
 SKA dimulai dengan adanya ruptur plak arteri koroner, aktivitas
kaskadepembekuan dan platelet, pembentukan trombus, seta aliran darah
koroner yang mendadak berkurang
 Setelah plak mengalami ruptur maka tissue faktor jaringan dikeluarkan dan
bersama faktor vila membentuk tissue factor vila complex mengaktifkan
faktor adanya adesi platelet, aktivasi, dan agregasi, menyebabkan
pembentukan arteri koroner
 Fase selanjutnya ialah terjadinya vasokontraksi arteri koroner akibat
disfungsi endotel ringan dekat lesi atau respons terhadap lesi itu.
Pemeriksaan penunjang
 Elektrokardiografi (EKG), membantu menentukan area jantung dan arteri koroner mana yang terlibat
 Ekokardiografi, menunjukan keabnormalan pergerakan dinding ventrikular dan mendeteksi ruptur
otot papiler atau septal
 Rangkaian kadar enzim kardiak dan protein, menunjukan kenaikan khas CK-MB, protein troponin T
dan I serta mioglobin
 Sinar X dada, menunjukan gagal jantung sisi kiri, kardiomegali atau menyebab mom kardiak lain
terhadap dispnea serta nyeri di dada
 Ekokardiografi transesofegeal, memperhatikan area berkurangnya pergerakan dinding otot jantung
yang mengindikasikan iskemia
 Scan citra nuklir menggunakan thalium 201 atau technetium 99 m untuk mengidentifikasi area
infarksi dan sel otot yang aktif
 Penguji laboratoris, memperhatikan jumlah sel darah putih yang meningkat dan tingkat sedimentasi
eritrosit berubah dalam tingkat elektrolit yang naik
 Kateterisasi kardiak, untuk mengetahui arteri koroner yang berlibat, memberikan informasi mengenai
fungsi ventrikular serta tekanan dan volume didalam jantung.
Angka Kejadian SKA
 Beberapa juta pasien nyeri dada dicurigai menderita Sindrone Koroner Akut
(SKA) tetapi hanya sekitar 10% yang di diagnosis dengan Infark miokard
Akut (IMA). Sampel penelitian beruoa serum 40 pasien dengan keluhan nyeri
dada. Hasil yang diketahui pasien nyeri dada dengan dugaan SKA 27 orang
(67,6%) sedangkan pasien nyeri dada non-SKA 13 orang (32,5%).
 Sampel penelitian pasien SKA terbanyak berjenis kelamin laki-laki 20 orang
sebesar (74,07%) dan berada pada rentang usia 39-76 tahun. Pasien SKA
perempuan hanya 7 orang (25,93%) berada pada rentang usia 47-78 tahun.
FORMAT ASUHAN
KEPERWATAN
PENGKAJIAN
 PEMERIKSAAN FISIK  PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tampilan Umum 1. EKG (Electrocardiogram)


2. Denyut Nadi dan Tekanan Darah 2. Tes Darah
3. Pemeriksaan jantung 3. Coronary Angiography
4. Pemeriksaan paru
Diagnosa Keperawatan
Nyeri dada b.d. penurunan suplay
oksigen ke miokard sekunder terhadap
IMA
Penurunan curah jantung
Gangguan keseimbangan elektrolit :
hipokalemia
INTERVENSI
No DX Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri dada b.d. Klien dapat beradaptasi 1. Anjurkan klien untuk istirahat
penurunan suplay dengan nyeri setelah (R: istirahat akan memberikan ketenangan sebagai salah satu
oksigen ke miokard mendapat perawatan 1x24 relaksasi klien sehingga rasa nyeri yang dirasakan berkurang,
sekunder terhadap IMA jam Nyeri berkurang setelah selain itu dengan beristirahat akan mengurangi O2 demand
  intervensi selama 10 menit sehingga jantung tidak berkontraksi melebihi kemampuannya)
dengan kriteria hasil : 2. Motivasi teknik relaksasi nafas dalam
1) Skala nyeri berkurang (R: relaksasi napas dalam adalah salah satu teknik relaks dan
2) Klien mengatakan distraksi, kondisi relaks akan menstimulus hormon endorfin
keluhan nyeri berkurang yang memicu mood ketenangan bagi klien)
3) Klien tampak lebih 3. Kolaborasi analgesik ASA 1 x 100 mg
tenang (R: Analgesik akan mengeblok nosireseptor, sehingga respon
  nyeri klien berkurang)
4. Evaluasi perubahan klien: Nadi, TD, RR, skala nyeri, dan
klinis
(R: mengevaluasi terapi yang sudah diberikan)
INTERVENSI
2. Penurunan curah Curah jantung 1. Berikan posisi kepala (lebih tinggi dari ekstrimitas)
jantung meningkat setelah (R: posisi kepala lebih tinggi dari ekstremitas (30 o) memperlancar
untervensi selama 1 aliran darah balik ke jantung, sehingga menghindari bendungan vena
jam dengan Kriteria jugular, dan beban jantung tidak bertambah berat)
hasil : 2. Motivasi klien untuk istirahat (bed rest)
a. TD normal, 100/80 (R: beristirahat akan mengurangi O2 demand sehingga jantung tidak
-140/90 berkontraksi melebihi kemampuannya)
b. Nadi kuat, regular 3. Berikan masker non reservoir 8 lt/mnt
  (R: pemberian oksigen akan membantu dalam memenuhi kebutuhan
oksigen dalam tubuh)
4. Kolaborasi medikasi: Pemberian vasodilator captopril, ISDN,
Pemberian duretik furosemid
(R: vasodilator dan diuretic bertujuan untuk mengurangi beban
jantung dengan cara menurunkan preload dan afterload)
5. Evaluasi perubahan: TD, nadi, dan klinis
(R: mengevaluasi terapi yang sudah diberikan dan sebagai perbaikan
intervensi selanjutnya)
INTERVENSI
3. Gangguan Terjadi keseimbangan elektrolit 1. Pantau TD dan nadi lebih intensif
keseimbangan elektrolit setelah intervensi 1 jam (R: penurunan Kalium dalam darah berpengaruh pada
: hipokalemia dengan kriteria hasil: kontraksi jantung, dan hal ini mempengaruhi Td dan
a TD normal (100/80 – 140/90 nadi klien, sehingga dengan memantau lebih intensif
mmHg) akan lebih waspada)
b Nadi kuat 2. Anjurkan klien untuk istirahat
c.Klien mengatakan kelelahan (R: beristirahat akan mengurangi O2 demand sehingga
berkurang jantung tidak berkontraksi melebihi kemampuannya)
d Nilai K normal (3,8 – 5,0 3. Kolaborasi pemberian kalium : Kcl 15 mEq di oplos
mmmo/L) dengan RL (500 cc/24 jam) dan Pantau kecepatan
pemberian kalium IV
(R: koreksi Kalium akan membantu menaikkan kadar
Kalium dalam darah)
4. Evaluasi perubahan klien: TD, nadi, serum
elektrolit, dan klinis
(R: untuk mengevaluasi terapi yang sudah diberikan
dan untuk program intervensi selanjutnya)
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai