LAPORAN KASUS
CANDIDIASIS CUTIS & DRESS
SYNDROME
23 Juli 2023
dr. Ayatullah
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 54 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir :-
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Alamat : Kota Bogor
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 25 Juni 2023
Diambil dari autoanamnesis pada tanggal 25 Juni 2021, pukul 11.00 WIB.
S: S:
bengkak gatal seluruh badan setelah konsumsi obat dari dokter bengkak gatal seluruh badan setelah konsumsi obat racikan dari dokter saraf,
saraf. keluhan saat ini perbaikan, keluhan kaki kanan mulai terasa sakit.
O: O:
TD:130/80 mmHg TD:140/80 mmHg
Nadi: 84 x/m Nadi: 88 x/m
Respi: 20x/m Respi: 20x/m
Suhu: 36,5oC Suhu: 36,7oC
SpO2: 98% SpO2: 98%
oedem, plak papul eritem multipel Skuama multiple
A: A:
DRESS (drug reaction with eosinofilia and systemic syndrome) dd DRESS dd SJS
SJS kandidiasis cutis
kandidiasis cutis
P: dr.Marsita, Sp.DV
P: dr.Marsita, Sp.DV inj MP 125-62.5-0 (hr ke 1)-->rabu 31/5/23 turunkan 125-0-0
inj MP 125-125-0 (hr 3), besok hari ke 3, Minggu turunkan 125- inj omz per 12 jam
62.5-0 inj diphen per 8 jam
inj omz per 12 jam inj ceftriaxon 2gr/hr, skin test dulu
inj diphen per 8 jam
salep racikan bawah perut (mico/mom)
salep racikan bawah perut (mico/mom) salep racikan (ko/b)
salep racikan (ko/b) oles tipis pagi sore di area lesi
oles tipis pagi sore di area lesi
Kamis, 27 mei 2023
(RUANGAN)
S:
bengkak gatal seluruh badan setelah konsumsi obat dari dokter saraf, saat ini keluhan membaik, keluhan kaki kanan masih terasa nyeri, disertai keluhan
tambahan nyeri dada sebelah kiri tembus ke punggung
O:
TD:130/80 mmHg
Nadi: 78 x/m
Respi: 19x/m
Suhu: 36,4oC
SpO2: 98%
skuama multiple berkurang
A:
DRESS (drug reaction with eosinofilia and systemic syndrome) dd SJS
kandidiasis cutis
P: dr.Marsita, Sp.DV
inj MP 125-0-0 (hr 1) --> sabtu tanggal 3/6/23 turunkan 62.5-0-0
inj omz per 12 jam
inj diphen per 8 jam
inj ceftriaxon 2gr/hr (hr 2)
Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. In: Kurta AO, Glaser DA.
Disorders of eccrine and apocrine sweat glands. McGraw-Hill. 2019;1:1461.
FAKTOR RISIKO
KEHAMILAN
(Perubahan pH
vagina)
KEGEMUKAN
(keringat ↑)
PERUBAHAN
FISIOLOGIK
ENDOKRINOPATI
ENDOGEN IATROGENIK
IMUNOLOGIK
KEBERSIHAN
EKSOGEN
KULIT
KONTAK DENGAN
PENDERITA
Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. In: Kurta AO, Glaser DA.
Disorders of eccrine and apocrine sweat glands. McGraw-Hill. 2019;1:1461.
FR → Terjadi interaksi antara
PATOFISIOLOGI
Candida menempel dengan
glikoprotein permukaan Candida dengan
sel epitel kulit
sel epitel kulit
Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. In: Kurta AO, Glaser DA.
Disorders of eccrine and apocrine sweat glands. McGraw-Hill. 2019;1:1461.
MANIFESTASI KLINIK
• Lesi ditemukan di kulit yang lembab
dan mudah mengalami maserasi,
misalnya: sela paha, ketiak, sela jari,
infra mamae, atau sekitar kuku, dan
juga dapat meluas ke bagian tubuh
lainnya.
• Kulit tampak bercak eritematosa
berbatas tegas, bersisik, basah,
dikelilingi oleh lesi satelit berupa
papul, vesikel dan pustul
kecil di sekitarnya.
Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. In: Kurta AO, Glaser DA.
Disorders of eccrine and apocrine sweat glands. McGraw-Hill. 2019;1:1461.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, et al. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. In: Kurta AO, Glaser DA.
Disorders of eccrine and apocrine sweat glands. McGraw-Hill. 2019;1:1461.
TATALAKSANA
01 Topical
Krim atau bedak imidazol (ketokonazol,
klotrimazol, mikonazol, ekonazol),
topikal nistatin.
02 Sistemik
Flukonazol 50mg/hari atau
150mg/minggu (2-4 minggu)
Ketokonazol 200 mg/hari (2 minggu)
Ana MC,dkk. DRESS syndrome: A literature review andtreatment algorithm. World Allergy Organization Journal. 2023
Memproduksi
T-cell dan Tumor Necrosis interleukin-5 (IL 5) PATOFISIOLOGI
Factor (TNF).
Kematian
sel
Berikatan dengan
makromolekul sel
Menginduksi imunitas
sekunder
Ana MC,dkk. DRESS syndrome: A literature review andtreatment algorithm. World Allergy Organization Journal. 2023
MANIFESTASI KLINIK
A. Anamnesis
Diketahui terdapat obat yang dicurigai sebagai penyebab.
Paling sering 2-6 minggu setelah pemakaian obat pertama kali.
Gejala dapat timbul 2-120 hari setelah konsumsi obat, diawali dengan demam tinggi
yang diikuti dengan bercak merah yang terasa gatal.
Gejala dapat timbul lebih cepat dan lebih parah pada pajanan obat berulang.
Penyebab tersering adalah antibiotik, antikonvulsan, dan allopurinol.
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum biasanya buruk.
Demam dapat terjadi beberapa hari sebelum atau bersamaan dengan munculnya erupsi kulit. Demam berkisar
antara 38-40ºC, sering disertai mialgia, arthralgia, faringitis, dan limfadenopati.
Erupsi kulit bervariasi, dapat berupa erupsi obat makulopapular, vesikobulosa, maupun dermatitis eksfoliativa,
biasanya simetris, mengenai badan dan ekstremitas.
Sering dijumpai edema pada wajah dan periorbita.
Bisa didapatkan xerostomia sehingga sulit makan dan menelan.
Keterlibatan mukosa jarang terjadi, biasanya berupa stomatitis atau faringitis ringan.
Komplikasi yang dapat terjadi berupa gagal ginjal akut, sepsis, nekrosis hati, miokarditis, pneumonia, dan
perdarahan gastrointestinal.
B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah dan urin rutin; SGOT, SGPT, eosinofil darah tepi.
Pemeriksaan HbSAg, antibodi anti virus Hepatitis-A serta anti Hepatitis-C untuk menyingkirkan infeksi virus
sebagai penyebab hepatitis.
Pemeriksaan serum AFP dan CEA yang dikonfirmasi pemeriksaan USG abdomen untuk menyingkirkan hepatitis
akibat keganasan primer atau metastatik.
Tes tempel untuk penegakan diagnosis kausatif obat penyebab, sebaiknya dilakukan dalam waktu 6 pekan 6 bulan
sesudah pasien sembuh, atau satu bulan bebas glukokortikoid sistemik kerja lama atau obat imunosupresif lain,
atau satu pekan bebas glukokortikoid kerja singkat, atau dua pekan bebas steroid topikal pada tempat yang akan
diperiksa.
PRINSIP :
01 Non Medikamentosa
Prednison 0,5 - 2 mg/kgBB selama 1-8 pekan dan diturunkan berkala selama 6-8 pekan
atau steroid sistemik setara prednison 1-2 mg/kgBB
Bila keadaan klinis berat, steroid sistemik dapat diberikan dalam dosis denyut yang besar
kemudian dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan (1,5gr MP i.v. selama 3 hari dilanjutkan
dengan 30 mg/hari sampai kondisi pasien membaik)
Pada pemberian prednison > 40 mg/hari sebaiknya diberikan antibiotik profilaksis
mencegah infeksi sekunder.
Bila demam dapat diberikan antipiretik, namun harus hati-hati tentang
kemungkinan obat penyebab.