LINGKUNGAN PEMBANGUNAN
KARAMBA JARING APUNG (KJA)
DI WADUK CIRATA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
Tim Penyusun :
Pipit Widia Ningsih
Lina Aprilia
Rizki Nugraha Saputra
Ayunani Agustina
Intan Nadifah
Darajat Praseya Witantra
Ristiana Dewi
Indriani Okfri Auralia
Imas Siti Zaenab
Isma Yuniar N.A
Lena Lutfina
Eka Agustina
Anandita Rahmania
Achmad Raffi Ukasyah
Egi Rhamadhan
Gilang Ramadhan
Indra Adiwiguna
Deliani D Freskya
Hyunanda
Adi Prasetyo
Gusman Maulana
Agung Setiawan
Kelas B Perikanan 2014
Universitas Pasjasjaran
230110140083
230110140087
230110140094
230110140095
230110140096
230110140098
230110140099
230110140100
230110140102
230110140103
230110140104
230110140110
230110140111
230110140116
230110140125
230110140126
230110140129
230110140133
230110140134
230110140135
230110140193
230110140146
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kehendak-Nya buku ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Buku ini disusun
untuk memenuhi tugas Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dengan judul
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Karamba Jaring Apung (KJA) di
Cirata. Selain untuk memenuhi tugas, tujuan kami dalam peyusunan buku ini
adalah untuk melengkapi dan memenuhi kebutuhan mahasiswa atau masyarakat.
Dalam penyelesaian buku ini, kami banyak memenuhi kesulitan terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan dan sumber untuk observasi.
Namun berkat kerja keras kami dan dukungan orang-orang terdekat serta
bimbingan dari berbagai pihak akhirnya buku ini dapat diselesaikan. Karena itu,
sepantasnya jika kami mengucapakan terima kasih kepada :
1
2
3
dan juga pembaca tentunya. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca
untuk perbaikan selanjutnya sangat kami harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Bab
Halama
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
I
II
III
PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1
Latar Belakang...................................................................................1
1.2
Tujuan................................................................................................2
Gambaran Umum...............................................................................3
2.2
2.3
RENCANA KEGIATAN............................................................................8
3.1
IV
Rencana Kegiatan..............................................................................8
Prakiraan Dampak............................................................................11
VI
KESIMPULAN.........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................15
DAFTAR GAMBAR
No
Judul
Halaman
Waduk Cirata................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Budidaya perairan merupakan salah satu sumber penghasil ikan selain
penangkapan ikan. Dewasa ini salah satu perairan umum yang sering digunakan
untuk usaha perikanan khusunya perikanan budidaya adalah waduk, danau
maupun bendungan. Umumnya kegiatan budidaya di perairan umum seperti
waduk banyak menerapkan sistem pemeliharaan jaring apung atau yang lebih
dikenal dengan Karamba Jaring Apung (KJA). Sayangnya para pembudidaya ikan
tersebut jarang yang memperhatikan aspek lingkungan dan daya dukung waduk
terhadap kegiatan budidaya yang berakibat banyak waduk di Indonesia yang
mengalami over eksploitasi yang berakibat pada kerusakan ekosistem waduk
tersebut.
Kerusakan waduk tersebut akibat pengunaan pakan (pelet) yang berlimpah
dari budidaya KJA. Budidaya ikan berbasis pelet merupakan kegiatan usaha yang
efisien secara mikro tetapi inefisien secara makro, terutama apabila ditinjau dari
segi dampaknya terhadap lingkungan. Pertumbuhan jumlah Karamba yang terus
meningkat yang berarti terus meningkatnya jumlah ikan yang dipelihara akan
menghasilkan sejumlah limbah organik yang besar akibat pemberian pakan yang
tidak efektif dan efisien. Pada saat jumlahnya melampaui batas tertentu dapat
mengakibatkan proses sedimentasi yang tinggi berupa penumpukan sisa pakan di
dasar perairan, limbah tersebut akan menyebabkan penurunan kualitas perairan
(pengurangan pasokan oksigen dan pencemaran air danau atau waduk) yang pada
akhirnya mempengaruhi hewan yang dipelihara.
Bertitik tolak pada uraian diatas, maka perlu dilakukannya studi Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dampak
lingkungan yang timbul akibat adanya kegiatan budidaya KJA dan untuk
mengamankan kepentingan lingkungan agar pembangunan KJA yang dilakukan
dapat memberi manfaat lingkungan yang berkelanjutan.
1.2
Tujuan
Tujuan disusunnya buku ini adalah untuk menyusun studi Analisis
Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai berupa buku tentang Analisis Mengenai
BAB II
RONA AWAL LINGKUNGAN
2.1
Gambaran Umum
Waduk Cirata rnerupakan waduk yang dibangun dengan membendung
Sungai Citarum yang terletak di Jawa Barat. Waduk mulai dioperasikan pada
tahun 1987 dengan tujuan utamanya untuk PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air).
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1988 perairan waduk rnulai
dikernbangkan untuk lahan budidaya perikanan dengan sistem KJA (Karamba
Jaring Apung) khususnya diperuntukkan bagi masyarakat sekitar waduk yang
lahannya terkena darnpak pembangunan waduk.
Budidaya ikan sistem KJA di waduk, termasuk salah satu sistem produksi
perikanan budidaya perairan tawar yang terus berkembang karena terdapat
sejumlah kemudahan dibandingkan dengan sistern budidaya lainnya. Menurut
Beveridge (2004) keuntungan budidaya ikan dalam KJA yaitu karamba jaring
apung konstruksinya sederhana dan mudah dibuat, rnudah dikelola, ikan yang
ditebar rnudah dipantau, proses pemanenan tidak sulit dan dapat dengan rnudah
menambah jumlah unit karamba pada saat ingin mengernbangkannya.
Waduk Cirata masih menjadi tujuan pengembangan budidaya ikan dengan
sistem KJA karena sampai dewasa ini masih terjadi peningkatan luasan area KJA.
Hasil perhitungan luasan area KJA menggunakan data satelit ALOS AVNIR-2
menunjukkan adanya peningkatan luasan area KJA sekitar dalam waktu 4 bulan
yaitu dari luasan area KJA 892 Ha pada bulan Juni 2008 menjadi 949 Ha pada
bulan September 2008 (Radiarta dan Ardi, 2009). Dilain pihak, telah muncul
beberapa permasalahan seperti terjadinya kematian masal ikan, berjangkitnya
penyakit ikan, dan turunnya produksi ikan budidaya. Hasil penelitian
menunjukkan produksi ikan di Waduk Cirata pada tahun 1995 sekitar 2300 kg per
KJA, namun pada tahun 2002 produksi turun sekitar 400 kg per KJA (Abery et al,
2005). Menurut Komarawidjaja (2005) ikan budidaya (Cyprinus carpio) yang
dipelihara dalam KJA pertumbuhannya tidak norrnal karena berkurangnya pakan
alami di perairan waduk dan meningkatnya akumulasi senyawa toksik.
2.2
sangat bersih dan bebas dari timbal atau pencemaran yang saat ini terjadi pada
perairan tersebut. Selain itu, kadar oksigen terlarut pada perairan tersebut juga
pasti lebih baik dibandingkan sekarang.
Dari segi pendapatan dan lapangan pekerjaan, masyarakat harus
kehilangan mata pencahariannya setelah adanya bendungan cirata karena lahan
perkebunan karet yang dijadikan sebagai mata pencaharian sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya telah hilang akibat dialiri oleh aliran
Waduk Cirata. Masyarakat mulai merasa dirugikan oleh pemerintah yang
merencanakan dibangunnya bendungan cirata.
2.3
sebagai lahan budidaya ikan yang menggunakan sistem Karamba atau Karamba
Jaring Apung (KJA). Sifat perairan danau atau waduk yang masih dianggap
sebagai common property (milik bersama) dan open access (sifat terbuka)
menyebabkan pertumbuhan KJA di berbagai tempat berkembang sangat pesat dan
cenderung tidak terkontrol dan tak terkendali. Hal tersebut didukung dengan
5
Lukman & Hidayat (2002) bahwa sisa pakan dalam bentuk kotoran ikan
yang jatuh ke perairan sekitar 50% dari pakan yang diberikan.
2.
3.
Philips et al., (1993), Boyd (1999), Mc Donad et al., (1996), 30% dari
jumlah pakan yang diberikan tertinggal sebagai pakan yang tidak
dikonsumsi dan 25-30% dari pakan yang dikonsumsi akan diekskresikan.
4.
5.
Azwar dkk (2004), jumlah pakan pada sistem KJA yang diberikan per hari
mencapai 3,3% bobot ikan dan dari jumlah pakan yang diberikan tersebut
ada bagian yang tidak dikonsumsi mencapai 2025% dari pakan yang
dikonsumsi tersebut akan diekskresikan ke lingkungan.
6.
Rachmansyah (2004), pakan yang diberikan pada ikan hanya 70% yang
dimakan oleh ikan dan sisanya sebanyak 30% akan lepas ke badan
perairan danau sebagai bahan pencemar atau limbah.
BAB III
RENCANA KEGIATAN
3.1
Rencana Kegiatan
Karamba Jaring Apung atau yang biasa disebut KJA merupakan salah satu
teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi perairan danau dan
waduk. Agar dapat melakukan budidaya ikan dijaring terapung yang
menguntungkan maka konstruksi wadah tersebut harus sesuai dengan persyaratan
teknis. Mengingat manfaat KJA yang banyak menguntungan, maka pembuatan
sistem KJA akan diterapkan di Waduk Cirata.
Pemilihan lokasi Waduk Cirata dikarenakan tidak terlalu kuatnya arus
yang berpengaruh terhadap keamanan jaring dari kerusakan sehingga masa pakai
jaring lebih lama. Perencanaan pembuatan KJA di Waduk Cirata terhitung dari
jadwal pengumuman yang telah disepakati bersama instansi yang bertanggung
jawab. Pengumuman tersebut tentunya mengikuti ketentuan spesifikasi media dan
ketentuan pengumuman.
Konstruksi wadah jaring terapung terdiri dari beberapa bagian, antara
lain :
a.
yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk kerangka,
sebaiknya disesuai-kan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai
ekonomis dari bahan tersebut.
Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan
dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan
kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,52 tahun. Sesudah 1,52
tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah tidak
layak pakai dan harus direnofasi kembali. Jika akan memakai besi anti karat
Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau plastik) yang
berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung
yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian.
Lokasi KJA ini dibangun tepat di Perairan Cirata Kecamatan Mande,
Kabupaten Cianjur Jawa Barat, dengan ukuran KJA 7x7x3 m, akan dibuat 74
petak KJA. Dari pembangunan KJA ini dapat diindikasikan bahwa KJA ini
memberikan keuntungan ekonomis karena kegiatan budidaya KJA nantinya akan
mendominasi dan berkembang pesat disbanding kegiatan lain yang memanfaatkan
potensi sumberdaya alam setempat. Namun dari keberadaan KJA ini nantinya
akan menimbulkan beberapa masalah seperti limbah perikanan yang mencemari
perairan Waduk, jumlah KJA yang melebihi ambang batas, dsb.
Penurunan kualitas perairan pasti akan terjadi di Waduk Cirata, selain
merugikan bagi kegiatan perikanan itu sendiri, juga akan dapat menggangu fungsi
utama dari PLTA, diantaranya mempercepat korosifitas peralatan metal atau turbin
akibat terakumulasinya keamanan air atau menurunnya angka pH air waduk.
Adanya degradasi kualitas air yang terjadi di waduk sangat beralasan,
karena selain sungai Citarum sendiri secara kimiawi telah banyak menanggung
9
beban limbah dari seluruh catchment area, kegiatan budidaya perikanan KJA juga
banyak memberikan kontribusi limbah, terutma dari sisa pakan yang terbuang
sehingga menyebabkan perairan mengalami penyuburan (eutrofikasi). Menurut
Krismono (2000) dan Husen (2000), dari KJA dengan ukutran 7x7x3 m, pakan
yang terbuang mencapai 20-3-% per hari.
Oleh karena itu dalam menjaga kelestarian sumberdaya air khususnya
badan air Waduk Cirata yang akan dijadikan usaha budidaya model KJA sudah
disiapkan rencana penanganan apabila prakiraan kerugian itu benar-benar terjadi,
serta penerapan sudut pandang dalam pengembangan atau pengelolaan budidaya
perikanan KJA ini menjadi Budidaya Perairan yang tidak saja mengeksploitasi
sumberdaya perairan untuk kegiatan perikanan, tetapi diikuti dengan usaha-usaha
perbaikan pada badan perairan tersebut. Atau dengan kata lain akan diperkenalkan
teknologi budidaya yang ramah lingkungan serta teknologi restorasi yang juga
ramah lingkungan.
10
BAB IV
PRAKIRAAN DAN EVALUASI DAMPAK
4.1
Prakiraan Dampak
Waduk Cirata menampung berbagai jenis senyawa yang bersumber dari
limbah, baik oleh aliran sungai Citarum dan anak-anak sungainya, maupun
limbah yang bersumber dari kegiatan di dalam waduk sendiri (autochtonous)
misalnya dari kegiatan jaring terapung yang dari tahun ke tahun cenderung.
Selain masalah limbah, Waduk Cirata juga diganggu kelestariannya dengan
berkembangnya pertumbuhan massal gulma air, terutama dari jenis eceng
gondok (Eichhornian crassipers). Dampak dari pertumbuhan gulma ini
diantaranya adalah meningkatkan evapotranspirasi, sedangkan masa dari gulma
yang mati dapat menyebabkan terjadinya pulau-pulau terapung.
Masalah lain yang diprakirakan dapat mempengaruhi efektivitas waduk
adalah sedimentasinya, yang juga dari tahun ke tahun terus meningkat. Dengan
meningkatnya pencemaran air, pertumbuhan gulma air serta meningkatnya
sedimentasi, diprakirakan akan mempunyai dampak terhadap fungsi waduk
sebagai pembangkit listrik.
Krismono et al. (1992) menyatakan bahwa aktifitas budidaya ikan dalam
KJA mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas air yaitu suhu air, derajat
keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), karbondioksida (CO2), dan amonia (NH3N). penurunan kualitas air di Waduk Cirata dapat dilihat dari keadaan kualitas air
sebelum dan sesudah ada KJA.
4.2
Evaluasi Dampak
Semakin berkembangnya bidang budidaya perikanan khususnya budidaya
ikan pada kolam Karamba Jaring Apung (KLA) sehingga jumlah Rumah Tangga
Perikanan (RTP) dan KJA terus bertambah. Solusi yang dapat mengurangi
dampak negatif dari KJA-KJA tersebut dapat berupa pembongkaran atau
pemusnahan KJA-KJA yang tidak produktif dan tidak layak pakai.
11
12
BAB V
RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
5.1
efektif berdampak pada buruknya kualitas dan kondisi waduk tersebut. Tidak
berjalannya pengelolaan ini dapat terjadi karena serangkaian kesalahan yang
terjadi dalam penentuan, pelaksanaan kebijakan, dan evaluasi yang dibuat dalam
pengelolaan lingkungan Waduk Cirata. Indikasi lemahnya kebijakan dalam
pengelolaan Waduk Cirata tergambar dari rendahnya kualitas lingkungan waduk,
pencemaran limbah yang merajalela, erosi dan sedimentasi yang tidak terkendali.
Selain itu ketidak sesuaian target dan realisasi program kerja dalam pengelolaan
KJA di Waduk Cirata juga menjadi indikasi, salah satunya adalah berkurangnya
masa pakai waduk sampai dengan 20 tahun dari perkiraan semula selama 100
tahun. Lebih dari itu, pengelolaan yang amburadul juga tergambar dari persepsi
dan respon masyarakat terhadap pengelolaan waduk tersebut.
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan KJA Waduk Cirata harus dibekali
perangkat peraturan yang lengkap mulai dari peraturan perundang-undangan,
peraturan pemerintah, sampai dengan peraturan-peraturan pelaksana dibawahnya.
Berbagai peraturan ini menjadi payung hukum ini bagi pelaksanaan pengelolaan
Sungai Waduk Cirata dalam berbagai segi dan bidang. Untuk itu langkah yang
dapat ditempuh adalah :
1.
2.
13
14
superbody dengan
4.
Pengelolaan kualitas dan kuatintas air demi menjamin suplai energi yang
kontinu dan tanpa gangguan.
5.
Pengelolaan
dan
pemantauan
lingkungan
waduk
cirata
berupa
pembersihan sampah dan gulma air dan penelitian kualitas air waduk yang
dilakukan secara berkala 3 (tiga) bulan sekali dengan berpedoman kepada
peraturan dan baku mutu yang berlaku (Peraturan Pemerintah nomor 82
tahun 2001).
6.
7.
8.
15
BAB VI
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, ZI., Ningrum, S dan Ongko, S. 2004. Manajemen Pakan Usaha Budidaya
Ikan di Karamba Jaring Apung. Dalam Pengembangan Budidaya
Perikanan di Perairan Waduk. Pusat Riset Budidaya Perikanan. Jakarta.
Boyd, C. E. 1999. Management of Shrimp Ponds to Reduce the
Eutrophication Potential of Effluents. The Advocate. December 1999 :
12-13.
Garno, Y. S. 2000. Daya Tahan Beberapa Organisme Air Pada Pencemar Limbah
Deterjen. Jurnal Teknologi Lingkungan. 1(3) : 212 218.
Juaningsih, N. 1997. Eutrofikasi di Waduk Saguling Jawa Barat. Laporan
Penelitian Balai Penelitian Air Tawar Purwakarta Jawa Barat. Hal 40
44.
Pemetaan
distribusi
tawar
dimulti
dengan
temAkuakultur,
4:
439-446
4:
439-446
Pemetaan
tawar
dimulti
dengan
Akuakultur,
Radiarta,
I. N. dan
Ardi, distribusi
I. 2009.temPemetaan Distribusi Keramba Jaring Apung
Ikan Air Tawar di Waduk Cirata, Jawa Barat dengan Multi Temporal
Data ALOS AVNIR-2. J.Ris. Akuakultur, 4: 439-446.
17
18