Anda di halaman 1dari 2

DIALOG DUA MATA MALAM

Oleh Astiwi Safitri

Ketika matahari merebahkan sinarnya di ufuk barat


Malam mulai kelam
Anak-anak yang tidur di bawah lembaran kertas kusam
Merangkak dibawah kerangka langit
Meringkuk, dibawah dingin mengembun
Membungkuk, diantara beban berjuta
Betapa, jeritan akan terus mengaung
Mengaung
Pada musim kehilangan hujan
Kerontang negeriku, kemarau rumahku
Mengarungi deretan detik meratap bangsaku, mengendap
Menyelinap di punggung-punggung samodra
Dimana keheningan yang dulu menawan.
Mengapa merah putih sudah kusam warnanya
Bahkan nyaris merana
Dimana para pribumi bertahta
Mengapa petuah adat telah hilang menjelma abu
O Belantara
Angkara Murka
Apakah pantas mereka meronta dengan nusantara
Merintih di kaki-kaki burung garuda
O Nusantara
Angkara Murka
Apakah pantas mereka menangis di pangkuanmu
Meringis di petikan-petikan titah putihmu
Jangan!
Jangan biarkan satu tetes air matanya
meluruh.
Jatuh tak berdaya.
Mengukir luka-luka batin
Mendekam laksana siput

Panggil Ibu memanggil: Aku Indonesia


Bertengger di atas Lembaran Pancasila
Memandang pendar matahari
Dada mengusung, Darah mengucur
Demi Bakti
Jangan berhenti
Kami datang di upacara yang luka
Panggil Ibu Memanggil: Aku Indonesia
Dilindap episode zaman yang paling meresahkan
Demi Bakti
Jangan berhenti
Berjuang.
Kibarkan bendera merdeka.

Anda mungkin juga menyukai