Anda di halaman 1dari 18

KONSEP PENYAKIT DAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GERD
NAMA KELOMPOK 3:

Fajri Afdholi (19031044)


Harmilla Rezky (19031050)
Junaedi (19031057)
Ellyza Misra Laily (19031059)
Raja Elisa Zalni (19031064)
Annisa Purnama Asri (19031066)
Agistiyan Putri (19031070)
DEFINISI GERD
Gangguan di mana isi lambung mengalami refluksi berulang ke dalam
esofagus, yang menyebabkan terjadinya dan atau komplikasi yang
mengganggu. Refluksi gastreosofagus merupakan keadaan yang
disebabkan oleh aliran balik isi lambung kedalam esofagus menghasilkan
inflamasi (esofagitis), yang bermanifestasi sebagai dispepsia.
GERD disebabakan karena adanya kerusakan mukosa yang
menyebabkan terjadinya refluks (aliran balik) sejumla isi perut ke dalam
esofagus. Ada 3 macam GERD yaitu :
1. Erosovi esophagitis
2. Penyakit refluks non erosif
3. Barret’s esofagus
ETIOLOGI

Etiologi terjadinya penyakit refluks gastroesofageal / gastroesophageal reflux


disease (GERD) adalah paparan refluksat gaster berlebih ke dalam esofagus yang
berlangsung secara kronis. Refluksat gaster tersebut merupakan campuran dari
asam lambung, sekresi asam empedu, dan juga pankreas. Proses refluks ini terjadi
secara multifaktorial, tetapi paling sering disebabkan karena gangguan katup
esofagus bawah.
  Etiologi dari GERD diantaranya meliputi : akalasia, sindrom mallory Weiss,
konsumsi obat NSAID, Alkohol, dan kortikosteroid, Gastroentritis / diare yang
kadang disertai muntah , gastritis Helicpbacter pylori, alergi makanan, stenosis
pilori, kanker gastroesofageal, epitelium Barret, Hiata hernia, eosinofilik –
esofagitis (non gerd esofagitis), obstruksi intestinal misalnya malrotasi, invaginasi,
hidronefrosis, atresia esofagus, fistula trakeoesofagus
KLASIFIKASI

Berdasarkan lokalisasi gejalanya, GERD dibagi menjadi


dua, yaitu sindrom esophageal dan ekstraesofageal.
Sindrom esophageal merupakan refluks esophageal yang
disertai dengan atau tanpa adanya lesi structural. Gejala
klinis sindrom esophageal tanpa lesi structural berupa
heartburn dan regurgitasi, serta nyeri dada non-kardiak.
Sedangkan pada sindrom esophageal disertai lesi
structural, berupa refluks esophagitis, striktur refluks,
barret’s esophagus, adenokarsinoma esophagus. Sindrom
ekstraesofageal biasanya terjadi akibat refluks
gastroesofageal jangka panjang.
PATOFISIOLOGI
Kunci dari patofisologi GERD adalah terjadinya refluks
lambung yang abnormal dari perut ke esofagus. Pada
beberapa kasus GERD, refluks berhubungan dengan
penurunan LES atau penurunan fungsi spinkter esofagus.
Masalah lain yang berkaitan dengan mekanisme kelainan
mukosa normal yang menyebabkan terjadinya GRED adalah
sebagai berikut :
1. Terjadinya abnormalitas pada anatomi esofagus
2. Terjadinya klirens esofagus dari cairan lambung yang tepat
3. Menurunnya resistensi mukosa terhadap asam
4. Tidak efektifnya pengosongan lambung
MANIFESTASI KLINIS

Gejala umum GERD adalah heart burn, yaitu rasa panas


seperti terbakar di daerah subternal regurgitasi atau
keduanya serta dapat disertai disfagia. Keluhan ini biasanya
dirasakan setelah makan, terutama makan dengan volume
banyak dan berlemak. Penderita GERD kadang- kadangjuga
memberikan keluhan rasa tidak nyaman didada seperti
angina pektoralis Gejala GERD yang non-spesifik adalah
gejala ekstraesofageal. seperti nyeri dada nonokardiak, batuk
kronis, asma, penomitis berulang, erosi gigi, laringitis atau
suara serak, dan yang terakhir dilaporkan adalah otitis media.
KOMPLIKASI

Berikut berbagai komplikasi yang dapat muncul jika GERD tidak


ditangani dan diterapi dengan tepat :
1. Esofagitis, radang pada esofagus karena iritasi dari asam
lambung. Dapat mengakibatkan pendarahan dan tukak atau
luka, lalu berkembang menjadi prekanker karena perubahan
lapisan (epitel) esofagus (barret’s esofagus).
2. Penyempitan (struktur) esofagus, penyempitan esofagus karena
iritasi yang bersifat kronis.
3. Pneumonia dan masalah (problem) dan masalah respirasi yang
lain.
4. Kanker esofagus karena perkembangan lanjut dari barret’s
esofagus.
Penatalaksanaan GERD

1. Perubahan gaya hidup


Menurunkan berat badan, mengurangi penggunaan korset perut terlalu ketat,
tetap posisi berdiri atau tegak 3-4 jam setelah makan, tidak merokok, dan
menghindari bantal atau kepala lebih tinggi.
2. Obat
 Antasida, untuk mengurangi heartburn dan gejala GERD lainnya.
 Golongan H2 blockers (cimetidin, fametidine, ranitidine), menurunkan
produksi asam lambung.
 Golongan PPIs (Proton Hub Inhibitions), seperti omeprazole, lansoprazole,
pantoprazole, rebeprazole, dan esomeprazole.
3. Operasi fundoplikasi
Dilakukan dengan menjahit fundoplikasi (bagian ujung atas lambung)
melingkari esofagus dengan tujuan mempersempit dan menambah tekanan
pada esofagus bawah untuk mengurangi refluks
Penunjang Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Ph esofagus
Pemeriksaan keasaman (Ph) pada esofagus merupakan
pemeriksaan utama dan paling akurat pada GERD
2. Rontgen dada dan perut (Toraks dan Abdomen)
Rontgen dapat menggambarkan komplikasi yang
ditimbulkan oleh GERD, yaitu gambaran paru-paru dengan
tanda pneumonia.
3. Pemeriksaan kontras barium
Pemeriksaan barium pada GERD dapat mengetahui
komplikasi yang ditimbulkan seperti penyempitan
(striktur) esofagus ataupun hernia diafragmatika
Pencegahan

1. Menghindari konsumsi daging secara berlebihan


dalam waktu singkat, tetap mengkonsumsi sayur dan
buah.
2. Jangan tidur dalam waktu 2 jam setelah makan
karena jika langsung tidur setelah makan, akan
memudahkan isi lambung termasuk asam lambung
berbalik kearah kerongkongan.
3. Hindari makanan yang terlalu asam dan pedas
4. Kurangi konsumsi yang dapat merangsang Gerd
seperti : cokelat, kopi, alcohol dan minuman bersoda
Patogenesis

GERD merupakan penyakit multifaktorial, dimana


esofagitis terjadi akibat refluks dari lambung ke esofagus
jika :
1. Terjadi kontak dalam waktu yang lama antara bahan
refluksat dengan mukosa esofagus
2. Terjadinya penurunan resistensi jaringan mukosa
esofagus tidak cukup lama
3. Terjadinya gangguan sensitivitas terhadap rangsangan
isi lambung yang disebabkan adanya modulasi persepsi
neural esofageal baik sentral maupun perifer.
Pengkajian

a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadarankualitatif atau
GCS dan respon verbal klien.
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
 Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kajitekanan nadi,

dan kondisi patologis.


 Pulse rate

 Respiratory rate

 Suhu

c. Riwayat penyakit sebelumnya


 Ditanyakan apakah sebelumnya klien pernah menderita penyakit paru yangdapat

menjadi predisposisi GERD.


d. Pola Fungsi Keperawatan Menurut Gordon
 Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan

 Deskipsi pasien ttg status kesehatan umum, riwayat sakit yglalu, operasi, dirawat di

rumah sakit, persepsi penyebab sakit saat inidan upaya yg dilakukan untuk
mengatasi penyakitnya.
Diagnosa Keperawatan

1. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan


kemampuan menelan, penurunan refluks laring dan
glotis terhadap cairan refluks.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan asupan
cairan kurang, mual dan muntah/pengeluaran yang
berlebihan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah.
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Risiko aspirasi berhubungan dengan 1. Meningkatkan ekspansi paru maksimal
gangguan kemampuan menelan, dan alat pembersihan jalan nafas
penurunan refluks laring dan glotis 2. Meningkatkan pengisian udara seluruh
terhadap cairan refluks segmen paru, memobilisasi dan
mengeluarkan secret
3. Menghindari terjadinya risiko aspirasi
terlalu tinggi
4. Dapat membatasi ekspansi
gastroesofagus
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan 1. Perubahan pada kapasitas gaster dan mual
asupan cairan kurang, mual dan sangat mempengaruhi masukan dan
muntah/pengeluaran yang berlebihan kebutuhan cairan, peningkatan risiko
dehidrasi
2. Indikator dehidrasi/hipovolemia,
keadekuatan penggantian cairan
3. Menggantikan kehilangan cairan dan
memperbaiki keseimbangan cairan dalam
fase segera dan pasien mampu memenuhi
cairan per oral
4. Memungkinkan penghentian tindakan
dukungan cairan invasive dan kembali ke
normal
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari 1. Dengan memilih makanan yang disukai
kebutuhan tubuh berhubungan dengan pasien maka selera makan si pasien akan
anoreksia, mual, muntah. bertambah dan dapat mengurangi rasa mual
dan muntah
2. Setelah dilakukan pembagian, kapasitas
gaster menurun kurang dari 50ml, sehingga
perlu makan sedikit tetapi sering
3. Menurunkan kemungkinan aspirasi
4. Beri edukasi pada pasien bahwa makan
berlebihan dapat mengakibatkan mual dan
muntah
5. Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian
kebutuhan nutrisi
6. Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang
memenuhi kebutuhan nutrisi
Kesimpulan

Gerd merupakan gangguan yang di mana isi lambung


mengalami refluksi berulang ke dalam esofagus, yang
menyebabkan terjadinya dan atau komplikasi yang
mengganggu. Refluksi gastreosofagus merupakan
keadaan yang disebabkan oleh aliran balik isi lambung
kedalam esofagus menghasilkan inflamasi (esofagitis),
yang bermanifestasi sebagai dispepsia. GERD
disebabakan karena adanya kerusakan mukosa yang
menyebabkan terjadinya refluks (aliran balik) sejumla isi
perut ke dalam esofagus. Ada 3 macam GERD yaitu :
Erosovi esophagitis, Penyakit refluks non erosif,dan
Barret’s esofagus
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai