DISUSUN OLEH :
YULIASARI
1111097000043
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan judul Carbon Coating pada Material
Katoda Baterai Lithium LiFePO4 dengan Sumber Karbon Sukrosa dan Asam Sitrat
dengan waktu pelaksanaan tanggal 6 Januari 14 Februari 2014.
Nama
: Yuliasari
NIM
: 1111097000043
Fakultas
Program Studi
: Fisika
Konsentrasi
: Material
Pembimbing II
NIP. 197808211997021001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Alhamdulillahirobbilaalamiin, tak lupa penulis ucapkan puji syukur
kepada Allah SWT atas segala kemudahan yang telah diberi sehingga penulis dapat
menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.
Pembahasan materi pokok pada saat Praktek Kerja Lapangan lebih menekankan pada
bidang fisika material. Penulis mengangkat tema Carbon Coating pada Material Katoda
Baterai Lithium LiFePO4 dengan Sumber Karbon Sukrosa dan Asam Sitrat sekaligus
sebagai judul dalam laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
Dalam menjalani Praktek Kerja Lapangan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua kami, terima kasih atas semua dukungan dan doa kalian yang tak
lupa untuk selalu dipanjatkan kepada Allah SWT.
2. Bapak Bambang Widyatmoko, M.Eng selaku Kepala P2F-LIPI, Bapak Sutrisno,
M.Si selaku Ketua Prodi Fisika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta karena telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan
kegiatan PKL ini.
3. Bapak Edi Sanjaya, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan kritik
dan saran yang membangun.
4. Bapak Dr. Agus Sukarto Wismogroho, M.Eng selaku pembimbing lapangan yang
telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing kami selama melaksanakan
praktik.
5. Para pembimbing teknis di lapangan : Bapak Joko Tribowo M.Sc, M.T, Bapak
Achmad Subhan, Bapak Toto Sudiro, Mas Edi, Mas Gofur. Terimakasih atas bantuan
ii
dan bimbingannya selama menjalankan praktik. Dan juga para karyawan LIPI lainnya
yang selalu ramah dan sabar dalam menghadapi penulis, terima kasih kepada Bapak
Prabowo Puranto dan Ibu Ani.
6. Sahabat seperjuangan di Fisika UIN Jakarta angkatan 2011 serta sahabat yang PKL
bersama di P2F LIPI, Vinggo, Rizki, Tirta, Betty, Raras, Risma, Fada, Nabilah,
Darwin, dan Satrio. Juga teman-teman dari Fisika UNILA, Shella, UNSOED, Yulia,
Hani, Pending, Izzul, Dina, Fahmi, dan UNNES, Alif, Habibie, Dhamar, dan Muji,
terimakasih untuk kebersamaannya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini merupakan buah karya yang penyusunannya
didasari atas keterbatasan penulis dalam memahami segala hal yang pernah dilalui selama
Praktik Kerja Lapangan berlangsung. Sekiranya saran, aspirasi, dan juga kritikan yang selalu
penulis harapkan untuk pengembangan dimasa depan dapat dikirimkan melalui surat
elektronik penulis, zulfa_yulia@yahoo.com .
Harapan penulis, semoga laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul Carbon
Coating pada Material Katoda Baterai Lithium LiFePO4 dengan Sumber Karbon Sukrosa
dan Asam Sitrat ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya kepada
pembaca. Terima kasih.
Jakarta, Desember 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ......................................................................................
ii
iv
vii
viii
10
10
iv
11
13
13
15
16
19
21
21
26
26
28
28
32
34
37
38
40
42
42
43
44
v
47
50
57
57
57
59
LAMPIRAN ..................................................................................................
63
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
13
17
20
27
29
30
31
31
33
33
35
35
36
37
37
38
39
39
41
viii
43
Gambar 5.2 Kurva Nilai Burn off Bahan Setelah Karbonisasi ....................
45
46
Gambar 5.4 Kurva Nilai Burn off Bahan Setelah Karbonisasi dan Sintering
48
48
49
50
51
52
54
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Melalui
Praktik
Kerja
Lapangan
ini
mahasiswa
akan
dapat
mahasiswa
untuk
menemukan
permasalahan
dalam usaha
Program
masyarakat
(Perwujudan
Tri Dharma
Perguruan Tinggi).
f. Memberikan gambaran dunia kerja bagi para mahasiswa.
pengetahuan
yang
diperoleh
selama
mengikuti
1.3.3.
umpan
balik
untuk
menyempurnakan
kurikulum yang
sesuai
dengan
kebutuhan
di
lingkungan
Alamat
: kerjasama_fisika@yahoo.com
Waktu
BAB II
GAMBARAN UMUM TEMPAT PKL
2.1.
dalam
melakukan kegiatan-kegiatannya
lima
tahun
2.2.
yang
pendayagunaan
hasil-hasil
penelitian
dalam
kinerja
manajemen
penelitian
dan
pelayanan
masyarakat.
2.3.
Lokasi LIPI
LIPI memiliki dua tempat yaitu:
Jalan Sangkuriang (kompleks LIPI), Bandung 40135, Telepon (022)2503052, 2504832, Fax. (022)-2503050.
Fax.
(021)-7560554.
kerjasama_fisika@yahoo.com
2.4.
Pelayanan Instansi
2.4.1. Instrumentasi dan optik
Bidang ini menyelenggarakan penelitian, pengembangan,
penerapan, perekayasaan dan pelayanan iptek khususnya di bidang
pengukuran/pengujian fisis dan optoelektronika. Kegiatan utama
diarahkan
pada
aplikasi
laser
dan
seratoptik,
pelapisan,
Optik,
Fourier
Transform
Infra
Red,
Analisis
High
Performance
Liquid
2.5.
Struktur Organisasi
2.6.
Lingkup Kegiatan
LFN-LIPI 1976
P2FT-LIPI 1986
PusatPenelitian
Fisika
Bidang
IntrumentasiFisis
danOptoelektronika
Bidang
FisikaBahanBaru
Bidang
FisikaIndustridanLin
gkungan
TH Photonics
Laser dan Quantum
Optics
NDT/NDE
FisikaTeoritikdanKomput
asi
Material of energy
KeramikTeknik
Polimer
Semikonduktor
Fuel Cell
Nano Material
FisikaBumi
FisikaEnergy
FisikaLingkungan
10
2.7.
pelatihan
tentang
:komunikasi
serat
optik,
11
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
13
benar habis untuk mengisi ulang. Baterai lithium banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari diantaranya adalah untuk laptop, handphone, power bank, dan lain-lain.
Komponen elektrolit baterai lithium terbuat dari larutan garam lithium dan
pelarut organic. Bahan untuk anoda biasanya berupa grafit dan katoda berupa oksida
lithum, diantaranya lithium kobalt oksida (LiCoO2), Lithium ferro phosphate
(LiFePO4), Lithiu oksida mangan (LiMnO2), atau Li(NiCo)O2.
Material katoda harus memiliki kapasitas spesifik yang tinggi, profil tegangan
yang rata dan fasa yang stabil. Material katoda juga harus bersifat ionic konduktif dan
elektronik konduktif. Hal ini berkaitan dengan peristiwa menerima dan melepas
elektron pada proses elektrokimia, sehingga diperlukan material katoda dengan
konduktivitas listrik yang tinggi. Konduktivitas listrik yang tinggi merupakan salah
satu indikator bahwa material yang digunakan memenuhi persyaratan sebagai bahan
baterai. Usaha untuk meningkatkan konduktivitas listrik dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu menambahkan dopant saat sintesis material katoda, mencampur
material katoda dengan serbuk logam atau melapisi material katoda dengan karbon
yang konduktif. Usaha yang disebut terakhir ini banyak dilakukan. Proses pelapisan
karbon dapat dilakukan pada material katoda yang telah siap atau dilakukan
bersamaan saat proses sintesis material katoda. Penggunaan sumber karbon dan
penerapan proses pelapisan yang tepat, akan menghasilkan lapisan karbon yang ideal
yaitu sekitar 1-2 nm (Triwibowo, 2010).
Jika dibandingkan dengan bahan lain, LiFePO4 merupakan bahan paling baik
sebagai katoda baterai. Keunggulannya adalah ramah lingkungan, ekonomis, awt, dan
paling aman. Penggunaan baterai lithium semakin meluas seiring dengan
dikembangkannya penelitian tentang baterai. Tiga jenis baterai yang menjadi pusat
perhatian saat ini adalah fuel cell, nikel metal hybrid, dan baterai lithium.
14
3.2. Pirolisis
1. Free Swelling Index Tes ini dilakukan untuk menentukan angka pelebuaran dengan
cara memanaskan sejumlah sampel pada temperatur peleburan normal (kira-kira 800o
C). Lalu setelah pemanasan atau sampai volatile dikeluarkan, sejumlah coke tersisa
dari peleburan. Swelling number dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel dan
kecepatan pemanasan.
2. Tes karbonisasi Gray-king dan tipe coke Tes Gray king menentukan jumlah
padatan, larutan dan gas yang diproduksikan akibat karbonisasi. Tes dilakukan dengan
memanaskan sampel di dalam tabung tertutup dari temperatur 300o C menjadi 600oC
15
selama 1 jam untuk karbonisasi. Temperatur rendah dan dari 300o menjadi 900oC
selama 2 jam untuk karbonisasi temperatur tinggi.
3.3. Sintering
16
Penyusutan luas permukaan total karena peningkatan ukuran rata-rata partikel, yang
memicu pada pengasaran coarsening.
2)
Penghapusan antarmuka padatan / gas dan pembentukan batas area butir, diikuti
dengan pertumbuhan butir, yang memicu pada pemadatan densification.
17
Volume diffusion :
Coarsening (Pengasaran)
Karena mekanismenya tidak mengijinkan atom yang berada pada batas area
berpindah secara keseluruhan.
Akibatnya :Terjadi pertumbuhan ukuran pada daerah leher, yang menyebabkan butir
semakin kasar.
Densifikasi (Pemadatan)
18
aplikasi
pada
teknologi
yang
menjanjikan
19
yang terkontrol melalui pengelasan dingin, perpatahan, dan pengelasan kembali dari
serbuk yang digunakan. Penggunaan pemaduan mekanik bertujuan untuk:
1. Mengurangi dan menumbuhkan ukuran partikel
2. Mengubah bentuk lapisan
3. Aglomerasi
4. Pemaduan pada keadaan padat
5. Memodifikasi, mengubah atau merubah sifat material (densitas, sifat mudah
mengalir atau work hardening)
6. Memadukan atau mencampurkan dua atau lebih material
20
BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
NO
1
Foto Alat
Nama Alat
Fungsi Alat
Timbangan
Digital
Spatula
Alat
untuk
mengambil
objek eksperimen
Pipet Tetes
Mengambil
memindahkan
dan
bahan
21
Gelas Beker
Sebagai
wadah
mengaduk,
dan
untuk
mencampur,
memanaskan
cairan
Dilatometer
Sebuah
peralatan
ilmiah
media
untuk
22
Cawan Petri
10
Mikroskop
Untuk
mengamati
Optik
morfologi sampel
11
Alumina Boat
12
Oven
Laboratorium
23
13
Hand
Press Alat
Hydraulic
untuk
memadatkan
14
Hotplate
Sebagai
pengaduk
magnetik,
yang
memungkinkan
cairan
dipanaskan
diaduk
dan
secara otomatis.
15
PC
Sebagai
media
untuk
untuk
uji
konduktivitas listrik
HITESTER
24
No
Nama
No
Nama
Stiker Name
Gunting
Plastik Sampel
Penggaris
Tissue
Pinset
Senter
Stopwatch
Lakban
10
Alumunium Foil
Nama Bahan
Foto Bahan
Nama Bahan
Gas Nitrogen
Aquades
Sukrosa
Serbuk Zeolith
Foto Bahan
25
Asam Sitrat
PVdF
LiFePO4
Aseton
Bahan Mentah
Sukrosa + LiFePO4
Karbonisasi
Pengujian Akhir
27
: Gulaku Murni
: 750 gram
:
PT Sweet IndoLampung
Sugar Group Companies
Lampung Indonesia
BPOM RI MD 237308005040
Exp/Kode Prod
Barcode
: : 8995177-106889
28
b. Persiapan Alat
Pada penelitian ini proses mechanical alloying menggunakan alat
Planetary Ball Mill yang berada di Pusat Penelitian Fisika, LIPI.
Peralatan lain yang dibutuhkan diantaranya adalah 2 buah vial dan ball
mill alumina.
Sebelum mechanical alloying, peralatan yang akan digunakan
dibersihkan terlebih dahulu dengan serbuk zeolite dan air. Pertama-tama,
vial dan ball mill dibersihkan dengan sabun krim, lalu dilap
menggunakan tisu dan didiamkan beberapa saat sampai benar-benar
kering. Selanjutnya ball mill ditimbang menggunakan neraca digital dan
29
dimasukkan ke dalam vial alumina dengan massa ball mill hampir sama
pada kedua vial ( 232 gram pada vial 1 dan 250 gram pada vial 2 ).
Ball Mill
232 gram
Ball Mill
250 gram
Zeolit
40 gram
Zeolit
40 gram
Air
50 gram
Air
50 gram
Selanjutnya vial berisi ball mill, zeolite, dan air diletakkan pada
Planetary Ball Mill lalu dimilling selama 30 menit dengan kecepatan
14,8 rpm. Setelah mengatur waktu dan kecepatan pada PBM proses
milling akan berhenti secara otomatis. Vial kemudian diangkat dan
30
kembali dibersihkan dengan air sampai permukaan dalam vial dan ball
mill benar-benar bersih dari zeolite sebelum akhirnya dikeringkan dan
siap digunakan dalam proses mechanical alloying.
Vial 1
Vial 2
0,475 gram
0,533
Ball Mill
100 gram
100
LiFePO4
4,8 gram
4,8
5 gram
5 gram
Sukrosa
Asam sitrat
Air
Vial kemudian diletakkan pada PBM dan diset kecepatan 14,7 Hz. Bahan di MA
selama 20 jam dengan teknis 2 jam pertama proses dihentikan terlebih dahulu untuk diambil
beberapa massa bahan untuk dianalisis morfologi dan perubahan struktur bahan, kemudian alat
dinyalakan kembali selama 18 jam. Bahan yang diambil dalam proses MA 2 jam pertama ini
sebanyak 1,0075 gram untuk sukrosa + LiFePO4 dan 1,029 gram untuk asam sitrat + LiFePO4.
Setelah MA selama 20 jam, masing-masing sampel ditambahkan air sebanyak 5 gram
lagi untuk memudahkan proses pengambilan sampel dari vial. Massa akhir sampel setelah MA
adalah 3,5888 gram untuk asam sitrat + LiFePO4 dan 2,7383 gram untuk sukrosa dan LiFePO4.
32
Tahapan dalam proses mechanical alloying secara ringkas dapat digambarkan oleh
skema berikut :
Vial 1 : BM + sukrosa +
LiFePO4 + air
MA selama 18 jam
33
4. 2. 4. Karbonisasi
34
Gambar 4.8 (kiri) Dilatometer; (tengah) Tampilan CX-Thermo; (kanan) Penempatan bahan
dalam dilatometer
Gambar 4.9 Asam sitrat ( kiri ) dan sukrosa ( kanan ) Setelah karbonisasi.
35
Menimbang bahan
Menyalakan dilatometer
Menimbang bahan
36
4. 2. 5. Analisis Awal
Sebelum sintering, bahan harus dikompaksi terlebih dahulu untuk dijadikan pellet.
Pertama-tama bahan yang telah mengeras setelah dikarbonisasi dihaluskan sehalus mungkin
menggunakan mortar, setelah itu disaring dengan saringan 400 mesh. Sebagai konektor
digunakan PVDF cair. PVDF cair dibuat dengan mencamurkan serbuk PVDF dengan akuades
dan melarutkannya dengan mixer hotplate pada temperature 900C, kecepaan putar 200 rpm
selama 5 menit. PVDF cair yang telah siap diteteskan sedikit demi sedikit ke serbuk sukrosa/C
dan asam sitrat/C dan diaduk sampai campuran homogen.
Setelah itu bahan dipress menggunakan alat hand press hydraulic dengan tekanan
1000 Psi. Alat-alat pengepressan langsung harus dibersihkan dengan aseton. Untuk asam
sitrat/C yang bahannya lebih banyak, bahan yang telah dikompaksi dipanaskan di dalam
dilatometer dengan suhu 5000C selama 3 jam, sedangkan untuk sukrosa/C yang telah
38
dikompaksi harus dibagi dua karena keterbatasan bahan, setengah bagian langsung disinterring,
setengah bahan lain dihaluskan untuk dioven.
39
Setelah dioven selama 12 jam pada suhu 900C, bahan telah siap untuk uji
konduktivitas dan dianalisis morfologi dan perubahan warnanya. Uji konduktivitas
menggunakan Hioki 3522-50 LCR HITESTER.
Sebagai pembanding sampel uji morfologi dalam penelitian ini, maka bahan
mentah sukrosa dan asam sitrat dikarbonisasi dengan waktu dan temperature yang sama dengan
karbonisasi sebelumnya, hanya saja bahan tidak dimilling terlebih dahulu dengan LiFePO4.
Massa sukrosa sebelum karbonisasi adalah 4,5011 gram dan asam sitrat 4,0743
gram. Karbonisasi dilakukan selama 8 jam, temperature 3500C dan dialiri dengan gas nitrogen.
Didapat massa sukrosa/C sebanyak 0,8219 gram dan asam sitrat/C sebanyak 1,0531 gram.
40
41
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Baterai merupakan alat penyimpan energi yang terdiri dari tiga penyusun
penting, yaitu katoda ( kutub negatif ), anoda ( kutub positif ), dan elektroda. Dalam
penelitian ini digunakan bahan aktif LiFePO4 sebagai katoda baterai. Bahan ini digunakan
karena memiliki keunggulan seperti murah dan ramah lingkungan, sedangkan kelemahan
bahan ini adalah konduktivitasnya rendah. Kapasitas listrik LiFePO4 hanya sebesar 170 mAh
dan potensial listrik sebesar 3,2 Volt.
Salah satu metode yang bisa dilakukan untuk meningkatkan konduktivitas
adalah dengan penambahan material konduktif seperti karbon melalui pelapisan karbon
(carbon coating). Bahan yang digunakan sebagai sumber karbon dalam penelitian ini adalah
sukrosa dan asam sitrat, dengan pertimbangan kandungan karbon dalam bahan-bahan tersebut
cukup besar, 37,5% kandungan karbon dalam asam sitrat (C6H8O7) dan untuk sukrosa
(C12H22O11) sebesar 42,1%.
LiFePO4 memiliki resistivitas listrik sangat tinggi, dengan konduktivitas
sebesar 10-9 -1cm-1 sedangkan karbon memiliki resistivitas listrik sangat rendah, dengan
konduktivitas sebesar 2000 -1cm-1. Kadar karbon optimum untuk pelapisan adalah sebanyak
4 wt%.
42
Bahan
Massa Awal
Massa Akhir
Pengurangan Massa
Gram
Sukrosa + LiFePO4
5,275 gram
1,7308 gram
3,5442
67,2
5,333 gram
4,6178 gram
0,7153
13,4
Tabel 5.1 Data Perubahan Massa Bahan Sebelum dan Sesudah Mechanical Alloying
43
Nama
Massa Awal
Massa Akhir
Pengurangan
Bahan
(Gram)
(Gram)
Massa (Gram)
Sukrosa
4,5011
0,8219
3,6792
82
Asam Sitrat
4,0743
1,0531
3,0212
74
Sukrosa +LiFePO4
1,7308
0,9345
0,7963
46
4,6178
2,2681
2,3497
51
44
90
80
70
Sukrosa+LiFePO4
60
Asam sitrat+LiFePO4
50
Asam sitrat
40
Sukrosa
30
20
10
0
Burn off (%)
Hal ini menunjukkan bahwa pada semua bahan sudah terjadi pengeluaran unsur
volatile matter (zat yang mudah menguap). Terlihat bahwa sukrosa murni memiliki nilai burn
off lebih tinggi dari bahan lain, hal ini diduga karena pada sukrosa murni gas inert yang
terserap lebih banyak saat karbonisasi berlangsung, salah satu hal yang berpengaruh diduga
adalah penempatan bahan dalam dilatometer, dimana sukrosa lebih memiliki banyak ruang
untuk dapat menyerap N2. Sedangkan pada bahan murni (tanpa LiFePO4) nilai burn off lebih
besar dibandingkan dengan bahan+ LiFePO4, hal ini dikarenakan pada LiFePO4 tidak terdapat
volatile matter.
Bila kita coba untuk membandingkan hasil karbonisasi berdasarkan praktek dan teori ,
dengan menghitung massa setelah karbonisasi (m2) berdasarkan rumus :
45
Massa
Massa akhir
Massa akhir
awal
(praktek)
(teori)
Gram
Sukrosa
4,5011 gr
0,8219 gr
1,8952 gr
1,0733
56,6
Asam sitrat
4,0743 gr
1,0531 gr
1,5280 gr
0,4749
45,1
Berdasarkan data pada tabel dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup jauh
antara massa bahan setelah karbonisasi secara praktek dan berdasarkan hitungan. Karbon
yang hilang pada proses karbonisasi dikarenakan adanya reaksi kimia antara C dan O2 yang
terdapat pada sukrosa, sukrosa mempunyai temperature dekomposisi sekitar 2000C
menyebabkan ikatan rantai sukrosa terlepas sehingga hidrogen terlepas di udara dan sebagian
C bereaksi dengan O2 membentuk CO/CO2. (Anthonyus, 2008)
Hal ini juga diduga karena factor lain yakni pada saat penempatan bahan pada
alumina boat dari plastic sampel banyak bahan yang terbuang, dikarenakan banyaknya bahan
yang menempel pada plastik.
46
Gambar 5.3 (Atas ) Pellet Bahan Setelah Karbonisasi, (Bawah) Bahan Setelah Karbonisasi,
(Kiri) Asam Sitrat+LiFePO4, (Kanan) Sukrosa+ LiFePO4.
Proses sintering dilakukan pada temperatur 5000C selama 3 jam, proses ini dilakukan
untuk melihat pengaruhnya pad konduktivitas listrik materialkatoda baterai.
M1
M2
m (gram)
Sukrosa+LiFePO4
0,4109 gr
0,0267 gr
0,3842
94
Asam sitrat+LiFePO4
0,5265 gr
0,0456 gr
0,4809
91
Bahan
47
100
90
Sukrosa+LiFePO4 setelah
karbonisasi
80
70
60
50
40
Sukrosa+LiFePO4 setelah
karbonisasi dan sintering
30
20
10
0
Burn off (%)
Gambar 5.4 Kurva Nilai Burn off Bahan Setelah Karbonisasi dan Sintering
Terlihat pada tabel bahwa nilai burn off bahan setelah karbonisasi+sintering lebih
besar dari bahan yang hanya karbonisasi saja. Hal ini dikarenakan semakin lama proses
pembakaran maka nilai burn off akan semakin besar. Semakin lama waktu pembakaran, gas
nitrogen sebagai gas inert semakin banyak terserap oleh bahan. (Teng Hsisheng, 1996)
Gambar 5.5 Pellet Bahan Mentah/C + LiFePO4 Sebelum Sintering (1. Asam Sitrat/C+
LiFePO4, 2. Sukrosa/C+ LiFePO4, 3. LiFePO4)
48
Bahan setelah sintering terlihat semakin coklat dari sebelum sintering yang lebih
hitam. Hal ini diduga karena bahan terkontaminasi dan bereaksi dengan zat lain sehingga
menyebabkan warna bahan semakin cerah.
49
Pada gambar dapat dilihat bahwa karbon sukrosa dan asam sitrat berwarna hitam
mengkilap dengan sebagian kecil permukaan berwarna coklat dikarenakan bahan tidak
sepenuhnya menghasilkan karbon dan akibat adanya zat-zat yang lain yang ikut bereaksi.
Pori-pori pada permukaan belum begitu terlihat.
50
51
Pada gambar di atas terlihat bahan setelah karbonisasi didominasi oleh warna coklat,
hal ini di luar keharusan karena warna karbon dan LiFePo4 adalah hitam. Warna coklat pada
permukaan bahan menandakan proses karbonisasi tidak berjalan sempurna, diduga terlalu
banyak zat-zat yang ikut memicu tidak sempurnanya proses karbonisasi ini berlangsung.
52
Pori-pori pada permukaan bahan mulai terlihat, pori-pori karbon yang terbentuk pada
karbonisasi tidak sebesar dan terlalu menyebar seperti pada saat sintering.
Banyaknya jumlah pori karbon yang terbentuk bergantung pada temperature
pemanasan. Semakin tinggi temperature pemanasan, maka akan semakin banyak pori-pori
yang terbentuk sehingga menghasilkan karbon yang semakin banyak. Menurut Meytij Jeanne
(2010), temperature akan mempengaruhi pembentukan kristal pada karbon yang diaktivasi
dengan gas inert nitrogen.
Berdasarkan hasil di atas terlihat bahwa permukaan karbon tidak merata dan pori-pori
berbentuk cekungan-cekungan kecil yang rapat. Semakin tinggi temperature pemanasan maka
pori-pori yang terbentuk akan semakin banyak, dan karbon yang dihasilkan akan semakin
baik.
Berikut data uji konduktivitas seluruh bahan :
Bahan
Sampel
d (mm)
Rt ()
(.cm)
(S/m)
(x10-8 S/m)
LiFePO4
1,46
0,4 x 106
2,64 x 105
379 x 10-8
379
LiFePO4+Sukrosa
0,87
45 x 106
498 x 105
2,01 x 10-8
0,84
10 x 106
115 x 105
8,72 x 10-8
8,7
3,54
50 x 106
136 x 105
7,35 x 10-8
7,3
1,37
31 x 106
218 x 105
4,59 x 10-8
4,6
500
LiFePO4+Sukrosa
350
LiFePO4+Asam
Sitrat 500
LiFePO4+Asam
Sitrat 350
Tabel 5.5 Data Uji Konduktivitas
53
43
1000.0
100.0
10.0
1.0
Dapat dilihat pada kurva di atas bahwa nilai konduktivitas listrik LiFePO4
murni memiliki angka tertinggi dibandingkan dengan LiFePO4 yang telah dicoating
dengan karbon sukrosa dan asam sitrat. Presentase pengurangan nilai konduktivitas
listrik LiFePO4 sebelum dan setelah coating dapat dilihat pada tabel berikut :
LiFePO4 (S/m)
Bahan
Sblm Coating
Stlh Coating
S/m
379 x 10-8
8,72 x 10-8
370,28 x 10-8
97,7
379 x 10-8
2,01 x 10-8
376,99 x 10-8
99,5
379 x 10-8
4,59 x 10-8
374,41 x 10-8
98,8
379 x 10-8
7,35 x 10-8
371,65 x 10-8
98,1
44
54
Tentunya dalam penelitian ini perlu dipelajari detil-detil parameter pada setiap
tahapan dan proses penelitian, dalam hal ini mencakup preparasi bahan, waktu dan
temperature karbonisasi & sintering,
pengaturan alat, debit aliran gas inert N2, dll. Karena pada prinsipnya, pemilihan
sukrosa dan asam sitrat sebagai sumber karbon sangatlah tepat, sudah banyak
penelitian tentang peningkatan konduktivitas listrik material katoda baterai dengan
menggunakan sukrosa dan asam sitrat sebagai sumber karbon dan menghasilkan
progress yang baik.
Pada penelitian ini telah tercapai 50% dari progress yang ingin dicapai.
Sedangkan berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini telah sukses karena seluruh
tujuan penelitian telah dicapai. Hanya saja, nilai konduktivitas listrik yang didapat
belum sesuai dengan harapan. Hal ini sangat terkait dengan pemahaman tentang detildetil parameter penelitian seperti yang telah dijelaskan di atas, perlu optimalisasi dari
berbagai segi menyangkut kesiapan penulis sendiri dan pemahaman yang baik tentang
seluk beluk penelitian.
46
56
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Setelah melakukan penelitian dan analisis data, ada beberapa saran untuk penelitian
selanjutnta, diantaranya :
1. Mempelajari detil-detil parameter penelitian dalam setiap tahapan eksperimen,
mencakup preparasi bahan, waktu dan temperature pembakaran, waktu dan kecepatan
57
mechanical alloying, pengaturan alat, debit aliran gas inert nitrogen, dan lain
sebagainya.
2. Mempertimbangkan hal-hal teknis sedetil mungkin yang bisa saja terjadi pada
penelitian yang akan berpengaruh pada hasil akhir, seperti berapa persen bahan-bahan
yang akan terbuang pada setiap tahapan, sehingga dapat diperkirakan preparasi bahan
yang sesuai dan bahan yang tersisa tidak terlalu jauh dari perhitungan bahan awal.
3. Melakukan penelitian lanjutan untuk menentukan parameter penelitian yang sesuai
4. Melakukan uji SEM, XRD, dan DTA untuk mengetahui lebih spesifik tentang unsurunsur dan senyawa-senyawa yang kemungkinan terbentuk dalam setiap perlakuan.
58
DAFTAR PUSTAKA
Siddiq, Nur Abdillah dkk. Analisis Pengaruh Komposisi dan Ukuran Nanokomposit
LiFePO4.
Yurwendra, Ade Okta dan Noerochim, Lukman. Pengaruh Konsentrasi Karbon
terhadap Performa Elektrokimia Katoda LiFePO4 untuk Aplikasi Baterai
Lithium Ion Tipe Aqueous. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2,
(2014) ISSN: 2337-3539
Argasani, Zeddy dan Noerochim, Lukman. Pengaruh Konsentrasi Karbon Terhadap
Performa Elektrokimia Anoda Liti2(PO4)3 Untuk Aplikasi Baterai Ion
Lithium Tipe Aqueous Elektrolit. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.
2, (2014) ISSN: 2337-3539
Nurmaiyatri, Yani. Morfologi Pori Karbon Aktif Berbahan Dasar Arang Tempurung
Kelapa dengan Variasi Temperatur Aktivasi. Seminar Nasional Fisika
Universitas Negeri Jakarta, 1 Juni 2013
Puspita, Evi Inaiyah dan Ardhyananta, Hosta. Pengaruh Temperatur Pemanasan
terhadap Sintesis Karbon Hitam dari Bambu Ori (Bambusa Arundinacea) dan
Bambu Petung (Dendrocalamus Asper). JURNAL TEKNIK POMITS Vol.
2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539
59
60
61
---.
Litium.
Artikel
diakses
pada
20
April
2014
dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Litium
---.
---.
Sintering.
Artikel
diakses
pada
20
April
2014
dari
pada
21
April
2014
dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Sintering
---.
Pirolisis.
Artikel
diakses
http://id.wikipedia.org/wiki/Pirolisis
62
LAMPIRAN
Perhitungan Bahan Mentah
1. Sukrosa
Sukrosa/C + LiFePO4 = 5 gram
LiFePO4 ( 96 wt %)
= 4,8 gram
2. Asam Sitrat
Asam Sitrat/C + LiFePO4 = 5 gram
LiFePO4 ( 96 wt% ) = 4,8 gram
Sukrosa/C ( 4 wt% ) = ( 0,2/37,5% ) x 100% = 0,533 gram
Dengan 37,5% = wt % C pada asam sitrat