Anda di halaman 1dari 49

PANDUAN PRAKTIS SHALAT TAHAJUD DAN WITIR

Hamzah Zaelani PENDAHULUAN KETENTUAN-KETENTUAN DALAM SHALAT TAHAJUD 1. Shalat Malam dan Shalat Tahajud 2. Anjuran dan Keutamaan Shalat Tahajud 3. Waktu-waktu Shalat Tahajud 4. Jumlah Rokaat Shalat Tahajud KIAT MUDAH DAN PRAKTIS MELAKSANAKAN TAHAJUD 1. Sunah Rasulullah SAW. Sebelum shalat tahajud 2. Tatacara pelaksanaan shalat tahajud 3. Amalan setelah shalat tahajud SHALAT WITIR PENUTUP APPENDIKS: DZIKIR-DZIKIR SHALAT TAHAJUD DAN WITIR

PENDAHULUAN Shalat tahajud termasuk salah satu diantara shalat sunat malam yang secara rutinitas dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Dalam situasi dan kondisi bagaimanapun, Beliau melewati dan menghidupkan malam demi malam dengan tahajud. Beliau tidak melaksanakan tahajud pada waktu senggang saja tetapi dalam keadaan genting (perang) pun beliau tetap menyempatkan diri untuk melaksanakannya. Misalnya, pada hari (perang) Badar saat pasukan yang dipimpin oleh Rasulullah SAW. tertidur karena kelelahan beliau menunaikan shalat tahajud dibawah pohon. Peristiwa ini disaksikan langsung oleh Ali RA. Begitu juga saat Perang Tabuk dengan mendapat penjagaan ketat dari para sahabat yang ikut berjuang, Rasulullah SAW. menyibukan dirinya untuk bermunajat kepada Rabnya, yaitu Allah SWT. Situasi genting seperti itu tidak menyurutkan tekad beliau untuk menghidupkan malam dengan tahajud. Perhatian serta pemeliharaan Rasulullah SAW. terhadap shalat tahajud atau sering juga disebut Qiyamullail menjadi indikasi pentingnya shalat sunat ini dilaksanakan oleh umat Islam, setelah shalat fardhu. Perhatian yang tinggi terhadap shalat tahajud, juga terlihat ketika Rasulullah SAW. tiba di Madinah pertama kali Beliau menganjurkan kepada kaum muslimin, baik Muhajirin maupun Anshor untuk mengamalkan empat hal, salah satu diantaranya adalah shalat tahajud. Rasulullah SAW. bersabda :

Hai manusia, sebarkanlah salam, berilah makan (orang-orang yang membutuhkan makanan), sambungkanlah tali silaturahmi dan shalatlah pada malam hari, (diwaktu) orang-orang sedang terlelap tidur maka niscaya kalian akan masuk surga. (HR Hakim, Ibnu Majah, dan Tirmidzi) Dalam hadis di atas shalat tahajud menjadi salah satu cara untuk sampai ke tempat yang sangat diidam-idamkan oleh manusia, yaitu surga. Selain itu, manfaat shalat tahajud juga dapat dirasakan langsung di dunia ini. Dalam buku Terapi Shalat tahajud, Dr. Muhammad Sholeh membuktikan secara medis bahwa shalat tahajud mampu meningkatkan kekebalan tubuh. Penelitiannya tersebut menggunakan pendekatan Psikoneuroimunologi (Ilmu yang mempelajari interaksi antar sistem imunitas dan prilaku melalui sistem saraf). Oleh karena itu, tidak semata-mata Rasulullah SAW. senantiasa mendawamkan dan menganjurkan kepada umatnya untuk melaksanakan shalat tahajud melainkan di dalamnya terkandung hikmah (manfaat ) yang besar bagi pelakunya. Akan tetapi, meskipun shalat tahajud secara medis terbukti bisa menjadi terapi bagi kesehatan tubuh, kita tidak boleh menjadikannya sebagai motivasi dalam melaksanakan shalat tahajud, karena amalan atau ibadah seseorang yang didasari niat ingin mendapatkan sesuatu yang bersifat keduniawian maka ia akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pahala akhirat, sehingga ibadahnya menjadi sia-sia. Dalam dunia Sufi ibadah seperti ini dilakukan oleh orang yang berada pada tingkat mubtadi yaitu orang yang baru belajar ibadah. Allah SWT. berfirman:

) (

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu kebahagiaanpun di akhirat. (QS Al-Asyura [42] : 20) Secara umum, orang melaksanakan ibadah ingin mendapatkan pahala dari Allah SWT. dan terhindar dari siksaan-Nya. Seseorang akan mendapatkan keduanya jika ibadahnya mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai pembuat tasyri. Adapun aturan yang telah digariskan oleh Allah tersebut adalah 1. Ada perintah dari-Nya 2. Dalam pelaksanaan perintah tersebut sesuai dengan perintah Rasulullah SAW. Kedua aturan ini satu sama lain tidak bisa dipisahkan bahkan bisa dijadikan barometer dalam menilai sah tidaknya ibadah seseorang, artinya menunaikan perintah Allah saja tidak cukup tanpa mengikuti praktek yang dicontohkan Rasulullah SAW. atau sebaliknya, Pemisahan keduanya merupakan pengguguran terhadap syahadat yang berarti pula batal keislamannya. Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan sekalipun shalat tahajud hukumnya sunat harus didasarkan pada dalil-dalil yang Qoti sebab dalam qaidah fikih disebutkan bahwa Asal dalam ibadah itu tidak sah (batal) sehingga ada dalil yang memerintahkannya. Oleh karena itu, dalam dalam memaparkan per-sub penulis menyatakan dalil-dalil, baik dari Al-Quran maupun Al-Hadis, dan hal ini tidak terlepas dari tujuan penulisan buku yang sangat sederhana ini, yaitu mencoba memaparkan praktek shalat tahajud yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. sehingga dalam melaksanakan shalat tahajud sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. dan dapat membuahkan hasil berupa ridho (pahala) dari Allah SWT. Untuk mencapai tujuan diatas dan menghindari penyimpangan dalam menjelaskan penulis merujuk pada beberapa buah kitab dan buku yang didalamnya terdapat penjelasan Fuqoha (Ulama Fikih) seputar shalat tahajud. Usaha tersebut seharusnnya dan selayaknya dilakukan, mengingat keterbatasan penulis dalam berbagai hal. Kitab-kitab dan buku-buku yang dijadikan sumber rujukan tulisan ini semuanya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain buku yang ada dihadapan pembaca ini tiada lain hanya sekedar transpormasi (pemindahan) informasi dari beberapa sumber yang ada. Adapun untuk mempermudah dalam membahas cara pembacaan, tulisan ini dibagi menjadi dua bagian utama. Pertama setelah pendahuluan pembahasan difokuskan pada pengenalan shalat tahajud secara teoritis, mulai dari pengertian, perintah (anjuran) keutamaan, waktu, sampai jumlah rakaat shalat tahajud. Dan bagian kedua lebih pada pembahasan praktis shalat tahajud yang tidak terlepas dari praktek yang dicontohkan Rasulullah SAW. baik sebelum, ketika, maupun sesudah shalat tahajud. Mudah-mudahan buku sederhana ini dapat membantu pelaksanaan shalat tahajud yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

)02 : (

SHALAT TAHAJUD A. Pengertian Shalat Tahajud Dalam Agama Islam, tersedia sarana untuk melakukan komunikasi langsung dengan Allah SWT. yaitu shalat. Shalat dikatakan sebagai bentuk percakapan (komunikasi) langsung antara hamba dengan Rabnya karena ibadah ini tidak bisa diwakilkan pada orang lain atau shalat tidak bisa diganti dengan amalan apapun. Berbeda dengan puasa yang boleh diganti dengan fidyah pada kondisi tertentu atau haji bisa dikerjakan oleh orang lain dengan syarat-syarat khusus. Secara bahasa, shalat artinya doa. Ibadah shalat dinamai doa karena didalamnya mengandung doa. Sholat juga dapat berarti doa untuk mendapatkan kebaikan (Sholawat) bagi Nabi Muhammad SAW. sedangkan secara istilah (pengertian secara khusus) shalat adalah suatu ibadah kepada Allah yang terdiri dari ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam dengan syaratsyarat tertentu. Dibandingkan dengan ibadah yang lain, shalat mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Islam, yakni sebagai fondasi yang menentukan bagi tegaknya agama islam. Rasulullah SAW. bersabda:

Pokok segala urusan adalah Islam, sedangkan tiangnya adalah shalat.(HR AtTirmidzi dan Ibnu majah) Shalat dapat berfungsi sebagai fondasi agama jika ada peran aktif dari umat Islam dalam menegakkannya, artinya bukan bentuk shalat itu sendiri yang menegakan agama, tetapi lebih pada pelaksanaannya. Apabila umat Islam dengan penuh kesadaran melaksanakan shalat berarti ia telah menegakkan dan mengokohkan agama islam. Sebaliknya apabila umat Islam melalaikan dan meningggalkan shalat maka bangunan islam tidak akan tegak kokoh, bahkan ia (baca: Islam) akan roboh. Selain itu, shalat juga merupakan ujung tombak bagi amalan yang lain, beres tidaknya amalan tergantung pada benar tidaknya shalat. Shalat yang benar akan memberikan poin bagi benarnya suatu amalan, sedangkan shalat yang rusak akan menyebabkan amalan yang lain menjadi rusak. Shalat terbagi pada tiga macam yaitu : (1) Shalat fardhu ain yaitu shalat yang mesti dikerjakan oleh setiap umat Islam seperti shalat yang lima waktu. (2) Shalat fardhu kifayah yakni shalat yang menjadi gugur kewajibannya apabila ada orang yang mengerjakannya, seperti shalat jenazah, dan (3) Shalat sunat, yakni shalat yang dikerjakan lebih utama dari pada meninggalkannya, karena shalat sunat dapat menjadi nilai lebih (penambah) bagi shalat wajib yang tidak atau kurang sempurna. Shalat sunat terbagi lagi kepada dua macam, yaitu : 1. Shalat sunat rawatib, yaitu shalat sunat sebelum dan sesudah shalat fardhu, 2. Shalat sunat bukan rawatib, shalat sunat ini banyak macamnya, salah satu diantarannya adalah shalat tahajud. Ditinjau dari segi bahasa tahajud merupakan bentuk mashdar dari kata kerja Tahajjada yang berarti bangun dari tidur (istaiqadla). Sedangkan secara istilah, tahajud artinya shalat sunat yang dikerjakan pada waktu malam dan dilaksanakan setelah tidur terlebih dahulu walaupun tidurnya hanya sebentar. Shalat tahajud sering

)( ....

disebut sebagai shalat malam atau Qiyamullail. Tetapi, bagi imam Syafii shalat malam baik dikerjakan sebelum maupun sesudah tidur tetap dinamakan shalat tahajud. Beliau lebih menekankan pada waktu pelaksanaannya, tidak pada suatu hal yang mendahuluinya. Oleh karena itu, selain shalat malam, shalat witir pun ia sebut sebagai shalat tahajud. Imam Syafi'i berkata :Shalat malam dan shalat witir baik setelah ataupun sebelum tidur dinamai tahajud. Dalam catatan sejarah shalat tahajud adalah shalat yang pertama kali diperintahkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. sebelum ibadah yang lain. Rasulullah SAW. tidak pernah meninggalkan shalat tahajud sampai beliau wafat. Rasulullah SAW. melaksanakannya untuk menunaikan perintah Allah SWT. Serta beliau mengetahui hikmah dari perintah (anjuran) Allah tersebut. Mengenai hal ini akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya. B. Anjuran Dan Keutamaan Shalat Tahajud Pada pembahasan sebelumnya telah disinggung bahwa Rasulullah SAW. sepanjang hidupnya tidak pernah meninggalkan shalat tahajud. Beliau melaksanakan Shalat Tahajud dalam berbagai situasi dan kondisi. Amr Ibnu Syuaib meriwayatkan sebuah hadis yaitu ketika Perang Tabuk Rasulullah SAW. sempat melaksanakan shalat malam. Hal yang sama juga pernah disaksikan langsung oleh Ali ketika perang badar disaat para sahabat (pasukan muslim) terlelap tidur, Ali melihat Rasulullah SAW. sedang shalat dibawah pohon. Rasulullah SAW. menghidupakan malam dengan shalat tahajud. Bukanlah atas inisiatif sendiri, beliau melaksanakannya atas dasar perintah Allah SWT. Adanya perintah dalam suatu ibadah menjadi salah satu syarat diterimanya ibadah. Dalam kaidah fikih disebutkan

Asal dalam ibadah itu tidak sah (batal) sehingga ada dalil yang memerintahkannya. Rasulullah SAW. senantiasa mengerjakan shalat tahajud setelah turun kepadanya surat al-Muzammil. Sebelum ayat ke dua puluh dari surat ini turun, shalat tahajud hukumnya wajib. Dengan ini kemudian dipahami bahwa shalat tahajud adalah shalat yang pertama kali diwajibkan kepada Rasulullah SAW. dan para sahabatnya. Penetapan shalat tahajud sebagai ibadah yang pertama kali diwajibkan kepada Rasulullah SAW. dapat dibenarkan karena pertama, surat Al-Muzammil yang didalamya terdapat perintah untuk melaksanakan shalat malam lebih dahulu diturunkan dari pada surat-surat yang mengandung ibadah wajib lainnya, seperti shalat lima waktu, shaum, zakat, atau haji. Kedua, kalimat Qumillaila (bangunlah untuk sembahyang dimalam hari) merupakan kalimat perintah, sedangkan setiap perintah hukumnya adalah wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Kewajiban suatu perintah Allah akan menjadi longgar (ringan), atau bahkan menjadi gugur ketika ada pernyataan perintah Allah (dalil) yang merubah kewajiban tersebut. Dalam kaidah ushul fikih disebutkan:

"Asal dalam perintah itu adalah wajib, kecuali ada dalil yang menyalahinya". Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW. saat bersama para sahabatnya melaksanakan shalat Tahajud selama satu tahun penuh, sehingga kaki mereka menjadi bengkak. Hal tersebut mereka lakukan tiada lain untuk menunaikan perintah Allah yang terdapat dalam surat al-Muzammil tersebut. Setelah genap satu tahun, Allah pun

menurunkan Surat Al-Muzammil ayat ke-20. Kemudian ayat terakhir dalam surat alMuzammil ini menggeser status shalat tahajud dari wajib menjadi sunah. Said bin Hisyam bertanya kepada Aisyah tentang shalat Nabi diwaktu malam. Aisyah menjawab :Apakah anda tidak membaca surat Al-Muzammil? ya, jawab Said maka shalat malam pada permulaan malam ini dijalankan oleh Rasulullah SAW. dan sahabatnya selama satu tahun sampai kaki mereka bengkak. Dan Allah SWT. tidak menurunkan ayat terakhir (ayat 20 surat Al-Muzammil) dalam surat ini selama dua belas bulan. Kemudian ayat 20 diturunkan untuk meringankan sehingga shalat malam menjadi sunat sesudah diwajibkan". (HR Ahmad dan Muslim) Pergeseran status dari berat menjadi ringan atau dari wajib menjadi sunat bukan berarti Allah SWT. memerintahkan kepada Rasulullah SAW. dan umumnya kepada umat islam untuk mengurangi perhatian kepada shalat tahajud. Bagi Rasulullah SAW. sendiri Shalat tahajud tetap wajib dan beliau terus memberikan dorongan kepada umatnya agar melaksanakan shalat tersebut. Bahkan, setibanya di Madinah Rasulullah SAW. pertama kali menganjurkan empat hal kepada kaum muslimin, salah satunya adalah perintah untuk mendirikan shalat malam. Mengapa demikian ? sebab kalau kita perhatikan shalat sunat yang disebutkan oleh Allah SWT. dalam al-Quran hanyalah shalat tahajud. Tercantumnya shalat tahajud sebagai shalat sunat malam dalam alQuran menunjukan keistimewaan dirinya dibanding dengan shalat sunat lainnya, yaitu ia dapat mengangkat derajat seorang hamba ke tempat yang lebih baik dan terpuji. Allah SWT. berfirman : Dan pada sebagian malam hari, bersembahyanglah (shalat tahajud) sebagai ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan kamu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (QS Al Isr [17]: 79) Perintah untuk menegakkan shalat tahajud yang terdapat dalam surat di atas sebelumnya didahului oleh perintah Allah untuk menegakkan shalat lima waktu (Al-Isr : 78). Penyebutan shalat tahajud setelah shalat fardhu menjadi indikasi akan pentingnya shalat tersebut untuk dilaksanakan oleh umat islam. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW. menetapkan shalat tahajud sebagai Shalat yang paling utama (afdhol) setelah shalat fardhu.

)79 : (

Shalat sunat yang utama setelah shalat fardhu adalah shalat disepertiga malam (shalat Tahajud). (HR Ahmad Dan Muslim) Sabda Rasulullah SAW. di atas sangat tepat karena waktu yang digunakan untuk melaksanakan shalat tahajud bersamaan dengan waktu diturunkannya Allah SWT. ke langit dunia. Pada saat tersebut ketika manusia sedang tertidur lelap Allah SWT. merindukan seorang hamba untuk bersua dengannya dan pada saat itulah Allah SWT. mengabulkan segala perintah permintaan dan mengampuni dosa hambanya. Jika kedua hal itu telah didapati oleh seorang muslim maka Allah akan mengangkat derajatnya ketempat yang mulia lagi terpuji, yaitu surga. Selain balasan secara Ukhrawi, Allah pun akan memberikan pahala bagi mutajahhid (orang yang melakukan shalat tahajud ) yang langsung dapat dirasakan di dunia, yaitu mampu menangkal penyakit dari badan. Rasulullah SAW. bersabda:

: - : ) (

Kalian harus mengerjakan shalat malam, sebab itu kebiasaan orang soleh sebelum kalian, juga suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. juga sebagai penebus dosa dan kejelekanmu, serta dapat menangkal penyakit dari badanmu.(HR At Tirmidzi) Kebenaran hadis Nabi diatas telah dibuktikan oleh oleh Dr. Moh.Sholeh dalam bukunya Terapi Shalat Tahajud. Hasil penelitiannya terhadap shalat tahajud tersebut, ia mampu membuktikan bahwa shalat tahajud dapat meningkatkan ketahanan tubuh. Itu pun kalau dilakukan secara ikhlas, karena niat yang ikhlas dalam menjalankan shalat tahajud akan mendatangkan rasa tenang, optimistis, dan persepsi positif, dan reaksi emosional positif dapat menghindarkan diri dari stress. Selain itu, ia pun membuktikan bahwa shalat tahajud dapat menghilangkan rasa nyeri penderita kanker, masih banyak keuntungan yang diperoleh dari melaksanakan shalat tahajud baik keuntungan yang bersifat ukhrowi maupun duniawi. Keuntungan dunia dan ukhrowi akan kita dapatkan jika kita mengetahui tatacara dan waktu yang tepat untuk melaksanakan shalat tahajud. C. Waktu-waktu Shalat Tahajud Secara umum shalat tahajud dilaksanakan pada malam hari yang dimulai dari selesainya shalat isya sampai shalat subuh. Berdasarkan dalil-dalil yang ada Allah dan Rasul-Nya membagi malam untuk melaksanakan shalat tahajud menjadi tiga bagian, awal malam, pertengahan malam, dan akhir malam, Allah SWT. berfirman :

) (

Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad) bangunlah untuk sembahyang di malam hari, kecuali sedikit dari padanya seperduanya atau kurangilah dari seperduanya itu sedikit atau lebih dari seperdua itu sedikit. Kemudian bacalah alQur'an dengan tartil" (QS Al Muzammil [73] :1-4) Lebih lanjut Allah SWT. menjelaskan waktu shalat tahajud secara matematis. Allah SWT. berfirman :

) 1( ) 0( ) 3( )1-4 :) (4(

) 02 :(

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasannya kamu berdiri (sembahyang) karena dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiga dan (demikian pula) golongan dari orang-orang yang bersama kami. (QS AL-Muzammil [73] : 20) Dalam kedua ayat tersebut diatas Allah SWT. tidak mementingkan salah satu waktu pelaksanaan shalat tahajud, Hal ini menunjukan bahwa Allah SWT. menyerahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk memilih waktu shalat tahajud. Hafidz berkata : Tahajud Rasulullah SAW. tidak ada ketentuan waktunya karena hanyalah semata-mata dimana ada kelonggaran. Dengan demikian Abu Malik (penulis kitab Shahh Fiqh Al-

Sunnah) menyimpulkan bahwa shalat malam bisa dikerjakan dipermulaan, dipertengahan, dan dipenghabisan (akhir) malam. Kesimpulan tersebut juga di asaskan pada kesaksian Anas bin Malik.

Kapan saja kita ingin melihat Nabi SAW. shalat malam, ketika itu pula kita pasti dapat melihatnya, dan kapan saja kita ingin melihat tidurnya Nabi SAW. disaat itu pula kita dapat melihatnya,(HR Bukhari, Nasai dan Tirmidzi) Apabila waktu-waktu diatas diubah sesuai dengan waktu Indonesia, sepertiga awal malam kira-kira pukul 22.00 WIB. Sampai pukul 23.00 WIB seperdua (pertengahan) malam kira-kira pukul 00.00 WIB, sampai 01.00 WIB, dan dua pertiga akhir malam kira-kira pukul 02.00, atau pukul 03.00 WIB sampai sebelum fajar atau masuk shalat shubuh. Sekalipun Allah SWT., tidak menetapkan waktu yang khusus, namun Dia tetap memilihkan waktu yang tepat untuk melaksanakan shalat tahajud, yaitu pada sepertiga malam yang terakhir (pukul 02.00, atau pukul 03.00 WIB sampai sebelum shubuh). Waktu yang menjadi pilihan Allah tersebut, bukan menafikan waktu-waktu yang lainnya, tapi lebih kepada keutamaan yang dimiliki waktu tersebut. Banyak hadis yang menjelaskan tentang keutamaan shalat tahajud pada sepertiga malam (f jaufil laili) diantaranya adalah:

-- ) (

Tuhan kita Azza wajalla, tiap malam turun kelangit dunia pada sepertiga malam yang terakhir. (pada saat itulah) Allah SWT. berfirman : Barang siapa yang berdoa kepada-Ku, pasti Ku-kabulkan, barang siapa yang meminta kepada-Ku, pasti Ku- beri, dan barang siapa yang meminta ampun kepada-Ku, pasti Ku- ampuni. (HR Jamaah)

: ) (

Sedekat-dekatnya hamba kepada Allah SWT., ialah ditengah malam yang akhir, maka jika engkau termasuk golongan orang yang berdzikir kepada Allah SWT., pada waktu itu usahakanlah. (HR Hakim) Pada hadis lain, Rasulullah SAW. pun lebih banyak mengerjakan dan menganjurkan kepada umatnya untuk mendirikan shalat malam di sepertiga akhir malam. Saat Aisyah ditanya oleh Masyruq tentang waktu yang digunakan Nabi SAW. untuk Shalat tahajud, dia menjawab :

) (

Apabila Rasulullah SAW. mendengar (kokokan) ayam jantan beliau mendirikan shalat.(HR Bukhari dan Muslim) Menurut Abu Malik, Sharikh (ayam Jantan) berkokok ketika malam sudah ada dipertengahan atau disepertiganya. Oleh karena itu, jarak antara waktu-waktu yang digunakan untuk melaksanakan shalat tahajud yang telah ditetapkan kurang lebih satu

) (

jam, maka dalam jumlah rakaatnya pun, Rasulullah SAW. menyesuaikannya dengan waktu-waktu tersebut. D. Jumlah Rakaat Shalat Tahajud Telah terjadi perbedaan pendapat dikalangan ahli Fikih mengenai jumlah rakaat shalat tahajud, ada yang mengatakan rakaat shalat tahajud itu sebelas berikut shalat witir, tiga belas berikut witir dan ada juga yang berpendapat dua puluh satu berikut witir. Bahkan bagi Sayyid Sabiq, tidak ada ketentuan dan batasan khusus yang pasti mengenai jumlah rakaat shalat tahajud. Menurut beliau, seseorang sudah melaksanakan shalat tahajud, meskipun hanya melakukan satu rakaat shalat witir saja, beliau mendasarkan pendapatnya tersebut pada sabda Rasulullah SAW.:

Kerjakanlah shalat malam sekali pun hanya satu rakaat. (HR Thabrani) Hal senada juga dilontarkan oleh Ibn Abdul Bar. Ia berpendapat bahwa rakaat shalat tahajud tidak ditetapkan jumlahnya. Shalat tahajud termasuk shalat nafilah (Shalat sunat tambahan) yang apabila dikerjakan akan menjadi sebuah kebaikan. Beliau pun membolehkan untuk mengurangi atau menambah rakaat shalat tahajud yang biasa dikerjakan oleh Rasulullah SAW., yaitu sebelas atau tiga belas rakaat. Walaupun demikian keduanya tidak menafikan bilangan sebelas dan tiga belas sebagai jumlah rakaat shalat tahajud, Sayyid Sabiq sendiri menyatakan bahwa rakaat yang paling utama dan senantiasa dikerjakan oleh Rasulullah SAW. adalah sebelas atau tiga belas rakaat. Sebelas atau tiga belas rakaat adalah bilangan untuk shalat tahajud yang telah disepakati oleh kebanyakan ulama, karena banyak sekali hadis yang menjelaskan tentang jumlah bilangan shalat tahajud yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW. yang semuanya mengarah kepada kedua bilangan tadi. Selain itu, hadis-hadis tersebut diriwayatkan oleh orang-orang yang dekat dengan Nabi SAW. Diantara hadis-hadis tersebut adalah sebagai berikut :

) (

( - ) - ) (

Telah berkata Aisyah : Rasulullah SAW. tidak pernah menambah sebelas rakaat, pada bulan Ramadhan maupun pada bulan-bulan lainnya. (HR Bukhari dan Muslim)

Telah berkata Aisyah : Bahwasannya Rasulullah SAW., pernah shalat malam tiga belas rakaat. Dari tiga belas rakaat itu, ia shalat witir lima rakaat, dan ia tidak duduk diantara rakaat-rakaat itu kecuali pada rakaat terakhir. (HR Bukhari dan Muslim)

( - -

Ibnu Abbas meriwayatkan dari Abi Hamzah:Bahwa Rasulullah SAW. shalat sebanyak tiga belas rakaat, yakni shalat malam. (HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi)

Dari ketiga hadis diatas jelas bahwa Rasulullah SAW. senantiasa menganjurkan shalat tahajud sebanyak sebelas atau tigabelas rakaat. Kebiasaan Rasulullah SAW. tersebut menjadi tuntunan (petunjuk) yang harus diikuti oleh setiap muslim dalam melaksanakan shalat tahajud. Adapun praktek shalat tahajud yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. akan dibahas pada bab selanjutnya.

10

PRAKTEK SHALAT TAHAJUD A. Sunat Rasulullah SAW. Sebelum Shalat Tahajud Allah SWT. telah menjadikan malam sebagai waktu untuk beristirahat bagi manusia, setelah sebelumnya digunakan untuk beraktivitas dalam mencari penghidupan, tidur adalah sebaik-baik istirahat dimalam hari. Dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat. (QS Al-Nab [78] : 9). Istirahat (dalam hal ini tidur malam) merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia, karena jika tidak terpenuhi akan berdampak negative bagi diri manusia itu sendiri. Sekalipun demikian, tidak selayaknya seorang muslim menghabiskan waktu istirahatnya tersebut hanya dengan tidur. Disela-sela waktu istirahat, Allah SWT., menganjurkan kepada hamba-Nya agar menyisakan waktu istirahatnya tersebut untuk beribadah kepada-Nya. Allah SWT. tidak menuntut banyak dari hamba-Nya. Dia hanya meminta sedikit waktu saja. Allah SWT. berfirman :

)9: (

Bangunlah (untuk sembahyang) dimalam hari, kecuali sedikit (daripadanya).(QS AlMuzammil [73] : 2). Dibalik sedikit waktu yang dipinta, Allah SWT. menyediakan pahala yang begitu besar bagi orang yang mau mengorbankan waktu istirahatnya untuk berdua dengannya. Diantara pahala yang telah disediakan oleh Allah adalah pelakunya akan diangkat derajatnya ketempat yang mulia, akan dimasukan kedalam surga, diampuni dosanya, dan segala permintaannya akan dikabulkan. Namun, masih sedikit orang yang mau menjalankan shalat tahajud yang secara tidak langsung menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan anugrah dari Allah SWT. tadi. Menurut Sayyid Bakri faktor yang dapat menyebabkan seseorang malas melaksanakan tahajud ada empat diantara yaitu: 1. Perhatian yang berlebihan terhadap dunia, sehingga melupakan kehidupan akhirat 2. Sibuk membicarakan masalah keduniawian dan menggunakannya untuk bersenang-senang. 3. Badan terlalu lelah, capek, dan lesu akibat aktivitas yang dilakukan pada sianghari, dan, 4. Banyak makan, yang berarti akan banyak minum, sedangkan banyak minum itu akan menimbulkan rasa ngantuk. Oleh karena itu, dalam sebuah hadis Rasulullah SAW. menganjurkan agar umatnya, tidak makan dan minum secara berlebihan Rasulullah SAW. bersabda : Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah dengan tidak isrof (berlebihlebihan) dan tidak sombong. (HR Abu Dawud dan Ahmad) Selain keempat faktor diatas, rasa malas untuk melaksanakan shalat malam, juga disebabkan oleh setan yang terus menghalangi manusia untuk bertaqarub pada Rabnya. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda: Setan mengikat kuduk seseorang dengan tiga ikatan ketika ia tidur, lalu, setan memukul tempat tiap ikatan pada kuduk orang yang sedang tidur sambil berkata :

)0 : (

) (

11

Tidurlah kamu mempunyai waktu cukup panjang. Bila seseorang yang tidur itu bangun dan berdzikir kepada Allah SWT., lepaslah satu ikatan. Lalu, jika ia pergi wudhu, terurailah satu ikatan lagi, dan manakala ia shalat lepaslah ikatan terakhir hingga ia menjadi bersemangat dalam beribadah, terlepas segala kesempitan jiwa dan terlindung dari rasa malas. (HR Bukhari) Bagi orang yang telah dibukakan hatinya oleh Allah dan memiliki keinginan (semangat) yang kuat serta tidak merasa malas untuk melaksanakan shalat tahajud, hendaklah ia memelihara dan mengamalkan beberapa kebiasaan (sunah) Rasulullah SAW. sebelum melaksanaan shalat tahajud. Adapun sunah Rasulullah SAW. sekaligus sebagai anjuran sebelum shalat tahajud yaitu : 1. Tidur secukupnya (sebentar) pada siang hari. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dan membantu mengurangi rasa kantuk saat bangun dan ketika sedang melaksanakan shalat tahajud. Dengan kata lain, tidur siang dapat menggantikan waktu untuk tidur malam yang terpakai untuk shalat tahajud. Rasa kantuk akan mengganggu terhadap kekhusukan shalatnya, sehingga menghilangkan keutamaan (pahala) shalat tersebut. Rasulullah SAW. menganjurkan kepada orang yang mengantuk agar menunda dulu shalat sampai rasa kantuk itu hilang Rasulullah SAW. bersabda ;

Apabila salah seorang diantara kamu merasa ngantuk dalam shalat, maka hendaklah ia tidur (terlebih dahulu) sampai ia tidak merasa ngantuk. (HR Bukhari dan Muslim) Dalam hadis lain Rasulullah SAW. bersabda :

) (

apabila salah seorang dari kamu shalat malam (akan tetapi) ia membaca Quran

dengan tidak jelas, sehingga ia tidak mengerti apa yang ia baca, maka hendaklah ia tidur. (HR Muslim, Abu Dawud, Dan Ibnu Majah) Oleh karena itu, agar stamina tetap terjaga (tidak ngantuk) dan khusyuk saat melaksanakan shalat tahajud, maka usahakan pada siang hari menyempatkan diri untuk mengistirahatkan badan, yaitu dengan cara tidur walaupun hanya sebentar. 2. Tidak membiasakan diri begadang pada malam hari dan bercakap-cakap setelah shalat isya, kecuali untuk kemaslahatan agama. Kalau sekiranya percakapan akan mengarah pada hal-hal negative, misalnya membicarakan kejelekan (aib) orang lain lebih baik ditinggalkan, sebab selain dilarang oleh agama, obrolan seperti itu termasuk perbuatan dosa. Dan dosa juga menjadi penyebab sulitnya seseorang bangun malam. Hasan Basri pernah ditanya oleh seseorang yang ingin melaksanakan shalat tahajud, tetapi ia sulit bangun, padahal sebelumnya orang tersebut sudah mempersiapkan diri dengan bersuci dan sebagainya. Hasan Basri pun menjawab : (kamu telah berdosa) karena orang yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan waktunya dengan baik, seperti halnya, orang yang mengetahui obat dari penyakit yang di deritanya. Maka jangan sia-siakan waktunya, karena kelak Allah akan menyia-nyiakanmu.

12

3. Hendaklah tidur ditempat (kasur) yang tidak terlalu empuk. Tidur di atas kasur yang empuk dapat membuat seseorang merasa nyaman berada diatasnya, sehingga ia akan terlelap tidur. Oleh karena itu, Rasulullah SAW. senantiasa tidur beralaskan tikar saja, bahkan dalam sebuah riwayat, beliau tidur diatas bantal yang terbuat dari serabut.

( : )

Aisyah berkata : Rasulullah SAW. tidur pada malam hari beralaskan kulit yang berisi serabut. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi) 4. Berniat akan melakukan shalat tahajud ketika akan tidur Rasulullah SAW. bersabda :

Barangsiapa yang ketika hendak tidur ia berniat akan bangun malam untuk

) (

melaksanakan shalat malam, lalu ia tertidur sampai pagi, (maka) niatnya tersebut akan dicacat sebagai sebuah pahala dan tidurnya merupakan sedekah dari Tuhannya. (HR An-nasai, Ibnu Majah, dan Al- Baihaqi) Rasulullah SAW.menganjurkan kepada umatnya yang akan melaksanakan shalat tahajud agar berniat terlebih dahulu sebelum tidur, sebab niat merupakan energi yang dapat mendorong seseorang untuk mengerjakan sesuatu. Baik tidaknya suatu amalan tergantung pada niat. Niat yang benar akan melahirkan amal yang baik, dan niat yang salah akan melahirkan amal yang buruk. Niat yang benar, sekalipun tidak terlaksana, tetap akan dicatat sebagai sebuah kebaikan, sedangkan niat yang buruk, jika tidak diwujudkan dalam bentuk amalan, tidak akan dicatat sebagai dosa. Shalat tahajud termasuk kedalam amalan yang dianjurkan (amalan yang baik) sehingga pantas kalau niat shalat tahajud seseorang yang tidak terwujud dicatat sebagai sedekah (kebaikan). Kebulatan niat seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan akan nampak pada tindakan yang ia lakukan sebelum pekerjaan yang dimaksud terwujud. Misalnya kita berniat pergi ke Jakarta, sebelum berangkat kesana, kita pasti akan mempersiapkan segala sesuatu yang dapat membantu kita sampai disana, seperti mempersiapkan uang, mencari kendaraan dan sebagainya. Begitu juga, orang yang berniat shalat tahajud akan melakukan hal yang sama. Setidaknya ia akan mengurangi porsi makan, ia akan tidur di siang hari, atau tidak akan tidur ditempat yang sekiranya dapat menyebabkan ia terlelap dalam tidurnya. Apalagi di zaman modern seperti sekarang ini, untuk mewujudkan niat shalat tahajud sangat besar yaitu dengan menggunakan bantuan alrm-jam. Namun, seandainya kita khawatir usaha yang telah kita lakukan tidak dapat menghalangi kita dari kemungkinan tidur nyenyak, sehingga kita tidak dapat melaksanakan shalat tahajud, maka Rasulullah SAW. menganjurkan agar kita melaksanakan shalat witir sebelum kita tidur. Rasulullah SAW. bersabda:

( )

13

Barang siapa diantara kalian khawatir tidak dapat bangun pada akhir malam (untuk
salat tahajud), maka hendaklah Shalat witir pada permulaan malam, kemudian tidurlah. (HR Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah) 5. Berwudhu Sebelum Tidur Wudhu dapat membersihkan seseorang dari kotoran lahir dan batin. Disebutkan dalam sebuah hadis bahwa setiap kali air wudhu membasahi anggota badan, maka pada saat itu pula kesalahan-kesalahan diampuni. Sehingga tidak ada lagi dosa-dosa yang menempel pada anggota badan, yang mana dosa termasuk salah satu faktor yang menyebabkan seseorang sulit bangun malam untuk melaksanakan shalat malam, sebagaimana yang disebutkan oleh Harun Bashari. Rasulullah SAW. bersabda:

Barang siapa yang berwudhu seperti (wudhuku) ini, maka akan diampuni dosadosanya, yang telah dilakukannya. (HRMuslim) Adapun cara berwudhu ketika akan tidur sama seperti wudhu ketika kita akan menegakan shalat. Rasulullah SAW. bersabda:

) (

Apabila kamu akan tidur, maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu seperti wudhu
untuk shalat. (HR Bukhari dan Muslim) 6. Hendaklah tidur menghadap (miring) kesebelah kanan. Tidur seperti ini biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW. dalam sebuah hadis disebutkan :

)( ...

Siti Hafshah berkata: Apabila Rasulullah tidur beliau menjadikan tangan kanannya, dibawah pipi kanannya. Dalam hadis lain Rasulullah SAW. ;

: ( )

Bar Ibn Azib berkata : Apabila kamu akan tidur, maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu seperti wudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah menghadap kesebelah kanan. (HR Bukhari dan Muslim) Rasulullah SAW. telah memberikan contoh tidur yang baik kepada umatnya. Ketika tidur, beliau menghadapkan badannya ke sebelah kanan, Rasulullah SAW. melakukan hal tersebut bukan merupakan sebuah kesia-siaan, artinya beliau selalu mengerjakan sesuatu yang terbaik bagi dirinya sendiri dan terutama umatnya. Hati termasuk salah satu anggota badan bagian dalam yang terletak di sebelah kiri. Apabila seseorang tidur menghadap ke sebelah kiri, maka tidurnya akan lelap. Posisi tidur seperti ini dianjurkan oleh ahli kesehatan, sebab tidur menghadap ke sebelah kiri adalah istirahat yang sempurna dan tidur yang baik, sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan badan. Namun, menurut ahli fikih, tidur yang paling baik adalah menghadap ke sebelah kanan, sebab hati akan terus bergerak (beraktivitas) yang

14

menyebabkan tidur tidak akan terlalu lelap dan memudahkan seseorang untuk bangun. Tidur seperti inilah yang paling baik dilakukan oleh orang yang hendak melaksanakan shalat tahajud. 7. Berdoa sebelum tidur Doa merupakan bentuk ketidakmampuan diri untuk melakukan sesuatu, serta merupakan bentuk permintaan kepada Allah SWT. Agar apa yang diinginkan dapat tercapai. Niat shalat tahajud tidak akan pernah terwujud jika kita tidak bangun dari tidur, dan kita tidak bisa bangun jika Allah tidak menghendakinya. Sehingga doa ketika akan tidur berisi pengakuan bahwa yang menidurkan dan membangunkan adalah Allah SWT. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Hudzaifah , disebutkan:

-- : : ( )

Apabila Rasulullah SAW. hendak tidur, beliau berdoa: Bismika Allhumma amt wa

ahy (Dengan menyebut-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup), dan apabila bangun dari tidur, beliau berdoa :Alhamdulillhilladz ahyn ba'da m amtan wailahinnusyr (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami, dan hanya kepada-Nya kami kembali. (HR Bukhari, Abu daud, dan Tirmidzi) Selain doa yang terdapat dalam hadis diatas, sebelum tidur Rasulullah SAW. membiasakan diri membaca beberapa ayat atau surat Al-quran. Beliau melakukan hal tersebut semata-mata meminta perlindungan kepada Allah SWT. dari gangguan syetan selama beliau tidur sehingga tidurnya tersebut tidak dijadikan oleh syetan sebagai alat untuk melalaikan manusia dari berdzikir kepada Allah SWT. Adapun surat-surat yang biasa dibaca oleh Rasulullah SAW. saat akan tidur yaitu surat Al-Ikhlash, surat AlFalaq, surat Al-Ns, surat Al-Kafirun, ayat Kursi (Al-Baqarah ayat 255), dan dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, serta beliau membaca tasbih, tahmid, dan takbir sebanyak tiga puluh tiga kali.

Dari Ali bin Abi Thalib, bahwasanya Rasulullah SAW. berkata kepadanya dan kepada

- : ) (

Fathimah-ketika keduanya bertanya kepada Rasulullah SAW. tentang Khadam-: apabila kalian hendak beristirahat ditempat tidur, bacalah tasbih (Subhnallh) 33 kali, tahmid (alhamdulillh) 33 kali, dan Takbir( allhuakbar) 33 kali, itu lebih baik bagimu dari pada khadam. (HR Muslim, An-Nasai, dan Ahmad) 8. Saat bangun hendaklah mengusap bekas tidur dari wajah, berdoa, serta membaca sepuluh ayat terakhir surat Ali-Imron :

15

Ibnu Abbas berkata : Rasulullah SAW. bangun tidur kemudian ia duduk sambil mengusapkan tangannya pada wajahnya kemudian beliau membaca sepuluh ayat terakhir dari surat l-Imrn. (HR Bukhari dan Muslim) Adapun doa yang biasa dibaca oleh Rasulullah SAW. ketika bangun tidur adalah : Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan hanya kepada-Nya kami kembali (HR Bukhari, Abu Daud, dan Tirmidzi)

- - : ) (

)(

9. Bersiwak (menggosok gigi). Sebelum melaksanakan shalat tahajud Rasulullah SAW. senantiasa menggosok giginya. Kebiasaan Rasulullah SAW. ini dapat dipahami karena biasanya ketika bangun tidur mulut terasa bau, dan rasa bau tersebut harus kita hindarkan agar kekhusyuan saat bermunajat kepada Allah SWT. (baca: Shalat Tahajud) tidak terganggu. Rasulullah SAW. bersabda:

Apabila bangun dari tidur untuk melaksanakan shalat Tahajud (hendaklah) ia


menggosok giginya dengan sikat gigi. (HR Bukhari dan Muslim) Rasulullah SAW. membiasakan bersiwak tidak hanya akan Shalat tahajud tapi pada ibadah lainpun Rasulullah SAW. melaksanakannya, seperti saat berwudhu, akan shalat (baik Shalat wajib maupun shalat sunat), ketika akan membaca al-Quran, bahkan ketika akan masuk rumah pun beliau bersiwak terlebih dahulu.

) (

Dari Miqdam bin Syuraib dari ayahnya dia berkata: aku pernah bertanya kepada

: , : -- :

'Aisyah : Apa saja yang pertama kali Nabi SAW. kerjakan apabila masuk kerumah? Aisyah menjawab: menyikat gigi(bersiwak). Anjuran Rasulullah SAW. untuk memakai setiap ibadah dengan bersiwak menunjukan bahwa sebelum membersihkan kotoran batiniyah terlebih dahulu harus membersihkan kotoran lahiriyah. 10. Membangunkan keluarga. Hendaknya setiap orang membangunkan keluarganya untuk bersama-sama shalat tahajud sebagaimana sabda Rasulullah SAW. berikut ini :

( )

16

Allah SWT. akan memberikan rahmat kepada laki-laki yang bangun di malam hari
kemudian menegakan shalat dan ia membangunkan istrinya (untuk ikut shalat tahajud) jika ia mengajak suaminya maka hendaklah ia memercikan air kewajahnya dan Allah akan memberikan rahmat kepada wanita yang bangun pada malam hari kemudian ia shalat dan ia membangunkan suaminya (untuk Shalat Tahajud) jika suaminya menolak maka hendaklah ia memercikan air kewajahnya. (HR Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad) Dari hadis diatas dapat dijadikan dalil bolehnya shalat tahajud dikerjakan secara berjamaah. 11. Memulai Shalat tahajud dengan shalat iftitah (pembukaan) Shalat iftitah (pembukaan) dikenal juga dengan shalat khaffatain sebanyak dua rakaat. Shalat dua rakaat sebelum tahajud (senantiasa ) dilaksanakan oleh Rasulullah SAW. dan dianjurkan kepada umatnya agar dikerjakan.

Dari Aisyah berkata: "Apabila Rasulullah SAW. hendak shalat malam beliau memulai
shalatnya tersebut dengan dua rakat yang ringan . (HR Muslim dan Ahmad)

- - : ) (

- - :

Apabila seseorang akan melaksanakan shalat tahajud hendaklah ia memulai shalatnya


dengan shalat dua rakaat yang ringan . (HR Muslim, Abu daud, dan Tirmidzi) Itulah beberapa Sunah (Persiapan) Rasulullah SAW. sebelum melaksanakan Shalat tahajud yang dapat memudahkan kita memenuhi seruan Allah SWT. dan mengikuti kebiasaan orang-orang shaleh. Selain itu agar ibadah tahajud kita bernilai pahala disisi Allah SWT. maka kita harus mengikuti tatacara pelaksanaan shalat tahajud yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. B. Tata cara pelaksanaan Shalat Tahajud Mendapatkan ridha Allah SWT. tidak cukup hanya dengan menunaikan perintah-Nya saja. Di samping, itu kita pun harus mengikuti tatacara yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. dalam menunaikan perintah Allah tersebut, artinya ketika Allah memerintahkan suatu perintah kepada kita, pada saat itu pula kita diperintahkan untuk mengikuti Rasulullah SAW. Dalam beribadah, baik ibadah wajib maupun ibadah sunat, kita harus memperhatikan keduanya. Salah satunya tidak terpenuhi (dilalaikan) maka ibadah yang semacam itu dikategorikan ke dalam amalan (ibadah) bidah, yaitu ibadah yang tidak akan membuahkan pahala. Rasulullah SAW. bersabda:

)(

Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang bukan berdasar perintah
kami,maka amalan itu menjadi tertolak. (HR Muslim) Pada hadis diatas jelas bahwa nilai suatu ibadah tergantung ada atau tidak adanya perintah dari Allah SWT dan perintah (contoh) dari Rasul-Nya. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi seorang mutajahhid (pelaku shalat tahajud) mengikuti

) (

17

tatacara pelaksanaan shalat tahajud yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW. sebab beliaulah sebaik-baik pemberi contoh teladan. Allah SWT. berfirman :

)01 :(

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW. itu suri tauladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS Al- Ahzb [33]: 21) Secara umum tatacara shalat tahajud sama seperti shalat pada umumnya yaitu dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Begitu juga dengan amalan lainnya seperti sujud, ruku, itidal (bangkit dari ruku), tasyahud serta bacaan yang menyertai amalan tersebut dilakukan sama halnya seperti shalat lima waktu yang biasa dilaksanakan sehari-hari. Namun, ada satu amalan shalat wajib yang tidak dikerjakan pada shalat tahajud, yaitu tasyahud awal. Pada shalat tahajud tidak ada tasyahud awal. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan antara shalat sunat dari shalat wajib. Rasulullah SAW. senantiasa melaksanakan shalat tahajud sebanyak sebelas atau tiga belas rakaat sebagaimana kesaksian orang-orang yang terdekat dengan beliau yang terdapat pada beberapa hadis yang dapat dipertanggung jawabkan (shahih). Kedua bilangan tadi adalah jumlah yang cukup banyak bagi bilangan rakaat shalat sunat yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW. artinya rakaat shalat tahajud lebih banyak dari pada shalat sunat lainnya. Selain itu, bilangan shalat tahajud tersebut sudah termasuk shalat witir. Shalat witir boleh dikerjakan satu, tiga, lima, tujuh, atau sembilan rakaat yang waktunya dianjurkan setelah selesai shalat tahajud. Atau dengan kata lain shalat witir dikerjakan sebagai penutup shalat malam. Syaikh Ibnu taimiyah berkata : shalat witir itu wajib bagi orang yang melaksanakan shalat tahajud. Beliau mendasarkan pendapatnya tersebut pada hadis berikut :

Jadikan shalat witir sebagai akhir (penutup) shalat malam. (HR Bukhari dan
Muslim) Walaupun demikian, shalat witir boleh dikerjakan secara terpisah dari satu malam, bahkan waktunya boleh sebelum tidur. Rasulullah SAW. bersabda:

) (

Siapa saja diantara kalian yang khawatir tidak dapat bangun pada akhir malam

(untuk shalat tahajud) maka hendaklah ia shalat witir di permulaan malam (sebelum tidur), kemudian tidurlah. (HR Muslim, Tirmidzi dan Ibn Majah) Tidak seperti halnya shalat tahajud, shalat witir harus dikerjakan secara sekaligus. Berapapun jumlahnya shalat witir hanya menggunakan satu tasyahud, yaitu pada rakaat yang terakhir. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW. shalat witir sebanyak lima rakaat.

: - - ) (
18

Aisyah berkata : bahwasanya : Rasulullah SAW. pernah shalat malam tiga belas
rakaat dari tiga belas rakaat itu ia shalat witir lima rakaat dan ia tidak duduk diantara rakaat -rakaat itu kecuali pada rakaat terakhir. (HR Bukhari dan Muslim) Ada beberapa model (cara) yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW. dalam melaksanakan shalat tahajud plus shalat witir. Bervariasinya tatacara yang ditempuh oleh Rasulullah SAW. tiada lain untuk memudahkan pelaksanaannya. Selain itu, juga seseorang boleh memilih salah satu model untuk dijalankan secara istiqamah atau seseorang boleh memakai cara-cara tersebut secara bergantian sesuai dengan kelonggaran yang ada pada dirinya. Artinya kita boleh menggunakan satu model pada satu malam dan model yang lain pada malam yang lain pula. Berdasarkan hadis-hadis shahih, cara (model) shalat tahajud yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW. sebagai berikut: 1. Apabila shalat tahajud dikerjakan sebelas rakaat maka perinciannya, yaitu: i. sepuluh rakaat untuk shalat tahajud dikerjakan dua rakaat dua rakaat sebanyak lima kali, pada tiap-tiap dua rakaat satu kali salam dan satu rakaat untuk shalat witir.


Dari Aisyah bahwanya Nabi SAW. memulai shalat malamnya dengan dua rakaat khofifatain (ringan) kemudian beliau menyempurnakannya sampai sebelas rakaat beliau salam pada tiap dua rakaat dan beliau shalat witir satu rakaat. Delapan rakaat untuk shalat tahajud dikerjakan dua rakaat dua rakaat sebanyak empat kali dan tiga rakaat untuk shalat witir. Pada hadis yang panjang Ibnu Abbas menjelaskan :

ii.

"Kemudian Nabi SAW. shalat dua rakaat yang ia panjangkan berdiri, ruku, dan sujudnya, kemudian dia berbaring dan tidur sampai terlelap kemudian melakukan hal yang sama sampai tiga kali sehingga menjadikan enam rakaat kemudian beliau shalat witir tiga rakaat. (HR Muslim) Hadis diatas juga bisa menjadi dalil bolehnya shalat tahajud tidak dikerjakan sekaligus (diselang dengan amalan lain). c. Delapan rakaat untuk shalat tahajud yang dikerjakan empat rakaat empat rakaat dengan salam pada tiap empat rakaat dan tiga rakaat untuk shalat witir.

.. )( ..

- ) (

Telah berkata Aisyah : bahwasanya Rasulullah SAW. tidak pernah menambah sebelas rakaat baik pada bulan ramadhan maupun pada bulan-bulan yang lainnya, beliau shalat empat rakaat tapi jangan engkau tanya bagusnya dan panjangnya

19

kemudian ia shalat lagi empat rakaat dan jangan kau tanya bagus dan panjangnya, kemudian ia shalat witir tiga rakaat .(HR Bukhari dan Muslim) 2. Apabila shalat tahajud dikerjakan tiga belas rakaat, maka perinciannya yaitu: a. Dua belas rakaat untuk shalat tahajud yang dikerjakan dua rakaat dua rakaat sebanyak enam kali dan satu rakaat untuk shalat witir

: .... :
Dari Kuraib bahwasanya Ibnu Abbas telah memberitahukan kepadanya: bahwa dia pernah bermalam di rumah Maimunah..kemudian Nabi bangun dan shalat malam dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian beliau shalat witir satu rakaat. b. Delapan rakaat untuk shalat tahajud dengan salam pada tiap dua rakaat dan lima rakaat untuk shalat witir dengan satu kali salam yaitu di rakaat terakhir. Hadis yang menjelaskan tentang model pelaksanaan shalat tahajud tersebut diriwayatkan dari Aisyah.

, ) (
Rasulullah SAW. shalat malam delapan rakaat, beliau salam pada tiap dua rakaat kemudian dia shalat witir lima rakaat secara berturut-turut dan ia tidak duduk diantara rakaat-rakat itu kecuali pada rakaat terakhir. (HR Muslim dan Tirmidzi) Catatan : Pada tiap-tiap rakaat (disetiap rakaat pertama) dibuka dengan doa iftitah sebagaimana yang biasa dibaca pada shalat fardhu. Dua diantara doa iftitah yang banyak dibaca adalah:

. ) ( .
Ya, Allah! aku hadapkan jiwa ragaku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan condong lagi berserah diri dan tidaklah aku termasuk orang Ya, Allah! jauhkanlah aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya, Allah! bersihkanlah aku dari kesalahanku sebagaimana dibersihkan baju dari kotoran. Ya, Allah! bersihkan aku dari kesalahanku dengan air salju dan embun. (HR Muslim)

20

musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku, dan matiku hanya karena Allah Tuhan semesta alam tiada sekutu bagi-Nya dan karena itulah aku diperintahkan dan aku termasuk orang yang berserah diri kepada-Mu. Selain itu ada doa iftitah yang khusus dibaca oleh Rasulullah SAW. pada shalat tahajud, yaitu: Pertama;

, , , , ( )

Ya Allah! Bagimu segala puji, Engkaulah yang mengurus langit dan bumi, dan seluruh makhluk, yang ada padaNya. Dan bagi-Mu segala puji, kepunyaan-Mulah kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada padanya. Dan bagi-Mu segala puji, Engkaulah yang menyinari langit dan bumi. Dan bagi-Mu segala puji, Engkaulah yang Haq, janji-Mu pasti, pertemuan dengan-Mu juga pasti, perkataan-Mu pasti (benar), surga dan neraka pasti ada, para Nabi itu pasti (benar ) demikian juga Nabi Muhammad, dan Qiyamah itu pasti terjadi. Ya Allah! Kepada-Mu aku berserah diri, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakal, kepada-Mu aku kembali, kepada-Mu aku mengadu, kedapa-Mu aku menyerahkan segala keputusan. Ya Allah! Ampunilah dosaku yang telah lalu dan yang kemudian, yang tersembunyi dan yang nampak, Engkaulah yang mendahulukan dan Engkaulah yang mengakhirkan, Tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Engkau dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Mu, ya Allah! (HR Bukhari)

Ya, Alllah! Tuhan Jibril, Mikail, dan Israfil, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui yang gaib dan yang terlihat. Engakulah yang menjadi hakim diantara hamba-hamba-Mu pada apa-apa yang mereka perselisihkan. Dengan izin-Mu tunjukkanlah aku pada yang hak dari apa diperselisihkan itu. Sesungguhnya Engkaulah yang memberikan petunjuk kepada orang yang Engkau hendaki pada jalan yang lurus. (HR Muslim)

) (

Kedua;

21

Membaca surat Al-fatihah dan surat-surat lainnya disemua rakaat. Rasulullah SAW. tidak menentukan surat apa saja yang harus dibaca pada shalat tahajud. Jadi membaca surat setelah surat Al-fatihah disesuaikan dengan kemampuan hapalan kita Allah SWT. berfirman : karena itu bacalah apa yang mudah(bagimu) dari Al-Quran.(QS Al-Muzammil [73]:20) Adapun cara membacanya boleh dikeraskan atau di-sir-kan. Kedua cara tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa ketika beliau shalat bersama Abu Bakar, dia merendahkan (mensirkan) bacaannya. Dan dilain waktu ketika shalat bersama Umar beliau meninggikan (mengeraskan) suara bacaannya, (HR Abu Daud dan Tirmidzi). Menurut para Ulama bacaan sir akan lebih afdhal dari pada bacaan dzahar apabila khawatirkan menimbulkan sifat riya. Tetapi apablia tidak takut akan menimbulkan sifat riya maka dzahar akan lebih utama dari pada bacaan sir. Untuk bacaan-bacaan atau doa-doa seperti pada ruku Itidal sujud dan tasyahud sama seperti yang dibaca dalam shalat fardhu. Shalat tahajud boleh dikerjakan sambil berdiri, duduk, atau keduanya secara berga\ntian pada saat yang sama. Ada pun dalilnya sebagai berikut:

)02: (

( - : )

Dari Aisyah :Bahwasanya Rasulullah berdiri pada shalat malam sehingga terlihat kedua telapak kakinya membengkak. ( HR Bukhari dan muslim )

Aisyah berkata: bahwa Rasulullah melaksanakan shalat tahajud dengan berdiri pada beberapa malam yang cukup lama, dan beliau pun pernah shalat tahajud sambil duduk pada beberapa malam yang cukup lama, apabila ia shalat sambil berdiri maka ia ruku sambil berdiri,dan apabila ia shalat sambil duduk maka ia ruku sambil duduk. ( HR Muslim, Abu Daud, dan Nasai)

: - ) (

Aisyah berkata: bahwa Rasululllah shalat sambil duduk dan ia pun membaca surat

: ) (

sambil duduk pula, dan apabila bacaanya tersisa sekitar tiga puluh atau empat puluh ayat, Rasulullah berdiri dan membaca ayat yang tersisa tadi sambil berdiri kemudian setelah selesai membacanya, ia ruku dan kemudian sujud. Begitu pun pada rakaat kedua, beliau melakukan hal yang sama. (HR Bukhari dan Muslim).

22

Hadis kesatu dan kedua menerangkan tentang keadaan Shalat Rasulullah SAW. pada waktu yang berbeda, sedangkan hadis ke tiga menerangkan tentang keadaan shalat Rasulullah sambil berdiri dan duduk pada waktu yang sama. Itulah beberapa diantara tatacara pelaksanaan shalat tahajud yang biasa dikerjakan oleh Rasulullah SAW. yang harus dijadikan sebagai tuntunan bagi siapa saja yang hendak melaksanakan shalat tahajud. Untuk menjaga dan menambah keutamaan shalat tahajud maka kita pun perlu mengetahui amalan-amalan yang senantiasa dilakukan oleh Rasulullah SAW.

IV Antara Niat Ikhlas dan Hikmah Shalat Tahajud Shalat tahajud termasuk shalat sunat yang diperintahkan (dianjurkan) oleh Allah SWT. kepada hamba-hamba-Nya. Dia menjadikan shalat tahajud sebagai jalan untuk mengangkat derajat kemuliaan seorang hamba yang bersungguh-sungguh dalam menyembah-Nya. Selain itu, shalat tahajud ini merupakan kesempatan emas untuk mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah SWT. disaat orang-orang tertidur lelap, Allah SWT. menawarkan sesuatu yang sangat berharga kepada orang yang mengerjakan shalat malam tepatnya di sepertiga akhir malam. Dalam sebuah hadis Allah SWT. berfirman :

Barang siapa yang berdoa kepada-Ku pasti Ku kabulkan, barang siapa yangmeminta
kepada-Ku, pasti Ku beri, dan barang siapa yang meminta ampun kepada-Ku, pasti Ku ampuni. (HR Jamaah) Disamping itu, ditinjau dari aspek lahiriah shalat tahajud dapat menjadi terapi bagi kesehatan badan. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW. bersabda :

) (

Kalian harus mengerjakan shalat malam, sebab itu kebiasaan orang soleh sebelum kalian, juga suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. juga sebagai penebus dosa dan kejelekanmu, serta dapat menangkal penyakit dari badanmu. (HR At-Tirmidzi) Pada hadis diatas tercakup beberapa keutamaan shalat tahajud, salah satu diantaranya adalah dapat menghindarkan seseorang dari berbagai macam penyakit. Hal ini berkaitan erat dengan kesehatan yang memunculkan indikasi perlunya penelitian guna mengetahui pengaruh ibadah terhadap kesehatan jasmaniah. Dalam dunia medis terdapat disiplin ilmu yang dinamakan dengan psikoneuromonologi. Kajian psikoneuromonologi meliputi tiga disiplin ilmu, yaitu: Psikologi, Neurologi, dan Imunologi. Psikologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang meneliti gejala-gejala kejiwaan yang terdapat di dalam diri manusia. Neurologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari susunan saraf dengan segala implikasinya. Sedangkan Imunologi yaitu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu jaringan tubuh yang berfungsi melindungi badan dari invansi bakteri, virus dan benda asing. Secara defenitif Notosudirjo menyatakan, bahwa psikoneuromonologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara sistem imunitas dan perilaku melalui sistem

) (

23

saraf. Oleh karena itu, benar bahwasanya tahajud secara medis dapat menghindarkan tubuh dari berbagai macam penyakit. Tetapi di sisi lain, shalat tahajud juga tidak mampu menjauhkan tubuh dari penyakit. Sepintas kita menemukan dua hal yang bertolak belakang terhadap apa yang dikemukakan di atas. Mulai dari kemunculan penyakit sampai mencegah penyakit. Akan tetapi kalau diperhatikan secara tinjauan psiklogis, pola kehidupan manusia sebenarnya memiliki irama sirkadinal diurnal. Jika irama ini diberikan beban untuk melaksanakan shalat tahajud maka ia akan berubah menjadi nokturnal sehingga akan menyebabkan perubahan perilaku dari tujuan saraf pusat tertentu. Saraf pusat tersebut memiliki tujuan untuk beradaptasi dengan irama sirkadinal, sebuah irama yang memiliki siklus selama 24 jam untuk beradaptasi dengan lingkungan. Shalat tahajud dianggap akan memberikan ekses terhadap munculnya penyakit, jika kita menganggapnya sebagai beban yang begitu berat, atau kita melakukan shalat tahajud karena adanya unsur keterpaksaan bukan berasal dari keikhlasan. Berbeda dengan anggapan di atas, tahajud justru mampu menghindarkan tubuh dari berbagai macam penyakit. Hal ini dikarenakan shalat tahajud mampu mendatangkan ketenangan terhadap psikologis seseorang. Sedangkan ketenangan akan meningkatkan sistem imunologi seseorang sehingga mampu mengurangi resiko terkena penyakit jantung dan meningkatkan usia harapan. Sebaliknya, jika kita tidak tenang (Stres) maka hal ini akan menjadikan seseorang rentan terkena berbagai macam penyakit, diantaranya mempercepat perkembangan sel kanker dan meningkatkan penyebaran virus (metistasis). Dengan demikian, secara teoritis shalat tahajud mampu melindungi kesehatan fisik dan mental. Kedua argumentasi diatas ada salah satu yang perlu digaris bawahi dan diperhatikan, yaitu keikhlasan dalam menjalankan syari'at Allah ternyata mampu menghilangkan berbagai tekanan jiwa. Jika kita tidak ikhlas maka hal ini akan memberikan beban terhadap irama sirkadinal diurnal sehingga akan berubah menjadi nokturnal yang justru akan mendatangkan berbagai macam penyakit yang lain. Keikhlasan sungguh akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan. Kebenaran bahwa shalat tahajud berefek pada kesehatan tubuh ini telah dibuktikan oleh Dr. Moh. Sholeh dalam bukunya Terapi shalat Tahajud. Niat bagaikan titik koordinat, jika titik ini bergeser dari pusatnya maka arah yang dihasilkan akan jauh dari apa yang diharapkan sehingga nilai-nilai dari apa yang kita lakukan tidak kita dapatkan. Imam Nawawi dalam Syarh Arba'n Nawaw menyebutkan bahwa ikhlas adalah niat yang dilandasi karena semata-mata mengharap ridha Allah, bukan karena yang lainnya. Tidak disebut ikhlas jika seseorang meninggalkan ibadahnya karena ingin diketahui oleh orang lain. Sementara itu, Imam Fudha'il bin Id menambahkan bahwa meninggalkan suatu ibadah karena seseorang disebut riya, sehingga perbuatannya tersebut akan terjebak pada lingkaran kemusyrikan. Begitu pula niat melaksanakan shalat tahajud harus didasarkan pada keikhlasan semata karena Allah, bukan karena ingin mendapatkan kesehatan atau menghindarkan diri dari berbagai macam penyakit, sehingga kita tidak terjebak dalam permasalahan yang akan muncul dari melaksanakan shalat tahajud. Misalnya kita akan merasa putus asa, bahkan akan sampai meninggalkan shalat tahajud ketika shalat tahajud yang senantiasa kita kerjakan tidak berefek pada kesehatan tubuh. Akhirnya pahala tahajud yang telah disediakan oleh Allah tidak akan kita dapatkan. Berbeda ketika kita melaksanakan shalat tahajud karena mengharap ridla Allah SWT. Walaupun shalat tahajud tidak membawa efek positif bagi tubuh kita, tetapi

24

pahala dari Allah tetap akan kita dapatkan. Bahkan kedua-duanya, yaitu pahala dari Allah dan badan yang sehat bisa kita dapatkan sekaligus dari melaksanakan shalat tahajud yang didasarkan (niat) karena Allah SWT. Allah SWT. Berfirman:

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu kebahagiaan pun di akhirat. (QS Al-Asyr [42] 20) Terhindar dari berbagai macam penyakit bukan tujuan utama dari melaksanakan shalat tahajud. Hal utama yang perlu kita perhatikan dalam melaksanakan shalat tahajud dan pada umumnya pada semua aspek ibadah adalah niat ikhlas (murni) mengharap ridha Allah SWT., bukan yang lain.

)02 : (

C. Amalan setelah shalat tahajud Selain memperhatikan amalan sebelum dan ketika melaksanakan shalat tahajud, kita pun harus mengetahui amalan-amalan yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW. sesudah shalat tahajud. Amalan Rasulullah SAW. tersebut harus kita ikuti. Karena selain menghidupkan sunnahnya, juga menambah nilai pahala shalat tahajud. Amalan yang menjadi kebiasaan Rasulullah SAW. setelah selesai shalat tahajud, beliau memperbanyak doa, shalat dua rakaat, dan tidur sebelum adzan shubuh. 1. Memperbanyak doa. Setelah selesai shalat tahajud dan witir, dianjurkan untuk memperbanyak do'a dan dzikir karena pada saat itulah doa akan dikabulkan, segala permintaan akan diberikan, dan dosa-dosa akan dihapuskan. Doa yang dibaca boleh apa saja sesuai dengan kebutuhan. Namun, doa yang biasa dibaca oleh Rasulullah SAW. setelah selesai shalat tahajud sekaligus doa setelah shalat witir adalah:

Maha Suci Raja (Allah) Yang Maha Bersih 3X. (HR Abu Daud, An-Nasai, dan Ibnu
Majah)

) ( 3 x

Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu, dan


dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung kepada-Mu, Aku tidak dapat menghitung pujian atas-Mu sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri. (HR Ahmad) 2. Shalat dua rakaat setelah shalat tahajud atau witir (Shalat Sunat Qabla Shubuh). Dalam sebuah hadis disebutkan:

) (

25

Dari Aisyah berkata: Nabi SAW. pernah Shalat malam tiga belas rakaat. Beliau shalat (malam) delapan rakaat sambil duduk .Apabila ia salam, kemudian ia takbir lagi dan shalat dua rakaat antara adzan dan iqamah. (HR Bukhari dan Muslim)

: . ) ( -- : () ( )) (

Dari Abi Umamah : bahwasanya Nabi SAW. pernah shalat dua rakaat setelah witir (yang dikerjakan) sambil duduk. Pada shalat tersebut beliau membaca surat Idza zulzilatul ardhu(Al-zalzalah) dan Qulyaayyuhal Kaafirun (al-kafirun).(HR Ahmad) Menurut Imam nawawi mengerjakan shalat dua rakaat setelah shalat tahajud dan witir hukumnya boleh, artinya shalat witir tidak harus diakhiri dengan shalat dua rakaat tersebut. Rasulullah SAW. pun mengerjakannya hanya satu kali atau beberapa kali saja. Kalimat " tidak menunjukan kepada kebiasaan, membiasakan atau mengulangi. Sedangkan menurut Ibnul Qayyim shalat dua rakaat tersebut adalah sebagai penyempurna bagi shalat witir, sebagaimana dua rakaat setelah maghrib sebagai penyempurna baginya. Jadi, berdasarkan hadis serta pendapat ulama, mengerjakan shalat dua rakaat setelah melaksanakan shalat witir atau tahajud hukumnya boleh. Apabila tidak berkehendak untuk mengerjakannya maka tidak apa-apa. Namun akan lebih baik kalau dikerjakan. 2. Tidur Sebentar Menjelang Shubuh Amalan ini biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW. setelah ia selesai mengerjakan shalat malam. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:

Maka Nabi SAW. shalat dua rakaat, kemudian dua rakaat, (dan seterusnya sampai enam kali), kemudian ia shalat witir. (Setelah selesai) kemudian beliau berbaring sampai muadzin mengumandangkan adzan (shubuh). (HR Bukhari-Muslim) Adapun tatacara tidur yang baik dan dianjurkan oleh Rasulullah yaitu menghadap kesebelah kanan dengan menjadikan tangan kanan sebagai alas pipi kanan. Mengenai tatacara tidur Rasulullah SAW. sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, tidur seperti ini tiada lain agar mudah bangun kembali untuk melaksanakan shalat shubuh. Selain itu, dianjurkan tidur setelah shalat tahajud yaitu menjaga kondisi tubuh misalnya dari rasa kantuk saat melaksanakan shalat shubuh, dan juga untuk memisahkan antara shalat sunat dengan shalat wajib. Kalau kita berkehendak, kita boleh mengerjakan amal yang lainnya yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seperti membaca al-Quran dan berdzikir.

) (

26

SHALAT WITIR
A. Pengertian shalat witir Shalat witir merupakan salah satu diantara shalat sunat malam yang biasa dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Beliau tidak pernah melewatkan shalat sunat ini. Beliau menganjurkan kepada umatnya untuk mengisi malam dengan dengan shalat witir walaupun hanya satu raka'at. Rasulullah SAW. melaksanakan shalat witir tiada lain sebagai upaya untuk mencintai sesuatu yang dicintai oleh Allah SWT. Rasulullah SAW. bersabda:

"Sesungguhnya Allah itu ganjil, dan senang kepada yang ganjil." (HR Bukhari dan Muslim) Secara bahasa, witir artinya bilangan ganjil, seperti satu, tiga, lima dan sebagainya. Sedangkan menurut istilah syara, witir artinya shalat sunat yang bilangan raka'atnya harus ganjil, tidak boleh genap serta dilaksanakan antara isya sampai terbit fajar. Rasulullah SAW. bersabda:

) (

( )

"Sesungguhnya Allah telah menambahkan shalat bagi kalian, yaitu shalat witir, maka kerjakanlah shalat tersebut antara isya sampai terbit menjelang fajar (waktu shubuh tiba)." (HR Ahmad, Hadis ini dishahihkan oleh Al-Bana) Shalat witir juga merupakan shalat sunat yang dikerjakan setelah dan sekaligus sebagai penutup shalat malam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.:

) (

"Jadikanlah shalat witir sebagai akhir(penutup) shalat malam." (HR Bukhari dan Muslim) B. Hukum Shalat witir Tidak seperti halnya shalat tahajud, para ulama berbeda pendapat mengenai hukum shalat witir. sebagian ulama, salah satu diantaranya Abu Hanifah mengatakan bahwa shalat witir hkumnya wajib. Beliau mendasarkan pendapatnya tersebut pada beberapa hadis, yang semuanya berisi perintah (anjuran) Rasulullah SAW. untuk mengerjakan shalat witir. Diantara hadis-hadis yang dijadikan oleh Abu Hanifah untuk memperkuat pendapatnya tersebut adalah: 1. Hadis dari Abi Ayub, Rasulullah SAW. bersabda:

"Shalat witir adalah haq, barang siapa yang senang melaksanakan shalat witir sebanyak lima raka'at maka kerjakanlah, dan barang siapa yang senang melaksanakan

, , , ) (

27

shalat witir tiga raka'at, maka kerjakanlah, dan barang siapa yang senang melaksanakan shalat witir sebanyak satu raka'at, maka kerjakanlah." (HR Abu Daud, An-Nasai, dan Ahmad) 2. Hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda :

) (

"Barang siapa yang tidak melaksanakan shalat witir maka bukan dari golongan kami". ( HR Ahmad). Kedudukan Hadis ini dha'if. 3.

( )

Hadis dari Abi Bashrah, Rasulullah SAW. bersabda:

"Sesungguhnya Allah telah menambahkan shalat bagi kalian, yaitu shalat witir, maka kerjakanlah shalat tersebut antara isya sampai terbit fajar (waktu shubuh tiba)." (HR Ahmad, Hadis ini dishahihkan oleh Al-Bana) 4. Hadis dari Abi Sa'id, Rasulullah Saw. bersabda:

) (

"Shalat witirlah sebelum masuk waktu shubuh."( HR Muslim, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu majah). 5. Hadis dari 'Aisyah, Rasulullah SAW. bersabda:

: - ( )

"Nabi SAW. pernah shalat malam apabila hendak shalat witir, ia berkata: "bangkitlah wahai 'Aisyah, kerjakanlah shalat witir". (HR Bukhari dan Muslim) Dilain pihak, kebanyakan jumhur Ulama, seperti ulama dari kalangan sahabat, tabi'in, dan pengikut Abu Hanifah, mengatakan bahwa shalat witir hukumnya sunat muakkad, yakni shalat sunat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Menyikapi pendapat Abi Hanifah diatas, Ibnu Mudzir berkomentar bahwa tidak ada seorang pun yang sepakat dengan Abu Hanifah dalam hal wajibnya shalat witir. Bagi ulama yang berpendapat bahwa shalat witir hukumnya sunat muakkad. Mereka mendasarkan pendapatnnya tersebut pada beberapa hadis berikut: 1. hadis dari Thalhah Ibn Ubaidillah

, -- : ) ( :
28

bahwasannya Rasulullah SAW. bersabda : Shalat lima waktu yang diwajibkan oleh Allah dalam sehari semalam. Orang arab bertanya: Apakah ada shalat wajib selain itu? Rasulullah SAW. menjawab:"Tidak ada kecuali engkau mau (mengerjakan yang sunat)." (HR Bukahri dan Muslim) 2. Hadis dari Ibnu Abbas

Bahwasanya Rasulullah SAW. ketika mengutus Mu'adz ke Yaman, beliau bersabda: "Sesungguhnya kamu akan datang kepada kaum dari Ahli Kitab, maka pertama kali yang harus kamu lakukan (disana) yaitu mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah. Apabila mereka telah mengenal Allah maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan shalat lima waktu dalam sehari semalam." (HR Bukhari dan Muslim) Pada kedua hadis diatas, Rasulullah SAW. tidak menyebutkan shalat witir sebagai shalat wajib. Seandainya shalat witir itu wajib maka Rasulullah SAW. akan menyebutkan shalat yang wajib dilaksanakan oleh umatnya ada enam, bukannya lima, sebagaimana yang tertera pada hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas di atas. Pendapat para ulama yang mengatakan bahwa shalat witir hukumnya sunat muakkad, juga diperkuat dengan perkataan Ali, berikut:

-- : , , ) (

, ( - )

"Shalat witir bukanlah suatu keharusan seperti shalat kalian yang fardhu, tetapi Rasulullah SAW. melakukan shalat witir." (HR Ahmad, Ashabus sunan, dan al-hakim) Sementara itu, Ibnu Taimiyah mewajibkan shalat witir bagi orang yang melaksanakan shalat tahajud, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.: "Jadikan witir sebagai akhir (penutup) shalat malam". (HR Bukhari Muslim)

) (

C. Waktu shalat witir


Para ulama sepakat bahwa waktu shalat witir dimulai dari sesudah shalat isya sampai menjelang fajar. Sebagaiamana shalat tahajud, waktu pelaksanaan shalat witir dibagi pada tiga bagian utama, yaitu awal malam, pertengahan malam, dan akhir malam. Waktu-waktu tersebut pernah digunakan oleh Rasulullah SAW. untuk melaksanakan shalat witir. 'Aisyah berkata:

"Setiap malam Rasulullah SAW. shalat witir, baik di awal malam, pertengahan malam, dan akhir malam."(HR Bukhari Muslim) Pada hadis lain, saat 'Aisyah ditanya tentang shalat witir Nabi Muhammad SAW. dia hanya menyebutkan dua waktu saja, yaitu awal dan akhir malam saja. Dari sini afdholiat waktu untuk melaksanakan shalat witir adalah pada kedua waktu ini.

) ( : --

29

Namun, hal ini berhubungan dengan kelonggaran yang ada pada diri seseorang. Maksudnya, karena shalat witir dilaksanakan tidak harus didahului oleh amalan yang lain, misalnya tidak didahului dengan tidur, sebagaimana halnya shalat untuk tahajud. Awal malam akan lebih baik bagi seseorang untuk melaksanakan shalat witir jika ia khawatir tidak akan bisa bangun pada akhir malam. Begitu juga, akhir malam akan lebih baik bagi seseorang untuk melaksanakan shalat witir, jika ia yakin dapat bangun pada akhir malam. Walaupun demikian, Rasulullah SAW. tetap memilih waktu yang tepat dan istimewa (afdhal) untuk melaksanakan shalat witir, yaitu pada akhir malam. Rasulullah SAW. bersabda:

"Barang siapa mengira bahwa dia tidak akan dapat bangun pada akhir malam, hendaklah witir pada awal malam. Dan barang siapa yang memperkirakan bahwa dia akan dapat bangun pada akhir malam, hendaklah shalat witir pada akhir malam, karena sesungguhnya shalat pada akhir malam dihadiri (disaksikan) oleh para malaikat dan itu lebih afdhal".(HR Muslim, Tirmidzi, dan ibnu Majah) Selain disaksikan langsung oleh para malaikat, pada akhir malam juga Allah Swt. turun ke langit dunia untuk memberikan setiap permintaan, mengabulkan setiap doa, serta mengampuni setiap dosa hamba-hamba-Nya. D. Jumlah raka'at shalat witir Shalat witir boleh dikerjakan satu, tiga, lima, tujuh, atau sembilan raka'at. Bilangan-bilangan tersebut termasuk bilangan ganjil, yaitu bilangan yang tidak habis dibagi dua. Adapun dalil-dalil, baik berupa anjuran Rasulullah SAW. maupun kesaksian para sahabat yang menunjukkan pada bilangan-bilangan tadi adalah: 1. Satu raka'at Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah SAW. bersabda: Shalat witir itu satu raka'at di akhir shalat malam." (HR Muslim)

, ) (

) (

, ( -- )

Dari 'Aisyah:Bahwa Nabi SAW. shalat malam sebanyak sebelas raka'at dari sebelas raka'at itu beliau shalat witir satu raka'at."(HR Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, AnNasai, dan Ahmad) 2. Tiga raka'at

( )

"Dari 'Aisyah bahwasanya Nabi Muhammad SAW. pernah shalat witir tiga raka'at. Beliau tidak duduk (tasyahud) diantara raka'at-raka'at itu, kecuali pada raka'at yang ke tiga."(HR Malik, An-Nasai, At-Thahari, Hakim, dan Al-Baihaqi)

30

3. Lima Raka'at

"Dari 'Aisyah bahwasanya Nabi Muhammad SAW. shalat malam sebanyak tiga belas raka'at. Dari yang tiga belas raka'at itu, beliau berwitir dengan lima raka'at dan tidak duduk (untuk tasyahud dan salam), kecuali pada raka'at terakhir".(HR Muslim, Abu Daud dan At- Tirmidzi). 4. Tujuh atau sembilan raka'at

-- ) (

( - - )

"Dari Ummi Salamah bahwa Rasulullah SAW. shalat witir dengan tujuh raka'at dan lima raka'at, beliau tidak memisahkannya dengan salam atau berbicara". (HR Ahmad, An-Nasai, dan Ibnu Majah)

( ...

"Dari 'Aisyah bahwasanya Nabi SAW. shalat witir sembilan raka'at, beliau tidak duduk pada raka'at itu kecuali pada raka'at yang kedelapan."(HR Muslim, Abu Daud, dan An-Nasai) Selain bilangan diatas, tiga belas dan sebelas juga termasuk bilangan raka'at shalat witir. Imam Tirmidzi berkata: "diriwayatkan dari Nabi SAW., bahwa shalat witir itu tiga belas raka'at, sebelas, sembilan, tujuh, lima, dan satu. Namun Ishaq bin Ibrahim menjelaskan bahwa yang dimaksud berwitir tiga belas raka'at adalah salat malam tiga belas rakaat termasuk witir. Oleh karena itu, shalat malam dinamakan juga shalat witir. Dengan demikian jumlah raka'at shalat witir yang lazim dilaksanakan oleh Nabi SAW. antara bilangan satu sampai sembilan. Adapun tiga belas atau sebelas sekalipun keduanya ganjil tetapi didalamnya terdapat dua shalat malam, yaitu shalat tahajud dan shalat witir, sebagaimana yang diterangkan pada kebanyakan hadis mengenai sifat shalat tahajud Rasulullah SAW.

E. Tatacara Pelaksanaan Shalat Witir


Untuk melaksakan shalat witir, ada beberapa model yang bisa kita gunakan, baik shalat witir tersebut dikerjakan secara terpisah (menyendiri) dari salat tahajud maupun dikerjakan bersama shalat tahajud. Menurut sayyid Sabiq, shalat witir boleh dikerjakan dua raka'at-dua raka'at, artinya setiap dua raka'at diakhiri dengan tasyahud dan salam, kemudian satu raka'at terakhir juga diakhiri dengan tasyahud dan salam. Boleh juga melaksanakan seluruh shalat witir dengan dua tasyahud dan satu kali salam. Tasyahud pertama dilakukan sebelum raka'at terakhir, dan tasyahud kedua dilakukan pada raka'at terakhir yang diikuti dengan salam. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh 'Aisyah disebutkan bahwa: " Rasulullah SAW. bershalat malam

31

sembilan raka'at dan duduk pada raka'at kedelapan (ketika duduk pada raka'at yang kedelapan itu) beliau berdzikir, bertahmid, dan berdoa kemudian bangun (tanpa salam) dan meneruskan raka'at yang kesembilan dengan bertasyahud dan salam. Sesudah itu beliau salam dua raka'at lagi. Jadi seluruhnya sebelas raka'at." (HR Al-Jama'ah) Model pelaksanaan shalat witir yang kedua ini tidak berlaku untuk bilangan tiga, sebab akan menyerupai shalat maghrib, sebagai shalat wajib. Hal ini dilarang oleh rasulullah SAW. dengan sabdanya:

, ( , )

"Janganlah kamu shalat witir dengan tiga raka'at, berwitirlah dengan lima atau tujuh raka'at. Dan janganlah kamu menyerupakan (shalat Witir) dengan shalat maghrib."(HR Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Hibban, Dan Darul Quthn) Hadis diatas bukan merupakan larangan melaksanakan shalat witir dengan tiga raka'at, tetapi pelaksanaan (tatacara) shalat witir yang tiga raka'at itu sendiri tidak boleh disamakan dengan pelaksanaan shalat maghrib, yaitu dengan dua kali tasyahud dan satu kali salam. Selain model yang ke dua ini, boleh melaksanakan shalat witir dengan tiga raka'at. Model lain dalam melaksanakan shalat witir yaitu dengan satu tasyahud dan satu salam pada raka'at terakhir saja. Model seperti ini terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh 'Aisyah:

"Rasulullah SAW. pernah shalat malam tiga belas raka'at. Dari tiga belas raka'at, ia shalat witir lima raka'at, dan ia tidak duduk pada raka'at-raka'at itu kecuali pada raka'at terakhir."(Muttafaq 'Alaih) Pada riwayat lain disebutkan :

-- ) ( ) (

"Rasulullah SAW. shalat witir tujuh raka'at, ia tidak duduk (tasyahud) kecuali pada raka'at terakhir."(HR Jama'ah) Ibnu Qayyim berkata: "Disebut dalam sunnah yang shahih dan jelas (shrih) serta meyakinkan bahwa shalat witir dilakukan dengan lima raka'at bersambung dan tujuh raka'at bersambung". Adapun bacaan-bacaan shalat witir dari mulai takbiratul ihram sampai salam, sama seperti bacaan yang biasa dibaca pada shalat fardhu. Mengenai surat Al-Qur'an yang dibaca setelah membaca surat al-fatihah tidak ditetapkan oleh Rasulullah SAW., karena pada dasarnya semua surat dalam Al-Qur'an boleh dibaca sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Ali bin Abi Thalib berkata :

"Dalam Al-Qur'an tidak ada sesuatu (ayat atau surat) yang dijadikan (tidak dengar Allah), maka bacalah dalam shalat witir apa saja yang kamu sukai."

32

Walaupun demikian, ada beberapa surat yang yang biasa dibaca oleh Rasulullah SAW. pada shalat witir, terutama pada shalat witir yang jumlah raka'atnya tiga raka'at. Surat-surat yang dimaksud adalah surat Al- Al pada raka'at pertama, Al-Kafirun pada raka'at kedua, dan al-Ikhlas pada raka'at yang ketiga, Ibnu Abbas berkata:

"Rasulullah SAW. membaca surat pada shalat witir dengan "Sabbihisma rabbikal al, Qul y ayyuhal kfirn, dan Qul Huwallhu ahad , pada masing-masing raka'at itu". (HR Tirmidzi dan An-Nasai) Pada riwayat yang lain, surat yang dibaca Rasulullah SAW., selain ketiga surat diatas yaitu dengan menambahkan surat al-Falaq dan an-Ns, atau sering juga disebut dengan surat "Mu'widzatain", 'Aisyah berkata:

( -- ) ( ) ( ) ( )

) ( -- ) ( .) ( ( )

"Rasulullah SAW. membaca pada raka'at pertama shalat witir dengan " Sabbihisma rabbikal al ", raka'at kedua membaca " Qul y ayyuhal kfirn " dan raka'at yang ketiga membaca " Qul Huwallhu ahad dan surat mu'awwidzatain (al-falaq dan AlNs)". (HR Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi) Surat-surat yang biasa dibaca oleh Rasulullah SAW. tersebut dianjurkan dan sebaiknya dibaca oleh siapa saja yang hendak shalat witir, sebab dibalik semua itu pasti ada hikmah yang dikandung didalamnya. Pada shalat witir juga dianjurkan untuk qunut. Qunut pada witir ini dilakukan oleh Rasulullah Saw. Tetapi beliau melakukannya tidak pada setiap kali shalat witir, artinya beliau kadang-kadang melaksanakan qunut pada shalat witir, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu malik Kamal Ibn Al-Sayyid Slim pada buku Shahh Fiqh AlSunnahnya. Hadis yang menjelaskan tentang qunutnya Rasulullah Saw. pada shalat witir hanya melalui satu jalan, yaitu dari Ubay Ibn Kaab saja.

(: ( .) - )

Dari Ubay Ibn Kaab, dia berkata : bahwasannya Rasulullah saw. shalat witir, kemudian beliau qunut sebelum ruku. (HR Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah, yang disahihkan hadis ini oleh Al-Bana). Pada hadis diatas qunut pada witir dilakukan sebelum ruku. Berbeda dengan teks hadis tersebut, Anas Ibn Malik menganggap suatu kedustaan qunut dilakukan sebelum ruku. Beliau berpendapat bahwa Rasulullah Saw. melaksanakan qunut setelah ruku selama satu bulan, yaitu ketika beliau mendoakan kecelakaan bagi orang-orang musyrik yang telah membunuh tujuh puluh sahabat yang hapal Al-Quran yang diutus oleh Rasul kepada mereka. Dalam hal ini, Ulama yang sependapat dengan Anas Ibn Malik adalah Imam Ahmad dan Ibnu Qoyyim.

33

Menyikapi perbedaan tersebut, Al-Hfid dalam kitabnya Al-Fathmengambil jalan tengah. Beliau mengatakan bahwa qunut dilakukan setelah ruku, jika ada suatu hajat, atau lebih tepatnya qunut model ini dilakukan pada qunut nazilah. Sedangkan diluar itu, qunut dilakukan sebelum ruku. Dalam kitab Shahh Fiqh Al-Sunnah qunut dalam witir dilakukan pada rakaat pertama setelah selesai membaca surat, ini berarti qunut dilakukan sebelum ruku. Dalil yang menerangkan bahwa qunut dilakukan pada rakaat pertama, yaitu sebuah astar yang diriwayatkan oleh Abdur Rahman Ibn Al-Aswad.

dari Abdur Rahman Ibn Al-Aswad, dia berkata :bahwa Abdullah Ibn Masud tidak qunut pada shalat yang manapun, kecuali pada witir sebelum satu rakaat. (HR AlThabrani, sanadnya shahih) Adapun doa yang dibaca pada qunut adalah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. kepada Hasan Ibn Ali pada hadis berikut:

: , ) ( .

, : - , , , , ( . , , )

Hasan Ibn Ali berkata, Rasulullah Saw. mengajarkan kepadaku doa yang aku baca pada shalat witir : Ya Allah, berikanlah aku hidayah sebagaimana orang yang pernah Engkau berikan. Selamatkanlah aku (dari penyakit dan malapetaka) sebagaimana orang yang pernah Engkau selamatkan. Lindungi aku sebagaimana oarang yang pernah Engkau lindungi. Limpahkanlah berkah atas karunia rizki-Mu kepadaku. Jauhkanlah dariku keburukan sebagai ketetapan qadla (takdir)-Mu. Sesungguhnya Engkaulah yang menentukan keputusan dan tiada yang menentukan sesuatu terhadap-Mu. Tidak akan rendah hina orang yang Engkau lindungi dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. (HR Ahamd, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah). Komentar terhadap hadis ini: Menurut imam Tirmidzi hadis ini hasan (baik) dan tidak diketahui qunut dari Nabi Saw. yang lebih baik daripada qunut ini. Sedangkan Imam Nawawi mengatakan bahwa hadis ini sanadnya sahih. Adapun Imam Ibn Hazm mendaifkan hadis ini. Namun, beliau sepakat tentang doa qunut. Beliau mengatakan : Meskipun hadis ini tidak dapat dijadikan dalil yang pasti, tetapi tidak kita temukan yang selain itu dari Nabi Saw. dan hadis yang dhaif lebih kita sukai daripada rayi (pendapat). Sementara itu, Imam Syafii mengkhususkan pelaksanaan qunut pada witir itu hanya pada bulan ramadan saja, tepatnya sesudah pertengahan bulan Ramadan yang terakhir.

34

DZIKIR-DZIKIR SHALAT TAHAJUD 1. Surat dan doa yang biasa dibaca oleh Rasulullah SAW. sebelum tidur. a. Surat-surat al-Qur'an yang biasa dibaca oleh Nabi Muhammad SAW. ketika beliau hendak tidur, yaitu: 1. Surat al-Ikhlas

)4( ) 1( ) 0( )3(

"Katakanlah : Dia-lah Allah, yang Maha Esa (1), Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2). Dia tidak beranak dan tidak ula diperanakan (3). Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia "(4).(QS AlIkhlsh [112] : 1-4) Isi Bacaan: Penegasan tentang kemurnian dan ke-Esa-an Allah dan menolak segala macam kemusyrikan dan menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya.

Al-Ikhlas artinya kemurnian atau ketauhidan Allah SWT. Surat ini mewakili satu pertiga pembicaraan Al-Quran, yaitu ketauhidan. Ayat pertama menegaskan, konsep ketuhanan dalam Islam sangat konsisten, sangat mudah dicerna oleh siapa pun, dan sangat rasional. Allah itu satu dalam Dzat-Nya. Kapan dan dimana pun secara konsisten kita menyatakan Allah itu satu dalam Dzat-Nya. Ke-Esa-an Allah bukan hanya dari aspek Dzat-Nya saja, namun juga memiliki keesaan dalam Sifat-Nya, Perbuatan-Nya, dan keesaan dalam beribadah kepada-Nya. Karena Allah itu Esa dalam berbagai aspek, maka kita harus menjadikan Allah sebagai tumpuan dan harapan kita. Hanya kepada-Nya kita harus menggantungkan diri, memohon pertolongan, berdoa, dan beribadah secara langsung tanpa perantara apa pun. Dan inilah refleksi dari Allh al-shamad. Selain itu, keesaan Allah terbukti dari pernyataan bahwa Dia tidak melahirkan, yang berarti tidak memiliki anak, dan Dia pun tidak lahir dari sesuatu yang lain, yang berarti tidak berbapak dan tidak beribu. Oleh karena itu, surat ini diakhiri dengan penegasan bahwa Allah SWT. tidak sama dengan makhluk dalam segala dimensinya. 2. Surat Al-Falaq

"Katakanlah:"Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (1), dari kejahatan makhluq-Nya (2). Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita (3). Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembuskan pada buhul-buhul (4), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki (5)" (QS Al-Falaq [113] : 1-5) Isi Bacaan: Perintah agar berlindung kepada Allah dari segala macam kejahatan. Al-Falaq artinya waktu subuh. Surat ini dimulai dengan perintah untuk berlindung kepada Tuhan yang memelihara waktu subuh, yang pada-Nya terdapat

)3( )0( ) 1( )4( )5(

35

kekuasaan untuk mengatur pergantian siang dan malam, peredaran matahari, bumi, bulan, dan seluruh alam semesta. Berlindung dari apa? Yaitu berlindung dari berbagai macam bentuk kejahatan makhluk yang memungkinkan kita tidak kuasa untuk menolaknya. Apalagi kejahatan itu datang saat malam tiba, yang pada saat itulah kita merehatkan diri dari berbagai macam kesibukan. Apabila ada orang yang akan mencelakakan kita, misalnya dengan menyantet kita, padahal kita serta orang lain sedang terlelap tidur, siapa yang akan menolong dan menghindarkan kita dari perbuatan jahat tersebut, kalau bukan Allah SWT. sehingga pantas kalau malam tiba kita diperintahkan untuk berlindung kepada-Nya.

3. Surat Al-Ns

"Katakanlah aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara dan mengusai manusia (1). Raja manusia (2). Sesembahan manusia (3). Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi (4), yang membisikan kejahatan ke dalam dada manusia (5). Dari golongan jin dan manusia "(6). (QS Al-Ns [114] :1-6) Isi Bacaan: perintah agar berlindung kepada Allah dari segala macam kejahatan yang datang ke dalam jiwa manusia dari jin dan manusia.

) 0( ) 1( )4( ) 3( )6( )5(

Al-Ns artinya manusia. Sebagaimana surat Al-Falaq, surat ini dimulai dengan perintah untuk berlindung kepada Allah SWT. yaitu "qul a 'dzu", artinya : katakanlah aku berlindug.". Oleh karena itu kedua surat tersebut dinamakan AlMu'widzatain, yaitu surat yang mengajarkan pembacanya untuk berlindung diri kepada Allah SWT. Ayat satu sampai ayat ketiga menegaskan tiga aspek ketauhidan yang paling pokok, yaitu pertama tauhid rububiyyah yang diambil dari kalimat birabbinns. Maknanya yakin bahwa Allah satu-satunya Pencipta, Pemilik, dan Pengendali alam semesta. Kedua tauhid Mulkiyyah yang diambil dari kalimat malikinns. Maknanya yakin bahwa Allah SWT. Raja atau Penguasa yang sesungguhnya, Penguasa yang berhak menentukan aturan hidup. Aturan hidup-Nya termaktub dalam Al-Quran dan sunah Rasul-Nya. Kalau kita mau mempelajari dan mengamalkan keduanya berarti kita telah melaksanakan tauhid mulkiyyah. Ketiga tauhid Ilahiyyah yang diambil dari kalimat ilhinns. Maknanya suatu keyakinan bahwa hanya Allah SWT. yang paling berhak diibadahi. Pada ayat ini kita diperintahkan untuk berlidung kepada Allah sebagai Tuhan, Raja, dan Ilah manusia dari kejahatan setan. Target yang hendak dicapai setan dalam menggoda manusia yaitu memperbudak manusia dan mengondisikan manusia untuk lupa kepada Allah, sehingga jadilah manusia itu pengikut setan yang akan menemaninya di dalam kehidupan yang penuh dengan penderitaan, yaitu neraka. Adapun strategi yang ditempuh oleh setan untuk mencapai target tersebut, yaitu melalui waswasah (membisikan keraguan pada manusia agar tidak bersegera melakukan

36

amal saleh), tayzin (membungkus kemaksiatan dengan kenikmatan), tamanni (memperdaya manusia dengan khayalan dan angan-angan), a'dawah (menumbuhkan permusuhan diantara manusia), takhwif (menakut-nakuti manusia), dan shaddun (menghalang-halangi manusia menjalankan perintah Allah dengan menggunakan berbagai hambatan). Setan terdiri dari dua golongan yaitu dari golongan jin dan manusia. Setan dari golongan jin adalah setan yang tak terlihat, tapi kalau jeli kita dapat merasakannya. Keburukan yang terbesit dalam pikiran kita adalah bisikan setan dari golongan jin. Sedangkan setan dari golongan manusia adalah manusia yang menjerumuskan atau mengajak pada kemaksiatan dan dosa. Jadi, kalau kita diajak oleh seseorang untuk berbuat maksiat, maka orang itu adalah setan dari golongan manusia. Oleh karena itu, agar kita terhindar dari godaan setan maka kita harus senantiasa mohon perlindungan dari Allah SWT. mengamalkan segala perintah-Nya, dan menjauhi setiap larangan-Nya. Ketiga surat di atas dibaca masing-masing sebanyak tiga kali. Setelah itu ditiupkan pada kedua telapak tangan, untuk kemudian diusapkan keseluruh anggota badan yang dapat dijangkau, yaitu dimulai dari bagian kepala, wajah, sampai pada anggota tubuh paling bawah, (HR Bukhari-Muslim).

, , .
"Allah, tidak ada Tuhan yang layak disembah melainkan Dia yang Maha Hidup lagi terus menurus mengurus (makhluq-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nyalah apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at disisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar". (QS Al-Baqarah [2] : 255) (HR Bukhari-Muslim) Isi Bacaan: Ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak akan pernah merasa lelah dalam mengurus makhluk-Nya. Setiap fenomena yang terjadi di alam ini ada dalam pengawasan dan ilmu-Nya yang tidak terbatas. Ayat kursi termasuk satu diantara tiga ayat yang memiliki keistimewaan dan kedudukan yang penting dalam Al-Quran, karena di dalamnya disebutkan Nama Allah Yang Maha Agung, yang apabila kita berdoa dengannya maka Allah akan mengabulkannya. Tiga ayat yang dimaksud masing-masing terdapat dalam surat AlBaqarah [2] : 255, "Allhu l ilha hualhayyulqayym" (Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal dan terus menerus mengurus makhluk-Nya), Surat li Imrn [3] : 1-2, "Alif lm mm, Allhu l ilha

4. Ayat Kursi (Al-Baqarah : 255)

37

hualhayyulqayym" (Alif lam mim, Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal dan terus menerus mengurus makhluk-Nya), dan surat Thh [20] : 111, "wa'anatil wujh lilhayyil qayym" (dan tundukklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan Yang hidup kekal lagi senantiasa mengurus makhluk-Nya). Ibnu Katsr berkata : " bahwa ayat kursi mencakup sepersepuluh isi pembicaraan Al-Quran yang berdiri sendiri, yaitu berkaitan dengan Dzat ilahiah dan di dalamnya terdapat pengagungan terhadap Allah Swt.

)085( )086(
"Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepada-Nya dari TuhanNya, Demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan; "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa) :"Ampunilah kami Ya, Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali" (285). Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya, Tuhan kami janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau jika kami tersesat. Ya, Tuhan kami janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya, Tuhan kami, janganlah Engaku pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami, Engkaulah Penolong kami terhadap kaum yang kafir"(286). (QS Al-Baqarah [2] : 285-286). (HR Bukhari-Muslim) Isi Bacaan: Ayat ini menjelaskan tentang rukun iman yang wajib diyakini oleh orang yang beriman, serta setiap sesuatu yang diperintahkan oleh Allah ada dalam kesanggupan manusia sebagai mukallaf, dan setiap orang akan mendapatkan blasan dari pekerjaan yang dilakukannya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa malaikat pernah mendatangi Rasulullah Saw. untuk mengkabarkan sesuatu yang sangat penting, yaitu bahwa surat AlFtihah dan dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah merupakan dua cahaya yang tidak diberikan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad Saw. beliau senantiasa membaca dua ayat terakhir surat Al-baqarah ini pada setiap malam.

5. Dua ayat terakhir surat Al-Baqarah

38

Nabi Muhammad Saw. yang diikuti oleh orang-orang beriman membenarkan bahwa Al-Quran yang diturunkan kepadanya adalah wahyu yang dari Allah Swt. yang di dalamnya diberitakan apa dan siapa saja yang harus diimani. Pada ayat 285, didahulukannya Al-Quran sebagai yang pertama diimani oleh Rasulullah Saw. menunjukkan bahwa iman tidak seseorang kepada Allah dan rukun iman yang lainnya tergantung pada seberapa jauh ia membenarkan isi Al-Quran, artinya bagaimana mungkin kita menyatakan diri kita beriman kepada Allah sementara AlQuran yang telah mendapat legalitas sbagai kalam-Nya kita tolak? Jadi, Al-Quran menjadi sarana pertama dan utama yang dapat mengantarkan seseorang pada keimanan yang sebenarnya. Antara rukun iman yang satu dengan yang lainnya saling menyempurnkan. Ketika kita menyatakan beriman kepada Allah maka di sana juga kita wajib meyakini adanya malaikat, kitab-kitab, dan para Rasul-Nya. Salah satunya diabaikan maka akan membatalkan terhadap keimanan, sekalipun hal itu terjadi pada satu rukun saja. Misalnya yang dilakukan oleh orang nasrani dan Yahudi terhadap para Rasul. Mereka menyakini pada sebagian Rasul dan menyakini pada sebagian yang lain. Sikap seperti itu tidak ada pada diri orang beriman bahkan orang yang beriman mengatakan: kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain) Selain itu, kesempurnaan dan benarnya iman dicirikan dengan keta'tanya pada setiap apa yang diperintahka oleh Allah Swt. adapun perintah Allah tersebut, yaitu shalat, zakat, shaum, haji, dan syariat-syariat yang lainnya. Yang semua itu ada dalam dan di sesuaikan dengan kemampuan manusia (mukallaf). Dari melaksanakan perintah Allah, manusia akan mendapatkan balasannya berupa pahala, sedangkan yang meninggalkannya akan mendapat siksa. Oleh karena itu, pada ayat 281 Allah membedakan kalimat untuk menyebut pekerjaan baik yang membuahkan hasil pahala dengan pekerjaan yang buruk. "kasabat" menunjukan kepada pekejaan yang baik, sedangkan "iktasabat" untuk menyebutkan pekerjaan yang buruk.

6. Surat Al-Kfirn

"Katakanlah: "Hai orang-orang kafir (1), aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah (2). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah (3). Dan aku tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang kamu sembah (4). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah (5). Untukmu agamamu, untukku agamaku" (6). (QS Al-Kafirun [109] : 1-6) Isi Bacaan: Pernyataan bahwa Tuhan yang disembah Nabi Muhammad Saw. dan pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir, dan Nabi Muhammad Saw. tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir. Al-Kfirn merupakan bentuk jamak dari kata kafir, artinya orang-orang kafir. Secara bahasa kafir berasal dari kata kufur artinya menutupi kebenaran, melanggar kebenaran yang telah telah diketahui, dan tidak berterimakasih.

)1( )3( )0( )6( ) 5( )4(

39

Dalam Al-Quran, pengertian kafir serta kata jadian (derivasi)nya semuanya merujuk pada perbuatan mengingkari Allah, seperti mengingkari nikmat-nikmatAllah (Al-Nahl [16] : 44, Al-Rm [30] : 34), membangkang hukum-hukum Allah (Al-Midah [5] : 44), meninggalkan amal saleh yang diperintahkan oleh Allah AlRm [30] : 44). Arti kafir yang paling dominan digunakan oleh Al-Quran adalah pengingkaran terhadap Allah dan Rasul-Nya, khususnya Nabi Muhammad SAW. Berikut risalah yang dibawanya. Istilah kafir dalam pengertian yang terakhir ini, pertama kali digunakan dalam Al-Quran untuk menyebut kafir Mekah. (Al-Mudaststir [74] :10). Surat ini merupakan bentuk penegasan bahwa kita tidak boleh, bahkan hukumnya haram mencampuradukkan keimanan dan ritual Islam dengan agama manapun, apapun alasannya. Kita sering mendengar istilah "toleransi antarumat beragama " yang diwujudkan dengan mencampuradukkan ritual keagamaan. Jika orang Nasrani merayakan natalan maka sebagian umat islam pun kadang ikut merayakannya dengan dalih toleransi. Padahal perbuatan tersebut merupakan bentuk pengkhianatan terhadap keimanan dan ritual kita sebagai umat Islam. Makna toleransi yang sebenarnya adalah menghargai eksistensi agama lain, yang bisa diwujudkan dengan tidak saling mengganggu antarumat beragama ketika masing-masing menjalankan ajaran agamanya. Sehingga surat ini diakhiri dengan kalimat "lakum dnukum walia dn" (untukmu agamamu dan untukku agamaku). b. Macam-macam doa sebelum tidur

"Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan aku hidup". (HR Bukhari, Abu Daud, dan Tirmidzi)

1.

Dengan nama-Mu, Tuhanku aku baringkan badan sebelah samping, dan dengan (kekuasaan)-Mu aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan jiwaku, maka rahmatilah ia, dan jika Engkau mengeluarkannya, maka jagalah ia, sebagaimana Engkau menjaga dengannya hamba-hamba-Mu yang saleh. (HR Bukhari dan Muslim)

.2 ) (

"Ya Allah, Engkaulah yang telah menciptakan jiwaku dan Engkau pula yang mewafatkannaya.Mati dan hidunya jiwa ini hanyalah untuk-Mu. Jika Engkau menghidupkan kembali jiwa ini, maka pelihara ia, dan apabila Engkau mewafatkannya, maka ampunilah ia. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keselamatan." (HR Muslim, An-Nasai, dan Ahmad)

.3 ) (

40

Ya Allah, aku pasrahkan wajahku kepada-Mu, dan aku serahkan urusanku kepadaMu, aku perlindungkan punggungku kepada-Mu karena rasa takut dan cintaku kepadaMu, tidak ada tempat perlindungan kecuali kepada-Mu, aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan, dan aku beriman kepada Nabi-Mu yang telah Engkau utus. Apabila aku mati, aku mati dalam keadaan suci. (HR Bukhari dan Muslim)

.4 ) (

Selain itu, sebelum tidur Rasulullah SAW. pun menganjurkan umatnya untuk senantiasa mensucikan Allah Swt. dengan tasbih "Subhnallh", memuji Allah Swt. dengan tahmid "alhamdulillh" (Segala puji hanya milik Allah), dan mengagungkan Allah dengan takbir "Allhu Akbar" (Allah Maha Besar), masing-masing dzikir tersebut dibaca sebanyak 33 kali, sebagaimana yang biasa dibaca setiap seusai shalat lima waktu. 2. Doa bangun tidur Ketika bangun dari tidur Rasulullah SAW. senantiasa membiasakan diri membaca doadoa dan surat berikut ini :

, , ( , , )

"Tiada Tuhan yang layak disembah melainkan Allah yang Maha Tunggal, tidak ada sekutu bagi-Nya. Kepunyaan-Nyalah seluruh kerajaan dan pujian. Dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. "alhamdulillh" (Segala Puji hanya milik Allah) "Subhnallh" (Maha Suci Allah) "Walilhaillallh" (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah), " Allhu Akbar " (Allah Maha besar), Tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah," (HR Bukhari, Tirmidzi, Abu Daud, dan Ahmad)

"Segala puji bagi-Mu yang menghidupkan kami setelah kematian dan kepada-Nya tempat kembali". (HR Bukhari, Abu Daud, dan Tirmidzi) Kemudian membaca sepuluh ayat terakhir dari surat li Imrn (190-200).

) (

)192( , )190( ) 190( )193(


41

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal (190), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), " Ya, Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau maka perihalah kami dari siksa neraka (191). Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi bagi orang-orang yang dzalim seorang penolong pun (192). Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (sesuatu) yang menyeru kepada iman (yaitu), berimanlah kamu kepada Tuhanmu, maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan- kesalahan kami dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti (193). Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji" (194). Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman)," Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang, dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahankesalahan mereka, dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik (195). Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orangorang kafir Bergerak di dalam negeri (196). Itu hanyalah kesenangan sementara kemudian tempat tinggal mereka adalah Jahanam, dan jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya (197). Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada TuhanNya bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di

) 194( )195( ) 196( ) 197( ) 198( ) 199( )022(

42

sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti (198). Dan sesungguhnya diantara ahli kitab, ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka. Sedang mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan-Nya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya (199). Hai orang-orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan Negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung" (200). (QS Ali Imran [3]: 190-200) (HR Bukhari dan Muslim) Isi bacaan Surat Ali Imran ayat 190-200 menjelaskan tentang faedah selalu ingat (dzikir) kepada Allah dan merenungkan ciptaan-Nya, kemudian dari ayat 190-200 menjelaskan tentang kesenangan bagi orang-orang kafir dan kebahagian abdi bagi orang-orang yang beriman. Allah Swt memerintahkan kita sebagia makhluk-Nya yang memiliki akala untuk senantiasa mentafakuri ciptaaan-Nya karena dengan cara seperti itu akan memunculkan kesadaran didalam diri bahwa Allah menciptakan semua yang ada dengan tidak sia-sia, pasti dibalik semua itu ada hikmah serta manfaatnya bagi manusia. Mafhum mukhalafah dari ayat ini adalah bahwa kita dilarang memikirkan dzat Allah Swt. karena akal tidak akan mampu memikirkannya. Adapun ketika akal mampu memikirkannya. Adapun ketika akal mampu menggambarkan Dzat Allah, maka itu bukanlah Allah, tetapi gambaran itu termasuk makhluk juga. Al- 'Alamah berkata : "siapa pun yang engkau gambarkan dengan angan-angan dan definisidefinisi yang paling ketat, tak lain adalah makhluk sepertimu dan termasuk milikmu". Dari sini dapat disimpulkan bahwa hanya Allah SWT.yang bisa menggambarkan (mengetahui) diri- Nya sendiri. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. bersabda : "Renungkanlah tentang penciptaan Allah dan janganlah engkau memikirkan Dzat Allah." Pada hadis yang lain Rasulullah Saw. mengancam kepada orang yang membaca ayat ini tetapi tidak mau berpikir. Rasulullah Saw. bersabda : "celakalah bagi orang yang membaca ayat ini, tetapi tidak merenungkannya." Ayat ini juga yang membuat Rasulullah Saw. menangis yang air matanya sampai membasahi jenggotnya dan membasahi tanah. Peristiwa ini terjadi ketika beliau sedang shalat yang disaksikan langsung oleh isterinya, yaitu Aisyah. Selain berfikir, orang yang berakal juga dicirikan dengan adanya aktifitas dzikir, baik melalui lisan maupun di dalam hati pada setiap saat dan semua keadaan. Surat-surat yang dibaca oleh Rasulullah Saw. pada shalat witir. a. pada rakaat pertama dianjurkan untuk membaca surat Al-Al.

) 3( ) 0( ) 1( ) 6( ) 4( )5( )9( ) 8( )7( ) 11( )10( )12(


43

sucikan nama Tuhan-mu yang Maha Tinggi (1), yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya) (2), dan yang menentukan kadar (masingmasing) dan memberi petunjuk (3), dan yang menumbuhkan rumput-rumputan (4), lalu dijadikannya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman (5). Kami akan membacakan (Al-Quran) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa (6), kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi (7). Dan kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah (8). Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringataan itu bermanfaat(9), orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran (10), dan orangorang yang celaka (kafir) akan menjauhinya (11). (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka) (12). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup (13). Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) (14), dan dia ingat nama Tuhan-nya, lalu dia shalat (15). tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi (16). Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal (17). Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu (18), (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa (19). (QS Al- Al [87] : 1-19) Isi bacaan: Allah memrintahkan untuk bertasbih dengan menyebut nama-Nya. Nabi Muhammad SAW. sekali-kali tidak lupa pada ayat-ayat yang dibacakan kepadanya. Jalan-jalan yang menjadikan orang sukses hidup di dunia dan akhirat. Allah menciptakan, dan menyempurnakan ciptaan-Nya. Menentukan kadar-kadar, memberi petunjuk dan melengkapi keperluannya sehingga tercapai tujuannya. Ayat 1-5 Allah memerintahkan kita untuk senantiasa mensucikan diri-Nya dari segala sesuatu yang tidak layak ada pada diri-Nya. Perintah untuk mensucikan diriNya direalisasikan oleh Rasulullah Saw. ketika sujud, tetapi tentunya dengan redaksi yang berbeda, yaitu "subhnarabbiyal 'al" (Maha suci Tuhan-ku yang Maha Tinggi). Bertasbih kepada Allah termasuk salah satu bentuk ibadah yang harus dilakukan oleh setiap manusia, karena Dia-lah yang telah menciptakan semua yang ada kemudian menyempurnakan penciptaannya, memberikan ukuran (kadar), dan memberikan petunjuk pada semua makhluk. Disamping itu, Allah juga yang telah memberi makan binatang ternak yaitu dengan menumbuhkan rerumputan. Dari ayat 6 sampai ayat 8 Allah menjanjikan dua hal kepada Nabi Muhammad saw. yaitu Rasulullah Saw. tidak akan pernah lupa terhadap apa yang telah disampaikan kepadanya, dan Rasulullah saw. akan senantiasa diberikan kemudahan. Ditempatkannya dua janji Allah ini setelah ayat yang menjelaskan perintah untuk bertasbih menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tasbih dengan tidak adanya lupa, serta anugerah bagi umat ini (Islam), terutama dalam menuntut ilmu, kita harus memperbanyak tasbih kepada Allah supaya mudah dalam memperoleh ilmu dan tetapnya ia pada diri kita.

) 13( )14( ) 16( ) 15( ) 17( ) 19-1: (.)19( )18(

44

Setelah Allah memberikan dua anugrah-Nya tersebut kepada Rasulullah saw, maka pada ayat 9-13 Allah memerintahkan beliau untuk memberi peringatan kepada manusia, karena peringatan itu dapat memberikan manfaat bagi kehidupannya. Orang yang diberikan peringat oleh Rasul adalah mereka yang takut kepada Allah dan kepada siksaan-Nya. Selain itu, ayat ini juga menjelaskan tentang balasan bagi orang yang menerima peringatan dari Rasulallah saw, dan akibat yang akan di rasakan oleh orang yang menolak ajakan ( peringatan) Rasul. Setelah Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammmad untuk bertasbih, kemudian memberikan dua jaminan yaitu tidak akan lupa dan senantiasa diberikan kemudahan, dan selanjutnya diperintahkan untuk memberikan peringatan, maka Allah (pada ayat 14-19) mengkabarkan tentang orang yang akan mendapatkan keuntungan (kebahagiaan), mereka itu adalah orang-orang yang berusaha mensucikan dirinya. Adapun cara yang bisa ditempuh untuk mensucikan diri adalah dengan melaksanakan shalat b. Pada rakaat kedua dianjurkan untuk membaca surat Al-Kfirn.

"Katakanlah: "Hai orang-orang kafir (1), aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah (2). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah (3). Dan aku tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang kamu sembah (4). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah (5). Untukmu agamamu, untukku agamaku (6)". (QS Al-Kafirun [109] : 1-6) c. Pada rakaat ketiga dianjurkan membaca surat Al-Ikhlsh, dan kalau mau boleh ditambah dengan membaca surat Al-Ns dan Al-Falaq. 1. surat Al-Ikhlash

)1( )3( )0( )6( ) 5( )4(

)4( ) 1( ) 0( )3(

"Katakanlah : Dia-lah Allah, yang Maha Esa (1), Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2). Dia tidak beranak dan tidak ula diperanakan (3). Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (4)."(QS AlIkhlsh [112] : 1-4) 2. Surat al-falaq

"Katakanlah:"Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (1), dari kejahatan makhluq-Nya (2). Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita (3). Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembuskan pada buhul-buhul (4), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki (5)." (QS Al-Falaq [113] : 1-5) 3. Surat Al-Ns

)3( )0( ) 1( )4( )5(

45

"Katakanlah aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara dan menguasai manusia (1) . Raja manusia (2). Sesembahan manusia (3). Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi (4), yang membisikan kejahatan ke dalam dada manusia (5). Dari golongan jin dan manusia (6)." (QS Al-Ns [114] :1-6)

) 0( ) 1( )4( ) 3( )6( )5(

46

PENUTUP Shalat tahajud adalah shalat sunah yang dikerjakan pada malam hari dan dilaksanakan setelah tidur lebih dahulu walaupun hanya sebentar. Shalat tahajud adalah warisan Rasulullah SAW. dan orang-orang yang shaleh. Dalam keadaan bagaiamana pun Rasulullah SAW. senantiasa menyempatkan waktu untuk melaksanakan shalat tahajud. Allah SWT. tidaklah memerintahkan sesuatu ibadah dan tidaklah Rasulullah SAW. menganjurkan umatnya untuk menunaikan perintah Allah SWT. tersebut. Melainkan dibalik semua itu ada hikmah yang besar bagi kehidupan manusia didunia dan diakhirat. Allah SWT. menjadikan shalat tahajud sebagai cara bagi hamba-Nya untuk menghapus dosa dan kesalahan yang terdapat dalam dirinya, sehingga ia bisa terangkat derajatnya ketempat yang lebih mulia lagi terpuji, yaitu surga. Selain itu, dalam sebuah hadis disebutkan bahwa shalat tahajud dapat menangkal penyakit dari badan. Kebenaran hadis tersebut kini telah terbukti. Secara medis shalat tahajud dapat meningkatkan kekebalan tubuh meskipun demikian tetap kita harus mendasarkan niat shalat tahajud karena mengharap ridha Allah SWT. (ikhlas) Malam yang digunakan untuk melaksanakan shalat tahajud dibagi pada tiga bagian yaitu awal (dua pertiga) malam., pertengahan malam, dan akhir (sepertiga) malam. Ketiga waktu tersebut baik untuk pelaksanaaan shalat tahajud, karena Rasulullah SAW. pun tidak menentukan salah satunya. Beliau melaksanakan shalat tahajud tahajud dimana ada kelapangan semata, sebagaiamana yang dikatakan oleh AlHafidz: Tahajud Rasulullah SAW., tidak ada ketentuan waktunya karena hanyalah semata-mata dimana ada kelapangan. Namun rasulullah SAW. banyak mengerjakan Shalat tahajud pada sepertiga malam, yaitu kira-kira pukul 02.00 WIB atau pukul 03.00 WIB sampai sebelum shubuh. Beliau lebih memilih waktu tersebut karena pada saat itulah Allah SWT. turun kelangit dunia dan pada saat itu juga doa akan dikabulkan, permintaan akan dikabulkan, permintaan akan diberikan dan dosa-dosa akan diampuni sehingga waktu tersebut termasuk kedalam kategori saatul ijabah. Oleh karena itu waktu yang paling baik untuk melaksanakan shalat tahajud adalah disepertiga akhir malam. Banyaknya jumlah rakaat shalat tahajud yang biasa dikerjakan oleh Rasulullah SAW. adalah sebelas (11) dan tiga belas (13) rakaat, tidak lebih dan tidak kurang, sebagaimana dalam hadis dari Aisyah tentang rakaat shalat tarawih. Ulama pun sepakat atas kedua bilangan shalat tahajud yang harus dikerjakan, sekalipun karena ini adalah petunjuk fi'li, sebagian menyatakan jumlahnya tidak mesti teta, bisa ditambah atau dikurang. Jumlah tersebut hanyalah jumlah yang biasa dicontohkan Rasulullah. Di samping mengetahui waktu yang baik dan rakaat yang utama dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Mutajahid pun dituntut untuk mengetahui dan mengikuti caracara yang telah dipraktekan oleh Rasulullah SAW. baik sebelum, ketika, maupun sesudah pelaksanaan shalat tersebut. Dalam rangka mengikuti kebiasaan Rasulullah SAW. tersebut tiada lain untuk menghidupkan sunnahnya dan supaya ibadah tersebut bernilai pahal disisi Allah SWT. karena mengikuti Sunnah Rasulullah SAW. adalah salah satu syarat sahnya diterima tiap amalan. Oleh karena itu tulisan sederhana ini mudah-mudahan setidaknya dapat membantu siapa saja yang hendak melaksanakan Shalat Tahajud yang sesuai dengan tuntunan (sunnah) Rasulullah SAW. Selain itu, penulis juga berharap mudah-mudahan buku ini memberikan manfaat bagi agama dan menjadi amal shaleh disisi Allah SWT.

47

DAFTAR PUSTAKA Nurdin, H Subhan, Qiyamullail: Shalat Malam, Ash-Shiddiq Press, 1998. Bakri, Al- Makki, As-Syahid, Merambah Jalan Sufi: Menuju Surga Ilahi, Sinar Baru Al Gensido, Bandung, 1996. An-Nawawi, Syaikh Imam : Tarjamah Hadis-Hadis Arbain Nawawiyah, penerjamah dan Editor, Wahid Ahmad, Era Center Media, Surakarta. Zakaria, A, Kumpulan Doa-Doa Shalat , Azka, Garut, September 2002. Ayub, Husen: Fiqh Al- 'Ibdah : Biadillatiha Fi Al-Islam, Darussalam, kairo, 2005. Sabiq, Sayyid. Fiqh Al-Sunnah Jilid I, Darul Al-Fikri, Libanon, 1983. Nasirudin Al-Bani, Muhammad. Shifat Al-shalt Al-Nabiy Saw.; Min Al-Takbr il Al-Taslm ka'annaka tarha, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, 1987. Abdurrahman, Muhammad Tuhfat Al-Ahwadzi Juz Tsani, Beirut Libanon. Al-Jauziah, Ibnu Qayyim. Zd Al-Ma 'ad Juz Awal, Beirut Libanon. Kamal, Abu Malik, Shahih Fiqh Al-Sunnah Wa Adillatuhu Wataudlh Madzhib AlAimmah Juz Awwal, Al-Maktab Al-Taufiqiyah. Amiruddin, Aam, Tafsir Al-Quran Kontemporer, Percik Press. Al-Shabuni, Muhammad 'Ali, Shafwah Al-Tafsir jilid I, Darul Maktab islamiyyah, Jakarta- Indonesia.

48

. _

49

Anda mungkin juga menyukai