Anda di halaman 1dari 9

B. Jawaban Tergugat .

Ada 3 kemungkinan jawaban Tergugat :


1. Eksepsi.
2. Jawaban Pokok Perkara.
3. Rekonvensi.
1. Eksepsi.
a. Diatur dlm : Ps.125:2, 133-136 HIR.
Ps.149:2, 159-162 RBg.
b. Jenis² eksepsi :
1) Eksepsi Prosesuil :
a) Eksepsi deklinator ⇒ sifatnya
mengelakkan.
Terkait dgn syarat formil gugatan yg td dr :
Eksepsi mengenai kompetensi absolut ini dapat
diajukan setiap waktu selama pemeriksaan perkara
berlangsung, bahkan hakim pun wajib pula
mengakuinya karena jabatannya (Ps. 134 HIR,
160 RBg.).
Eksepsi mengenai kompetensi relatif tidak
diperkenankan diajukan setiap waktu, melainkan
harus diajukan pada permulaan sidang, yaitu
sebelum diajukan jawaban yg menyangkut
pokok perkara. (Ps.125:2 & 133 HIR, Ps.149:2 &
159 RBg. )
Putusan dituangkan dalam bentuk:
- Putusan sela (interlocutoir), apabila eksepsi
ditolak; atau
- Putusan akhir, apabila eksepsi dikabulkan.
 b) Eksepsi diskwalifikator ⇒ sifatnya menunda.
1. Eksepsi Surat Kuasa Khusus Tidak sah
2. Eksepsi Error in Persona → apabila
gugatan mengandung cacat error in
persona.
3. Eksepsi Res Judicata atau Ne Bis In Idem
→thd perkara yg sama yg telah pernah
diputus hakim & putusannya tlh memiliki
kekuatan hukum tetap.
4. Eksepsi Obscuur Libel → apabila surat
gugatan penggugat kabur atau tidak
terang (onduidelijk).
2) Eksepsi Materiil :
a) Eksepsi dilator ⇒ sifatnya
menangguhkan.
b) Eksepsi peremtor ⇒ sifatnya menyudahi.
 Cara Pengajuannya  diajukan bersama-sama dengan
jawaban mengenai pokok perkara.
 Cara Penyelesaiannya  diperiksa dan diputus bersama-
sama dengan pokok perkara. Oleh karena itu, putusannya
tidak berbentuk putusan sela, tetapi langsung sebagai
satu kesatuan dengan putusan pokok perkara dalam
putusan akhir.
2. Jawaban Pokok Perkara :
a. Mengaku.
b. Membantah.
c. Referte.
3. Rekonvensi/Gugat Balik ⇒ Ps. 132 a-b.
a. Sifat : gugat insidentil.
b. Sifat pemeriksaan : menggabungkan 2 perkara.
c. Syarat : diajukan bersama-sama dgn jawaban I.
d. Larangan² (Ps.132a : 1) :
1) Dlm konvensi P dlm kedudukan, dlm
rekonvensi P tdk boleh pribadi.
2) Tdk boleh rekonvensi jika PN tdk berwenang
memeriksa pokok perkaranya.
3) Tdk boleh rekonvensi dlm sengketa
menjalankan putusan hakim.

C. Jawab-Jinawab.
Penggugat >< Tergugat
Gugatan >< Jawaban
Repliek >< Dupliek
Rerepliek >< Redupliek
Pembuktian
DASAR HUKUM Pasal 279-282 BRv
“Masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara perdata yang
sedang berlangsung bila dia juga mempunyai
kepentingan (interest)”
Bentuknya :
1. Voeging (menyertai) dengan cara menggabungkan
diri kepada salah satu pihak.
Mis. : A digugat B utk mengembalikan hutangnya, C
msk & menyatakan bhw ant A & B tdk ada perjanjian
utang piutang ttp perjanjian investasi.
2. Tussenkomst (menengahi) berdiri sendiri (tidak
memihak salah satu pihak)→ barang miliknya
disengketakan.
3. Vrijwaring (penanggungan) :
 insiatifnya tidak dari pihak ketiga ybs.
 Ikutsertanya karena diminta sebagai
penjamin/pembebas oleh salah satu pihak
yg berperkara.
Mis : A menjual barang pd B , B menggugat bhw
brg tsb cacat, A baru beli brg tsb dr C .
4. Exceptio Plurium Litis Consortium:
 Masuknya pihak ketiga karena ditarik oleh
salah satu pihak yang berperkara.
 Dilakukan karena pihak tersebut tidak
lengkap.
 Contoh dalam perkara warisan.
I. Pengertian.
Membuktikan adl memberi dasar² yg cukup kpd
hakim yg memeriksa perkara guna memberi
kepastian ttg kebenaran peristiwa yg diajukan.

II. Beban Pembuktian.


1. Beban pembuktian mengandung resiko.
2. Siapa yg hrs membuktikan ?
⇒ Ps.163 HIR, 283 RBg, 1865 BW.
3. Siapa yg lb dahulu hrs membuktikan ?

Anda mungkin juga menyukai