Anda di halaman 1dari 33

Pleno skenario 1

Blok 18

Kelas A-04
Anggota kelompok

Misbahul Badri (1707101010121)


Muhammad Dicky Farrastama (1707101010145)
Yurna Desi (1707101010033)
Cut Refida Sari (1707101010131)
Qatrunnada Rizaldi (1707101010130)
Wan Dwi Ulan (1707101010062)
Safitri Suciyanti (1707101010094)
Febby Mutia Safira (1707101010083)
Rifqatunnisak (1707101010177)
Nur Nadia (1707101010116)
Rahmatul Husna (1707101010050)
I. DENTIFIKASI ISTILAH:
Kesemutan/Parastesia
Xantelasma
Obesitas
Lemak Jenuh
Lemak Trans
Trigliserida
Olahraga Aerobik

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.
Kesemutan/Parastesi: Adanya suatu sensasi pada permukaan tubuh tertentu
yang tidak dipicu oleh rangsangan dari luar, terjadi jika terjadi iritasi pada serabut
saraf sehingga menghasilkan rasa yang disebut kesemutan. Kesemutan
merupakan suatu gejala manifestasi dari gangguan sistem saraf sensorik akibat
adanya rangsangan listrik pada sistem yang tidak tersalurkan.

Xantelasma: Plak kekuningan akibat gumpalan lemak yang muncul di kelopak


mata. Plak kekuningan ini muncul di bagian sudut mata (canthus) dalam yang
dekat dengan hidung, baik di kelopak mata atas maupun bawah
.
Obesitas: Suatu gangguan yang melibatkan lemak tubuh berlebihan yang
meningkatkan risiko masalah kesehatan, sering kali terjadi karena kalori yang
masuk lebih banyak daripada yang dibakar melalui olahraga dan kegiatan normal
sehari hari.
Lemak Jenuh: Lemak yang terdiri dari trigliserida dengan hanya asam
lemak jenuh. Asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan rantai ganda di
antara atom-atom karbonnya sehingga disebut penuh dengan hidrogen.

Lemak Trans: Salah satu jenis lemak tak jenuh yang umum ditemukan
di alam namun bisa disintesis secara buatan.

Trigliserida: Ester dari alkohol gliserol dengan asam lemak, merupakan


bentuk simpanan lemak di dalam tubuh yang berfungsi sebagai sumber
energi.

Olahraga Aerobik: Jenis olahraga yang merangsang denyut jantung dan


laju pernapasan agar meningkat dengan cepat selama sesi olahraga,
sering dikenal kardio, yaitu olahraga yang membutuhkan oksigen untuk
dikirim ke bagian otot yang bekerja
Identifikasi konsep:

Sindroma Metabolik
Displidemia

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.
II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana hasil interprestasi hasil lab pada Tn. I?


2. Apa saja penyebab dari kesemutan?
3. Apa saja kemungkinan penyebab kelainan yang dialami Tn. I ? serta
penegakkan diagnosanya?
4. Jenis steroid apa yang mungkin digunakan Tn. I untuk membentuk
tubuhnya pada skenario ?
5. Apa perbedaan dari lemak jenuh dengan lemak trans?
1.Bagaimana hasil interprestasi hasil lab pada Tn. I?

● IMT : 24,4 ( Normal ): Pernah obes, kisaran BB 3 ● Kolesterol total : 287 mg/dl ( Abnormal )
tahun terakhir 72-80 kg - Normal : < 200 mg/dl
( Berdasarkan Depkes RI) - Borderline : 200 – 239 mg/dl
Underweight​: < 18,5 - Tinggi : > 240 mg/dl
Normal​: 18,5 – 24,9 ● Trigliserida : 297 mg/dl ( Abnormal )
Pre Obese ​: 25 - 27 - Normal : < 150 mg/dl
Obesitas ​: >27 - Tinggi : > 200 mg/dl
IMT 3 tahun yg terakhir : Terberat 80 kg = 26,1 ( Pre- ● Kolesterol HDL : 39 mg/dl ( Abnormal )
obese ) - Normal : > 40 mg/dl
● Lingkar Perut : 87 cm ( normal ) tidak > 90 cm - Rendah : < 40 mg/dl
● KGD puasa : 99 mg/dl ( normal ) ● Kolesterol LDL : 189 mg/dl ( Abnormal )
• Sebelum makan: sekitar 70-130 mg/dL - Normal : < 100 mg/dl
• Dua jam setelah makan: kurang dari 140 mg/Dl - Abnormal : > 100 mg/dl
• Setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya
delapan jam: kurang dari 100 mg/dL
• Menjelang tidur: 100 – 140 mg/Dl
2. Apa saja penyebab dari kesemutan?

Penyebab parestesia (kesemutan) tidak selalu bisa dipastikan. Kesemutan yang


terjadi sementara disebabkan oleh tekanan pada saraf atau terhambatnya sirkulasi
darah. Kondisi tersebut bisa terjadi ketika menekuk kaki terlalu lama, misalnya saat
duduk bersila, atau ketika tidur dengan tangan tertindih.
Kesemutan juga bisa terjadi pada orang yang aktivitasnya melibatkan gerakan
berulang, misalnya pemain biola atau atlet tenis. Sedangkan kesemutan yang terjadi
secara berkepanjangan dapat menjadi tanda adanya suatu penyakit, seperti:
Kekurangan vitamin B12, Penyakit infeksi, seperti HIV/AIDS, herpes zoster, hepatitis
B, hepatitis C, dan penyakit Lyme, Penyakit sistem kekebalan tubuh, seperti lupus,
sindrom Sjögren, sindrom Guillain-Barré, penyakit celiac, dan rheumatoid arthritis,
serta Efek samping obat-obatan kemoterapi, obat antikejang, dan obat untuk
HIV/AIDS.
3. Apa saja kemungkinan penyebab kelainan yang dialami Tn. I ? serta
penegakkan diagnosanya?
 
Tuan I megalami hiperkolesterolemia atau kolesterol tinggi, ataupun
Dislipidemia.
Penyakit yang kemungkinan dapat timbul akibat kolesterol tinggi adalah  serangan
jantung dan stroke merupakan penyakit yang mengintai pengidap kolesterol tinggi
yang diakibatkan adanya pengendapan kolesterol berlebihan pada pembuluh darah.

Kemungkinan kelainan yang di alami Tn. I adalah Peripheal Arterial Disease


(PAD) atau penyakit arteri perifer, kondisi dimana aliran darah ke tungkai tersumbat
akibat penyempitan pembuluh darah yang berasal dari jantung. Dampaknya ,
tungkai yang kekurangan pasokan darah akan terasa sakit, terutama saat berjalan.
Seperti keluhan Tn. I yang sesekali merasakan kesemutan di jari-jari tangan, dan
nyeri di leher belakang atau di bagian punggung.
Penegakkan Diagnosis:

Penegakkan diagnosis dislipidemia mengandalkan modalitas utama berupa


pemeriksaan penunjang. Akan tetapi, anamnesis dan pemeriksaan fisik juga
memegang peranan penting dalam menentukan stratifikasi risiko bagi pasien
dengan dislipidemia. Selain itu, melalui anamnesis dan pemeriksaan yang
menyeluruh, dokter dapat membedakan penyebab dislipidemia yang terjadi pada
pasien berasal dari kelompok primer atau sekunder.

Anamnesis: Perlu dicari faktor risiko aterosklerotik, yaitu kebiasaan merokok,


riwayat hipertensi, riwayat pemeriksaan kadar lipid sebelumnya yang
menunjukkan kadar kolesterol HDL rendah, riwayat penyakit jantung dini pada
keluarga (pada wanita usia <65 tahun dan pria usia <55 tahun), serta usia pasien
saat ini (laki-laki >45 tahun, perempuan >55 tahun). Selain itu, perlu juga
menggali kebiasaan dan gaya hidup pasien seperti asupan makanan sehari-hari,
kebiasaan mengkonsumsi alkohol, serta aktivitas fisik hari.
Pemeriksaan Fisik:
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital
2. Pemeriksaaan antropometri (lingkar perut dan IMT/Indeks Massa Tubuh).
Cara pengukuran IMT(kg/m2)= BB(kg)/TB2(m)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam menegakkan
diagnosa.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan:


1. Kadar kolesterol total
2. Kolesterol LDL
3. Kolesterol HDL
4. Trigliserida plasma
Berdasarkan hasil lab yang di dapatkan pada skenario dapat kita simpulkan
bahwa ,di curigai Tn. I tersebut mengalami displidemia.
4. Jenis steroid apa yang mungkin digunakan Tn.I
untuk membentuk tubuhnya ?

Jenis steroid yang digunakan adalah steroid anabolik


merupakan androgen steroidal yang didalamnya termasuk androgen alami seperti
testosteron serta zat sintesis yang secara struktural berhubungan dan memiliki efek
yang serupa dengan testosteron. Mereka merupakan anabolik dan meningkatkan
protein didalam sel, khususnya dalam otot rangka.

Steroid anabolik memungkinkan lebih banyak protein dihasilkan tubuh, sehingga otot pun
lebih besar. Walau begitu, latihan olahraga yang tepat dan konsumsi makanan
mengandung protein juga harus dilakukan. Sayangnya, steroid bukan hanya
memengaruhi area tubuh tertentu saja, misalnya bisep. Menambahkan ekstraksteroid
dalam tubuh berpengaruh negatif, seperti menyebabkan jerawat, tekanan darah
tinggi, kebotakan, disfungsi ereksi, bahkan testis mengecil
5. Apa perbedaan dari lemak jenuh dengan lemak trans?

Lemak jenuh merupakan lemak bayik yang menjangga keseimbangan dari akumulasi lemak jahat,
lemak baik akan mempermudah untuk mengeluarkan lemak jahat atau trans yang
terakumulasi dalam tubuh.

Sedangkan lemak trans yang merupakan juga hasil produksi dari liver memiliki kecendrungan
untuk mengendap pada saluran darah atau biasa disebut plak yang akan menggangu jalur
peredaran darah dan akan menggangu fisiologis secara kardiovascular. Umumnya ditemukan
pada lemak jahat sering ditemukan di Mentega, minyak kelapa, susu utuh, daging, kacang,
mentega, margarin, keju, minyak sayur, gorengan, dan makanan frozen. 

Sedangkan lemak baik banyak terdapat di Alpukat, minyak kedelai, minyak canola dan minyak
zaitun, minyak bunga matahari, minyak ikan kenari, rami, dan daging merah.
IV. STRUKTURISASI

lipid

lipoprotein

LDL HDL

DEFINISI
DISLIPIDEMIA PREVENTIF

ETIOLOGI PATOGENESIS PEMERIKSAAN TATALAKSANA KOMPLIKASI EDUKASI

FISIK PENUNJANG
V. LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu mengetahui Definisi, Faktor Risiko, dan Epidemiologi


Dislipidemia

2. Mahasiswa mampu mengetahui Klasifikasi dan Patofisiologi dari Dislipidemia

3. Mahasiswa mampu mengetahui Pemeriksaan yang perlu dilakukan

4. Mahasiswa mampu mengetahui Tatalaksana pada Dislipidemia

5. Mahasiswa mampu mengetahui Komplikasi Dislipidemia

6. Mahasiswa mampu mengetahui Prognosis Dislipidemia

7. Mahasiswa mampu mengetahui Edukasi dan Promosi untuk Dislipidemia


VI. HASIL BELAJAR MANDIRI
1. DEFINISI DAN ETIOLOGI

Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan


peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (K- total), kolesterol LDL (K-LDL),
trigliserida (TG), serta penurunan kolesterol HDL (K-HDL).

Etiologi dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya seperti:


● Faktor genetic
● Jenis kelamin
● Usia
● Obesitas
● Merokok
● Makanan
EPIDEMIOLOGI

Data dari American Heart Association tahun 2014 memperlihatkan prevalensi dari
berat badan berlebih dan obesitas pada populasi di Amerika adalah 154.7 juta orang yang
berarti 68.2 % dari populasi di Amerika Serikat yang berusia lebih dari 20 tahun. Populasi
dengan kadar kolesterol ≥ 240 mg/dl diperkirakan 31.9 juta orang (13.8 %) dari populasi(5).
Data di Indonesia dari riset kesehatan dasar nasional (RISKESDAS) tahun 2013
menunjukkan ada 35.9 % dari penduduk Indonesia yang berusia ≥ 15 tahun dengan kadar
kolesterol abnormal (berdasarkan NCEP ATP III, dengan kadar kolesterol ≥ 200 mg/dl)
dimana perempuan lebih banyak dari laki-laki dan perkotaan lebih banyak dari di pedesaan.
2. Klasifikasi Dislipidemia
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan proses terjadinya penyakit yaitu :
1. Dislipidemia Primer
Dislipidemia primer yaitu dislipidemia yang disebabkan karena kelainan penyakit
genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.
Dislipidemia primer yang berhubungan dengan obesitas ditandai dengan peningkatan
trigliserida, penurunan kadar HDL, LDL, dan komposisi abnormal.

Jenis ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa subtipe, yaitu:


• Familial combined hyperlipidemia
Jenis ini yang paling banyak ditemukan dalam kasus dislipidemia. Kondisi ini
disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat dan trigliserida. Kasus ini banyak
ditemukan pada pasien berusia remaja atau 20 tahun ke atas. Jenis ini juga dapat
meningkatkan risiko terkena serangan jantung.
• Familial hypercholesterolemia dan polygenic hypercholesterolemia
Keduanya ditandai dengan tingginya kadar kolesterol total. Kita dapat menghitung
kolesterol total dengan cara menghitung kadar kolesterol LDL dan HDL, bersama dengan
setengah dari kadar trigliserida.
• Familial hyperapobetalipoproteinemia
Dalam kondisi ini, Pasien memiliki kadar apolipoprotein B yang berlebihan di dalam
tubuh. Apolipoprotein B adalah salah satu jenis protein yang terdapat di kolesterol LDL.

2.Dislipidemia Sekunder
Dislipidemia Sekunder yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh suatu keadaan seperti
hiperkolesterolemia yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, syndrome nefrotik, kehamilan,
anoreksia nervosa, dan penyakit hati obstruktif. Hipertrigliserida disebabkan oleh diabetes
mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal.
Patofisiologi Dislipidemia

Patofisiologi terjadinya dislipidemia berkaitan dengan metabolisme lipid di dalam


tubuh. Secara umum, lemak di dalam darah di metabolisme di hati. Asupan lemak berlebih
menyebabkan terjadinya gangguan proses metabolisme kolesterol yang berujung pada
penumpukan kolesterol di hati. Akibatnya, kolesterol tidak dapat diangkut seluruhnya oleh
lipoprotein menuju ke hati dari aliran darah di seluruh tubuh. Hal ini terjadi berulang-
ulang dan berlangsung cukup lama, sintesis kolesterol di hati terus meningkat dan densitas
reseptor LDL menurun sehingga akhirnya kolesterol menumpuk di dinding pembuluh
darah dan menimbulkan plak.
3. Pemeriksaan Yang dibutuhkan :
 Anamnesis
Pada anamnesis, perlu dicari faktor risiko aterosklerotik, yaitu kebiasaan merokok,
riwayat hipertensi, riwayat pemeriksaan kadar lipid sebelumnya yang menunjukkan kadar
kolesterol HDL rendah, riwayat penyakit jantung dini pada keluarga (pada wanita usia <65
tahun dan pria usia <55 tahun), serta usia pasien saat ini (laki-laki >45 tahun, perempuan
>55 tahun). Selain itu, perlu juga menggali kebiasaan dan gaya hidup pasien seperti
asupan makanan sehari-hari, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, serta aktivitas fisik harian.

 Pemeriksaan Fisik
Pada kebanyakan pasien dislipidemia, pemeriksaan fisik tidak menunjukkan
kelainan. Tanda klinis dapat ditemukan pada dislipidemia genetik, misalnya xanthelasma,
xanthoma, dan arkus kornealis prematur pada usia <45 tahun.
Pada dislipidemia sekunder, dapat pula ditemui tanda-tanda penyakit dasar seperti
pada kasus hipotiroidisme, sindrom nefrotik, sindrom cushing, dan hepatitis. 
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang direkomendasikan adalah :
● Total kolesterol
● Kolesterol LDL
● Trigliserida
● Kolesterol HDL

Catatan:
Pemeriksaan laboratorium untuk trigliserida membutuhkan puasa selama 12 jam.
Penghitungan K-LDL yang menggunakan Friedewald formula membutuhkan data
trigliserida, sehingga harus puasa 12 jam. Sedangkan pemeriksaan total kolesterol, K-HDL
dapat dilakukan dalam keadaan tidak puasa. Adapun rumus Friedewald formula adalah :

Kolesterol LDL (mg/dl) = Kolesterol total – Kolesterol HDL – Trigliserida/5


4. Tata Laksana Dislipidemia
1. Non Farmakologi
• Aktivitas fisik
Aktifitas fisik yang disarankan meliputi program latihan yang mencakup setidaknya 30
menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang (menurunkan 4-7 kkal/menit) 4-6 kali
seminggu, dengan pengeluaran minimal 200 kkal/ hari.
• Diet
Mengingat profil konsumsi lemak orang Indonesia tidak setinggi orang barat, anjuran diet
pada penderita dislipidemia lebih cocok menggunakan diet tahap 2.
• Berhenti merokok

2. Farmakologi
Jika mengacu kepada studi-studi besar pencegahan primer dan sekunder dari ASCVD
maka hanya statin yang menunjukkan bukti bukti yang konsisten sedangkan obat obat
yang lain belum mempunyai bukti yang cukup kuat. Sehingga ACC/AHA 2013
merekomendasikan statin sebagai obat utama pada pencegahan primer dan sekunder. Obat
lain hanya dipakai apabila didapatkan kontraindikasi atau keterbatasan pemakaian statin.
Penggunaan plant sterols, sterol esters, stanols atau stanol esters belum mempunyai bukti
yang cukup signifikan dalam pencegahan ASCVD.
Komplikasi

1. Nyeri dada
Apabila pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke jantung terdampak (arteri koroner),
Anda kemungkinan dapat mengalami nyeri dada (angina) dan gejala-gejala penyakit arteri
koroner.
2. Serangan jantung
Penggumpalan darah berpotensi terjadi apabila arteri tersumbat. Hal ini dapat
menyebabkan aliran darah terhambat dan jantung Anda tidak mendapat suplai darah yang
cukup. Serangan jantung pun sangat mungkin terjadi.
3. Stroke
Sama seperti serangan jantung, stroke bisa terjadi apabila penggumpalan darah memotong
aliran darah menuju otak Anda.
Prognosis
Edukasi dan Promosi Kesehatan mengenai Dislipidemia

● Edukasi dan promosi kesehatan memiliki manfaat yang besar dalam mencegah terjadinya
dislipidemia sekunder. 
● Modifikasi diet rendah asam lemak jenuh dan tinggi asam lemak tidak jenuh dapat
membantu mencegah terjadinya dislipidemia. Selain itu, asupan tinggi serat dan
menghindari konsumsi gula dan alkohol berlebih dapat menurunkan risiko terjadinya
dislipidemia. Menghentikan kebiasaan merokok menurunkan risiko kardiovaskular pada
pasien dislipidemia dan menghindarkan terjadinya aterosklerosis. [3]
● Aktivitas fisik reguler dengan intensitas sedang seperti jalan cepat 30 menit, berenang
selama 20 menit, dan bersepeda dapat bermanfaat. Aktivitas fisik tersebut secara reguler
harus dilakukan setidaknya 5 hari dalam satu minggu. 

Anda mungkin juga menyukai