Malam mulai kelam Anak-anak yang tidur di bawah lembaran kertas kusam Merangkak dibawah kerangka langit Meringkuk, dibawah dingin mengembun Membungkuk, diantara beban berjuta Betapa, jeritan akan terus mengaung Mengaung Pada musim kehilangan hujan Kerontang negeriku, kemarau rumahku Mengarungi deretan detik meratap bangsaku, mengendap Menyelinap di punggung-punggung samodra Dimana keheningan yang dulu menawan. Mengapa merah putih sudah kusam warnanya Bahkan nyaris merana Dimana para pribumi bertahta Mengapa petuah adat telah hilang menjelma abu O Belantara Angkara Murka Apakah pantas mereka meronta dengan nusantara Merintih di kaki-kaki burung garuda O Nusantara Angkara Murka Apakah pantas mereka menangis di pangkuanmu Meringis di petikan-petikan titah putihmu Jangan! Jangan biarkan satu tetes air matanya meluruh. Jatuh tak berdaya. Mengukir luka-luka batin Mendekam laksana siput
Panggil Ibu memanggil: Aku Indonesia
Bertengger di atas Lembaran Pancasila Memandang pendar matahari Dada mengusung, Darah mengucur Demi Bakti Jangan berhenti Kami datang di upacara yang luka Panggil Ibu Memanggil: Aku Indonesia Dilindap episode zaman yang paling meresahkan Demi Bakti Jangan berhenti Berjuang. Kibarkan bendera merdeka.