Anda di halaman 1dari 35

MANAJEMEN FISIOTERAPI

KARDIOVASKULO PULMONAL
PADA POST OPERASI HAEMATORAX

I Made Surya Widi Antara


18031005

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


DEFINISI HAEMATHORAX

Haema = pendarahan
Haemothorax adalah kondisi yang terjadi ketika ada darah pada rongga pleu
ra, yang terletak di antara dinding dada dan paru. Penumpukan volume darah ini
memberikan tekanan yang cukup besar pada paru sehingga akhirnya membuat ker
ja paru menjadi terhambat dan bermasalah.
ETIOLOGI HAEMATHORAX

Penyebab paling umum dari hemothorax adalah cedera trauma pada dada. Contohnya te
rmasuk jatuh keras di bagian depan tubuh atau mengalami kecelakaan mobil dan bagian dari k
endaraan dan mengenai dada dengan sangat keras. Tusukan pada dada juga dapat menyebabka
n darah bocor ke rongga dada dan menyebabkan hemotoraks.
KLASIFIKASI

Hematotoraks dibagi berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:


1. Hematotoraks kecil: yang tampak sebagian bayangan kurang dari 15 %
pada foto rontgen, perkusi pekak sampai iga IX. Jumlah darah sampai
300 ml.
2. Hematotoraks sedang: 15–35 % tertutup bayangan pada foto rontgen,
perkusi pekak sampai iga VI. jumlah darah sampai 800 ml.
3. Hematotoraks besar: lebih 35 % pada foto rontgen, perkusi pekak
sampai cranial, iga IV. Jumlah darah sampai lebih dari 800 – 1500 ml.
TANDA DAN GEJALA HEMOTHORAX

Tanda dan gejala hemothorax yang paling umum terjadi, meliputi:


a. Rasa sakit atau perasaan berat di dada
b. Merasa cemas atau gugup
c. Dispnea, atau kesulitan bernapas
d. Bernafas dengan cepat

e. Detak jantung tidak normal cepat

f. Berkeringat dingin
g. Kulit menjadi pucat
PATOFISIOLOGI

Trauma pada thoraks

Laserasi pembuluh darah Nyeri dada


interkostalis

Pendarahan. Darah
terakumulasi di rongga pleura Menekan paru
(haemothoraks)

Gangguan
progresif pengembangan paru

Kehilangan darah
Ggn. ventilasi

takikardi CO menurun Oksigen menurun, CO2


meningkat
Tekanan darah menurun
dispnea

Aliran darah Kulit pucat, keringat


ke perifer dingin
PROSES ASUHAN
FISIOTERAPI
ASSESMENT

I. Identitas Pasien
a. Nama : Mrs. T
b. Umur : 22 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Jln Sengkuni
e. Pekerjaan : Driver ojol
f. Agama : Islam
g. MRS : 24 Juni 2020
ASSESMENT
II. Pemeriksaan Subjektif
Keluhan Utama (KU)
Pasien mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri, sehingga membuat pasien kesulitan untuk bernapas
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Pada tanggal 24 juni 2020 pasien datang dengan keluhan mengalami penurunan kesadaran kurang lebih 1 jam sebelum MRS. Pasien
datang ke IGD setelah mengalami kecelakaan motor (tunggal), terjatuh sendiri dan menabrak trotoar. Dimana saat kecelakaan dada
pasien terkena stang motor. Pasien ditemukan sudah tidak sadarkan diri kurang lebih 1 jam sebelum MRS. Saat ditangani dokter selama
beberapa menit, dan dokter berkata kepada keluarga pasien bahwa pasien harus dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang untuk
memastikan keadaan organ dalamnya. Dan terdapat fraktur costa 4 yang membuat pleura robek sehingga mengeluarkan darah pada
bagian paru sinistra. Karena cairan yang begitu banyak sehingga dilakukan pemasangan Water Seal Drainage untuk mengambil cairan
yang berada di rongga paru. Namun pendarahan masih tetap berlanjut, bahkan ketika tabung masih melakukan tugasnya untuk
mengeluarkan darah, maka dilakukannya operasi torakotomi. Seminggu setelah dilakukan operasi pasien di tangani oleh fisioterapi.
RPD/RPK : TIDAK ADA
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang Driver ojol
ASSESMENT
III. Pemeriksaan Objektif
a. Vital Sign
Absolut Tambahan* Inspeksi statis
- Pasien terlihat menggunakan pemasangan chest tube yang
HR : 98 x/Min Saturasi Oksien : 88 % dihubungakan dengan tabung berisi air (water shield
RR : 24 x/Min Kesadaran : kompos mentis drainage)
- Pasien pada posisi semi folwer
BP : 120/70 mmHg TB :167 cm
- Kulit tampak pucat
Suhu : 36,7 0Celcius BB : 54 kg - terpasang infus ditangan kiri
- Tampak jejas pada bagian dada
Inspeksi Dinamis
- Pergerakan thoraks asimetris
- Saat pasien bernapas melakukan inspirasi dan ekspirasi
terlihat menahan nyeri
- Tempo pernapasan cenderung cepat
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada dada
Auskultasi : Vesikuler hilang pada thorax sinistra
Perkusi :Redup dan pekak pada thoraks sinistra
ASSESMENT
III. Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar


Pemeriksaan Hasil
Aktif Gerak aktif dilakukan dengan kesimpulan pasien
belum mampu mengangkat ekstremitas atas dan
bawah dengan full
Pasif Gerakan pasif dilakukan dengan kesimpulan
ekstremitas atas dan bawah bisa melakukan
gerakan full ROM
Isometrik Gerakan isometrik dilakukan dengan kesimpulan
pada ekstremitas atas dan bawah tidak mampu
melawan tahanan dari terapis.
ASSESMENT
III. Pemeriksaan Objektif
Diagnosis Banding

Diagnnosis Banding Gambaran klinis


Efusi Pleura - Pergerakan dinding dada yang tampak tidak seimbang antara
sisi kiri dan kanan
- Getaran (taktil fremitus) yang terasa lebih lemah pada
bagian dada yang terisi cairan
- Bunyi ketukan (perkusi) yang lebih berat atau rendah akibat
penumpukan cairan pada dinding dada

Empiema - kondisi di mana terdapat cairan purulent pada rongga pleura.


Hal ini umumnya dikaitkan dengan pneumonia, namun
dapat juga berupa komplikasi lanjutan dari tindakan bedah
thorax atau trauma pada thorax. Untuk membedakan
empiema dan hemothorax dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium
PENGUKURAN
1. Ekspasi sangkar toraks dengan midline
Lokasi Inspir Ekspirasi selisih
asi
Axilla 90 cm 92 cm 2 cm
ICS4 89 cm 90 cm 1 cm
Procecus Xipoideus 85 cm 86 cm 1 cm
Interpretasi: pemeriksaan ekspansi sangkar thoraks dilakukan pada 3 bagian yaitu axilla, ICS4, dan
procecus Xipoideus dengan menggunakan midline yang diperoleh hasil perbandingan inspirasi dan
ekspirasi 2 : 1 : 1 . dengan seharusnya pada kondisi normal didapatkan selisih 4-5 cm

2. Nyeri dada dengan vas


JENIS NYERI NILAI
Nyeri Diam 2/10
Nyeri Tekan 5/10
Nyeri gerak 7/10
Interpretasi :
Skala nyeri 0 : Tidak Nyeri
Skala nyeri 1-3 : Nyeri Ringan
Skala nyeri 4-7 : Nyeri Sedang
Skala nyeri 8-10 : Nyeri Berat
Dari hasil pengukuran didapatkan nyeri diam 2/10, nyeri tekan 5/10, nyeri gerak 7/10
PENGUKURAN
3. Sesak napas dengan Brog Scale
Sesak Nafas Keterangan
0 Tidak Ada
0.5 Sangat-Sangat Ringan
1 Sangat Ringan
2 Ringan
3 Sedang
4 Sedikit Berat
5 Berat
6 Sangat Berat
7 Sangat-sangat Berat
8 Maksimal
 
Interpretasi : skala borg merupakan skala ordinal
dengan nilai-nilai 0sampai dengan 10. Digunakan
untuk mengukur sesak nafas selama
melaksanakan kegiatan/pekerjaan. Pada pasien ini
mendapatkan nilai 3 dengan keterangan sedikit
berat

 
PENGUKURAN
4. ROM dengan Goneometer
PENGUKURAN
5. Kelemahan otot dengan MMT

Ektremitas Atas Dextra Ektremitas Atas Sinistra


Regio Gerakan Nilai Regio Gerakan Nilai
Shoulder Fleksi 2
Shoulder Fleksi 2
  Ekstensi 2
  Ekstensi 2
  Adduksi 2
  Adduksi 2
  Abduksi 2
  Abduksi 2
  Internal rotasi 2
  Eksternal rotasi 2   Internal rotasi 2
Elbow Fleksi 2   Eksternal rotasi 2
  Ekstensi 2 Elbow Fleksi 1
  Supinasi 2   Ekstensi 1
  Pronasi 2
  Supinasi 2
Wrist Palmar Fleksi 2
  Pronasi 2
  Dorso Fleksi 2
Wrist Palmar Fleksi 2
  Radial deviasi 2
  Ulnar deviasi 2   Dorso Fleksi 2
  Radial deviasi 2
  Ulnar deviasi 1
PENGUKURAN
5. Kelemahan otot dengan MMT
Ektremitas Bawah Dextra Ektremitas Bawah Sinistra
Regio Gerakan Nilai Regio Gerakan Nilai

HIP Fleksi 2 HIP Fleksi 2


  Ekstensi 2   Ekstensi 2
  Adduksi 2   Adduksi 2
  Abduksi 2   Abduksi 2
  Internal rotasi 1   Internal rotasi 1
  Eksternal rotasi 1   Eksternal rotasi 1
Knee Fleksi 2 Knee Fleksi 2
  Ekstensi 2   Ekstensi 2
Ankle Plantar Fleksi 2 Ankle Plantar Fleksi 2
  Dorso Fleksi 2   Dorso Fleksi 2
  Eversi 1   Eversi 1
  Inversi 1   Inversi 1
Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Kesan Keterangan

X-Ray Foto rontgen toraks AP posisi supine Gambaran foto rontgen thorak AP pada
pasien didapatkan gambaran opak pada sisi
paru kiri dan sudut costophrenicus yang
tumpul. Gambaran opaq menggambarkan
terdapatnya cairan pada dinding dada
sebelah kiri sehingga menyebabkan
tumpulnya sudut costophrenicus dan
corakan bronkovaskular tidak terlihat
dikarenakan tertutupi oleh cairan tersebut
(darah).

CT Scan Diindikasikan untuk pasien dengan


haemothoraks yang untuk evaluasi lokasi
clotting (bekuan darah) dan untuk
menentukan kualitas atau jumlah bekuan
darah di rongga pleura
ICF CODING

Impairment (Body Structure & Body Function Impairment)


Body structure :
•Penyempitan jalan nafas (s4310)
•Structure of cardiovascular system (s410)
Body function :
•Sesak nafas saat aktifitas (b4402)
•Haematological system function (b430)
•Sensation pain in chest (b28011)

Activity Limitation
•Religion and spirituality (d930)
•Walking long distance (d4501)

Participation of restiction
•Community,social and civic life (d998)
•Hobbies (d9204)
ICF CODING

Personal Factor PROGNOSIS


Kognitif :Pasien dapat menjelaskan kronologi terjadinya penyakit kepada
terapis dengan baik. Quo ad vitam : Bonam
Intrapersonal :Pasien mempunyai keinginan dan semangat yang kuat untuk
sembuh. Quo ad sanam : Bonam
Interpersonal :Pasien dapat berkomunikasi dan melaksanaan instruksi
Quo ad cosmeticam : Bonam
terapis pada saat melakukan terapi

Environmental Factor
Fasilitator :adanya support dari keluarga mengantarkan ke klinik
fisioterapi (e310)
Mendapatkan penanganan yang baik dari fisioterapi (e355)
Barrier : General product and technology for culture, recretion and suport
(e1400)

DIAGNOSIS FISIOTERAPI

Adanya nyeri dada sehingga sulit bernapas oleh karena post operasi
haemotoraks
PLANNING
Jangka Pendek

•Mengurangi nyeri dada


•Mengurangi sesak nafas
•Meningkatkan ekspasi sangkar toraks
•Meningkatkan lingkup gerak sendi
•Meningkatkan kekuatan otot

Jangka Panjang

-Meneruskan program jangka pendek


- Meningkatkan aktifitas dalam lingkungan dan kemampuan funsional
-Dapat beraktivitas seperti semula
CLINICAL REASONING
INTERVENSI
Intervensi Metode Pelaksanaan Dosis Evidence Based

Pursed Lip Oleh karena teknik ini menekan pada dosis 2 kali Agung Wahyu Permadi, Antonius
Breathing proses ekspirasi, maka udara yang keluar dalam seminggu Tri Wahyudi.2017.Pengaruh
  akan dihambat oleh bibir, dimana akan   pursed lip breathing dan sustained
menyebabkan tekaan dalam rongga mulut maximal Inspiration terhadap
lebih positif. peningkatkan kekuatan otot
Pernapasan untuk mengurangi
1. Lakukan inspirasi secara biasa keluhan sesak napas pada kasus
beberapa detik melalui hidung kardio respirasi . Jurnal Terpadu
dengan mulut tertutup (bukan Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2.
nafas dalam). hlm 118-240

2. Kemudian ekspirasi melalui  


mulut perlahan dengan posisi
bibir seperti bersiul.

3. PLB dapat dilakukan dengan


atau tanpa kontraksi otot
abdomen.

4. Selama melakukan PLB tidak


boleh ada udara yang keluar
melalui hidung.
INTERVENSI

Latihan napas 1. Ambil nafas panjang, dosis 2 kali Agung Wahyu Permadi,
dalam atau lambat, dan dalam dalam Antonius Tri
sustained maximal melalui hidung. seminggu Wahyudi.2017.Pengaruh
inspiration 2. Usahakan dada dan bahu   pursed lip breathing dan
  tetap rileks. sustained maximal
Inspiration terhadap
3. Beberapa orang perlu peningkatkan kekuatan
menahan nafas selama 2- otot Pernapasan untuk
3 detik setelah mengurangi keluhan
melakukan inspirasi, dan
sesak napas pada kasus
setelah itu hembuskan.

4. Lakukan 3-5 kali nafas kardio respirasi . Jurnal


dalam.
Terpadu Ilmu
Kesehatan, Volume 6,

No 2. hlm 118-240

 
INTERVENSI

ROM Exercise Posisi pasien dalam keadaan tidur selama 3-4 Iswandi.2012.
terlentang di atas bed dengan relax, kali sehari Penatalaksanaan fisioterapi
lalu lakukan rom exercise pada   pada efusi pleura di rsu pku
ekstremitas atas terlebih dahulu baru
muhammadiyah yogyakarta.
bawah.
Program studi diploma III
fisioterapi fakultas ilmu
kesehatan universitas
muhammadiyah surakarta :
http://eprints.ums.ac.id/204
66/14/10._naskah_publikasi
.pdf

Static Contraction Kontraksi otot tanpa adanya suatu Pada pasein Iswandi.2012.
gerakan, daerah otot yang ini Penatalaksanaan fisioterapi
mengalami kelemahan diarahkan pengulangan pada efusi pleura di rsu pku
oleh terapis untuk menekan ke dilakukan 5 muhammadiyah yogyakarta.
bawah/ke bed sehingga otot sampai 10 kali Program studi diploma III
berkontraksi. fisioterapi fakultas ilmu
kesehatan universitas
muhammadiyah surakarta :
http://eprints.ums.ac.id/204
66/14/10._naskah_publikasi
.pdf
INTERVENSI

Thoracic Expansion Latihan yang menggabungkan Pada pasein Iswandi.2012.


Exercise gerakan aktif dari ekstremitas ini Penatalaksanaan
dengan breathing. Lakukan pengulangan fisioterapi pada efusi
mobilisasi dada pasif atau aktif
dilakukan 5 pleura di rsu pku
sehingga dapat meningkatkan
sampai 10 muhammadiyah
panjang otot interkostalis.
kali yogyakarta. Program studi
diploma III fisioterapi
fakultas ilmu kesehatan
universitas
muhammadiyah surakarta
:
http://eprints.ums.ac.id/20
Breathing Exercise Mengintruksikan pasien untuk Lakukan 466/14/10._naskah_publi
Wardani,sukma.
bernapas dalam melalui hidung, latihan ini kasi.pdf
2017.Penatalaksanaan
bahu relaks, dada atas tenang, sebanyak 3-4 fisioterapi pada pasien
perut sedikit naik. Kemudian
kali lalu dengan Pneumonia di RS
intruksikan pasien untuk
istirahat. Paru Dr. Ario Wirawan
menghembuskan napas perlahan
melalui mulut. Salatiga.Universitas
Muhammadiyah
Surakarta :
eprints.ums.ac.id
EDUKASI

Edukasi Evidence Based


Pasien diharapkan untuk melakukan latihan mandiri seperti Wardani,sukma.
Breathing exercise, pursed lip breathing. Serta menghindari 2017.Penatalaksanaan
hal-hal yang dapat memicu gangguan. fisioterapi pada pasien
dengan Pneumonia di RS
Paru Dr. Ario Wirawan
Salatiga.Universitas
Muhammadiyah
Surakarta :
eprints.ums.ac.id
HOME PROGRAM

Edukasi Metode Evidence Based Breathing Mengintruksikan pasien untuk Wardani,sukma.


Pursed Lip Oleh karena teknik ini menekan pada Agung Wahyu Permadi, bernapas dalam melalui hidung,
Breathing proses ekspirasi, maka udara yang Antonius Tri
Exercise 2017.Penatalaksanaan
bahu relaks, dada atas tenang, fisioterapi pada
  keluar akan dihambat oleh bibir, Wahyudi.2017.Pengaruh
dimana akan menyebabkan tekaan pursed lip breathing dan perut sedikit naik. Kemudian pasien dengan
dalam rongga mulut lebih positif. sustained maximal intruksikan pasien untuk
Inspiration terhadap
Pneumonia di RS
menghembuskan napas perlahan
1. Lakukan inspirasi secara biasa peningkatkan kekuatan Paru Dr. Ario
beberapa detik melalui hidung
melalui mulut.
otot Pernapasan untuk Wirawan
dengan mulut tertutup (bukan mengurangi keluhan sesak
nafas dalam). napas pada kasus kardio
Lakukan sebanyak 3-4 kali Salatiga.Universitas
respirasi . Jurnal Terpadu Muhammadiyah
2. Kemudian ekspirasi melalui Ilmu Kesehatan, Volume 6, Surakarta :
mulut perlahan dengan posisi No 2. hlm 118-240
bibir seperti bersiul. eprints.ums.ac.id
 
3. PLB dapat dilakukan dengan
atau tanpa kontraksi otot
abdomen.

Selama melakukan PLB tidak boleh


ada udara yang keluar melalui hidung.
EVALUASI
1. Vital sign
2. Ekspasi sangkar toraks
 
Oximetry, Stetoskop, spigmomanometer Midline

Sebelum intervensi lokasi inspirasi ekspirasi Selisih


Absolut Tambahan*
HR : 98 x/Min SpO2 : 88% Axilla 90 cm 92 cm 2 cm
RR : 24 x/Min TB : 167cm
BP : 120/70 mmHg BB : 54 kg ICS4 89 cm 90 cm 1 cm
Suhu : 36,7 Celcius
0
Kesadaran : Compos mentis Procecus 85 cm 86 cm 1 cm
Setelah intervensi Xipoideus
Absolut Tambahan*
HR : 100x/Min SpO2 : 90% Setelah intervensi
RR : 22 x/Min TB : 167 cm lokasi inspirasi ekspirasi Selisih
BP : 120/80 mmHg BB :54 kg Axilla 93 cm 96 cm 3cm
Suhu : 37 Celcius
0
Kesadaran : Compos mentis
ICS4 90 cm 92 cm 2 cm

Procecus 87cm 89 cm 2 cm
Xipoideus
EVALUASI
3. Sesak nafas
Borg scale
Setelah intervensi
Sebelum intervensi Sesak Nafas Keterangan
Sesak Nafas Keterangan
0 Tidak Ada
0 Tidak Ada 0.5 Sangat-Sangat Ringan

0.5 Sangat-Sangat Ringan 1 Sangat Ringan

1 Sangat Ringan
2 Ringan

2 Ringan 3 Sedang

3 Sedang 4 Sedikit Berat

4 Sedikit Berat 5 Berat

5 Berat 6 Sangat Berat

6 Sangat Berat 7 Sangat-sangat Berat

7 Sangat-sangat Berat 8 Maksimal


Interpretasi : setelah mendapatkan intervensi dari
8 Maksimal
fisioterapi keluhan sesak nafas pasien berubah menjadi
sedang yang sebelumnya sedeikit berat
 
EVALUASI
4. Nyeri dada
VAS
Jenis Nyeri Nilai
Nyeri Diam 0/10
Nyeri Tekan 1/10
Nyeri Gerak 3/10
Interpretasi

Pengukuran nyeri berdasarkan jenis nyeri yang dibagi


menjadi Nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri gerak.

Skala nyeri 0 : Tidak Nyeri

Skala nyeri 1-3 : Nyeri Ringan

Skala nyeri 4-7 : Nyeri Sedang

Skala nyeri 8-10 : Nyeri Berat

Dari hasil pengukuran akhir didapatkan nyeri diam 0/10,


nyeri tekan 1/10, nyeri gerak 3/10
EVALUASI
5. Kelemahan otot
MMT

Ektremitas Atas Dextra Ektremitas Atas Sinistra


Regio Gerakan Nilai Regio Gerakan Nilai
Shoulder Fleksi 4 Shoulder Fleksi 4
  Ekstensi 4   Ekstensi 4
  Adduksi 4   Adduksi 4
  Abduksi 4   Abduksi 4
  Internal rotasi 4   Internal rotasi 4
  Eksternal rotasi 4   Eksternal rotasi 4
Elbow Fleksi 4 Elbow Fleksi 4
  Ekstensi 4   Ekstensi 4
  Supinasi 4   Supinasi 4
  Pronasi 4   Pronasi 4
Wrist Palmar Fleksi 4 Wrist Palmar Fleksi 4
  Dorso Fleksi 4   Dorso Fleksi 4
  Radial deviasi 4   Radial deviasi 4
EVALUASI
5. Kelemahan otot
MMT

Ektremitas Bawah Dextra Ektremitas Bawah Sinistra


Regio Gerakan Nilai Regio Gerakan Nilai
HIP Fleksi 4 HIP Fleksi 4
  Ekstensi 4   Ekstensi 4
  Adduksi 4   Adduksi 4
  Abduksi 4   Abduksi 4
  Internal rotasi 4   Internal rotasi 4
  Eksternal rotasi 4   Eksternal rotasi 4
Knee Fleksi 4 Knee Fleksi 4
  Ekstensi 4   Ekstensi 4
Ankle Plantar Fleksi 4 Ankle Plantar Fleksi 4
  Dorso Fleksi 4   Dorso Fleksi 4
  Eversi 4   Eversi 4
  Inversi 4   Inversi 4
EVALUASI
6. ROM AGA dan   ROM AKTIF  
AGB
Goniometer
BIDANG REGIO DEKTRA SINISTRA
  Shoulder S = 600-00- S = 600-00-1800
1800
  Elbow S = 00-00-1500 S = 00-00-1500
  Wrist S = 700-00-800 S = 700-00-800
  Hip S = 300-00- S = 300-00-1200
1200
Sagital Knee S = 100-00- S = 100-00-1350
1350
  Ankle S = 500-00-200 S = 500-00-200
  Shoulder F = 1800-00- F = 1800-00-450
450
  Wrist F = 200-00-300 F = 200-00-300
Frontal Hip F = 450-00-300 F = 450-00-300
  Ankle F = 150-00-350 F = 150-00-350
  Shoulder H = 900-00-700 H = 900-00-700
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai