Anda di halaman 1dari 23

Modul Gatal

Nama Anggota Kelompok 4:

Indah Lestari Eddy Karyawan (09401611047)


Septiana Waraningsih (09402011005)
Puteri Puspita Sari (09402011011)
Jauharah Az Zahra (09402011016)
Ridwan Bachtiar Wahyudi (09402011021)
Gomgom Jansen Vernando Banurea (09402011026)
Puji Rahayu Jamuru (09402011032)
Rizka Ayu Saputri Abd. Rahman (09402011037)
Indah Puteri Bahtera Sangadji (09402011043)
Rochmat Nurhidayat (09402011048)

PPT made by: Ridwan Bachtiar Wahyudi


Justordinarypep@gmail.com | Ternate, 2021
Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa 1. Anak perempuan usia 5 tahun dibawa ke UGD
orang tuanya ke UGD dengan keluhan gatal-gatal dengan keluhan gatal-gatal pada hampir
pada hampir seluruh tubuh dan bengkak kemerahan seluruh tubuh dan bengkak kemerahan pada
pada wajah disertai sesak napas. Keluhan dialami wajah.
sejak 2 jam sebelum ke UGD. Sebelumnya pasien 2. Gatal dan bengkak disertai sesak napas.
demam dan minum obat dari mantri. Sebelum 3. Keluhan dialami sejak 2jam sebelum ke UGD.
minum obat pasien makan siang dengan udang 4. Sebelumnya pasien demam dan minum obat
goreng. Kakak pasien memiliki riwayat asma. dari mantri.
5. Sebelum minum obat pasien makan siang
dengan udang goreng.
6. Kakak pasien memiliki riwayat asma .
PERTANYAAN PENTING

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada kulit?


2. Jelaskan definisi dan klasifikasi imunitas!
3. Apa saja jenis-jenis Imunoglobulin?
4. Jelaskan definisi, tipe-tipe hipersensitivitas, dan bagaimana patomekanisme dari
masing-masing tipe hipersenitivitas!
5. Jelaskan hubungan patomekanisme gejala (bisa timbul demam, bengkak
kemerahan, gatal dan sesak napas)!
6. Sebutkan dan jelaskan diagnosis banding dari skenario di atas!
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
Kulit adalah lapisan luar yang menutupi
seluruh tubuh dan merupakan organ
terbesar pada tubuh. Kulit terdiri dari dua
regio yaitu epidermis pada bagian luar
dan dermis pada bagian dalam.
• Epidermis
• Dermis

Sumber:
Eroschenko VP. 2017. Atlas of Histology DiFiore With Functional Correlations
Thirteenth Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer.
Mescher AL. 2018. Junquiera’s Basic Histology Text and Atlas Fifteenth Edition.
New York: McGrawHill.
Kulit pada manusia mempunyai banyak
fungsi yang berguna dalam menjaga
homeostatis tubuh (Watson, 2002):
1.Fungsi absorbsi
2.Fungsi ekskresi
3.Fungsi pengaturan suhu tubuh
4.Fungsi protektif/pelindung
5.Fungsi peraba
2. DEFINISI DAN KLASIFIKASI IMUNITAS
Imunitas adalah perlindungan tubuh
terhadap penyakit tertentu yang didapat
melalui respons imun yang ditimbulkan
melalui imunisasi atau infeksi sebelumnya
atau oleh faktor-faktor non imunologis
lainnya

Sumber: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata


Sumber: Newman dan Dorland. 1995. Kamus M, Setiadi S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 Jilid
Kedokteran Dorland Edisi 29. EGC: Jakarta. 1. Interna Publishing: Jakarta. p. 83.
3. JENIS-JENIS IMUNOGLOBULIN

Jenis Imunoglobulin Fungsi


IgG Mengikat patogen, mengaktifkan
komplemen, meningkatkan
fagositosis
IgA Mencegah patogen menyerang sel
epitel traktus digestivus dan
respiratori
IgM Mengaktifkan komplemen,
menggumpalkan sel
IgD Menandai kematuran sel B
IgE Bertanggung jawab dalam respons
alergi dan melindungi dari serangan
Sumber: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, cacing parasit
Simadibrata M, Setiadi S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi 4 Jilid 1. Interna Publishing: Jakarta.
4. DEFINISI, TIPE-TIPE, DAN PATOMEKANISME TIPE
HIPERSENSITIVITAS
Reaksi alergi (reaksi hipersensitivitas) adalah
reaksi-reaksi dari sistem kekebalan yang terjadi
ketika jaringan tubuh yang normal mengalami
cedera/terluka. Reaksi tersebut oleh Gell dan
Coombs dibagi dalam 4 tipe reaksi menurut
kecepatanya dan mekanisme imun yang terjadi,
yakni:
1.Hipersensitivitas tipe I
2.Hipersensitivitas tipe II
3.Hipersensitivitas tipe III
4.Hipersensitivitas tipe IV

Sumber: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata


M, Setiadi S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5
Jilid 1. Interna Publishing: Jakarta.
Hipersensitivitas tipe I

Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan


ditangkap oleh fagosit, diprosesnya lalu
dipresentasikan ke sel Th2. Sel yang akhir
melepas sitokin yang merangsang sel B untuk
membentuk IgE. IgE akan diikat oleh sel yang
memiliki reseptor seperti sel mast, basofil, dan
eosinofil.

Sumber: Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.


EGC: Jakarta.
Hipersensitivitas tipe II

Reaksi tipe II yang disebut juga reaksi


sitotoksik terjadi karena dibentuk jenis
antibodi IgG atau IgM terhadap antigen yang
merupakan bagian sel penjamu. Ikatan
antibodi dengan antigen dapat mengaktifkan
komplemen sehingga terjadi fagositosis atau
sitolisis.

Sumber: Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.


EGC: Jakarta.
Hipersensitivitas tipe III

Reaksi tipe III terjadi akibat endapan


kompleks antigen-antibodi dalam jaringan atau
pembuluh darah. Jenis antibodi adalah IgG
atau IgM, antigen-antibodi ini mengaktivasi
komplemen oleh kompleks imun yang
menyebabkan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear dan pelepasan enzim
lisosom serta faktor permeabilitas yang
menghasilkan respons imun

Sumber: Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.


EGC: Jakarta.
Hipersensitivitas tipe IV

Reaksi tipe IV, sel penghantar antigen


menyampaikan antigen kepada sel T yang
disertai MHC (major histocompatibility
complex). Kemudian sel T yang sudah
tersensitisasi melepaskan limfokin yang
menstimulasi makrofag. Setelah itu lisozim
dilepas dan jaringan disekitarnya mengalami
kerusakan.

Sumber: Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.


EGC: Jakarta.
5. PATOMEKANISME DAN HUBUNGAN ANTARGEJALA
Definisi gatal: Sensasi yang kita sebut rasa
gatal, dihasilkan, dikondisikan, dan
diapresiasikan pada beberapa tingkat dalam
sistem saraf: stimulus, mediator, dan
reseptor, jalur syaraf perifer, pemrosesan di
system syaraf pusat, dan interpretasi.
Berbagai timbulnya pruritus, termasuk
kemungkinan zat kimia, khususnya
histamin, prostaglandin, dan beberapa jenis
proteinase.

Sumber: Wasitaatmadja. 2007. Ilmu Penyakit


Kulit dan Kelamin Edisi 5. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta.
HUBUNGAN ANTARGEJALA
Beberapa mekanisme dan gangguan yang
melatari termasuk pelepasan mediator yang
diinduksi IgE dari sel-sel mast kulit;
pengikatan IgG atau IgM pada antigen yang
mengaktifkan komplemen; dan gangguan
seperti infeksi lokal atau sekunder, penyakit
neoplasma, penyakit jaringan ikat, penyakit
kolagen vaskuler, dan penyakit psikogenik.

Sumber: Kowalak. 2011. Buku Ajar


Patofisiologi. EGC: Jakarta. p. 501-502.
5. DIAGNOSIS BANDING DARI SKENARIO
Diagnosis banding DA SLE Anafilaksis
Seorang anak perempuan + + +
 
Berusia 5 tahun + + +
 
Sesak napas - + +
 
Gatal-gatal pada hampir seluruh tubuh + + +
 

Keluhan bengkak kemerahan pada wajah - + +


 

Riwayat pasien minum obat + + +


 
Riwayat makan udang goreng + + +
 
Riwayat keluarga asma + + +
 
Dermatitis Atopik (DA)
Definisi
Dermatitis atopik (DA) adalah peradangan kulit
berupa dermatitis yang kronis, disertai rasa gatal
dan mengenai bagian tubuh tertentu terutama di
wajah pada bayi dan bagian fleksual ekstremitas
(pada fase anak).
Epidemiologi
Penelitian tentang perjalanan penyakit DA, dari
berbagai negara industri memperlihatkandata
yang bervariasi. Di negara berkembang 10–20 %
anak menderita dermatitis atopik dan 60 % di
Etiologi
antaranya menetap sampai dewasa. 1) Faktor predisposisi genetik
2) Alergi makanan
3) Infeksi jamur, bakteri, dan virus
Sumber: Wasitaatmadja. 2007. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi 5. Balai Penerbit 4) Faktor psikologis
FKUI: Jakarta. 5) Faktor higiene dalam keluarga
Dermatitis Atopik (DA)
Diagnosis Komplikasi
Tidak ada uji diagnostik spesifik untuk DA, DA yang mengalami perluasan dapat menjadi
diagnosis hanya di tegakan berdasarkan kriteria eritrodema. Atrofi kulit dapat terjadi akibat
pemberian kortiskosteroid jangka panjang.
spesifik dari anamnesis dan manifestasi klinis.
Ciri khas DA: Prognosis
o Gatal Sebagian besar pasien DA akan membaik dengan
tatalaksana yang tepat. Prognosis buruk jika riwayat
o Garukan keluarga memiliki penyakit serupa, onset lebih awal
o Lesi eksematosa, kronik dan kambuhan dan luas, jenis kelamin perempuan, dan bersamaan
dengan rinitis alergika dan asma.
Tata laksana Edukasi dan konseling
Efektivitas obat sistemik yang aman, bertujuan Perlu diberikan informasi dan edukasi kepada orang
untuk mengurangi rasa gatal, reaksi alergik, tua, para pengasuh, keluarga, dan pasien tentang DA.
dan inflamasi. Sebagai terapi sistemik dapat
diberikan:
Sumber: Wasitaatmadja. 2007. Ilmu Penyakit Kulit
a.Antihistamin
dan Kelamin Edisi 5. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
b.Kortikosteroid steroid
Sistemik Lupus Eritematous (SLE)
Definisi Manifestasi klinis
Sistemik lupus eritematous adalah salah satu •Vaskulitis
penyakit yang menyerang lebih dari sistem organ
•Rambut rontok
selain kulit serta bersifat fatal.
•Sariawan berulang
Epidemiologi
•Radang pembuluh darah
Ditemukan pada ras tertentu seperti bangsa
Negro, Cina dan mungkin juga Filipina. Dapat
ditemukan semua usia, paling banyak pada usia
15–40 tahun frekuensi antara laki-laki dan
perempuan (5, 5-9):1.
Etiologi
a) Genetik
b) Hormon
Sumber: Wasitaatmadja. 2007. Ilmu Penyakit Kulit
c) Lingkungan dan Kelamin Edisi 5. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Sistemik Lupus Eritematous (SLE)
Diagnosis
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik
3) Tes laboratorium
Faktor risiko
Pada wanita usia produktif sekitar sepuluh kali Komplikasi
lipat daripada pria dengan usia yang sama. 1. Infeksi lain yang terjadi
Tata laksana secara bersamaan.

a) Pemberian obat antiinflamasi 2. Infeksi saluran kemih.


nonsteroid 3. Gagal ginjal.
b) Krim topikal kortikosteroid Prognosis
c) Penyuntikan kortikosteroid intralesi Bonam (baik).
atau pemberian obat antimalaria

Sumber: Wasitaatmadja. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Anafilaksis
Definisi
Anafilaksis merupakan reaksi hipertensi tipe 1
yang berpotensi mengancam nyawa pasien dan
ditandai oleh urtikaria.
Etiologi
Anafilaksis biasanya terjadi karena konsumsi
obat atau substansi lain yang menyebabkan
sensitisasi atau karena pajanan sistemik lain
dengan substansi tersebut.
Manifestasi klinis
Reaksi anafilaksis akan menimbulkan distres
fisik yang mendadak dalam tempo beberapa
detik atau beberapa menit setelah individu
terpajan suatu alergen. Reaksi yang lambat atau
persisten dapat terjadi dalam tempo 24 jam Sumber: Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.
berikutnya. EGC: Jakarta.
Anafilaksis
Komplikasi
Komplikasi anafilasksis meliputi:
Patofisiologi
a) Obstruksi respirasi
Terjadi produksi imunoglobulin IgE oleh sel
plasma dalam limfonodus dan enchancement b) Kolaps vaskuler sistemik
oleh sel T helper. Kemudian antibodi IgE c) Kematian
berkaitan dengan reseptor membran sel mast
dalam jaringan ikat dan dengan sel sel basofil. Diagnosis
Pada saat yang sama, dua mediator kimia lain Tidak ada tes diagnostik tunggal yang dapat
yaitu bradikinin dan leukotrien, menyebabkan mengidentifikasi anafilaksis. Titik anafilaksis dapat
kolaps vaskuler dengan menstimulasi didiagnosis melalui gejala respirasi atau
kontraksi kelompok otot polos tertentu dan kardiovaskuler yang berat.
meningkatkan permeabilitas vaskuler yang
menyebabkan terjadinya perembesan plasma
sehingga penurunan volume darah sebagai
konsekuensi akan timbulnya hipotensi, syok Sumber: Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.
hipovolemik, dan disfungsi jantung. EGC: Jakarta.
Anafilaksis

Tata laksana
1)Penyuntikan segera melalui 1 M atau subkutan
larutan epinefrin aqueous 1 : 1000.
2)Trakeostomi atau intubasi endotrakea dan
ventilasi mekanis untuk mempertahankan patensi
jalan napas.
3)Terapi oksigen untuk meningkatkan perfusi
jaringan.
4)Pemberian epinefrin long-acting,
kortikosteroid dan difenhidramin untuk
mengurangi respon alergi.
5)Terapi dengan nebuliser kecil yang
mengandung albuterol. Sumber: Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.
EGC: Jakarta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai