Makalah Kimia Kosmetik
Makalah Kimia Kosmetik
I.
PENDAHULAN
Ditinjau dari kenyataan bahwa dewasa ini kosmetik dipakai oleh
ratusan juta pemakai, maka demi kepentingan kedua belah pihak, yaitu
pemakai dan produsen, produsen hendaknya menghilangkan kemungkinan
terjadinya efek merusak kosmetik terhadap kulit, baik berupa iritasi
maupun alergi.
Di Amerika misalnya, pada tahun 1938, Food, Drug and Cosmetic
Act diberlakukan untuk kemaslahatan para pasien, konsumen, maupun
produsen
obat-obat
farmasi
dan
kosmetik.
Undang-undang
itu
menjamin
kosmetika
perlu
terpenuhinya
dilakukan
persyaratan keamanan
dan
mutu
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana tes/uji keamanan pada kosmetik?
B. Bagaimana analisa produk kosmetik?
III.
PEMBAHASAN
A. Tes/Uji Keamanan Kosmetik
Terkait tes keamanan kosmetik, pengujian dimulai
dari in vitro, in vivo, lalu pengujian secara klinis dengan
manusia. Yang termasuk pengujian keamanan kosmetik
secara in vitro antara lain tes pembentukkan kolagen,
tes kenaikan pH, dan tes Zein. Yang termasuk pengujian
secara in vivo pada hewan antara lain tes potensi iritasi
pada kulit, tes iritasi pada mata, phototoxicity, toleransi
tes terhadap detergen dalam sampo, dan tes untuk
potensi menimbulkan komedo/jerawat. Sementara yang
termasuk pengujian pada manusia yaitu patch test dan
open test.
Secara In Vitro
1. Pembentukan Kolagen
Menggunakan lembaran
kolagen
seluas
dengan larutan
diuji.
Kolagen ditimbang
sesudah
pemaparan
dari
kosmetik
beratnya
untuk
yang
sebelum
menentukan
akan
dan
nilai
pembengkakan.
2. Tes Kenaikan pH
Nilai pH dari larutan diukur dengan indikasi
bahwa kenaikan nilai pH menandakan peningkatan
tingkat iritasi produk. Kenaikan Ph sediaan karena
keratin didenaturasi, keratin sistein.
3. Tes Zein
Menggunakan protein yang tidak larut dalam
larutan berair hingga terdenaturasi oleh surfaktan
dalam produk yang mengiritasi. Lebih banyak protein
2. Open Test
Bahan langsung diaplikasikan 2-3 kali sehari ke area yang
sama pada lengan bawah selama 2 hari, dan reaksi yang terjadi
langsung dinilai. Reaksi yang positif menandakan bahwa reaksi
Patch Test tersebut adalah karena alergi, sedangkan jika hasil
negatif, tidak menghilangkan kemungkinan karena alergi.1
Secara In Vivo Pada Hewan
1. Test Potensi Iritasi Pada Kulit
a. Draize Test
a) Mengevaluasi potensi iritasi bahan kimia pada binatang
dengan memakai kelinci albino. Kulit yang digunakan
adalah kulit kelinci albino karena kulit kelinci lebih terlihat
iritasinya dibandingkan dengan hewan lainnya sehingga
lebih mudah untuk mengidentifikasi dan mengetahui
efeknya terhadap manusia.
b) Tes dilakukan dengan teknik Patch Test pada kulit kelinci
yang dilukai dan pada kulit yang utuh.
c) Bahan yang akan dites diletakkan pada bahan berbentuk
segi empat lalu seluruh badan kelinci dibungkus dengan
bahan selama 24 jam lalu bahan diangkat hasil reaksi
dievaluasi, diulang setelah 72 jam.
b. Freunds Complete Adjuvant Test (FCAT)
a) Untuk memilih bahan kimia berdasarkan reaksi imun
(kekebalan).
b) Tes ini untuk menentukan kapasitas sensitisasi bahan.
c) Bahan yang akan dites di dalam FCA disuntikkan
intradermal ke binatang dalam kelompok ekperimen setiap
hari ke-2, dengan total 5 kali. Binatang kontrol disuntik
dengan 0,1 ml FCA saja. Empat dari binatang diuji untuk
efek toksik setelah satu kali pemakaian topical. Tempat
1 Retno Tranggono dan Fatma Latifah, Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), hlm:
166-167
yang
e.
6 jam.
h) Aplikasi dengan jarak 1 minggu selama 3 minggu.
Open Epicutaneous Test (OET)
a) Tes ini digunakan untuk contoh bahan-bahan kimia,
campuran-campuran
sensitisasi, dan iritasi.
dan
produk-produk
jadi,
efek
minggu
oleh
dermatologist
atau
ophthalmologist.
3. Phototoxicity
Tes ini dilakukan untuk melihat sistem imun
dimana bila terjadi alergi maka menandakan kulit
sensitif serta melihat ketoksisitas suatu produk, bila
2 Sri Rahmawati, Resume_Kosmetologi.pdf, (Makassar: UIN Alauddin,
2013).
yang
berhubungan
diekspos
ke
sebelum
bahan
dikenai
kimia
selam
cahaya.dan
5-10
diamati
hari
selama
hari
pada
sisi
badan
ke
mata
binatang
tanpa
dibilas.
selama
minggu
timbulnya
berturut-turut.
pembesaran
hiperkeratosis
dibandingkan
dari
pori-pori
folikel
dengan
Observasi
kontrol.
dan
minyak
dan
Hasilnya
dinilai
jerawat
diaplikasikan selama
yag
ada
4-8
dihitug,
minggu,
bahan
lalu dinilai
kembali.
B. Analisa Produk Kosmetik
Ruang lingkup metode yang
ditetapkan
dalam
Peraturan
berupa
waktu
tertentu.
Jumlah
mikroba
dinyatakan
yang
telah
pengencer
yang
Membran
penyaring
contoh
ke
dalam
dibasahi dengan
steril,
segera
sejumlah
disaring
kemudian
peralatan
kecil
dan dibilas.
diletakkan
di
atas
per g produk.
Uji efektifitas pengawet dalam kosmetik
Pedoman ini digunakan untuk menetapkan efektivitas
antimikroba meliputi penentuan kesesuaian dan kinerja
minimal pengawet dalam kosmetika. prinsipnya adalah Uji
tantang
terhadap
produk
menggunakan mikroba
bebas
baku
yang
cemaran
telah
dengan
ditetapkan,
Analisis
Penetapan
Kadar
Logam
Berat
(Arsen,
menggunakan
Graphite
Furnace
Atomic
Absorption
untuk
identifikasi
asam
retinoat
dalam
KLT. Bahan
pewarna
yang
dilarang
dalam
kosmetika, yaitu:
Nomor CI
12075
13065
45170
Nama lain
Jingga K1 (Pigment Orange 5)
Kuning Metanil
Merah K10 (Rhodamine B)
Kadar
Hidrokinon
dalam
10
untuk
hidrokortison
identifikasi
asetat,
senyawa
kortikosteroid:
deksametason,
betametason,
dalam
kosmetika.
Senyawa
kortikosteroid
prosedur
untuk
identifikasi
pengawet:
2-
propil
11
4-hidroksibenzoat
dan
butil
4-
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
Tes keamanan kosmetik, pengujian dimulai dari in
vitro, in vivo, lalu pengujian secara klinis dengan manusia.
Yang termasuk pengujian keamanan kosmetik secara in
vitro antara lain tes pembentukkan kolagen, tes kenaikan
pH, dan tes Zein. Yang termasuk pengujian secara in vivo
pada hewan antara lain tes potensi iritasi pada kulit, tes
iritasi pada mata, phototoxicity, toleransi tes terhadap
detergen
dalam
sampo,
dan
tes
untuk
potensi
12