Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN

MORFOLOGI JAMUR BENANG DAN PENGECATAN


SEDERHANA

Disusun oleh :
Kelompok A3
1. Dian Eka Kurnia
2. Devi Melianti
3. Indah Septia
4. Ria Septiana

JURUSAN GIZI NONREGULER


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
TANJUNG KARANG
TAHUN 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati atau eukariotik,
berbentuk

benang,

bercabang-cabang,

tidak

berklorofil,

dinding

selnya

mengandung khitin atau selulosa atau keduanya, heterotrof, absortif dan sebagian
besar tubuhnya terdiri dari bagian vegetatif berupa hifa dan generatif yaitu spora.
Jamur terbagi menjadi dua yaitu khamir dan kapang (jamur benang), pada
praktikum

ini jamur yang diamati adalah jamur benang.

Jamur benang

merupakan jamur yang dapat membentuk miselium dan berbagai bentuk spora.
Hal ini dipisahkan berdasarkan spora seksualnya, sebagai conto Ascomycetes
membentuk spora seksual dalam struktur tertentu yang disebut askus, sedangkan
basidiomycetes membentuk spora seksual dalam basidium. Selain bentuk spora
seksual, morfologi dan penataan spora aseksual juga membantu dalam identifikasi
kapang atau jamur benang. Morfologi dan penataan spora aseksual berperan
dalam identifikasi jamur karena keragamannya.
Pengecatan sederhana merupakan teknik pengecatan yang paling banyak
digunakan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit,
kerena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pengecatan sel bekteri,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik
pengecatan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Untuk mengetehaui morfologi bakteri secara
jelas dalam mikroskop maka diperlukan pengecatan. Selain itu pengecatan juga
berfungsi untuk menentukan sifat bakteri.

1.2 Tujuan
1.2.1

Morfologi Jamur Benang


Mengamati jamur benang untuk mengidentifikasi secara makroskopis dan
mikroskopis.

1.2.2

Pengecatan Sederhana
Mempelajari cara pengecatan bakteri dengan satu cat warna (Methylene
Blue) dan mengamati sel-sel yang kontras dengan sekelilingnya.

BAB II
METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Hari, Tanggal : Selasa, 1 Oktober 2013
Waktu

: Pukul 08.00 s.d Selesai

Tempat

: Laboratorium Terpadu

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:jarum ose, jarum enten,
jarum preparat, gelas benda serta gelas penutupnya, mikroskop, lampu spiritus.

2.2.2 Bahan,
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : preparat jamur segar
yang terdapat dalam roti 7 hari (Aspergillus sp), roti segar, larutan laktofenol
blue, larutan cat methylen blue, alkohol 90%.

2.3 Prosedur
2.3.1 Morfologi Jamur Benang
Dibersihkan gelas benda dan gelas penutup dengan alcohol, kemudian dipanaskan
di atas api spiritus.

Diambil sedikit miselium dan diratakan dengan menggunakan jarum enten dan
jarum preparat, agar preparat tidak bertumpuk-tumpuk di atas gelasa preparat.

Diteteskan larutan laktofenol blue di atas preparat jamur.

Ditutup dengan gelas penutup dengan perlahan agar tidak terjadi gelembung udara
didalamnya.

Diamati dengan mikrskop dengan perbesaran lemah dan sedang.

Digambar bagian-bagian jamur dan beri keterangan selengkapnya.

2.3.2 Pengecatan Sederhana


Dibersihkan gelas benda dengan alcohol hingga bebas lemak, kemudian
dipanaskan diatas nyala api spiritus, dan didinginkan.

Diambil suspensi biakan murni masing-masing bakteri secara aseptis dengan ose
dan diletakkan pada permukaan gelas benda, dan diratakan pada permukaan gelas
benda seluas 1 cm2.

Preparat dikeringkan- anginkan.

Difiksasi pemanasan, dengan melewatkan diatas api spiritus 3 atau 4x, lalu di
dingingkan.
Diteteskan larutan Methylene Blue pada bercak biakan yang terdapat pada
permukaan gelas benda.

Preparat dikeringkan- anginkan.

Dicuci dengan air mengalir sampai cat tercuci, dan kering anginkan.

Diamati preparat dengan mikroskop, dengan perbesaran I sedang dan kuat.

Digambar bentuk dan bagian- bagian sel bakteri yang tampak.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1 Morfologi Jamur Benang
No

Sampel

Bentuk

Warna

Susunan

1.

Roti 7 hari (tidak sagar)

Cocus

Hijau tosca

Acak-acakan

2.

Roti Segar

Hifa

Hijau

Acak-acakan

Kebiruan

Tabel 2 Pengecatan Sederhana


No

Sampel

Bentuk

Warna

Susunan

1.

Roti 7 hari (tidak sagar)

Cocus

Hijau

Menyebar

2.

Roti Segar

Benang

Hijau Muda

Menyebar

Spiral

3.2 Pembahasan
3.2.1 Morfologi Jamur Benang
Pada praktikum morfologi jamur benang mengggunakan biakan murni
Aspergillus sp., serta larutan laktofenol blue dengan dua preparat yakni jamur
benang yang terdapat dalam roti 7 hari dan jamur benang yang terdapat dalam
roti segar.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengamati adanya hifa, bentuk hifa
bersepta atau tidak bersepta.
Pada roti 7 hari memiliki bentuk cocus, dengan warna hijau tosca, serta
susunan yang acak-acakan. Dan spora aseksual, yakni conidiospora (tidak
adanya kantung yang melindungi spora, oleh sebab itu spora langsung
bersinggung dengan udara /bersepta). Ciri-ciri yang diperoleh saat praktikum
memiliki kesamaan dengan jamur Aspergillus sp, yakni berasal dari ordo
Hypomycetes. Aspergillus sp. membentuk badan spora disebut konidium
dengan tangkai konidotor. Jamur ini memiliki ciri khas, yaitu : memiliki

sterigma primer dan sterigma sekunder karena phialidesnya bercabang 2 kali.


Salah satunya jamur yang terdapat pada roti. (Robinson, Richard, 2001).
Tumbuh optimum pada suhu 35-370 C, dengan suhu minimum 6-80 C dan
maksimumnya 45-470C. Tumbuh pada keadaan aerobik. Hifa yang muncul
diatas permukaan merupakan hifa fertil, koloninya berkelompok, conidiofora
berseptat atau nonseptat yang muncul dari sel kaki, pada ujung hifa muncul
sebuah gelembung, keluar dari gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma
muncul konidiumkonidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian
mutiara, konidiumkonidium ini berwarna (hitam, coklat, kuning tua, hijau)
yang memberi warna tertentu pada jamur. (Schlegel, 1994).
Sedangkan pada roti segar diamati dengan perbesaran mikroskop 40X
terdapat

adanya hifa, dengn warna hijau kebiruan, susunan yang tak

menentu.
Hal ini menunjukkan bahwa jamur tersebut berfilamen, mempunyai hifa
bersepta. Koloninya bewarna putih pada PDA 250 C dan berubah menjadi
hitam ketika konidia dibentuk, kepalanya bewarna hitam, bulat, dan
cenderung memisahkan menjadi bagian yang lebih longgar seiring dengan
bertambahnya umur. (Anonim1, 2013).

3.2.2 Pengecatan Sederhana


Pada praktikum pengecatan sederhana dengan sampel menggunakan
roti 7 hari, diawali dengan kaca preparat diberi setetes air dan diberi bakteri
Aspergillus sp., kemudian dipanaskan di atas api bunsen, dari sini akan
nampak lapisan putih yang tipis, semitransparan, dan rata yang menunjukkan
adanya bakteri. Setelah smear difiksasi, smear kemudian diberi pewarna basa
yaitu methylene blue. Dalam pemberian methylene blue ini, diusahakan agar
menutupi semua lapisan tipis smear. Pewarnaan dengan menggunakan
methylene blue dibutuhkan waktu 2-60 detik, setelah itu dicuci dengan
aquades. Dari sini akan nampak lapisan yang sebelumnya berwarna putih tipis
dan semitransparan, akan berubah warna menjadi biru transparan. Selanjutnya
adalah hilangkan sisa aquades dengan menggunakan kertas tissue. Setelah itu
dilihat dalam mikroskop dengan perbesaran 1000X. Dalam mikroskop akan

nampak bakteri Aspergillus sp. berwarna hijau dan bentuk cocus dengan
susunan yang menyebar.
Ini karena pada pengecatan sederhana hanya dapat melihat bentuk
bakteri, dengan susunannya. Bakteri ini dilihat dengan perbesaran kuat
(1000kali), karena jika dibawah perbesaran ini tidak dapat dilihat dengan
jelas. (Anonim2, 2010).
Pada pengecatan sederhana roti segar prosedur yang dilakukan sama
dengan roti 7 hari, namun hasil yang diperoleh berbeda yakni: warna hijau
muda, bentuk benang spiral, dan susunan yang menyebar. Hasil yang berbeda
tersebut menunjukkan bahwa pada roti segar bakteri belum terlihat secara
jelas,

karena

masih

berupa

benang-berang

spiral,

dan

dari

segi

organoleptiknya roti tersebut masih dalam keadaan segar, serta belum


menunjukkan bakteri pathogen seperti yang ada pada roti 7 hari, meskipun
perbesaran yang digunakan sama dengan roti 7 hari.

BAB IV
KESIMPULAN

Roti 7 hari memiliki spora aseksual, yakni conidiospora

Jenis jamur benang yang terdapat dalam roti 7 hari adalah Aspergillus
sp.,karena memiliki cirri-ciri yang sama.

Roti segar sudah terlihat hifa bersepta.

Pengecatan roti 7 hari, bakterinya memiliki bentuk cocus, bewarna hijau,


serta susunan yang menyebar.

Pengecatan roti segar , bakteri masih berupa benang spiral.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2013. Terdapat di http://bhajaboounu.blogspot.com/2013. Diakses


tanggal 4 Oktober 2013.

Anonim 2. 2010. Terdapat di http://widiindrakesuma.blogspot.com. Diakses


tanggal 4 Oktober 2013.

Dwidjoseputro, D.1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.

Jamur Benang.Terdapat di

http://frestime.wordpress.com/2012/09/01/jamur-

aspergillus/. Diakses tanggal 4 Oktober

Robinson, Richard. 2001. Terdapat di http://novytatekpert.blogspot.com. Diakses


tanggal 4 Oktober 2013.

Schlegel, Hans. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press.

LAMPIRAN

Gb.1 Preparat Jamur Benang Roti Segar

Gb. 2 Preparat Jamur Benang

Roti 7 Hari

Gb. 3 Jamur Benang Roti Segar


(Perbesaran 400X)

Gb. 5 Pengecatan Sederhana Roti Segar

Gb. 4 Jamur Benang Roti 7


(Perbesaran 400X)

Gb. 6 Pengecatan Sederhana


Roti 7 hari

Gb. 7 Pengecatan Sederhana Roti Segar

Gb. 8 P. Sederhana Roti 7hari

(Perbesaran 40X)

(Perbesaran 40X)

Anda mungkin juga menyukai