Anda di halaman 1dari 2

Hadiah Peri Ulang Tahun

oleh Dwi Pujiastuti

Duuhhh.... Bukan main bingungnya para pelayan di rumah shera! Pesta ulang
tahun Shera hampir dimulai, tapi dia malah mengurung diri di kamar. Padahal tamu-
tamu undangan sudah datang. Makanan lezat-lezat sudah dihidangkan. Badut
penghibur sudah siap beraksi. Ruangan pesta pun sudah dihias balon dan pita
warna-warni.

Shera ngambek karena ayahnya tak bisa hadir. Ayah Shera sedang bertugas
di luar kota. Sedangkan ibu Shera telah lama tiada. Pak kepala Pelayan berusaha
mebujuk Shera dengan susah payah. Akhirnya Shera bersedia kweluar kamar
dengan mata sembab dan basah.

Ketika pesta sudah usai, tamu-tamu sudah pulang, Shera membuka kado-
kado ulang tahunya. Kado-kado itu dibungkus sampul berwarna-warni. Ada pula
yang mengikatkan pita dan bunga sebagai aksesorisnya. Isinya bermacam-macam.
Boneka, jam weker, bingkai foto, syal dan masih banyak lagi. Tiba-tiba pandangan
mata Shera terbeliak menatap sebuah kado yang dibungkus sampul cokelat lusuh.
Shera membuka kado itu, isinya sebuh mantel sederhana berwarna abu-abu!

“Ih noraknya!” desis Shera.

“Jangan begitu, Shera!

Kamu mestinya bersyukur. Apa pun hadiah yang diberikan orang lain, terimalah
dengan gembira. Klau mereka tak bawa hadiah pun tak apa-apa. Yang penting
mendoakanmu dengan tulus!” nasihat Pk Kepala pelayan.

“Huuu..... mestinya mereka bawa hadiah yang lebih bagus, dong!” gerutu
Shera sambil melempar mantel itu. Lalu dia masuk ke kamar dengan perasan
dongkol. Uuugh, Shera bertekad. Thun depan, dia hanya mengundang teman yang
bisa memberikan hadiah yang bagus saja!

Tiba-tiba.... Shera mendengar sesuatu! Dia berjalan menuju sesuatu! Dia


berjalan mendekati pintu dan mendorongnya sedikit. Heii... apa itu? Dari celah pintu
kamarnya, Shera mengintip ke ruang tengah. Dia melihat bayangan seorang
perempuan bergaun putih keperakan. Tubuhnya terang berkilauan. Perempuan itu
menghapirinya, lalu melambaikan tangan.

“Jangan takut, aku Peri Ulang Tahun. Aku akan memberi hadiah pada setiap
anak di hari ulang tahunnya!”
“Hadiah? Sungguh?! Wahhhh...... Kalau begitu aku ingin ayah pulang!” sorank
Shera girang.

“Akan kukabulkan. Tapi malam ini kita akan berjalan-jalan dulu. Ayo, ikutlah!”

Peri itu membawa Shera terbang melalui jendela. Mereka melintasi atap-atap rumah
yang berjajar di bawah. Tiba-tiba sang peri membawa Shera turun. Merekamerapat
ke dinding sebuah rumah kaya. Lalu mereka mengintip dua orang anak yang sedang
bercakap-cakapdi kamarnya. “Hei, itu kan, Breena!” Shera mengenali wajah salah
seorang anak.Breenateman sekelas Shera. Tadi sore Breena datang ke pesta ulang
tahunnya. Sedangkan anak yang satu lagi adiknya.

“Sssttttt......” Peri Ulang Tahun memberi isyarat agar Shera tak berisik.
Kemudian mereka menguping pembicaraan Breenadan adiknya.

“Kenapa kakak berikan mantel abu-abu itu buat Kak Shera? Mantel iti kan,
hadiah ibu untuk ulang tahun kakak?” tanya adik Breena.

Breena tertuntunduk sedih, lalu menyahut, “Aku tak punya uang untuk membeli
hadiahulang tahun Shera.”

“Bukankah mantel itu sangat kakak butuhkan? Sebentar lagi musim dingin tiba.
Sedangkan mantel kakak satu-satunya kan sudah rusak. Kan cingnya sudah leoas
dan banyak jahitannya yang harus ditambal!”

Anda mungkin juga menyukai