Kelas : EF
NIM : 102016221
41:8) atau untuk menghayati dunia luar dan menanggapinya, alat untuk bersosialisai (Roma
8:16), alat untuk beribadah (Roma 1:9) dan alat untuk bersekutu satu dengan yang lain (Filipi
2:1). Allah adalah Roh (Yoh. 4 : 24) dan Bapa segala roh (Ibr. 12 : 9), artinya : Dialah yang
menjadikan semua roh. Allah sendiri adalah Roh Pencipta, yang tidak dijadikan, melainkan yang
menjadikan segala sesuatu.Maka dari itu roh manusia dapat menerima dan menyatakan segala
macam hal yang bersifat kejiwaan dalam artian bahagia, sedih, girang, takut, marah, dan lainlain. Manusia dijadikan dan diberi tugas bahkan panggilan kebudayaan, yaitu manager atas
dunia. Tugas itu berbunyi sebagai berikut: Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah
bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas segala binatang yang merayap di bumi (Kej. 1 : 28). Tugas itu meliputi tiga hal: yang
pertama melestarikan eksistensi sendiri, yang kedua membudayakan diri sendiri, dan yang
terakhir membudayakan bumi. Allah menciptakan segala suatunya baik (Kejadian 1:31). Oleh
karena itulah manusia harus mengingat bahwa segala ciptaan itu diciptakan Tuhan baik, maka
manusia harus merawatnya, menjaga dan menghargai dengan sebaik-baiknya. Selain itu manusia
memiliki tanggung jawab juga untuk dirinya sendiri seperti taat pada firman Tuhan, menjaga
dirinya, saling menghargai sesama manusia, hidup bertoleransi dengan kepercayaan lain.
Manusia diciptakan lebih tinggi dari semua makhluk dimuka bumi ini. Tuhan menciptakan
manusia dengan segala akal budinya agar manusia dapat memilih mana yang baik untuk
hidupnya. Akal budi manusia diberikan agar manusia dapat membedakan apa yang salah dan apa
yang benar dalam hidupnya. Manusia lebih dari binatang maupun tumbuhan. Hal ini membuat
manusia sangat istimewa dari apapun yang ada di muka bumi ini.