Anda di halaman 1dari 30

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM MENYONGSONG

GENERASI EMAS 2045


BERDASARKAN TINJAUAN AL-QURAN

Diusulkan oleh:

Fikri Faturrahman 1205813

Angkatan 2012

Ahmad Yudiar

Angkatan 2013

1304858

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


BANDUNG
2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa kita
junjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, tauladan sejati sampai
akhir zaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis
yang berjudul Pendidikan Multikultural Dalam Menyongsong Generasi
Emas 2045 Berdasarkan Tinjauan Al-Quran dengan baik tanpa adanya
suatu halangan yang berarti. Tulisan ini disusun sebagai usulan Lomba
Karya Tulis Ilmiah Al-Quran Geological Islamic Day (GID) 1435 H/2014.
Terselesaikannya penulisan PKM-GT ini adalah berkat dukungan dari
semua pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada:
1. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
2. Segenap pihak yang telah ikut andil dalam proses penyelesaian
penulisan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan. Semoga tulisan ini dapat
memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta sumbangan
ilmiah yang sebesar-besarnya terhadap penulis dan pembaca.

Bandung, 8 November 2014

Penyusun

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM MENYONGSONG


GENERASI EMAS 2045
BERDASARKAN TINJAUAN AL-QURAN

Fikri Faturrahman dan Ahmad Yudiar


Program Studi S-1 Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Fakultas Ilmu Pendidikan
RINGKASAN
Era globalisasi merupakan suatu zaman yang menuntut manusiamanusianya mampu mengikuti tantangan dan persaingan global. Sejatinya
manusia berkembang dalam tataran lokal maupun global perlu memiliki
kompetensi sebagai modal utamanya. Integrasi dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dalam kompetensi perlu disesuaikan dengan kondisi
sosiokultural di masing-masing tempat dimana masyarakat itu tinggal.
Khususnya di Indonesia yang notabene memiliki falsafah pancasila dan
keberagaman budaya, memiliki permasalahan-permasalahan yang cukup
pelik. Kurang tepatnya dalam menyikapi perbedaan suku, ras, dan agama,
serta konsep etnosentris yang membuat sensitivitas dan tendensius terhadap
suatu kondisi kehidupan masyarakat menjadi salah satu faktor penyebab
konflik yang banyak terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Seperti
direnungkan dalam berbagai ayat-ayat Al-Quran yang menyinggung
persoalan budaya, menjadi bagian renungan dalam menyikapi permasalahan
tersebut. Sejatinya, pendidikan tetap menjadi senjata utama dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut seperti tertuang dalam UU Sisdiknas
No 20 Tahun 2003 Pasal 4 tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan.
Menuju Generasi Emas 2045, berdasarkan indikator kompetensi abad ke-21
Patrick Griffin, Indonesia mampu mengikuti persaingan global serta
menjadikan masyarakatnya memiliki culture awareness yang tinggi.
Pendidikan Multikultural, menjadi salah satu konsep atau metode
pendidikan yang mampu menjawab permasalahan masyarakat yang masih
memiliki sensivitas dan tendensius terhadap perbedaan budaya, suku, ras,
agama. Pendidikan Multikultural pun menjadi salah satu motor untuk
menyongsong Generasi Emas 2045.
Kata Kunci: Pendidikan Multikultural, Generasi Emas 2045, dan AlQuran

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
RINGKASAN .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
1.4 Manfaat ............................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah ................................................................................. 3
2. GAGASAN ................................................................................................ 4
2.1 Konsep Pendidikan Nasional............................................................... 4
2.2 Konsep Pendidikan Multikultural ....................................................... 4
2.3 Tinjauan Al-Quran ............................................................................. 7
2.4 Kompetensi Manusia Abad 21 .......................................................... 11
3. METODOLOGI PENULISAN ............................................................ 13
3.1 Fokus Kajian .................................................................................... 13
3.2Teknik Penulisan ................................................................................ 13
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 13
3.4Teknik Analisis Data ......................................................................... 13
4.PEMBAHASAN ..................................................................................... 13
4.1 Pendidikan Multikulturalisme di Indonesia ....................................... 14
4.2 Kompetensi Abad 21: Indikator Generasi Emas 2045 ........................ 15
4.3 Kajian Al-Quran ................................................................................ 16
5. PENUTUP ............................................................................................... 22
5.1 Simpulan ............................................................................................. 22
5.2 Saran .................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 24
LAMPIRAN ................................................................................................ 25
a. Biodata Ketua dan Anggota ................................................................. 25

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perdamaian merupakan wujud kehidupan yang harmonis dan tak
terjadi konflik yang berkepanjangan. Tantangan kehidupan saat ini
semakin kompleks sehingga membuka peluang yang semakin besar akan
timbulnya konflik dan perbedaan dalam beragam ranah. Realitas ini
telah menjadi bagian yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan
masyarakat di seluruh dunia.
Konflik dan perbedaan khususnya di Indonesia saat ini sudah dapat
terlihat. Di abad ke-21 ini sudah mulai muncul kasus-kasus baru yang
memperlihatkan kebobrokan moral bangsa. Hal itu dapat kita saksikan
pada kondisi masayarakat Indonesia saat ini yang cenderung cepat
terpancing emosi oleh sebuah konflik. Konflik yang disebabkan karena
adanya perbedaan baik itu dalam hal budaya, status sosial, ekonomi,
maupun politik.
Dalam konteks etnis budaya seperti kasus Konflik di kota Sampit
yaitu antara suku dayak dan suku madura pada 18 Februari 2001. Hal itu
hanya karena hal sepele namun menjadi konflik yang serius dikarenakan
adanya ketidakpahaman masyrakat memahami budayanya masingmasing.
Lain hal masalahnya dalam konteks politik yang baru saja selesai
yaitu pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia 2014-2019.
Fenomena yang terjadi baru-baru ini terlihat bahwa saat ini antusiasme
masyarakat terhadap minat politik cukup tinggi. Terlihat dalam sikapnya
mendukung salah satu pasangan dari calon presiden dan wakil presiden
Indonesia, ditemukan berbagai konflik mulai dari pertengkaran antar
keluarga, tetangga, teman sekolah, yang muncul dalam realitas sosial
dan juga dunia maya.

Melihat permasalahan tersebut dapat kita analisa melalui akar dari


pembentukan perilaku yaitu melalui pendidikan. Pendidikan Indonesia
saat ini sangat menekankan keseragaman, sehingga subjek pendidikan
merasakan suatu hal yang tabu ketika melihat sebuah perbedaan. Hal itu
dapat dibuktikan dengan adanya penyeragaman dalam seragam sekolah,
kurikulum, ujian nasional, dan konsep lainnya yang membuat konstruk
berfikir masyarakat kurang mampu melakukan inovasi baru terhadap
sebuah permasalahan.
Pendidikan Multikultural menjadi salah satu solusi kongkrit dalam
memperbaiki kondisi bangsa Indonesia yang semakin dihadapi oleh
berbagai tantangan salah satunya yaitu tantangan kedepan untuk
menghadapi abad-21 yaitu melalui Generasi Emas 2045. Konsep
pendidikan multikultural berdasarkan tinjauan Al-Quran menjadi
sebuah kerangka berpikir baru dalam membangun sistem pendidikan
yang berbasis kepada budaya. Budaya yang tidak selalu berorientasi
kepada suku, ras, warna kulit, tetapi budaya yang berorientasi kepada
kesadaran akan integritas bangsa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan nasional ?
2. Bagaimana konsep pendidikan multikultural ?
3. Bagaimana kompetensi manusia abad ke-21 sebagai indikator
Generasi Emas 2045 ?
4. Bagaimana konsep pendidikan multikultural berdasarkan tinjauan
Al-Quran ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep pendidikan multikultural
2. Untuk mengetahui dan memahami kompetensi manusia abad ke-21
sebagai indikator generasi emas 2045
3. Untuk memahami konsep pendidikan multikultural berdasarkan
tinjauan surat al hujurat ayat 11-13

1.4 Manfaat
1. Memberikan penguatan kepada dunia pendidikan mempersiapkan
generasi emas 2045 melalui pendidikan multikultural
2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai urgensi
pendidikan multikultural dalam mempersiapkan generasi emas 2045
3. Memberikan semangat baru dalam menganalisa permasalahan
berdasarkan tinjauan Al-Quran.

1.5 Batasan Penulisan


Konsep pendidikan multikultural dalam menyongsong generasi emas
2045 berdasarkan tinjauan Al-Quran menjadi batasan dalam penulisan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pendidikan Nasional
Dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan posisi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, dan dirinya. Lebih dari itu, disinggung
mengenai

pendidikan

nasional

sebagai

patokan

dalam

upaya

mewujudkan pendidikan. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang


berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
2.2 Konsep Pendidikan Multikultural
a. Pendidikan Multikultural
Menurut Ainurrafiq Dawam dalam bukunya Emoh sekolah
Pendidikan Multikultural adalah proses pengembangan seluruh
potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya
sebagai konsekuensi keragaman budaya etnis, suku, dan aliran
(agama).
Pendidikan Multikultural merupakan model pendidikan yang
menawarkan konsep persamaan, menghargai dan menghormati
pluralitas dan heterogenitas, menghargai keragaman (budaya,
agama, suku, bangsa, etnis).
Sementara

itu

Malik

Fajar

mendefinisikan

Pendidikan

multikultural adalah sebagai suatu pendekatan progresif untuk


melakukan transformasi pendidikan yang secara menyeluruh

membongkar

kekurangan,

kegagalan

dan

praktik-praktik

diskriminatif dalam proses pendidikan.


Pendidikan Multikultural adalah pendidikan yang sarat dengan
nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai sosial, nilai-nilai kealaman, dan
nilai-nilai ketuhanan. Untuk itu, orientasi bisnis bagi model
pendidikan adalah suatu hal yang absurd dan bertolak belakang.
Dengan melihat pengertian diatas maka pendidikan multikultural
merupakan solusi abstraktif dalam rangka mengeliminir segala
kemungkinan terburuk mengenai lingkup multikultural.
Dari beberapa pengertian tentang Pendidikan Multikultural,
makna Pendidikan Multikultural merupakan sebuah gerakan
pembaharuan

yang

mengubah

semua

komponen

termasuk

mengubah nilai-nilai dasar pendidikan, aturan prosedur, kurikulum,


materi pengajaran, struktur organisasi dan kebijakan pemerintah
yang merefleksikan pluralisme budaya.
Selain itu pendidikan multikultural juga yang menyebarkan
metode budaya perdamaian.
Terdapat enam konsep yang ditawarkan Tilaar (2004:185-191),
untuk membangun konsep pendidikan multikultural di Indonesia,
yakni:
1. Right to culture dan identitas budaya lokal, sebagai
manifestasi jawaban globalisasi. Hal ini dimaksudkan
untuk menjaga dan menunjukan identitas kebudayaan.
2. Kebudayaan

Indonesia-yang-menjadi,

yakni

mewujudkan sistem nilai keindonesiaan di tengah sistem


keberagaman.
3. Konsep

pendidikan

multikultural

normatif,

bukan

sekedar deskriptif. Pendidikan multikultural normatif


tidak

hanya

melainkan

mendeskripsikan

misi

untuk

adanya

mewujudkan

pluralitas,
kebudayaan

Indonesia yang dimiliki oleh suatu negara-bangsa.

4. Pendidikan multikultural merupakan suatu rekonstruksi


sosial, yakni sebagai alat untuk melihat kembali
kehidupan sosial yang ada dewasa ini.
5. Pendidikan multikultural di Indonesia memerlukan
pedagogik baru, yang tidak hanya terbatas dalam
pendidikan

sekolah.

Pedagogik

baru

telah

mengembangkan pemberdayaan dan kesetaraan sesama


manusia dengan keberagaman budaya.
6. Pendidikan multikultural bertujuan untuk mewujudkan
visi Indonesia masa depan serta etika berbangsa.
b. Landasan Yuridis
Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No 20 Tahun 2003 tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan
dalam pasal 4 yaitu pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tingrgi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa. Merujuk pada materi UU
Sisdiknas ini maka tujuan pendidikan multikultural adalah
menanamkan sikap simpati, respek, apresiasi, dan empati
terhadap penganut agama dan kultural yang berbeda. Sejatinya,
pendidikan multikultural adalah sebuah konsep yang dibuat
dengan tujuan untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan
bagi semua siswa yang berbhineka ras, etnik, kelas sosial dan
kelompok budaya.
c. Landasan Filosofis
Multikulturalisme secara etimologis marak digunakan pada
tahun 1950-an. Pendidikan multicultural bisa di definisikan
sebagai pendidikan untuk/tentang keragaman kebudayaan dalam
merespon perubahan demografis dan cultural lingkungan
masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan. Hal
ini seiring dengan pendapat Paulo Freire, pendidikan bukan

merupakan menara gading yang beruaha menjauhi realitas


social dan budaya. Pendidikan menurutnya harus mampu
menciptakan

tatanan

berprndidikan,

bukan

masyarakat
sebuah

yang

masyarakat

terdidik
yang

dan
hanya

mengagungkan prestos social sebagai akibat kekayaan dan


kemakmuran yang dialaminya.
Pendidikan

multicultural

(multicultural

education)

merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi


sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap
kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan multicultural
merupakan pengembang kurikulum dan aktivitas pendidikan
untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi, dan
perhatian terhadap terhadap orang-orang non eropa (Hilliard,
1991-1992). Sedangkan secara luas pendidikan multicultural itu
mencakup

seluruh

siswa

tanpa

membedakan

kelompok-

kelompoknya seperti gender, etnic, ras, budaya, strata social, dan


agama.
2.3 Tinjauan Al-Quran

1. (QS. Al-Hujurat 49: 13).



Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat 49: 13).

Makna ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah


menciptakan

makhluk-Nya,

laki-laki

dan

perempuan,

dan

menciptakan manusia berbangsa-bangsa, untuk menjalin hubungan


yang baik. Tidak wajar seseorang berbangga dan merasa lebih tinggi
daripada yang lain, bukan saja antar satu bangsa, suku, atau warna
kulit, dan selainnya. (Shihab, 2002: 617).
2. (QS. An-Nisa 4: 1).

Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu


yang telah menciptakan kamu dari sdiri yang satu , dan dari
padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak.

dan

bertakwalah

kepada

Allah

yang

dengan

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,


dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An-Nisa 4: 1).
Kandungan Surah An-Nisa dalam Tafsir Al-Mishbah tentang ayat
ini adalah mengajak manusia untuk senantiasa menjalin hubungan
kasih sayang antar seluruh manusia. Ayat ini adalah sebagai
pendahuluan untuk mengantar lahirnya persatuan dan kesatuan
dalam masyarakat, serta bantu membantu dan saling menyayangi
karena semua manusia berasal dari satu keturunan, tidak ada
perbedaan antara laki-laki dan perempuan, kecil besar, beragama
atau tidak beragama. Semua dituntut untuk menciptakan kedamaian

dan rasa aman dalam masyarakat serta saling menghormati hak-hak


manusia. (Shihab, 2002: 397).
3. (QS. Al-Baqarah 2: 256).


Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak
akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
(QS. Al-Baqarah 2: 256).
Dalam ayat ini, Al-Quran menegaskan bahwa Tidak ada
paksaan dalam menganut keyakinan agama, Allah menghendaki
agar setiap orang merasakan kedamaian. Agama-Nya dinamai Islam,
yakni damai. Kedamaian tidak dapat diraih kalau jiwa tidak damai.
Paksaan menyebabkan jiwa tidak damai sehingga tidak ada paksaan
dalam menganut keyakinan agam Islam. (Shihab, 2002: 668).
4.

(QS. Al-Maidah 5: 48).


Artinya: Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan
dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu

terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah


berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya,
lalu beritahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan
itu. (QS. Al-Maidah 5: 48).
Ini berarti Allah tidak menghendaki menjadikan manusia
semua sejak dahulu hingga kini satu umat saja, yakni satu pendapat,
satu kecenderungan, bahkan satu agama dalam segala prinsip dan
perinciannya. Karena, jika Allah menghendaki demikian, Dia tidak
akan memberi manusia kebebasan memilih dan memilah, termasuk
kebebasan memilih agama dan kepercayaan. Kebebasan memilah
dan memilih itu dimaksudkan agar manusia berlomba-lomba dalam
kebajikan, dan dengan demikian, akan terjadi kreatifitas dan
peningkatan

kualitas

karena

hanya

dengan

perbedaan

dan

perlombaan yang sehat kedua hal itu akan tercapai. (Shihab, 2002:
617 ).
5.

(QS. Ar-Rum 30: 22).


Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan
warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
(QS. Ar-Rum 30: 22).
Ayat di atas adalah labjutan dari uraian tentang bukti-bukti
kekuasaan dan keesaan Allah swt. Ada persamaan antara pria
dengan langit, dan wanita dengan bumi. Ayat-ayat di atas
menyatakan semua dengan sistemnya sangat teliti, rapi, dan serasi.
Serta kamu juga dapat mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah

10

melalui pengamatan terhadap perbedaan lidah kamu, seperti


perbedaan bahasa, dialek, dan intonasi. Dan juga perbedaan warna
kulit kamu, ada yang hitam, kuning, sawo matang, dan tanpa warna
(putih), padahal kamu semua bersumber dari asal usul yang sama.
Perbedaan bahasa dan warna kulit merupakan hal yang cukup jelas
terlihat dan disadari oleh setiap orang, apalagi kedua perbedaan
tersebut bersifat langgeng pada diri setiap orang. (Shihab, 2002:
191).
2.4 Kompetensi Manusia Abad 21
Hasil research Patrick Griffin (2012) yang telah dilakukan di
berbagai negara seperti Singapura, Amerika, dan Finlandia.
Menurutnya ada sepuluh kompetensi yang dibutuhkan manusia
abad-21. Namun, sepuluh kompetensi itu dikelompokkan ke dalam
empat rumpun saja.
1. Ways of Thinking
Ways of thinking meliputi unsur (a) creativity and inovation, (b)
critical thinking; problem solving; decision making, dan (c)
learning to learn; metacognition. Ways of thinking adalah cara
berpikir manusia abad-21 yang menegaskan kepada creativity
and inovation. Persoalan yang muncul sebagai salah satu
prioritas pada isu global adalah inovationation. Artinya, ada
kaitan yang cukup jelas antara kompetensi yang diharapkan dan
tantangan yang akan dihadapi di masa mendatang. Hal ini
mendorong manusia abad-21 berpikir higher order thinking,
tidak berpikir dalam kerangka yang rendah tetapi dalam
kecakapan berpikir tinggi. Bagaimana pendidikan mengarahkan
kepada proses kemampuan seperti itu.
2. Ways of Working
Ways of working mencakup unsur (a) communication dan (b)
collaboration. Hal ini adalah cara bekerja, karena hal ini

11

cenderung memberikan pelajaran kepada kita bahwa kita tidak


mungkin lagi bekerja sendirian dalam mencapai sebuah hasil.
Dengan demikian kecakapan komunikasi dan kolaborasi menjadi
sangat penting. Hasil research yang dilakukan The Economist
Intelligence (2012) mengungkapkan bahwa hasil pendidikan saat
ini hanya menghasilkan individu-individu yang secara individual
memiliki kecakapan intelektual tapi lemah dalam kecakapan
kolaborasi dan komunikasi.
3. Tools of Working
Hal yang berikutnya adalah tools of working yang menyangkut
(a) information literacy dan (b) ITC Literacy. Penggunaan TIK
dan sebagainya itu merupakan bentuk Tools of working.
Barangkali, ada hal itu pula yang menjadi alasan mengapa guru
TIK ditiadakan. Logikanya, IT pada saat ini telah menjadi tools,
perangkat ini harus ada di mana-mana. Semua orang harus
menggunakan itu. Jadi IT dan TIK bukan merupakan mata
pelajaran, melainkan tools belajar.
4. Living in the World
Hal yang terakhir adalah living in the world. Artinya, aspek ini
merupakan hal yang mendorong dan yang membawa pendidikan
mengantarkan manusia menjadi warga global. Setiap negara
pasti memiliki filosofi, dan tujuan penyelenggaraan pendidikan
untuk menjadikan warganya menjadi warga negara yang baik.
Namun demikian, mungkin tidak terumuskan bahwa pendidikan
di negara masing-masing disiapkan untuk menghantarkan
warganya menjadi warga dunia atau warga global. Artinya akan
harus ada perspektif filosofis di dalam pendidikan global dan
dalam konteks ini dikemukakan apa yang disebut dengan
citizenship (local and global), life and career, personal and
social responsibility, cultural awareness and competencies.

12

BAB III
METODOLOGI PENULISAN
3.1 Fokus Kajian
Fokus kajian karya tulis ilmiah al-Quran ini membahas tentang
konsep pendidikan multikultural sebagai upaya menyongsong
generasi emas 2045 berdasarkan tinjauan Al-Quran
3.2 Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan karya
tulis ilmiah Al-Quran ini adalah mengkaji pendidikan multikultural
secara deskriptif dalam menyongsong generasi emas 245 dengan
menghubungkannya dengan tinjauan surat Al-Quran.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan karya
tulis ini adalah telaah literatur yaitu dengan mempelajari berbagai
literatur seperti buku, jurnal, al-Quran, hadits, dan internet.
3.4 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang diperoleh
dari studi literatur dengan cara menggabungkan teori dan
argumentasi dalam buku dengan analisis penulis. Langkah
selanjutnya adalah dengan melakukan penyederhanaan data agar
mudah dibaca, dipahami, dan dipresentasikan sehingga berorientasi
kepada solusi dari masalah yang telah dikaji.

13

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pendidikan Multikultural di Indonesia
Indonesia merupakan Negara yang menjadikan pancasila
sebagai falsafah kebangsaan. Lima nilai yang menjadikan dasar bagi
substansi kehidupan bangsa terutama dalam pendidikan mampu
terintegrasi dalam konsep.
Dalam konsep multikultural, Pendidikan di Indonesia
berbasis multikultural memiliki payung hukum berdasarkan UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 tentang
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan dalam pasal 4 yaitu pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tingrgi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
Beberapa hasil penelitian yang menjadi analisis pendidikan
multikultural di indonesia diantaranya adalah Kasus di SMA Don
Bosco Padang (Sumbar) memiliki ciri khas yang relatif sama dengan
SMA Corpatarin Utama Jakarta. Namun SMA Don Bosco ini
mayoritas siswanya beragama Katholik (sekitar 60%). Siswa
Muslimnya hanya sekitar 27%. Meskipun siswa Muslim minoritas,
mereka memperoleh fasilitas pelayanan bimbingan keagamaan yang
cukup

memadai.

Misalnya,

mereka

memperoleh

bimbingan

pendidikan Agama Islam melalui Pesantran Kilat pada bulan


Ramadhan. Artinya, meskipun SMA ini berciri khas Katholik tetapi
memberikan pelayanan keagamaan kepada siswa dari pemeluk
agama lainnya. SMA Don Bosco ini berada dibawah Yayasan
Prayoga Padang, dan sekitar 80% siswanya berasal dari keluarga
menengah keatas.

14

Lalu bagaimana dengan kasus SMA yang mayoritas


siswanya Muslim? Kasus di SMA Kusuma Bangsa Palembang
(Sumsel) bisa menjadi model. SMA yang berada di bawah Yayasan
Kusuma Bangsa ini didirikan oleh Rudi Hindarto tahun 2000.
Meskipun relatif baru, SMA ini telah berakreditasi A sejak tahun
2006. Jumlah siswanya 375 orang, dan 213 diantaranya beragama
Islam, 90 siswa beragama Budha, 36 siswa Khatolik, 35 Kristen dan
1 beragama Hindu. Begitupun tenaga pengajarnya beragam dari segi
suku dan agama, dimana suku Jawa mendominasi sekitar 28 orang
dan semuanya beragama Islam. Sisanya dari suku dan agama
lainnya. Dengan kondisi ini, pihak sekolah menyesuaikan waktu
kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan jadwal ibadah siswa/siswi
Muslim.

Misalnya,

siswa

Muslim

diberikan

kesempatan

melaksanakan solat Jumat Bahkan sekolah ikut mengawasi jikalau


terdapat siswa Muslim yang tidak melaksanakan solat Jumat. Pada
bulan Ramadhan sekolah mempersingkat waktu belajar agar tidak
memberatkan siswa/siswi Muslim yang lagi berpuasa.
Melihat hasil penelitian tersebut, maka sudah seharusnya
pendidikan

multikultural

membangun integritas

menjadi

salah

anak-anak bangsa

satu

keberhasilan

dan juga mampu

menjadikan Indonesia berada di depan dengan manusia yang mampu


memenuhi jawaban dari segala tantangan zaman dengan menjadi
manusia abad ke-21.
4.2 Kompetensi Abad-21 : Indikator Generasi Emas 2045
Sampai dengan saat ini, belum terdapat indikator yang
mutlak tentang manusia generasi emas 2045. Banyak yang
menganggap bahwa generasi emas 2045 hanya sebagai jargon politik
dari pemerintah dan ada pula sebagian masyarakat yang memiliki
kesamaan visi terhadap generasi emas 2045.
Hasil penelitian Patrick Griffin yang sudah dilakukan di
berbagai negara dapat menjadi salah satu rujukan generasi emas

15

2045. Kompetensi abad-21 menjadi salah satu acuan keberhasilan


visi tersebut. Beberapa kompetensi itu diantaranya adalah ways of
thinking yang menekankan kepada creativity and inovation, critical
thinking; problem solving; decision making, dan learning to learn;
metacognition, serta dituntut untuk menjadi manusia yang memiliki
higher order thinking kaitannya dengan pendidikan multikultural
agar peserta didik mampu berpikir kreatif, inovatif, kritis, dan
mampu memecahkan berbagai permasalahan budaya.
Kemudian Ways of working yang memberikan penekanan
terhadap komunikasi serta kolaborasi, fenomena yang terjadi dalam
masyarakat yaitu mulai muncul individualistis karena budaya barat
yang menekankan extend family dan berbeda dengan paham timur.
Sehingga kurangnya komunikasi dan kolaborasi yang menekankan
kebudayaan sehingga mampu mencapai visi dari pendidikan
multikultural.
Hal lainnya adalah Tools of working yang memberikan
tentang urgensi dari ICT dan ICT Literature. Keduanya memiliki
peranan penting dalam pendidikan multikultural. Bagaimana
manusia Indonesia mampu memberikan penekanan terhadap ICT
untuk menunjang keberlangsungan hidup dan ICT Literatur sebagai
penunjang tambahannya.
Sesuatu yang penting untuk menjadi tujuan akhir adalah
living in the world. Sehingga bagaimana kedepannya manusia
Indonesia melalui pendidikan multikultural mampu memiliki culture
awareness and competencies sebagai suatu sikap kesiapan dalam
menghadapi generasi emas 2045.
4.3 Kajian Al-Quran
Indonesia adalah masyarakat yang heterogen dan multikultur
dengan

beragam

etnis

dan

budaya.

Sebagai

negara

yang

multikultural, Indonesia harus antisipatif dan responsif terhadap


fenomena heterogenitas kebudayaan dengan sikap arif dan bijak.

16

Perbedaan yang selama ini terjadi telah menimbulkan sisi negatif


berupa konflik yang melanda negeri ini, yang salah satunya
disebabkan heterogenitas dan deferensiasi sosial dalam masyarakat.
Dalam

kondisi

demikian,

yang

dibutuhkan

bukanlah

monokulturalisme tetapi multikulturalisme, bukan pembauran tetapi


pembaruan, bukan ko-eksistensi tetapi pro-eksistensi, bukan sikap
eksklusif melainkan sikap inklusif, bukan bukan separasi tetapi
interaksi. Bukan juga kemajemukan demi kemajemukan, atau
kemajemukan sekedar warna-warni, tetapi kemajemukan yang
dibangun di atas landasan mutltikutluralisme yang partisipatorik dan
emansipatorik. Multikulturalisme akan menjadi jembatan yang
mengakomodasi perbedaan etnik dan budaya dalam masyarakat yang
plural.
Pluralitas sebagai basis multikulturalisme dalam perspektif
Islam adalah sunnatullah. Fenomena pluralitas agama dan budaya di
kalangan umat manusia dari zaman dahulu kala sampai hari ini
adalah fakta yang tidak mungkin diingkari. Pluralitas agama dan
budaya dapat juga diungkapkan dalam konteks agama dan budaya.
Sementara itu, al-Quran adalah kitab suci yang sudah lebih
dulumenjelaskan pluralitas ini, karena hal itu merupakan bagian
yang sudah terintegrasi dalam hakikat ciptaan Allah. Eksistensi dan
historikal manusia yang multikultur menjadi sebuah khazanah ilmu
pengetahuan bagi umat Islam untuk dikaji lebih mendalam dan
komprehensif. Perbedaan-perbedaan

yang muncul di sekitar

kehidupan manusia telah diilustrasikan dalam Al-Quran, antara lain


sebagai berikut:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

17

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi


Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat 49: 13).
Ayat ini menurut penuturan para mufassirun (dikutip dalam
Syahril,

2013,

hlm:

297)

secara

substansial

menegaskan

keberagaman umat manusia dari berbagai sisi. Term syuub wa


qabail (berbangsa-bangsa dan bersuku-suku) dalam konteks alQuran diturunkan untuk mencerminkan keragaman manusia secara
geografis, sementara dalam konteks saat ini mewakili keragaman
geo-politik, kultural maupun negara bangsa (nation-state).
Pada ayat lain, Al-Quran menegaskan mengenai konsep
menghargai dalam keberagaman, yaitu:
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan
dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya

Allah

memperkembangbiakkan

laki-laki

dan

perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang


dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu
sama

lain,

dan

(peliharalah)

hubungan

silaturrahim.

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS.


An-Nisa4:1).
Lebih lanjut, realitas multikulturalisme juga disinggung
dalam sejumlah hadis Nabi Saw, di antaranya adalah:
Wahai manusia, camkanlah (oleh kalian): Sesungguhnya
Tuhan kalian satu dan moyang kalian juga satu. Camkanlah (oleh
kalian): Tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas non-Arab,
begitu juga non-Arab atas Arab, tidak pula orang kulit merah atas
orang hitam maupun orang hitam atas orang berkulit merah kecuali
karena (factor) ketakwaan. Sudahkah aku sampaikan? (HR.
Ahmad).

18

Menyikapi keragaman ini, Al-Quran memberikan ramburambu kehidupan, di antaranya dengan tidak memaksakan kehendak
orang lain pada aspek tertentu. Allah swt. berfirman:
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak
akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
(QS. Al-Baqarah 2: 256).
Sebagai sebuah cara pandang sekaligus gaya hidup,
multikulturalisme menjadi gagasan yang cukup kontekstual dengan
realitas masyarakat kontemporer saat ini. Prinsip mendasar tentang
kesetaraan, keadilan, keterbukaan, pengakuan terhadap perbedaan
adalah prinsip nilai yang dibutuhkan manusia di tengah himpitan
budaya global. Oleh karena itu, sebagai sebuah gerakan budaya,
multikulturalisme adalah bagian integral dalam berbagai sistem
budaya dalam masyarakat yang salah satunya dalam pendidikan,
yaitu

melalui

pendidikan

yang

berwawasan

multikultural.

(Muhammad Umar Syadat Hasibuan, Revolusi Kaum Muda, Jakarta:


Yayasan Obor Indonesia, 2008, cet. I. h. 88.)
Keragaman atau multikulturalisme mestinya menjadi bagian
penting dalam dunia pendidikan. Seperti diketahui pendidikan
sesungguhnya adalah proses transfer ilmu, nilai-nilai, dan sikap yang
baik dari generasi lebih tua kepada genersi lebih muda. Oleh sebab
itu, agar tujuan menciptakan warga negara yang memiliki
pemahaman, nilai, sikap, dan cara pandang multikultur dapat
dicapai, pendidikanlah salah satu wadahnya.Allah telah menjelaskan
dalam firman-Nya Surah Al-Maidah ayat 48 bahwa Allah SWT
sengaja menciptakan manusia dalam keadaan yang berbeda.

19

Artinya: Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan


aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki,
niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlombalombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu beritahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu. (QS. Al-Maidah 5: 48).
Lebih jauh Allah menegaskan dalam Firman-Nya Surah ArRum ayat 22 yang berbunyi:
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan
warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
(QS. Ar-Rum 30: 22).
Dengan demikian, makna pendidikan multikultural dalam
pandangan Al-Quran lebih mengarah kepada masyarakat untuk
mampu menjalin kerja sama dengan pihak lain tanpa membedakan
latar belakang, etnis, warna kulit, agama, dan kepercayaan. Kesiapan
untuk menghargai dan mengakui akan eksistensi manusia dalam
kehidupan dengan keberagamannya, maka berarti berada pada
kemamouan

menerapkan

multikulturalisme,

namun

dengan

keberagaman yang ada dalam lingkungan hidup masyarakat, tidak


harus melemahkan dan melunturkan keyakinan umat islam itu
sendiri.
Al-Quran sebagai landasan utama bagi umat Islam
sesungguhnya mengandung nilai-nilai universal dan bersifat
fleksibelitas

dalam

menjawab

tuntutan

zaman

yang

terus

berkembang. Al-Quran berlaku untuk semua manusia, agar mereka


dapat mengarungi kehidupan ini (di dunia) hingga di akhirat kelak.
Sedangkan manusia diciptakan dalam keadaan yang berbeda-beda,
sangat bermacam-macam bentuk dan latar belakangnya. Oleh sebab

20

itu, Al-Quran tidak hanya untuk umat Islam saja, namun seluruh
umat di muka bumi ini. Al-Quran mengatur segala tata cara hidup
umat manusia, termasuk di dalamya bagaimana cara memuliakan
manusia sebagaimana ciptaan Allah yang paling sempurna.

21

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pendidikan multikultural adalah sebuah usaha sadar dan
terencana untuk menciptakan sebuah lingkungan belajar dan
mengajar yang berorientasi multikultural, tidak diskriminatif sesuai
dengan UU Sisdiknas No 20 tahun 2003. Berbagai permasalahan di
Indonesia, konflik yang berlatar belakang perbedaan budaya,
sekiranya mampu terjawab melalui pendidikan multikultural
Sudah termaktub dalam Surat Al-Hujurat ayat 11-13 yang
memberikan kita peringatan bahwa hidup di dunia diciptakan
berbeda-beda, bersuku-suku, agar untuk saling mengenal. Esensi
mengenal mampu memberikan dampak dalam masyarakat melalui
proses pendidikan multikultural agar saling mengenal satu sama
lainnya sehingga tidak tercipta konflik yang diakibatkan oleh
perbedaan latar belakang budaya.
Saat ini indonesia memiliki sebuah visi besar untuk mencapai
generasi emas 2045. Untuk mencapai visi tersebut, perlu sebuah
dobrakan dan juga semangat kebersamaan dalam pencapainnya.
Melalui pendidikan multikultural, setidaknya memberikan dampak
positif

dalam

keberlangsungan

pendidikan

Indonesia

untuk

menyongsong generasi emas 2045.


5.2 Saran
Saran untuk birokrat ataupun teknokrat dalam pendidikan,
perlu ada penekanan terhadap prinsip pengembangan model
pembelajaran multikultural.
Pertama, pendidikan multikultural seyogianya dimulai dari
aspek yang paling kecil, yaitu diri sendiri. Prinsip ini menekankan
bahwa pendidikan multikultural harus dimulai dari pengenalan
terhadap jati diri sendiri, bukan jati diri yang lain.

22

Kedua, pendidikan multikultural hendaknya dikembangkan


agar pembelajar tidak mengembangkan sikap etnosentris. Dengan
mengembangkan sikap non-etnosentris, kebencian dan konflik akan
dapat dihindarkan secara maksimal
Ketiga, pendidikan multikultural seharusnya dikembangkan
secara integratif, komprehensif, dan konseptual. Pendekatan
semacam ini mengisyaratkan bahwa agar kurikulum pendidikan
multikultural memasukkan sebuah kurikulum yang bersifat total.
Keempat, pendidikan multikultural harus menghasilkan
sebuah perubahan, bukan saja pada materi kurikulum, tetapi juga
pada praktik pembelajaran dan struktur sosial dari sebuah kelas.
Kelima, pendidikan multikultural lebih menekankan kepada
aspek

afektif

dan

kognitif

dengan

cara

membangun

dan

mengembangkan keterkaitan isu atau masalah-masalah keseharian


yang dihadapi anak didik di lingkungan sempit maupun dalam
lingkungan dengan skala yang lebih luas.
Keenam, pendidikan multikultural harus mencakup realitas
sosial

dan

kesejarahan

dari

agama

dan

etnis

yang

ada.

Kontekstualisasi pendidikan multikultural harus bersifat lokal,


nasional, dan global. Kontekstualisasi semacam ini memiliki makna
penting untuk menumbuhkan rasa hormat, toleran, dan menghargai
keragaman yang ada

23

Daftar Pustaka
Al-Quran al-karim
Ahmad ibn Hanbal asy-Syaibani, Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal.
Kairo: Muassasah Qurtubah, tt.), V/411, hadis no. 23536.
Anwar, Marzani. 2008. Rangkuman Hasil Penelitian Multikulturalisme dan
Kehidupan
Beragama.
[online]
tersedia
:
http://marzanianwar.wordpress.com/2008/03/12/rangkuman-hasilpenelitian-multikulturalisme-dan-kehidupan-beragama/
Aqib, Zainal, (2010), Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional.
Bandung: YRAMA WIDYA.
Ariyadi. 2006. Konsep Pendidikan Multikultural dalam Perspektif
Pendidikan Islam [pdf]
Kartadinata, Sunaryo. 2014. Politik Jati Diri : Telaah Filosofi dan Praksis
Pendidikan bagi Penguatan Jati Diri Bangsa. Bandung : UPI Press
Muhammad, Umar Syadat Hasibuan, (2008). Revolusi Kaum Muda. 2008,
cet. I. h. 88.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Naim, Ngainun dan Sauqi Achmad. 2010. Pendidikan Multikultural :
Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Novita, Maya. 2013. Konsep Pendidikan Multikultural. [online] tersedia :
http://mayanovita71.wordpress.com/2013/01/05/konseppendidikan-multikultural/
Shihab, M. Quraish, Tafsir Almishbah: pesan, kesan, dan keserasian AlQuran. Jakarta: Lentera Hati. Volume 1, 2, 5,10, dan 12.
Sri, Endang. 2011. Kurikulum Pendidikan Nasional : Menuju Pendidikan
Multikultural
[online]
tersedia
:
http://pascaunesa2011.blogspot.com/2011/11/kurikulumpendidikan-nasional-menuju.html
Syahril, Sultan, (2013). Integrasi Islam Dan Multikulturalisme: Perspektif
Normatif dan Historis. Volume XIII, Nomor 2, Desember 2013

24

[Online].

Tersedia

di:http://ejournal.iainradenintan.ac.id/index.php/analisis/article/do
wnload/ 225/171 Diakses 22 Oktober 2014.

Wahyunianto, Lyza. (2010). Memburu Akar Pluralisme. Malang: UIIN


Maliki Press.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003

25

LAMPIRAN
I. Biodata Ketua Kelompok
A. IdentitasDiri
1
Nama Lengkap (dengangelar)
2
Jenis Kelamin
3
Program Studi
4
NIM
5
Tempat danTanggal Lahir
6
E-mail
7
Nomor Telepon/HP

Fikri Faturrahman
Laki-laki
Bimbingan dan Konseling
1205813
Bandung, 19 Januari 1994
fikri_ppb12@yahoo.com
087821155257

B. RiwayatPendidikan
Nama Institusi

SD
SDN Tunas
Harapan

SMP
SMPN 40
Bandung

SMA
SMAS Angkasa
Bandung
IPA

2001-2007

2007-2009

2009-2012

Jurusan
Tahun MasukLulus
II.
1
2
3
4

BiodataAnggota 2
A. Identitas Diri
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Program Studi
NIM

Tempat dan TanggalLahir

6
7

E-mail
Nomor Telepon/HP

Ahmad Yudiar
Laki-laki
Bimbingan dan Konseling
1304858
Payabenua, 17 Januari
1995
yudiarizhu@yahoo.co.id
087797296272

B. RiwayatPendidikan
NamaInstitusi
Jurusan
TahunMasuk-Lulus

SD
SDN 1
Payabenua

SMP
SMP Negeri 1
Mendo Barat

2002-2008

2008-2010

SMA
SMA Negeri 1
Mendo Barat
IPA
2010-2013

26

Anda mungkin juga menyukai