Disusun oleh :
Kelompok A3
1. Dian Eka Kurnia
2. Devi Melianti
3. Indah Septia
4. Ria Septiana
BAB I
PENDAHULUAN
benang,
bercabang-cabang,
tidak
berklorofil,
dinding
selnya
mengandung khitin atau selulosa atau keduanya, heterotrof, absortif dan sebagian
besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa hifa dan generatif yaitu spora.
Jamur terbagi menjadi dua yaitu khamir dan kapang (jamur benang), pada
praktikum
Jamur benang
merupakan jamur yang dapat membentuk miselium dan berbagai bentuk spora.
Hal ini dipisahkan berdasarkan spora seksualnya, sebagai conto Ascomycetes
membentuk spora seksual dalam struktur tertentu yang disebut askus, sedangkan
basidiomycetes membentuk spora seksual dalam basidium. Selain bentuk spora
seksual, morfologi dan penataan spora aseksual juga membantu dalam identifikasi
kapang atau jamur benang. Morfologi dan penataan spora aseksual berperan
dalam identifikasi jamur karena keragamannya.
Pengecatan sederhana merupakan teknik pengecatan yang paling banyak
digunakan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit,
kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pengecatan sel bekteri,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik
pengecatan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Untuk mengetehaui morfologi bakteri secara
jelas dalam mikroskop maka diperlukan pengecatan. Selain itu pengecatan juga
berfungsi untuk menentukan sifat bakteri.
1.2 Tujuan
1.2.1
1.2.2
Pengecatan Sederhana
Mempelajari cara pengecatan bakteri dengan satu cat warna (Methylene
Blue) dan mengamati sel-sel yang kontras dengan sekelilingnya.
BAB II
METODOLOGI
Tempat
: Laboratorium Terpadu
2.2.2 Bahan,
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : preparat jamur segar
yang terdapat dalam roti 7 hari (Aspergillus sp), roti segar, larutan laktofenol
blue, larutan cat methylen blue, alkohol 90%.
2.3 Prosedur
2.3.1 Morfologi Jamur Benang
Dibersihkan gelas benda dan gelas penutup dengan alcohol, kemudian dipanaskan
di atas api spiritus.
Diambil sedikit miselium dan diratakan dengan menggunakan jarum enten dan
jarum preparat, agar preparat tidak bertumpuk-tumpuk di atas gelasa preparat.
Ditutup dengan gelas penutup dengan perlahan agar tidak terjadi gelembung udara
didalamnya.
Diambil suspensi biakan murni masing-masing bakteri secara aseptis dengan ose
dan diletakkan pada permukaan gelas benda, dan diratakan pada permukaan gelas
benda seluas 1 cm2.
Difiksasi pemanasan, dengan melewatkan diatas api spiritus 3 atau 4x, lalu di
dingingkan.
Diteteskan larutan Methylene Blue pada bercak biakan yang terdapat pada
permukaan gelas benda.
Dicuci dengan air mengalir sampai cat tercuci, dan kering anginkan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel
Bentuk
Warna
Susunan
1.
Cocus
Hijau tosca
Acak-acakan
2.
Roti Segar
Hifa
Hijau
Acak-acakan
Kebiruan
Sampel
Bentuk
Warna
Susunan
1.
Cocus
Hijau
Menyebar
2.
Roti Segar
Benang
Hijau Muda
Menyebar
Spiral
3.2 Pembahasan
3.2.1 Morfologi Jamur Benang
Pada praktikum morfologi jamur benang mengggunakan biakan murni
Aspergillus sp., serta larutan laktofenol blue dengan dua preparat yakni jamur
benang yang terdapat dalam roti 7 hari dan jamur benang yang terdapat dalam
roti segar.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengamati adanya hifa, bentuk hifa
bersepta atau tidak bersepta.
Pada roti 7 hari memiliki bentuk cocus, dengan warna hijau tosca, serta
susunan yang acak-acakan. Dan spora aseksual, yakni conidiospora (tidak
adanya kantung yang melindungi spora, oleh sebab itu spora langsung
bersinggung dengan udara /bersepta). Ciri-ciri yang diperoleh saat praktikum
memiliki kesamaan dengan jamur Aspergillus sp, yakni berasal dari ordo
Hypomycetes. Aspergillus sp. membentuk badan spora disebut konidium
dengan tangkai konidotor. Jamur ini memiliki ciri khas, yaitu : memiliki
menentu.
Hal ini menunjukkan bahwa jamur tersebut berfilamen, mempunyai hifa
bersepta. Koloninya bewarna putih pada PDA 250 C dan berubah menjadi
hitam ketika konidia dibentuk, kepalanya bewarna hitam, bulat, dan
cenderung memisahkan menjadi bagian yang lebih longgar seiring dengan
bertambahnya umur. (Anonim1, 2013).
nampak bakteri Aspergillus sp. berwarna hijau dan bentuk cocus dengan
susunan yang menyebar.
Ini karena pada pengecatan sederhana hanya dapat melihat bentuk
bakteri, dengan susunannya. Bakteri ini dilihat dengan perbesaran kuat
(1000kali), karena jika dibawah perbesaran ini tidak dapat dilihat dengan
jelas. (Anonim2, 2010).
Pada pengecatan sederhana roti segar prosedur yang dilakukan sama
dengan roti 7 hari, namun hasil yang diperoleh berbeda yakni: warna hijau
muda, bentuk benang spiral, dan susunan yang menyebar. Hasil yang berbeda
tersebut menunjukkan bahwa pada roti segar bakteri belum terlihat secara
jelas,
karena
masih
berupa
benang-berang
spiral,
dan
dari
segi
BAB IV
KESIMPULAN
Jenis jamur benang yang terdapat dalam roti 7 hari adalah Aspergillus
sp.,karena memiliki cirri-ciri yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Jamur Benang.Terdapat di
http://frestime.wordpress.com/2012/09/01/jamur-
LAMPIRAN
Roti 7 Hari
(Perbesaran 40X)
(Perbesaran 40X)