Anda di halaman 1dari 16

Proses Berpikir Kritis

Dalam Manajemen
Kebidanan

Syahriani, S.ST., M. Kes


Pendahuluan
Dalam usaha menjadi seorang pemikir kritis perlu kesadaran dan keterampilan untuk
memaksimalkan kerja otak melalui langkah-langkah berpikir kritis yang baik sehingga
kerangka berpikir dan cara berpikir tersusun dengan pola yang baik. Namun
demikian, berpikir kritis sulit diukur karena merupakan suatu proses bukan hasil yang
dapat dilihat. Suatu bentuk berpikir kritis dapat berupa seseorang yang terus
mempertanyakan asumsi, mempertimbangkan konteks (kejelasan makna),
menciptakan dan mengeksplorasi alternatif dan terlibat dalam skeptisisme reflektif
(pemikiran yang tidak mudah percaya atas informasi yang diterima.

20XX presentation title 2


Pendapat Ahli tentang berfikir Kritis
• Berpikir kritis melibatkan proses berpikir yang disiplin, terarah pada diri sendiri, dan
memiliki tujuan yang mencakup 'memikirkan pemikiran Anda' dalam upaya untuk
meningkatkan keputusan dan tindakan (Paulus, 1993; Facione, 1990; Scheffer dan
Rubenfeld, 2000).

• Berpikir kritis juga digambarkan sebagai proses berpikir reflektif yang fokusnya adalah
menentukan tindakan atau perubahan pemikiran (Ennis, 1987).

• Tindakan yang mengikuti proses berpikir merupakan komponen penting dari berpikir
kritis (Paulus, 1993)

20XX presentation title 3


Menurut Kneedler dari Statewide History Social Science Assessment Advisory
Committe dalam Surya (2011) mengemukakan langkah berpikir kritis sebagai berikut :

1 2 3
Menilai informasi yang relevan
Mengenali masalah
Pemecahan masalah/
(defining and clarifying a. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar (judgment)
penarikan kesimpulan
problem) b. Mengecek konsistensi
c. Mengidentifikasi asumsi a. Mengenali data yang
diperlukan dan cukup
a. Mengidentifikasi isu-isu atau d. Mengenali kemungkinan faktor stereotip
tidaknya data
permasalahan pokok
e. Mengenali kemungkinan bias, emosi, b. Meramalkan konsekuensi
b. Membandingkan kesamaan dan
yang mungkin terjadi
perbedaan propaganda, salah penafsiran kalimat dari keputusan atau
c. Memilih informasi yang relevan
(semantic slanting) pemecahan masalah atau
d. Merumuskan atau memformulasi kesimpulan yang diambil.
masalah f. Mengenali kemungkinan perbedaan
orientasi nilai dan ideologi

20XX presentation title 4


Proses berpikir kritis yang dideskripsikan wolcott dan lynch
dalam sujanto (2004) adalah

1. Mengidentifikasi masalah informasi yang relevan dan semua dugaan tentang

masalah tersebut

2. Mengeksplorasi interpretasi dan mengidentifikasi hubungan yang ada

3. Menentukan prioritas alternatif yang ada dan mengkomunikasikan kesimpulan

4. Mengintegrasikan, memonitor dan menyaring strategi untuk penanganan ulang

masalah.

20XX presentation title 5


Berfikir kritis Dalam Kebidanan
• Mengajarkan pemikiran kritis merupakan komponen penting dalam setiap program akademik, khususnya dalam
disiplin ilmu kesehatan, seperti kebidanan, di mana pengambilan keputusan klinis adalah hal yang terpenting.

• Berpikir kritis sangat penting dalam membuat keputusan klinis yang aman, berdasarkan bukti, dan efisien dengan
menggunakan proses pemikiran tingkat tinggi yang disengaja (Ashcraft, 2010).

• Praktik terbaik kebidanan melibatkan bekerja secara mandiri dalam memberikan kesinambungan pelayanan kepada
kelompok perempuan tertentu (Hodnett, 2008),

• Pengembangan keterampilan berpikir kritis berguna untuk memfasilitasi penyediaan praktik kebidanan yang aman,
berpusat pada perempuan dan berbasis bukti (Carter dkk., 2014; Danau dan McInnes, 2012; Scholes dkk., 2012;)

20XX presentation title 6


• Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses
pemecahan masalah dalam kasus kebidanan yang dilakukan
secara sistematis, diawali dari pengkajian data (data subjektif
dan objektif) dianalisis sehingga didapatkan diagnosa kebidanan
aktual dan potensial, masalah dan kebutuhan, adanya
perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi (Varney, 2004)

20XX presentation title 7


Langkah I: Pengumpulan Data Dasar

DS
(Anamnese) DO ( Hasil
Pemeriksaan )
Langkah II: Interpretasi Data Dasar

• Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga


ditemukan diagnosis yang spesifik (sesuai dengan “nomenklatur
standar diagnosa”)

• Sebagai contoh diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”,


dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini adalah bahwa
wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya.
Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

• Mengidentifikasi Masalah Atau Diagnosa Potensial Lain Berdasarkan Rangkaian

Masalah Dan Diagnosa Yang Sudah Diidentifikasi. ( Munculnya Masalah Lain)

• Contoh: seorang wanita yang hamil pertama kali, tetapi letak janinnya tidak normal

(misalnya: bayi letak sungsang), yang harus diantisipasi adalah terhadap

kemungkinan kelahiran bayi tersebut apabila ingin dilahirkan pervaginam, maka

bidan harus pertimbangkan besarnya janin dan ukuran panggul ibu, juga harus dapat

mengantisipasi terjadinya persalinan macet (aftercoming head) pada waktu

melahirkan kepala.
Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera

• Bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk


dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai kondisi klien.

• Konsultasi atau kolaborasi dengan dokter Obgin atau tim kesehatan lainnya
seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru
lahir
Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

• Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa


atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi

• Setiap rencana haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu


oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksankan dengan efektif karena
klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

• Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien

• (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar


terlaksana)

• Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya serta


meningkatkan mutu dari asuhan klien
Langkah VII: Evaluasi

• Melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang telah diberikan,


bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan yang
telah diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proses sama
dengan hasil evaluasi secara keseluruhan.
Kesimpulan
• Dalam menerapkan berfikir kritis, diperlukan pengetahuan
yang cukup akan kasus yang dihadapai, pengalaman di
lapangan (clinical experience), dan lakukan penilaian akhir
dengan menggunakan akal sehat.
thank you

Anda mungkin juga menyukai