Blok 18
Kelas A-04
Anggota kelompok
Lemak Trans: Salah satu jenis lemak tak jenuh yang umum ditemukan
di alam namun bisa disintesis secara buatan.
Sindroma Metabolik
Displidemia
● IMT : 24,4 ( Normal ): Pernah obes, kisaran BB 3 ● Kolesterol total : 287 mg/dl ( Abnormal )
tahun terakhir 72-80 kg - Normal : < 200 mg/dl
( Berdasarkan Depkes RI) - Borderline : 200 – 239 mg/dl
Underweight: < 18,5 - Tinggi : > 240 mg/dl
Normal: 18,5 – 24,9 ● Trigliserida : 297 mg/dl ( Abnormal )
Pre Obese : 25 - 27 - Normal : < 150 mg/dl
Obesitas : >27 - Tinggi : > 200 mg/dl
IMT 3 tahun yg terakhir : Terberat 80 kg = 26,1 ( Pre- ● Kolesterol HDL : 39 mg/dl ( Abnormal )
obese ) - Normal : > 40 mg/dl
● Lingkar Perut : 87 cm ( normal ) tidak > 90 cm - Rendah : < 40 mg/dl
● KGD puasa : 99 mg/dl ( normal ) ● Kolesterol LDL : 189 mg/dl ( Abnormal )
• Sebelum makan: sekitar 70-130 mg/dL - Normal : < 100 mg/dl
• Dua jam setelah makan: kurang dari 140 mg/Dl - Abnormal : > 100 mg/dl
• Setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya
delapan jam: kurang dari 100 mg/dL
• Menjelang tidur: 100 – 140 mg/Dl
2. Apa saja penyebab dari kesemutan?
Steroid anabolik memungkinkan lebih banyak protein dihasilkan tubuh, sehingga otot pun
lebih besar. Walau begitu, latihan olahraga yang tepat dan konsumsi makanan
mengandung protein juga harus dilakukan. Sayangnya, steroid bukan hanya
memengaruhi area tubuh tertentu saja, misalnya bisep. Menambahkan ekstraksteroid
dalam tubuh berpengaruh negatif, seperti menyebabkan jerawat, tekanan darah
tinggi, kebotakan, disfungsi ereksi, bahkan testis mengecil
5. Apa perbedaan dari lemak jenuh dengan lemak trans?
Lemak jenuh merupakan lemak bayik yang menjangga keseimbangan dari akumulasi lemak jahat,
lemak baik akan mempermudah untuk mengeluarkan lemak jahat atau trans yang
terakumulasi dalam tubuh.
Sedangkan lemak trans yang merupakan juga hasil produksi dari liver memiliki kecendrungan
untuk mengendap pada saluran darah atau biasa disebut plak yang akan menggangu jalur
peredaran darah dan akan menggangu fisiologis secara kardiovascular. Umumnya ditemukan
pada lemak jahat sering ditemukan di Mentega, minyak kelapa, susu utuh, daging, kacang,
mentega, margarin, keju, minyak sayur, gorengan, dan makanan frozen.
Sedangkan lemak baik banyak terdapat di Alpukat, minyak kedelai, minyak canola dan minyak
zaitun, minyak bunga matahari, minyak ikan kenari, rami, dan daging merah.
IV. STRUKTURISASI
lipid
lipoprotein
LDL HDL
DEFINISI
DISLIPIDEMIA PREVENTIF
FISIK PENUNJANG
V. LEARNING OBJECTIVE
Data dari American Heart Association tahun 2014 memperlihatkan prevalensi dari
berat badan berlebih dan obesitas pada populasi di Amerika adalah 154.7 juta orang yang
berarti 68.2 % dari populasi di Amerika Serikat yang berusia lebih dari 20 tahun. Populasi
dengan kadar kolesterol ≥ 240 mg/dl diperkirakan 31.9 juta orang (13.8 %) dari populasi(5).
Data di Indonesia dari riset kesehatan dasar nasional (RISKESDAS) tahun 2013
menunjukkan ada 35.9 % dari penduduk Indonesia yang berusia ≥ 15 tahun dengan kadar
kolesterol abnormal (berdasarkan NCEP ATP III, dengan kadar kolesterol ≥ 200 mg/dl)
dimana perempuan lebih banyak dari laki-laki dan perkotaan lebih banyak dari di pedesaan.
2. Klasifikasi Dislipidemia
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan proses terjadinya penyakit yaitu :
1. Dislipidemia Primer
Dislipidemia primer yaitu dislipidemia yang disebabkan karena kelainan penyakit
genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.
Dislipidemia primer yang berhubungan dengan obesitas ditandai dengan peningkatan
trigliserida, penurunan kadar HDL, LDL, dan komposisi abnormal.
2.Dislipidemia Sekunder
Dislipidemia Sekunder yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh suatu keadaan seperti
hiperkolesterolemia yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, syndrome nefrotik, kehamilan,
anoreksia nervosa, dan penyakit hati obstruktif. Hipertrigliserida disebabkan oleh diabetes
mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal.
Patofisiologi Dislipidemia
Pemeriksaan Fisik
Pada kebanyakan pasien dislipidemia, pemeriksaan fisik tidak menunjukkan
kelainan. Tanda klinis dapat ditemukan pada dislipidemia genetik, misalnya xanthelasma,
xanthoma, dan arkus kornealis prematur pada usia <45 tahun.
Pada dislipidemia sekunder, dapat pula ditemui tanda-tanda penyakit dasar seperti
pada kasus hipotiroidisme, sindrom nefrotik, sindrom cushing, dan hepatitis.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang direkomendasikan adalah :
● Total kolesterol
● Kolesterol LDL
● Trigliserida
● Kolesterol HDL
Catatan:
Pemeriksaan laboratorium untuk trigliserida membutuhkan puasa selama 12 jam.
Penghitungan K-LDL yang menggunakan Friedewald formula membutuhkan data
trigliserida, sehingga harus puasa 12 jam. Sedangkan pemeriksaan total kolesterol, K-HDL
dapat dilakukan dalam keadaan tidak puasa. Adapun rumus Friedewald formula adalah :
2. Farmakologi
Jika mengacu kepada studi-studi besar pencegahan primer dan sekunder dari ASCVD
maka hanya statin yang menunjukkan bukti bukti yang konsisten sedangkan obat obat
yang lain belum mempunyai bukti yang cukup kuat. Sehingga ACC/AHA 2013
merekomendasikan statin sebagai obat utama pada pencegahan primer dan sekunder. Obat
lain hanya dipakai apabila didapatkan kontraindikasi atau keterbatasan pemakaian statin.
Penggunaan plant sterols, sterol esters, stanols atau stanol esters belum mempunyai bukti
yang cukup signifikan dalam pencegahan ASCVD.
Komplikasi
1. Nyeri dada
Apabila pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke jantung terdampak (arteri koroner),
Anda kemungkinan dapat mengalami nyeri dada (angina) dan gejala-gejala penyakit arteri
koroner.
2. Serangan jantung
Penggumpalan darah berpotensi terjadi apabila arteri tersumbat. Hal ini dapat
menyebabkan aliran darah terhambat dan jantung Anda tidak mendapat suplai darah yang
cukup. Serangan jantung pun sangat mungkin terjadi.
3. Stroke
Sama seperti serangan jantung, stroke bisa terjadi apabila penggumpalan darah memotong
aliran darah menuju otak Anda.
Prognosis
Edukasi dan Promosi Kesehatan mengenai Dislipidemia
● Edukasi dan promosi kesehatan memiliki manfaat yang besar dalam mencegah terjadinya
dislipidemia sekunder.
● Modifikasi diet rendah asam lemak jenuh dan tinggi asam lemak tidak jenuh dapat
membantu mencegah terjadinya dislipidemia. Selain itu, asupan tinggi serat dan
menghindari konsumsi gula dan alkohol berlebih dapat menurunkan risiko terjadinya
dislipidemia. Menghentikan kebiasaan merokok menurunkan risiko kardiovaskular pada
pasien dislipidemia dan menghindarkan terjadinya aterosklerosis. [3]
● Aktivitas fisik reguler dengan intensitas sedang seperti jalan cepat 30 menit, berenang
selama 20 menit, dan bersepeda dapat bermanfaat. Aktivitas fisik tersebut secara reguler
harus dilakukan setidaknya 5 hari dalam satu minggu.