Anda di halaman 1dari 29

Lesi Nervus

Ulnaris
Luh Komang Ari Trisna Jayanti
NIM 18031001
NAMA
KELOMPO
K
Ni Kadek Gita Ardi Rosanti
NIM 18031002
Cubital Tunnel
Syndrome
Discussion Point

01 Definisi CTS 02 Anatomi CTS 03 Etiologi CTS

Tanda & Gejala


04 Patofisiologi 05 Faktor Resiko 06 CTS
CTS CTS

07 Komplikasi CTS 08 Intervensi CTS


Definisi CTS
Cubital tunnel syndrome (sindrom terowongan kubital) merupakan suatu kumpulan gejala yang
timbul akibat adanya penekanan saraf ulnaris di terowongan kubiti (cubital tunnel) di daerah siku.
Cubital tunnel syndrome merupakan kelainan yang cukup sering terjadi, dan menduduki urutan kedua
kelainan yang diakibatkan penekanan pada saraf (compressive neuropathy) setelah carpal tunnel
syndrome.
Saraf ulnaris berperan dalam menghantarkan rangsang sensoris ke jari kelingking dan separuh jari
manis dan juga bertanggungajawab terhadap pergerakan motorik otot-otot kecil (intrinsik) tangan
termasuk gerakan menarik ibu jari ke telapak tangan. Pria 3-8 kali lebih besar kemungkinan
menderita kelainan ini dibandingkan dengan wanita.
Anatomi
CTS
Sindroma Terowongan Kubital atau Cubital Tunnel Syndrome adalah neuropati jebakan progresif saraf ulnaris di aspek medial siku. Saraf
ulnaris, yang merupakan saraf motorik dan sensorik, terbentuk dari medial pleksus brakialis yang berasal dari akar saraf C8 dan T1. Saraf
ulnaris bergerak ke bawah aspek posterior lengan untuk akhirnya melintasi posterior ke epikondilus medial melalui area yang dikenal sebagai
terowongan kubital. Terowongan kubital memanjang dari epikondilus medial humerus ke proses olekranon ulna. Saraf berjalan dangkal ke
ligamentum kolateral ulnaris (UCL) dan jauh ke lampiran aponeurotik dari fleksor karpi ulnaris (FCU), yang juga dikenal sebagai ligamentum
Osborne. Begitu saraf ulnaris mencapai batas proksimal ligamen Osborne, saraf itu terletak di terowongan kubital.
Atap terowongan kubital dibentuk oleh retinakulum terowongan kubital yang berjarak sekitar 4 mm antara epikondilus medial dan olekranon.
Lantai terowongan terdiri dari kapsul sendi siku dan pita posterior ligamentum kolateral medial siku. Ini berisi beberapa struktur yang paling
penting adalah saraf ulnaris.
Setelah melewati terowongan kubital, saraf ulnaris masuk jauh ke lengan bawah antara kepala ulnaris dan humerus dari fleksor karpi ulnaris .
Jebakan saraf ulnaris dapat terjadi di 5 kemungkinan tempat di sekitar siku:
a. Arcade of Struthers (sekitar 10cm proksimal epikondilus medial)
b. Septum intermuskular medial (berjalan dari arcade ke epikondilus)
c. Epikondilus medial
d. Terowongan kubital (retinakulum)
e. Aponeurosis pronator fleksor dalam (sekitar 5 cm di distal epikondilus)
Dari semua situs, terowongan kubital adalah tempat paling umum untuk jebakan.
Etiologi
CTS
Cubital tunnel syndrome terjadi karena penekanan saraf ulnaris di terowongan cubiti yang dapat
disebabkan oleh :
a. Adanya konstriksi pita fascia,
b. Subluksasi atau tergelincirnya saraf ulnaris dari tempatnya (keluar dari lekukan),
c. Adanya valgus cubiti (pertumbuhan tulang atau taji tulang yang abnormal di daerah siku),
d. Adanya pembengkakan jaringan synovium di sendi siku,
e.Tumor, ganglia ataupun karena kompresi langsung saraf ulnaris.

Beberapa aktivitas yang berisiko untuk menimbulkan gangguan ini antara lain:
 Menekuk siku untuk waktu lama, misalnya saat menelepon atau tidur dengan posisi tangan
dilipat di bawah bantal.
 Sering bersandar dengan siku, terutama pada permukaan yang keras, seperti menekan siku
pada lengan kursi saat mengetik, mengangkat siku pada sandaran kepala di kendaraan.
 Aktivitas fisik yang meningkatkan tekanan pada saraf ulnaris, misalnya pada pitcher baseball
yang melakukan gerakan memutar lengan untuk melempar.
Patofisiologi
CTS
Cubital tunnel syndrome, terjadi dalam tiga tahap patofisiologi: stadium awal, stadium menengah, dan stadium akhir. Gejala dan tanda yang
muncul pada cubital tunnel syndrome berbeda pada setiap stadium sesuai dengan patofisiologi penyakit.

Stadium Awal Stadium Menengah Stadium Akhir

Ditandai dengan gejala intermiten yang Gejala timbul secara konstan terutama
hanya terasa di malam hari. Pada cubital Gejala terjadi baik pada malam hari dan siang
defisit motorik dan sensorik akibat
tunnel syndrome, banyak faktor yang hari. Abnormalitas mikrosirkulasi terjadi
gangguan akson yang lebih besar. Selubung
menyebabkan peningkatan tekanan konstan dengan edema interstitial epineural
jaringan penunjang menjadi fibrosis dan
intrakanal nocturnal salah satunya dan intrafasikular, yang menyebabkan
menebal. Setelah serabut saraf dibebaskan,
kecenderungan pergelangan tangan pada peningkatan tekanan cairan endoneural.
perbaikan bergantung kepada regenerasi
posisi fleksi, yang akhirnya meningkatkan Edema epineural menyebabkan kerusakan
serabut saraf, usia, adanya polineuropati
tekanan intrakanal mielin dan nodus Ranvier yang berpengaruh
atau tidak, dan keparahan kompresi yang
terhadap konduksi saraf
bisa terjadi beberapa bulan bahkan tahun.
Faktor Resiko
CTS
Adapun beberapa faktor risiko yang termasuk dalam cubital tunnel syndrome, antara
lain:
a. Cedera kepala yang melibatkan daerah anggota gerak bagian atas;
b. Usia lebih dari 40 tahun;
c. Aktivitas dengan gerakan tertentu seperti melempar;
d. Pekerjaan yang membutuhkan gerakan menekuk siku dalam waktu yang lama,
seperti operator telepon;
e. Mengistirahatkan daerah siku pada permukaan yang keras dalam waktu yang lama;
f. Kegemukan.
Tanda & Gejala
CTS
Gejala-gejala awal yang bisa ditemukan antara lain:
• Rasa nyeri dan baal di daerah siku
• Rasa kesemutan dan baal pada jari kelingking dan jari manis

Pada akhirnya bisa terjadi gejala-gejala lain yang lebih berat, seperti:
• Kelemahan pada tangan, terutama jari kelingking dan jari manis
• Menurunnya kemampuan untuk menggenggam
• Penyusutan massa otot di tangan (atrofi)
• Kelainan bentuk tangan seperti cakar (claw-like deformity)
• Ketidakmampuan untuk meluruskan jari
• Nyeri tajam dan tiba-tiba saat siku disentuh
Komplikasi
CTS
a
ik as i ya ng da p at terjadi adalah ketik
Kompl
an g an i de ng an ba ik, cubital tunnel
tidak tert
pada
nd ro m e da pa t m en yebabkan kelemahan
sy
an
da n hi la ng ny a se ns asi nyeri dan peraba
otot
p ad a da er ah ta ng an dan lengan bawah.
sensoris
Penatalaksanaan
CTS
Beberapa pemeriksaan yang dapat diberikan oleh fisioterapi
pada pasien Cubital Tunnel Syndrome adalah sebagai berikut.
Froment
Sign

Pemeriksaan fisik pada tangan untuk menguji kelumpuhan saraf


ulnaris yang berakibat pada berkurangnya fungsi dan kelemahan
otot pada pegangan mencubit. Ini menguji kekuatan adduktor
pollicus ibu jari, yang dipersarafi oleh saraf ulnaris dan
dilemahkan pada kelumpuhan saraf ulnaris. Pasien diminta
membuat cubitan kuat antara ibu jari dan jari telunjuk serta
menggenggam benda datar seperti selembar kertas di antara ibu
jari dan jari telunjuk. Pemeriksa kemudian mencoba menarik
benda itu dari tangan subjek. Terdapat kelemahan adduktor
pollicus yang dipersarafi oleh saraf ulnaris yang akan menjaga
sambungan IP relatif lurus; sebaliknya, otot FPL yang dipersarafi
oleh saraf median digantikan oleh AP dan akan menyebabkan
sendi IP berada pada posisi hiperfleksi. Biasanya seseorang yang
normal dapat memegang kertas dengan sedikit atau tanpa
kesulitan. Namun, pasien dengan kelumpuhan saraf ulnaris akan
melenturkan ibu jari untuk mencoba menahan kertas
Tinel Sign Elbow

Digunakan untuk mendeteksi jeratan Saraf Ulnar di siku.


Untuk melakukan tes ini, posisikan siku pasien dalam posisi
tertekuk. Sangga pergelangan tangan pasien dengan satu
tangan, gunakan tangan lainnya untuk mengetuk dengan
ringan pada fosa kubital medial. Tes positif dilaporkan
ketika pasien mengalami parestesia di aspek medial lengan
bawah dan / atau ke medial satu setengah jari.
Beberapa intervensi yang dapat diberikan oleh fisioterapi
pada pasien Cubital Tunnel Syndrome adalah sebagai berikut.
Electrical
Stimulation (ES)

Electrical Stimulation merupakan suatu cara penggunaan energi


listrik untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit.
Dalam hubungannya dengan modulasi nyeri (Slamet, 2006). Dalam
kasus ini menggunakan metode umum dimana pemasangan
elektroda pada atau sekitar nyeri. Cara ini merupakan cara yang
paling mudah dan paling sering digunakan sebab metode ini dapat
langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan
karakter nyeri ataupun letak yang paling optimal yang hubungannya
dengan jaringan penyebab nyeri (Slamet, 2006).
Pasang pad yang sudah dibasahi diletakkan pada C8-Th1 dan pad
yang satunya diletakkan pada epicondlus medial lalu atur durasi
pulsa 200 pps, frekuensi 100hz dan intermitten lalu naikkan
intensitas sampai pasien merasakan arusnya. Waktu terapi selama
10-15 menit.
Ulnar Nerve Gliding
Exercise

Saraf memiliki kemampuan untuk diregangkan, seperti halnya otot


atau persendian. Jaringan saraf adalah jaringan terkuat, terpanjang di
tubuh dan yang paling sensitif terhadap peregangan. Pada sindrom
terowongan kubital, saraf bisa menjadi kencang atau terperangkap;
latihan ini adalah cara yang efektif untuk meningkatkan aliran darah
ke saraf ulnaris dan dengan lembut meregangkannya.
Muscle
Strengthening
Exercise

Terapi Meningkatkan kekuatan otot di sekitarnya dapat membantu


mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kemampuan fungsional
Terapi Latihan
Free Active Exercise

Free Active Exercise adalah suatu bentuk latihan aktif yang


dilakukan oleh kekuatan otot pasien itu sendiri tanpa menggunakan
suatu bantuan dan tahanan yang berasal dari luar, kecuali gravitasi
(Hidayat, 2008).
Pasien diintruksikan untuk menggerakkan tangannya sendiri ke arah
dorsi flexi wrist dan palmar flexi wrist secara bergantia, lalu radial
deviasi dan ulnatr deviasi secara bergantian lalu memflexi-
ekstensikam PIP dan DIP secara bergantian. Lakukan pengulangan
sebanyak 8 kali.
Terapi Latihan
Active Ressisted
Exercise

Active Ressisted Exercise adalah suatu bentuk latihan aktif melawan


tahanan dimana kekuatan tahanan di terapkan oleh terapis baik
dinamis maupun statis kontraksi otot (Kisner, 2007).
Pasien diminta untuk menggerakan tangan semampunya jika tidak
mampu dibantu oleh terapis ke arah fleksi dan ekstensi wrist, dorsi
flexi wrist dan palmar flexi wrist secara bergantian, lalu radial
deviasi dan ulnar deviasi secara bergantian lalu memflexi-
ekstensikam PIP dan DIP secara bergantian. Lakukan pengulangan
sebanyak 8 kali.
Thanks

Anda mungkin juga menyukai