Anda di halaman 1dari 33

Sumber foto: Sepuluh Tahun Harian Kompas

Menulis esai,
Berpikir kritis

Mata Kuliah Umum (MKU) Bahasa Indonesia


Universitas Katolik Parahyangan Bandung
Riwayat esai
• Esai sebagai sebuah genre karangan dikenal setelah filsuf Perancis Michel de
Montaigne menerbitkan jilid pertama dari tiga jilid tulisan berjudul “Essais”
pada 1580

• Kata ‘essai’, dalam bahasa Perancis, atau ‘essay’, dalam bahasa Inggris, secara
harafiah berarti upaya atau percobaan

• Sedikitnya ada dua kebaruan yang dibawa Montaigne lewat esai, yakni tema
tidak biasa (tentang bau, tentang cara berpakaian, tentang tidur, dll) dan gaya
penulisan yang longgar (menonjolkan pendapat dan pengalaman pribadi)
Cuplikan-cuplikan Esai de Montaigne
Sudah menjadi kelaziman dalam hukum kita untuk menghukum
sebagian orang sebagai peringatan bagi yang lain. Untuk menghukum
mereka karena telah melakukan kesalahan adalah, sebagaimana
dikemukakan Plato, tindakan bodoh: apa yang telah dilakukan tak bakal
bisa menjadi belum dilakukan. Niatnya adalah untuk menghentikan
mereka dari mengulang kesalahan yang sama atau untuk membuat
yang lain menghindari kesalahan mereka. Kita tidak dapat memperbaiki
manusia yang telah kita gantung. Kita memperbaiki yang lain melalui
dia.
“Tentang Seni Bercakap-cakap”
Cuplikan-cuplikan Esai de Montaigne
Beberapa kalangan, misalnya Iskandar Zulkarnaen (Alexander the
Great), dikabarkan memiliki keringat yang harum (yang disebabkan
beberapa kelainan susunan tubuh yang di luar kelaziman, sebagaimana
diutarakan Plutarch dan yang lainnya). Namun secara normal tubuh kita
bekerja dengan cara yang sebaliknya dari yang dikemukakan tersebut.
Karakterisitik terbaik yang bisa kita harapkan dalam urusan keringat
adalah tidak berbau sama sekali.
“Tentang Bebauan”
Setelah Montaigne
• Penggunaan genre esai semakin populer

• Tema esai mengikuti perkembangan zaman, mulai dari tata krama dan
sopan-santun hingga kritik sosial-politik

• Bagi akademisi, peneliti, dan profesional, esai menjadi wadah


menyalurkan gagasan secara populer agar menjangkau publik luas
Apa itu esai?
• Merriam-Webster Dictionary: “sebuah karangan analitis atau interpretatif
yang biasanya membahas subjek dari sudut pandang terbatas atau pribadi”

• Encyclopedia Britannica: “sebuah karangan analitis, interpretatatif, atau kritis


yang biasanya lebih pendek serta kurang sistematis dan resmi daripada
disertasi atau tesis, dan biasanya membahas subjek dari sudut pandang yang
terbatas dan seringkali personal”

• Elly Erawaty (2011) mengelaborasi makna esai menjadi “sebuah upaya untuk
mengkomunikasikan informasi, pendapat, ide, atau perasaan, dan lazimnya
selalu mengandung argumen, tentang suatu topik”.
Benang merahnya
• Esai bisa membahas segala jenis topik, mulai dari sastra sampai teknologi
• Yang membuat esai khas adalah penekanan sudut pandang, opini, atau
gagasan penulis
• Relatif longgar-lentur: tidak sekaku karya ilmiah, tapi juga tidak sebebas
karya sastra
• Tidak ada aturan baku tentang panjang-pendek esai

Agus R. Sarjono, misalnya, menyebut ukuran lazim sebuah esai adalah maksimal
2.000 kata, atau selaras dengan kolom koran dan surat kabar. Dalam zaman internet
ini, beberapa situs yang gemar memuat kolom membatasi karangan di kisaran 500-
1500 kata.
Esai di Indonesia
• Penulisan esai digunakan kaum terpelajar Indonesia sejak awal abad ke-20
untuk menyuarakan perlawanan terhadap penjajahan di Hindia-Belanda.

• “Seandainya saya seorang Belanda…” (1913), yang memuat kritik tajam


Soewardi Soerjaningrat terhadap praktik penjajahan, adalah sebuah esai

• Pembelaan monumental Sukarno di Landraad Bandung, “Indonesia


Menggugat” (1930), juga sebuah esai

• Demikian pula karya Mohammad Hatta, “Demokrasi Kita” (1956)


Esai hari ini
• Internet menyediakan wadah hampir tak terbatas: blog, situs, media sosial, dengan gaya
masing-masing
kompas, tempo, detik, media Indonesia, conversation, vice, dll.
geotimes, pepnews, dll.
mojok, dll.
• Contoh-contoh esai: opini dan tajuk di berbagai jenis media (cetak dan daring), buku kompilasi,
kata pengantar buku, produk sayembara penulisan, dll.

• Wadah yang hampir tak terbatas memungkinkan semua orang, dengan beragam latar belakang,
bisa menulis dan menyebarkan esai
peneliti membagikan risetnya
sarjana hukum berpendapat tentang kasus-kasus penegakan hukum
arsitek mengomentari perusakan bangunan cagar budaya
Mengapa esai begitu populer?
• Memberi kesempatan setiap orang untuk bisa menuliskan gagasan,
argumen, atau pemikiran

• Berusaha relevan dengan permasalahan atau situasi masyarakat

• Mudah diterima oleh pembaca yang lebih luas (bandingkan dengan jurnal,
skripsi, tesis yang dibaca kalangan terbatas)

• Menawarkan kepraktisan, terutama dalam pemuatan, pencetakan, dan


penyebarannya
Beberapa Esais Indonesia Kenamaan

Seni dan Agama


Sains Filsafat
Budaya Islam
Andi Hakim Nasution
Goenawan Mohammad Drijarkara K.H. Abdurrahman Wahid
(Pertanian)
(Gus Dur)
Uka Tjandrasasmita
Sapardi Djoko Damono
(Arkeologi)
Franz Magnis Suseno
Iwan Pranoto
Ignas Kleden Nurcholis Madjid
(Matematika)
Sindhunata
Bambang Soegiharto Armahedi Mahzar (Fisika)

Emha Ainun Nadjib


Ajip Rosidi Fuad Hassan (Psikologi) F. Budi Hardiman
Ingat dua hal mendasar tentang esai:
• Menyodorkan sudut pandang atau gagasan penulis
tentang sebuah topik
• Menopang gagasan itu dengan argumen sekuat mungkin

Keduanya hanya mungkin dengan: BERPIKIR KRITIS


Apa itu berpikir kritis
• Berpikir kritis berarti berusaha mengenali informasi yang terpercaya
dan membuat penilaian yang dapat diandalkan

• Perhatikan dua frasa kunci di sini:

Mengenali Informasi Membuat Penilaian


Tentang gambar ini, kalian punya pilihan...
Membayangkan semua yang menyenangkan
• Menyegarkan
• Praktis, mudah ditemukan di mana-mana
• (Mungkin) Murah
• Gampang dibawa ke mana-mana

Atau...
Berpikir kritis berarti:
• Skeptis
(kenapa saya diberi tahu ini? Siapa yang
mengatakannya? Ada kepentingan tertentu?
ada maksud yang disembunyikan? Sudah ada
risetnya? Ada angka-angkanya?)
• Gigih
(cek bukti terus-menerus, periksa hasil riset,
pastikan siapa yang mengerjakan, cari riset lain
sebagai bandingan)
• Melihat ke depan
(apa dampak atau implikasi dari informasi ini?)
Bergerak dari deskriptif ke analitik

Deskriptif Analitik
• Menyatakan apa yang terjadi • Mengenali isu-isu kunci
• Merujuk teori-teori • Mengkaji alternatif-alternatif
• Menjelaskan ide-ide • Menyodorkan alasan atas pilihan
• Mendaftar rincian atau detail • Mencari tautan atau penyebab
• Memberi informasi • Menantang data, logika
Mengasah pikiran kritis
Antara menulis Esai dan berpikir kritis
• Berpikir kritis mencakup sekaligus pola pikir dan keterampilan, yang
dapat dikembangkan melalui pemahaman terhadap konsep-konsep
kunci, praktik, dan penerapan

• Menulis esai merupakan salah satu cara mengembangkan pikiran


kritis

• Untuk menghasilkan sebuah esai yang efektif, kita dituntut memiliki


pola pikir yang kritis yang dituangkan lewat keterampilan menulis
Perhatikan 10 langkah menulis esai
1. Riset
2. Analisis Pola pikir
3. Brainstorming
4. Pernyataan Tesis
Jembatan
5. Membuat Outline atau Kerangka
6. Menulis Judul dan Pembukaan
7. Menulis Isi
8. Menulis Penutup atau Kesimpulan Keterampilan
9. Tata Pengutipan
10. Penyuntingan
Mempertajam gagasan (1)
• Ingat, menulis esai adalah perkara menuliskan gagasan, sudut
pandang, pendapat. Semakin tajam, semakin baik.

• Riset – Analisis – Brainstorming – Pernyataan tesis adalah alur yang


menuntun kita bergerak dari tema besar – topik khusus –
permasalahan – rumusan gagasan dalam satu kalimat
Mempertajam gagasan (2)
• Tema besar: Dampak pendemi bagi kehidupan ekonomi

• Tidak cukup kamu berhenti pada gagasan: “Pandemi Covid-19 mengakibatkan kehidupan
ekonomi di Indonesia memburuk.” Semua orang tahu itu.

• Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mempertajamnya: Seberapa besar dampak itu?


Seperti apa risetnya? Datanya bagaimana? Sektor mana yang paling buruk terdampak?
Kenapa demikian? Berapa orang kehilangan pendapatan atau pekerjaan? Kota atau
kabupaten mana yang paling parah?

• Pertanyaan lebih mendalam: Bagaimana masalah ini sudah ditangani? Bagaimana kalau
penangannya tidak efektif?
Rumusan gagasan atau kesimpulan (1)
• Sektor informal (di Kota Bandung), sebagai salah satu yang paling
terdampak pandemi Covid-19, menjadi sektor paling cepat pulih yang
akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi pasca-Pandemi.

Siapkan bukti dan argumenmu: data UMKM, data PKL, data dampak Covid-19
di Bandung, riset atau survei tentang mereka, pengalaman krisis moneter 1998
Agar lengkap: wawancari dua-tiga PKL dan pelaku UMKM yang sudah mulai
menjalankan usahanya lagi
Rumusan gagasan atau kesimpulan (2)
• Belajar dari pandemi Covid-19, upaya membangun ketahanan pangan
di tengah masyarakat sebaiknya menjadi salah satu prioritas dalam
kebijakan pemerintah.

Siapkan bukti dan argumenmu: dampak pandemi di terkait isu pangan, data
tentang betapa tergantungnya kita pada pasokan pangan impor (bisa level
nasional atau lokal), survei terkini BPS tentang pangan, riset tentang ketahanan
pangan dalam beberapa tahun terakhir
Menulis esai adalah menulis secara kritis
• Menyajikan secara seimbang alasan-alasan kenapa kesimpulan
penulis lain diterima atau dipertimbangkan

• Menyodorkan secara jelas bukti dan argumen yang menopang


kesimpulan penulis

• Menyadari adanya keterbatasan bukti, argumen, dan kesimpulan


Pengalaman dari lapangan
• Satu-satunya cara agar bisa menulis: mulailah menulis, beranilah menulis
• Takut tulisan jelek? Rancangan pertama ya memang harus jelek. Perbaiki lagi, coba lagi.

• Ide tulisan bisa datang dari mana saja, jangan menunggu. Carilah!

• Terapkan prinsip ekonomi bahasa: lugas, tak perlu bertele-tele


• Utamakan penggunaan kalimat aktif
• Jadikan paragraf sebagai basis unit gagasan

• Tekunlah mencari sumber di lingkaran pertama


• Keterampilan yang semakin relevan hari ini: menaruh perhatian dan fokus
• Penting untuk memberi jeda, melihat ulang, revisi
Peluang hari ini
• Akses luas ke sumber informasi
• Internet memudahkan penulisan dan penyebaran gagasan
• Berlimpah situs web, blog, media sosial
• ‘Medan pertarungan’ beralih ke dunia maya
Tantangan hari ini
• Hoaks
• Pendengung (buzzer)
• Ujaran kebencian

“Kebohongan yang disampaikan berulang-ulang


akan menjadi kebenaran.”

• Pengekangan kebebasan berekspresi


• Pasal karet Undang-undang ITE
Lebih dari sebelumnya,
suaramu, gagasanmu, pikiran kritismu
semakin dibutuhkan saat ini!
Bahan Bacaan
• AS Laksana. (1995). Podium Detik. Yogyakarta: Sipress.
• David Rudd. (2005). Essay Writing: A Brief Guide. Bolton: University of Bolton.
• Dorothy E. Zemach & Lisa A. Rumisek. ( ). Academic Writing from Paragraph to Essay. New York:
Macmillan.
• Elly Erawaty. (2011). Pedoman Penulisan Esai Akademik bagi Mahasiswa Ilmu Hukum. Bandung:
Refika Aditama.
• Felicia N. Utorodewo, dkk. (2015). Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah. Depok:
Universitas Indonesia.
• Muhidin M. Dahlan. (2016). Inilah Esai. Yogyakarta: Iboekoe.
• Taufik Ismail, dkk. (ed). (2004). Horison Esai Indonesia Kitab 1. Jakarta: Majalah Sastra Horison &
Kaki Langit
• - . Critical Thinking. Diakses dari https://www.monash.edu/rlo/research-writing-
assignments/critical-thinking
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai