Anda di halaman 1dari 14

AKHLAKUL KHARIMAH

NAMA KELOMPOK 5 :
1. Rizqy Claudia Shaputri
2. Ariyadi
3. Oktaria Dwi Jayanti
4. Frenky Hendrawan
5. Surina
6. Tika Rosiana
7. Sumaryati
8. Mustika Pirlina
Definisi Adab

Prof. Dr. Jamaan Nur dalam bukunya “Tasawuf dan Tarekat


Naqasyabandiyah Pimpinan Prof. Dr. H. Saidi Syekh Kadirun Yahya”
memberikan pengertian adab dalam Islam sebagai tata cara yang baik
atau etika dalam melaksanakan suatu pekerjaan, baik ibadat maupun
muamalat.
Perintah Memiliki Adab Kepada Guru

Sesungguhmya adab yang mulia adalah salah satu faktor penentu


kebahagiaan dan keberhasilan seseorang.Begitu juga sebaliknya, kurang
adab atau tidak beradab adalah alamat (tanda) jelek dan jurang
kehancurannya

Di antara adab-adab yang telah disepakati adalah adab murid kepada syaikh
atau gurunya. Imam Ibnu Hazm berkata: “Para ulama bersepakat, wajibnya
memuliakan ahli al-Qur’an, ahli Islam dan Nabi. Demikian pula wajib
memuliakan kholifah, orang yang punya keutamaan dan orang yang
berilmu.” (al-Adab as-Syar’iah 1/408).
Berikut hadis tentang keutamaan guru yang artinya:          
“Dari Abi Darda ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW beliau bersabda: keutamaan
orang alim dibanding ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan dibanding bintang-
bintang, sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi
tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham, sesungguhnya mereka mewariskan ilmu,
maka barang siapa mengambil warisan itu berarti ia mengambil bagian yang sempurna”.
(H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).
Didalam ajaran tasawuf, adab kepada guru adalah sesuatu yang utama dan pokok, karena
hampir seluruh pengajaran tasawuf itu berisi tantang pembinaan akhlak manusia menjadi
akhlak yang baik, menjadi akhlak yang mulia sebagaimana akhlak Rasulullah SAW. Seorang
murid harus selalu bisa memposisikan (merendahkan) diri di depan Guru, harus bisa
melayani Guru nya dengan sebaik-baiknya.
.
Merendahkan diri dihadapan guru bukanlah tindakan bodoh, akan tetapi
merupakan tindakan mulia. Dalam diri guru tersimpan Nur yang pada hakikatnya
terbit dari zat dan fi’il Allah SWT yang merupakan zat yang Maha Positif.Karena
Maha Positif maka mendekatinya harus dengan negatif. Kalau kita dekati yang Maha
Positif dengan sikap positif maka rohani kita akan ditendang, keluar dari Alam
Rabbani. Disaat kita merendahkan diri di hadapan guru, disaat itu pula Nur Allah
mengalir kedalam diri kita lewat guru, saat itulah kita sangat dekat dengan Allah.
Adab-Adab Kepada Guru

1. Memuliakan guru
Memuliakan guru termasuk perkara yang dianjurkan. Sebagaimana Rosululloh shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda; 
Artinya: “Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orang yang
tua, tidak menyayangi yang muda dan tidak mengerti hak ulama kami.” (HR. Ahmad 5/323,
Hakim 1/122. Dishohihkan oleh al-Albani dalam Shohih Targhib 1/117)
Imam Nawawi berka­ta: “Hendaklah seorang murid memperhatikan gurunya dengan
pandangan penghormatan. Hen­daklah ia meyakini keahlian gu­runya dibandingkan yang
lain. Karena hal itu akan menghantarkan seorang murid untuk banyak mengambil
manfaat darinya, dan lebih bisa membekas dalam hati terhadap apa yang ia dengar dari
gurunya tersebut.” (al-Majmu’ 1/84)  
Sering kita jumpai seorang murid mencium tangan gurunya sebagai bentuk
penghormatan dan pengagungan.Apakah perkara ini dibolehkan? Shuhaib Maula Ibnu
Abbas berkata: “Aku melihat sahabat Ali mencium tangan dan kedua kaki al-Abbas.”(HR.
Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod no. 976).
2. Mendoakan kebaikan
Guru adalah orang yang telah berbuat baik kepada kita, mereka bekerja keras, bersabar
dengan berbagai karakteristik murid-muridnya yang pastinya sedikit banyak pernah
menyakiti hatinya, tetapi mereka tetap saja mau memberikan ilmu kepada kita. Maka
RosulullAh SAW bersabda:
Artinya :“Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang
setimpal. Apabila kamu tidak bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau
memandang telah mencukupi untuk membalas dengan balasan yang setimpal.” (HR.
Abu Dawud 1672, Nasa’i 1/358, Ah­mad 2/68, Hakim 1/412 Bukhori dalam al-Adab al-
Mufrodno. 216, Ibnu Hibban 2071, Baihaqi 4/199, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 9/56.
Lihat as-Shohihah 254)
3. Rendah diri kepada guru
Sebagai seorang murid maka tidak di perbolehkan untuk menyombongkan diri kepada
guru, karena guru adalah orang yang telah berjasa dengan suka rela memberikan ilmu
kepada murid-muridnya, sehingga sebagai seorang murid di haruskan untuk rendah diri
kepada guru.“Sesungguhnya orang yang rendah diri dalam belajar adalah yang paling
banyak ilmunya sebagaimana tempat yang rendah adalah tempat yang pa­ling banyak
airnya.” (Adab at-Tat­almudz hal. 32)
4. Bertanya kepada guru
Ilmu adalah bertanya dan menjawab.Dahulu dikatakan, “Bertanya dengan baik adalah
setengah ilmu.” (Fathul Bari 1/142) Apabila ada pelajaran yang tidak dipahami maka
bertanyalah ke­pada guru dengan baik.Bertanya dengan tenang, tidak tergesa-gesa dan
pergunakanlah bahasa yang santun lagi sopan.Jangan guru itu dipanggil dengan
namanya, katakanlah wahai guruku dan semisalnya.Karena guru perlu dihormati, jangan
disamakan de­ngan teman. Alloh berfirman;
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rosul di antara kamu seperti pang­gilan sebahagian
kamu kepada seba-hagian (yang lain) … (QS. an-Nur [24]: 63)
Ayat ini adalah pokok untuk membedakan orang yang punya kedudukan dengan orang
yang biasa.Harap dibedakan keduanya. (al-Faqih wal Mutafaqqih, Adab at-Tatalmudzhal.
52).
5. Membela kehormatan guru
Guru juga seorang manusia biasa, maka mereka tidaklah luput dari kata salah, baik itu
salah dalm perkataan, perbuatan, penyampaian materi, dan sebagainya.Sebagai seorang
murid yang beradab maka murid tidak di perbolehkan untuk menceritakan keburukan
gurunya dengan teman-temannya, apalagi di dalam sosial media seperti yang telah di
banyak akun saat ini, tetapi jika ada murid yang menceritakan keburukan gurunya maka
orang yang di ajak berbicara harus mengingatkannya. Ketahuilah selayaknya bagi siapa
saja yang mendengar orang yang sedang mengghibah kehor­matan seorang muslim,
hendaklah dia membantah dan menasehati orang tersebut
5. Membela kehormatan guru
Guru juga seorang manusia biasa, maka mereka tidaklah luput dari kata salah, baik itu
salah dalm perkataan, perbuatan, penyampaian materi, dan sebagainya.Sebagai seorang
murid yang beradab maka murid tidak di perbolehkan untuk menceritakan keburukan
gurunya dengan teman-temannya, apalagi di dalam sosial media seperti yang telah di
banyak akun saat ini, tetapi jika ada murid yang menceritakan keburukan gurunya maka
orang yang di ajak berbicara harus mengingatkannya. Ketahuilah selayaknya bagi siapa
saja yang mendengar orang yang sedang mengghibah kehor­matan seorang muslim,
hendaklah dia membantah dan menasehati orang tersebut

Anda mungkin juga menyukai