Anda di halaman 1dari 20

LI SGD 7

Nama : Siti Nurhaliza


NIM : 30901800169
Konsep mapping
Batu di Ureter

Etiologi Manfes:
Definisi : Terbentuknya batu - Gangguan aliran urin Patofisiologi : Faktor : Komplikasi
- Gelombang nyeri yang - Faktor intrinsik - Avulsi ureter
di saluran kemih yang - Gangguan metabolik Supersaturasi urin tingkat kejenuhan luar biasa akut dan (umur, jenis - Trauma organ
disebabkan oleh - Infeksi saluran kemih zat yang terlarut dalam urin seperti kronik yang menyebar
pengendapan substansi yang - Dehidrasi kalsium, oksalat, fosfat, dan ion h+ kelamin, gen) pencernaan
ke paha dan genetalia - Faktor ekstrisik - iSK
terdapat dalam air kemih - idiopatik terlampaui  diikuti oleh nukleasi shg - Rasa ingin berkemih
yang jumlahnya berlebihan tktb homo/heterogenproses kinetik (geografi, iklim - sepsis
namun hanya sedikit dan cuaca, air
atau karena faktor lain yang membentuk kristalagregasibatu urin yang keluar yang diminum,
mempengaruhi daya larut - Hematuria pola
substansi (Lina, 2008). - Mual dan muntah makan,kebiasaan
- Demam menahan kencing
1. Patofisiologi dan pathway batu ureter?
Batu di ureter terbentuk dari beberapa kondisi yakni proses supersaturasi dari ion-ion yang terdapat
dalam urin (kalsium, oksalat, asam urat dan fosfat) dan kurangnya inhibitor (penghambat) terbentuknya
batu seperti sitrat, magnesium, seng, makromolekul, dan pirofosfat. (Wells et al.,2012)

Path way
Supersaturasi urin  tingkat kejenuhan zat yang terlarut dalam urin seperti kalsium, oksalat, asam urat,
fosfat dan ion h+ terlampauidiikuti oleh nukleasi terbentuk inti homogen atau heterogen proses
kinetik membentuk kristalagregasibatu.
2. Pemeriksaan penunjang pada batu ureter ?

a. Laboratorium
- Urinalisis : ditemukan adanya sedimen urin yang menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, kristal-
kristal pembentuk batu.
- Pemeriksaan darah lengkap :dapat ditemukan kadar hb yang menurun akibat terjadinya hematuria. Bisa
juga didapatkan jumlah leukosit yang menungkat akibat proses peradangan di ureter
b. Radiologi
- BNO-IVP : digunakan untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi obstruksi atau tidak.
- USG : dapat menunjukkan ukuran, bentuk, posisi batu, dan adanya obstruksi.
- CT scan : teknik pemeriksaan yang paling baik untuk melihat gambaran semua jenis batu dan juga
terlihat lokasi dimana terjadinya obstruksi.
Sumber : academia.edu
3. Komplikasi pada batu diureter?
a. Komplikasi akut
Kematian, kehilangan fungsi ginjal, kebutuhan transfusi dan tambahan invensi sekunder yang tidak
direncanakan.
b. Komplikasi jangka panjang
Striktura, obstruksi, hidronefrosis, berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis, dan berakhir dengan kegagalan
faal ginjal yang terkena.
4. Klasifikasi dari batu di ureter?
• a. Batu Oksalat/kalsium oksalat.
• Asam oksalat di dalam tubuh berasal dari metabolisme asam amino dan asam askorbat (vitamin C). Asam askorbat merupakan prekursor okalat yang cukup
besar, sejumlah 30%.
Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat
(misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi.

• b. Batu Struvit.
• Batu struvit terdiri dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium karbonat.
Batu tersebut terbentuk di pelvis dan kalik ginjal bila produksi ammonia bertambah dan pH urin tinggi, sehingga kelarutan fosfat berkurang. Hal ini terjadi
akibat infeksi bakteri pemecah urea (yang terbanyak dari spesies Proteus dan Providencia, Peudomonas eratia, semua spesies Klebsiella, Hemophilus,
Staphylococus, dan Coryne bacterium) pada saluran urin.

• c. Batu Urat.
• Terjadi pada penderita gout (sejenis rematik), pemakaian urikosurik (misal probenesid atau aspirin), dan penderita diare kronis (karena kehilangan cairan, dan
peningkatan konsentrasi urine), serta asidosis (pH urin menjadi asam, sehingga terjadi pengendapan asam urat).

• d. Batu Sistina.
• Sitin merupakan asam amino yang kelarutannya paling kecil. Kelarutannya semakin kecil jika pH urin turun/asam. Bila sistin tak larut akan berpresipitasi
(mengendap) dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam sel ginjal/saluran kemih membentuk batu.
• E batu kalium fosfat
• Terjadi pada penderita hiperkalsiurik (kadar kalsium dalam urine tinggi) dan atau berlebih asupan kalsium (misal susu dan
keju) ke dalam tubuh.

• f. Batu Kalsium
• Sebagian besar penderita batu kalsium mengalami hiperkalsiuria, dimana kadar kalsium di dalam air kemih sangat tinggi.
Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang baru. Dianjurkan untuk minum
banyak air putih (8-10 gelas/hari). Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D,
asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut.

• g. Batu Asam Urat


• Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya
kadar asam urat di dalam air kemih.
Makanan Yang harus dihindari
Makanan yang mengandung kadar kapur (kalsium) tinggi bisa berbahaya menaikkan kadar kalsium dalam darah dan air
kencing sehingga kadarnya melebihi ambang batas aman dengan akibat terbentuk kristal batu. 
5. Pengkajian pada kasus batu ureter?
1. Identitas klien
Nama : tn A
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 31 tahun
Pendidikan : SMA
Status perkawinan : sudah mwnikah
Agama : islam
Alamat : Genuk Indah Semarang
Penanggung jawab
Nama: ny C
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Genuk Indah Semarang
Hubungan dengan klien : ibu klien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama :klien mangatakan sering merasa nyeri pinggang sebelah kanan sejak satu tahub terakhir dengan skala nyeri 7, saat
BAK sering terasa nyeri dan BAK tidak tuntas,.
b. Riwayat Penyakit sekarang: batu ureter
c. Riwayat Penyakit dulu : sekitar 2 thn yang lalu pasien pernah BAK berdarah dan merasa nyeri
d. Riwayat penyakit keluarga :-

3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital :-
b. Kepala dan leher : -
c. Jantung :-
d. Paru-paru:-
e. Abdomen : ginjal kanan besar, bentuk baik, system pelviokalises sedikit melebar, tampak batu di ureter
distal dengan ukuran 2x8cm, kesan hidronefrosis kanan grade 2-3
f. Ekstremitas :-
g. Sistem persyarafan :-
h. Sistem integumen :-
4. Pengkajian Pola fungsional
a. Pola metabolik/ nutrisi:-
b. Pola eliminasi : BAK sering terasa nyeri, BAK tidak tuntas dan pernah BAK berdarah
c. Pola aktivitas latihan : -
d. Pola istirahat:-
e. Kebutuhan higienis:-
f. Pola persepsi-kognitif :-
g. Pola konsep diri-persepsi diri:-
h. Pola reproduksi seksualitas :-
i. Pola toleransi terhadap stress-koping :-
j. Keamanan, keselamatan, dan kenyamanan:-
k. Pola keyakinan/nilai/prinsip hidup:-

5. Hasil pemeriksaan penunjang


a. Laboratorium : Hb 15,5 g/dL (13-18g/dL), Ht 46 (40-52%), Leukosit 11010 (48000-10800), ureum 26mg/dL, creatinin 1,5
mg/dL (0,5-1,5 mg/dL), asam urat 8 mg/dL (3,4-7 mg/dL).
b. Pemeriksaan USG abdomen : Ginjal kanan : Besar, bentuk baik, sistem pelviokalises sedikit melebar,
tampak batu di ureter distal dengan ukuran 2x8 cm kesan hidronefrosis kanan grade 2-3.

6. Monitor obat-obatan
Terapi ceftriaxone 1x2 gr (IV), lasix 1x1 gr (IV), profenid 3x1 supp.
6. Jelakan sistem LUT
LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) adalah istilah umum untuk menjelaskan berbagai gejala berkemih yang dikaitkan dengan
BPH. Keluhan pasien BPH berupa LUTS terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptoms).
Gangguan saluran kencing bagian bawah atau disebut sebagai lower urinary tract symptoms (LUTS) adalah istilah yang digunakan
dalam menggambarkan keluhan dan kualitas kencing seseorang. Secara singkat, keluhan ini dibagi menjadi keluhan penyimpanan
(storage/iritatif), pengeluaran (voiding/obstruktif), dan keluhan Pasca berkemih (post micturition symptom).
Keluhan storage diantaranya adalah kencing menjadi sering (frekuensi), terbangun di malam hari untuk kencing (nokturia), nyeri
ketika kencing (disuria), dan tidak kuat menahan kencing (urgensi).Sementara keluhan voiding diantaranya :pancaran kencing
menjadi lemah, sulit untuk mengawali kencing atau harus menunggu beberapa saat untuk kencing (hesitansi), ada perasaan tidak
lampis setelah kencing, dan juga aliran yang terputus ketika kencing (intermitensi). Satu keluhan lain adalah post micturition
symptom ditandai dengan adanya aliran yang menetes pada saat akhir kencing.
LUTS dapat terjadi karena adanya sumbatan saluran kencing bagian bawah (leher kandung kencing, prostat, maupun urethra) yang
disebut sebagai bladder outlet obstruction (BOO).Apabila keluhan ini muncul pada pria dengan usia lebih dari 50 tahun, maka
kemungkinan penyababnya adalah suatu pembesaran prostat jinak/benign prostatic hyperplasia (BPH). Hingga saat ini belum ada
satu teoripun yang mampu menjelaskan secara pasti mengapa pembesaran ini dapat terjadi, namun beberapa penelitian mendapatkan
adanya pengaruh proses penuaan, ketidakstabilan hormonal dan gangguan regenerasi sel menjadi penyebab pertumbuhan jaringan
prostatter sebut.
7. Jelakan pembentukan dari batu di
ureter?
Komponen utama pembentuk batu saluran kemih adalah kristalin. Terdapat beberapa tahapan dalam proses
pembentukan kristal yaitu nukleasi, growth, dan agregasi. Nukleasi mengawali proses pembentukan batu.
Nukleasi dipengaruhi oleh berbagai substansi seperti matriks proteinaceous, benda asing, dan partikel lain.
Nukleasi heterogen (epitaxy) merupakan jenis nukleasi yang umum terjadi pada pembentukan batu saluran
kemih. Hal ini disebabkan karena nukleasi heterogen membutuhkan jumlah energi yang lebih sedikit
dibandingkan dengan Universitas Sumatera Utara 5 nukleasi homogen. Sebuah tipe kristal akan menjadi
nidus atau sarang untuk nukleasi kristal lain. Sebagai contoh, kristal asam urat akan menjadi sarang untuk
nukleasi kalsium oksalat (Stoller, 2008).
8. Diagnosa Keperawatan
Analisa data

Nama : tn A

No registrasi : 123456

Umur : 31 tahun

Perawat : Siti Nurhaliza

Tgl Data Fokus Problem Etiologi


Ds Nyeri Kronis Batu di ureter
Pasien Mengatakan sering mengatakan nyeri di pinggang sebelah kanan
sejak 1 tahun terakhir
Do
P : Gangguan BAK
Q :-
R : Pinggang sebelah kanan
S : skala nyeri 7
T: -

DS Gangguan Infeksi ginjal dan


Pasien mengatakan BAK sering terasa nyeri dan BAK tidak tuntas BAK eliminasi urin saluran kemih
pernah berdarah 2 tahun yang lalu
Do
Abdomen : ginjal kanan besar, bentuk baik, system pelviokalises sedikit
melebar, tampak batu di ureter distal dengan ukuran 2x8cm, kesan
hidronefrosis kanan grade 2-3
Prioritas Masalah
- Nyeri kronis b.d batu ureter
- Gangguan eliminasi urin b.d infeksi ginjal dan saluran kemih
• Dx : Nyeri kronis b.d batu ureter
Intervensi
1. Manajemen Nyeri
a. Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
b. Teraupetik
- Berikan teknik non farmalogis untuk mengurangi rasa nyeri ( misalnya: terapi musik, teknik imajinasi terbimbing)
- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri ( miss: suhu pencahayaan)
2. Perawatan kenyamanan
a. Observasi
- Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan ( miss: mual, nyeri, sesak )
- Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaan
b. Teraupetik
- Berikan posisi yang nyaman
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
c. Edukasi
- Ajarkan terapi relaksasi
- Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan
Dx Gangguan eliminasi b.d infeksi ginjal dan saluran kemih
Intervensi
1. Manajemen eliminasi urin
a. Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
- Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin
- Monitor eliminasi urin ( frekuansi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)
b. Teraupetik
- Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Ajarkan mengurangi minum menjelang tidur
- Ajarkan mengenai tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
c. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
9. Jenis-jenis nyeri dan durasinya
• Berdasarkan waktu, nyeri dibedakan menjadi nyeri akut, subakut, dan kronik. Nyeri akut terjadi selama
kurang dari 2 minggu, nyeri subakut antara 2 minggu hingga 3 bulan, dan nyeri kronik lebih dari 3 bulan
(>12 minggu).
• Berdasarkan bagian tubuh yang terlibat. Nyeri dibedakan berdasarkan organ tubuh yang terlibat atau yang
mengalami nyeri. Misalnya: nyeri dada, nyeri perut, nyeri gigi, nyeri tungkai, atau nyeri otot.
• Berdasarkan proses terjadinya, nyeri dibedakan menjadi nyeri nosiseptif, nyeri neuropatik, dan nyeri
psikogenik.
• Nyeri nosiseptif terjadi bila ada kerusakan jaringan tubuh. Seseorang dengan nyeri nosiseptif akan mengalami nyeri
yang bersifat tajam, kadang terasa seperti ditusuk, dapat dirasakan sepanjang waktu (konstan) atau hilang timbul.
Contohnya adalah nyeri saat cedera otot akibat olahraga dan nyeri pada radang sendi.
• Nyeri neuropatik bila ada kerusakan saraf. Penderita umumnya mengeluhkan sensasi kesemutan, ditusuk-tusuk
jarum, rasa terbakar, hingga rasa seperti disetrum. Contohnya adalah nyeri tungkai pada penderita diabetes, nyeri
• Nyeri psikogenik disebabkan karena kondisi psikologis pasien dan menyebabkan kecemasan, stress, hingga depresi.
10. Mengkaji skala nyeri
a. Verbal Rating Scale (VRSs)
Menggunakan suatu word list untuk mendeskripsikan nyeri yang dirasakan. Pasien disuruh memilih kata-kata atau kalimat yang
menggambarkan karakteristik nyeri yang dirasakan dari word list yang ada. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui
intensitas nyeri dari saat pertama kali muncul sampai tahap penyembuhan. Penilaian ini menjadi beberapa kategori nyeri, yaitu : -
tidak nyeri (none)
- nyeri ringan (mild)
- nyeri sedang (moderate)
- nyeri berat (severe)
- nyeri sangat berat very severe)
b. Numeric Rating Scale (NRSs)
Metode ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range dari intensitas nyeri. Umumnya pasien akan
menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan dari angka 0-10. “0” menggambarkan tidak ada nyeri sedangkan “10”
menggambarkan nyeri yang hebat.
c. Visual Analogue Scale (VASs)
Paling sering digunakan untuk mengukur intensitas nyeri. Metode ini menggunakan garis sepanjang 10 cm yang
menggambarkan keadaan tidak nyeri sampai nyeri yang sangat hebat. Pasien menandai angka pada garis yang
menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan. Keuntungan menggunakan metode ini adalah sensitif untuk
mengetahui perubahan intensitas nyeri, mudah dimengerti dan dikerjakan, dan dapat digunakan dalam berbagai
kondisi klinis. Kerugiannya adalah tidak dapat digunakan pada anak-anak dibawah 8 tahun dan mungkin sukar
diterapkan jika pasien berada dalam nyeri hebat.
d. The Face Pain Scale 24 Dengan cara melihat mimik wajah pasien dan biasanya untuk menilai intensitas nyeri
pada anak-anak.

e. McGill Pain Questionnaire (MPQ) Menggunakan check list untuk mendeskripsikan gejala-gejala nyeri yang
dirasakan. Metode ini menggambarkan nyeri dari berbagai aspek antara lain sensorik, afektif, dan kognitif.
Intensitas nyeri digambarkan dengan meranking dari “0” sampai “3”.

Anda mungkin juga menyukai