PERSPEKTIF SYARIAH
OLEH :
1. JAMES S MASSORA B 1 A1 1 2 1 0 8
2. RAHMAT MANSYUR B 1 A1 1 2 0 9 5
3. ANNISA ZAVIERA B 1 A1 1 2 1 0 6
4. VALEN FARANSINA EA B 1 A1 1 2 1 0 7
5. SRI MINDA SARI B 1 A1 1 2 0 9 9
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridhoNya dan
kuasaNya kami dapat merampungkan proses penyusunan makalah ini berdasarkan tempo waktu
harga dalam perspektif syariah, yang mana tujuan utama penyusunannya untuk memberikan
khazanah pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan kami pada khususnya
untuk mengetahui secara Islami proses penetapan harga yang direstui dalam konsep syariah
Terima kasih kami ucapakan atas bantuan berbagai pihak baik moral maupun moril dalam
terlaksananya penyusunan makalah ini, baik itu teman sesama mahasiswa yang memprogramkan
mata kuliah ekonomi mikro-makro syariah, para senior dan secara khusus Bapak/Ibu dosen dalam
Kami menyadari secara positif, bahwa proses penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekeliruan, baik dalam hal analisis ruang lingkupnya maupun dari segi kaidah bahasa yang
kami gunakan dalam penyusunannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif terhadap kami selaku penyusun sebagai bahan evaluasi dalam penyusunan materi
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
....................................................................................... 8-9
2.4 Penetapan harga menurut Pemikiran Ilmuwan Muslim
....................................... 9-13
2.5 Penetapan Harga Menurut Pandangan Islam ................................................... 13-14
2.6 Urgensi Penetapan Harga ....................................................................................... 14-15
2.7 Penetapan Harga Pada Ketidaksempurnaan Pasar ....................................... 15
2.8 Musyawarah Untuk Menetapkan Harga
............................................................... 15-16
2.9 Penetapan Harga Dalam Sistem Perekonomian Modern ....................................... 16-18
PENDAHULUAN
memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri, dimana setiap orang akan diperhadapkan dengan berbagai
situasi dan kondisi tertentu untuk mengambil keputusan yang menyangkut ekonomi, termasuk
dalam hal pembentukan harga terutama yang dialami oleh para penjual atau pedagang dan
perusahaan baik mikro maupun makro. Pada dasarnya, suatu perusahaan menentukan harga suatu
barang untuk memperoleh keuntungan, dengan cara menjual kepada para konsumen
perekonomian merupakan salah satu soko guru kehidupan negara. Dimana kuat dan lemahnya
sistem perekonomian suatu negara itu salah satunya ditentukan melalui penetapan harga, sehingga
terjadi kestabilan harga. Namun tidak mudah untuk menciptakan perekonomian dengan harga yang
stabil karena adakalanya tingkat permintaan lebih tinggi dari penawaran begitu pun sebaliknya.
Interaksi antara pemerintah, produsen, dan konsumen sangat diperlukan guna mencapai
tujuan perekonomian yang kuat. Dengan kata lain, penentuan harga tidak dapat dimonopoli oleh
sepihak saja melainkan berdasarkan kesepakatan dalam penentuan harga. Hal tersebut guna
meminimalkan terjadinya kecurangan atau pun kerugian terhadap salah satu pihak. Pemerintah
utama penentu dari harga barang yang telah diatur dalam undang-undang seperti UU APBN.
Dalam Islam telah diatur mengenai cara bermuamalah bagi seorang muslim. Dalam
kaitannya dengan jual beli dan penentuan harga, Islam memperbolehkan jual beli dan melarang
konsep riba. Hal tersebut tertuang dalam surat Al-Baqarah : 275 yang artinya:
berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
Yang mana dalam hal ini pedagang tidak boleh meraup keuntungan yang sebesar-besarnya
dengan menaikkan harga. Pedagang hanya boleh meraup untung yang sewajarnya sebagai pengganti
atas jasanya. Islam menolak sejumlah ideologi ekonomi yang terkait dengan
mematuhi seseorang secara mutlak). Oleh sebab itu, sangat utama bagi umat
Islam secara ketat memacu umatnya untuk bergiat dalam aktivitas keuangan
Pemerintah Islam pun, sejak Rasulullah SAW di Madinah fokus pada masalah
keseimbangan harga , terutama pada bagaimana peran negara dalam mewujudkan kestabilan harga
dan bagaimana mengatasi masalah ketidakstabilan harga. Para ulama berbeda pandapat mengenai
boleh tidaknya negara menetapkan harga. Masing Masing golongan ulama ini memiliki dasar
Berdasarkan perbedaan pendapat para ulama tersebut, maka kami selaku penulis mencoba
menganalisa penetapan harga oleh negara dalam perspektif syariah dengan mempertimbangkan
penerapannya di Indonesia?
1.2.1 Tujuan
ilmuwan Islam agar dapat memberikan suatu khazanah pengetahuan dari segi
1.2.2 Manfaat
I. Bagi Penulis
Dapat menambah sumber rujukan referensi baru terhadap pemahaman
BAB II
PEMBAHASAN
Ridwan Iskandar Sudayat menyatakan bahwa harga suatu barang adalah tingkat
pertukaran barang itu dengan barang lain. Sebagaimana telah kita ketahui, salah satu tugas pokok
ekonomi adalah menjelaskan alasan barang-barang mempunyai harga serta alasan barang yang
mahal dan murah. Sebagai contoh, gaji dan upah adalah harga jasa bagi seseorang yang bekerja.
Bunga adalah harga meminjam atau menggunakan uang di Bank. Pajak adalah harga jasa
pemerintah bagi warga negaranya. Bentuk atau sebutan harga lain adalah uang sewa, tiket, tol,
Harga terbentuk untuk memenuhi tujuan dua pihak, yaitu produsen dan konsumen. Produsen
memandang harga sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat keuntungan di atas biaya
produksinya (atau tujuan lain, misalnya keuntungan). Konsumen memandang harga sebagai nilai
barang yang mampu memberikan manfaat atas pemenuhan kebutuhan dan keinginannya.
Dalam pasar persaingan sempurna, harga terbentuk dari kesepakatan produsen dan
konsumen. Akan tetapi, pada kenyataannya kondisi ini jarang terjadi. Salah satu pihak lain
(umumnya produsen) dapat mendominasi pembentukan harga atau pihak lain di luar produsen dan
konsumen. Tingkat harga dalam sebuah perekonomian secara keseluruhan dapat diketahui melalui
dua cara. Selama ini kita mengartikan tingkat harga sebagai hanya dari sekeranjang atau himpunan
barang dan jasa. Jika tingkat-tingkat harga mengalami kenaikan, masyarakat harus membayar lebih
untuk mendapatkan berbagai barang dan jasa yang mereka inginkan. Selain itu, kita dapat
ANALISA PEMBENTUKAN HARGA DALAM PERSPEKTIF SYARIAH, UNIVERSITAS II
HALUOLEO 2015 |
menggunakan tingkat harga untuk menentukan nilai uang. Naiknya tingkat harga berarti
menurunnya nilai uang karena setiap nilai rupiah yang Anda punya sekarang hanya dapat digunakan
untuk membeli barang dan jasa dalam jumlah yang lebih sedikit daripada sebelumnya.
Dalam teori harga ada beberapa hal yang harus dipelajari untuk memahami secara keseluruhan,
yaitu di antaranya:
1. Fungsi Harga
c. Memengaruhi program pemasaran dan fungsi bisnis lainnya bagi perusahaan. Harga dapat
Penentuan harga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi:
c. Lingkungan eksternal lain, yaitu lingkungan mikro (pemasok, penyalur, asosiasi, dan masyarakat)
Perubahan harga buka tanpa batas, melainkan terbatasi oleh permintaan (customer demand), biaya
(cost), dan persaingan (competition). Posisi atau tingkat harga akan bergerak berfluktuasi dalam
tidak melebihi batas harga tertinggi dari permintaan pasar (batas atas) ataupun tidak lebih rendah
5. Tujuan Harga
a. Biaya bertujuan untuk mengendalikan keuntungan atau hanya untuk menutup menutup biaya;
c. Persaingan harga akan bertujuan untuk mengendalikan (mengatasi atau menghindari) persaingan.
6. Strategi Harga
Strategi harga yang berorientasi pada biaya didasarkan pada perhitungan biaya (tetap atau variabel)
dan penentuan target keuntungan yang diinginkan (target pengembalian investasi) untuk dapat
Penetapan harga yang berorientasi pada permintaan akan mempertimbangkan kondisi permintaan
pasar. Harga akan diserap apabila ada permintaan. Dengan kata lain, harga dapat ditetapkan sesuai
menurut tingkat permintaannya. Dengan demikian, perusahaan perlu memahami tingkat permintaan
terhadap barang yang terbentuk. Dengan mempertimbangkan permintaan pasar, strategi harga dapat
Diskriminasi harga
Perceived value pricing
Harga dapat bertahan di pasar persaingan apabila produsen memerhatikan harga-harga pesaingnya
(price competition), terutama price leadernya. Produsen dapat menentukan harga yang sama, di atas
atau dibawah harga pesaingnya (going rate pricing). Adapun pada penawaran pekerjaan secara
Harga yang sudah ditetapkan adakalanya perlu disesuaikan karena perubahan yang terjadi di
lingkungan pasar. Untuk melakukan antisipasi perubahan tersebut, perlu dilakukan kebijakan harga.
harga (diskon), jarak geografis antara penjual dan pembeli, product mix, dan harga psikologis
konsumen.
Menurut Ridwan Iskandar Sudayat, ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai
method). Metode harga ini adalah metode yang paling sederhana, yaitu penjualan atau
produsen menetapkan harga jual untuk satu barang yang besarnya sama dengan jumlah
biaya per unit ditambah jumlah untuk laba yang diinginkan (margin) pada tiap-tiap unit
harga yang lain adalah metode menentukan harga terbaik untuk mencabai laba optimal
melalui keseimbangan antara biaya dan permintaan pasar. Metode ini paling cocok bagi
kehidupan ekonomi bila prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif.
terkecuali negara dengan otoritas penentuan harga atau private sector dengan
memilih sendiri apa yang dibutuhkan dan bagaimana memenuhinya. Inilah pola
normal dari pasar atau keteraturan alami dalam istilah Al-Ghazali berkait
serahkan saja pada invisible hand, dan dunia akan teratur dengan sendirinya.
perubahan penawaran. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh
Anas Ra bahwasanya suatu hari terjadi kenaikan harga yang luar biasa dimasa
normal tanpa ada bentuk distorsi atau penganiayaan apa pun dan terjadi
perubahan harga, maka ini merupakan kehendak Allah dan harus diyakini,
bahwa nilai konsep Islam tidak memberikan ruang intervensi dari pihak
ditentukan oleh harga yang bersangkutan yang mana jika tersedia sedikit
barang maka harga akan mahal dan bila tersedia banyak barang maka harga
akan menjadi murah. Dalam pembahasan harga serta hal-hal yang terkait
a. Abu Yusuf
Seperti ahli ekonomi Islam yakni Abu Yusuf ulama pertama yang
persediaan barang sedikit harga akan mahal dan bila persediaan melimpah
harga akan menjadi murah. Fenomena yang berlaku pada amasa Abu Yusuf
dapat dijelaskan dalam teori permintaan yang mana teori ini menjelaskan
D = Q = f (P)
suatu komoditi adalah negatif, apabila terjadi kelangkaan barang maka harga
cenderung akan tinggi dan juga sebaliknya apabila barang tersebut melimpah
maka harga akan cenderung turun atau lebih rendah. Sehingga hukum
penurunan jumlah komoditi yamg dibeli dan juga jika harga turun maka
harga akan mahal dan jika persediaan melimpah harga akan murah. Dari
hubungan terbalik antara persediaan barang (supply) dan harga karena pada
kenyataannya harga tidak bergantung pada permintaan saja tetapi juga pada
S = Q = f (p)
adalah positif, apabila harga naik maka permintaan juga akan naik begitu
sebaliknya jika harga turun maka permintaan akan turun. Sehingga dapat kita
Begitu juga bila harga komoditi turun akan direspon oleh penurunan jumlah
komoditi yang akan ditawarkan. Menurut Siddiqi ucapan Abu Yusuf hatus
b. Al-Ghazali
permintaan. Untuk kurva penawaran naik dari kiri bawah ke kanan atas
dinyatakan oleh nya sebagai jika petani tidak mendapatkan pembeli dan dan
c. Ibnu Taimiyah
pihak penjual atau mungkin sebagai akibat manipulasi pasar. Anggapan ini
naik dan turunnya harga tidak selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil dari
sangat ditentukan oleh selera dan pendapatan. Besar kecilnya kenaikan harga
seluruh transaksi sudah sesuai aturan, kenaikan harga yang terjadi merupakan
kekuatan pasar secara bebas bekerja untuk menentukan harga yang kompetitif.
d. Ibnu Khaldun
harga di Kota yang mana Ibnu Khaldun membagi jenis barang menjadi dua
jenis yakni barang kebutuhan pokok dan barang pelengkap. Menurutnya bila
prioritas. Supplay bahan pokok penduduk kota besar jauh lebih besar dari pada
sehingga harga bahan pokok dilkota besar relatif lebih murah. Sementara itu
supplay bahan pokok di kota kecil relatif kecil, karena itu orang-orang khawatir
meningkat pula.
Pada bagian lain dari bukunya, khaldun menjelaskan pengaruh naik dan
naik. Namun, bila jarak antar kota dekat dan aman untuk
akan turun.
keseimbangan harga.
Setelah perpindahan (hijrah) Rasulullah SAW ke Madinah, maka beliau menjadi pengawas
pasar (muhtasib). Pada saat itu, mekanisme pasar sangat dihargai. Salah satu buktinya yaitu
Rasulullah SAW menolak untuk membuat kebijakan dalam penetapan harga, pada saat itu harga
saat itu langsung menetapkan harga, maka akan kontradiktif dengan mekanisme pasar. Akan tetapi
pada situasi tertentu, dengan dalih Maqashid al-Syariah, penentuan harga menjadi suatu keharusan
dengan alasan menegakkan kemaslahatan manusia dengan memerangi distorsi pasar (memerangi
Dalam konsep islam, yang paling prinsip adalah harga ditentukan oleh keseimbangan
permintaan dan penawaran. Keseimbangan ini terjadi bila antara penjual dan pembeli bersikap
saling merelakan. Kerelaan ini ditentukan oleh penjual dan pembeli dan pembeli dalam
mempertahankan barang tersebut. Jadi, harga ditentukan oleh kemampuan penjual untuk
menyediakan barang yang ditawarkan kepada pembeli, dan kemampuan pembeli untuk
Akan tetapi apabila para pedagang sudah menaikkan harga di atas batas kewajaran, mereka
itu telah berbuat zalim dan sangat membahayakan umat manusia,maka seorang penguasa
(Pemerintah) harus campur tangan dalam menangani persoalan tersebut dengan cara menetapkan
harga standar. Dengan maksud untuk melindungi hak-hak milik orang lain., mencegah terjadinya
penimbunan barang dan menghindari dari kecurangan para pedagang. Inilah yang pernah dilakukan
Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Ar-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar kerelaan antara masing-
masing pihak.
jika terjadi penimbunan (ihtikar) atau monopoli. Monopoli setiap barang yang penahanannya akan
3. Kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam, sebab
kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri. Islam melarang tegas melakukan kebohongan
dan penipuan dalam bentuk apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada
para pihak yang melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.
4. Keterbukaan (transparancy) serta keadilan (justice). Pelaksanaan prinsip ini adalah transaksi
yang dilakukan dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan yang
sesungguhnya.
Drs. H. Asmuni Mth., MA Mengutarakan bahwa Ibnu Taimiyah membedakan dua tipe
penetapan harga: tak adil dan tak sah, serta adil dan sah. Penetapan harga yang tak adil dan tak sah,
berlaku atas naiknya harga akibat kompetisi kekuatan pasar yang bebas, yang mengakibatkan
terjadinya kekurangan suplai atau menaikkan permintaan. Ibnu Taimiyah sering menyebut beberapa
syarat dari kompetisi yang sempurna. Misalnya, ia menyatakan, Memaksa penduduk menjual
barang-barang dagangan tanpa ada dasar kewajiban untuk menjual, merupakan tindakan yang tidak
adil dan ketidakadilan itu dilarang. Ini berarti, penduduk memiliki kebebasan sepenuhnya untuk
memasuki atau keluar dari pasar. Sedangkan penetapan harga yang adil dan sah sebagaimana pada
penjelasan di atas yaitu penetapan harga diberlakukan apabila ada kedzaliman dalam penentuan
harga atau karena ada ketimpangan harga yang kiranya diperlukan adanya tasir. Dan sah jika untuk
kemashlahatan bersama.
Tak dapat dielakkan lagi bahwa penetapan harga sangat penting dan dibutuhkan sekali pada
saat terjadi monopoli, ketimpangan atau kedzaliman dalam penentuan harga pada suatu pasar.
Berbeda dengan kondisi musim kekeringan dan perang, Ibnu Taimiyah merekomendasikan
penetapan harga oleh pemerintah ketika terjadi ketidaksempurnaan memasuki pasar. Misalnya, jika
para penjual menolak untuk menjual barang dagangan mereka kecuali jika harganya mahal dari
pada harga normal (al-qimah al-marifah) dan pada saat yang sama penduduk sangat membutuhkan
barang-barang tersebut. Maka mereka diharuskan menjualnya pada tingkat harga yang setara,
contoh sangat nyata dari ketidaksempurnaan pasar adalah adanya monopoli dalam perdagangan
Jadi, meskipun dalam berbagai kasus dibolehkan mengawasi harga, tapi dalam seluruh kasus
tak disukai keterlibatan pemerintah dalam menetapkan harga. Mereka boleh melakukannya setelah
menjelaskan sebuah metode yang diajukan pendahulunya Ibnu Habib, menurutnya Imam (kepala
pemerintahan) harus menjalankan musyawarah dengan para tokoh perwakilan dari pasar (wujuh ahl
al-suq). Pihak lain juga diterima hadir dalam musyawarah ini, karena mereka harus juga dimintai
keterangannya. Setelah melakukan perundingan dan penyelidikan tentang pelaksanaan jual-beli dan
pemerintah harus secara persuasif menawarkan ketetapan harga yang didukung oleh peserta
musyawarah dan juga seluruh penduduk. Jadi, keseluruhannya harus bersepakat tentang hal itu,
harga itu tak boleh ditetapkan tanpa persetujuan dan izin mereka. Untuk menjelaskan tujuan
gagasan membentuk komisi untuk berkonsultasi, ia mengutip pendapat ahli fikih lainnya Abu al-
Walid, yang menyatakan, Logika di balik ketentuan ini adalah untuk mencari dengan cara itu-
kepentingan para penjual dan para pembeli, dan menetapkan harga harus membawa keuntungan dan
kepuasan orang yang membutuhkan penetapan harga (penjual) dan tidak mengecewakan penduduk
(selaku pembeli).
memperoleh keuntungan, maka penetapan harga seperti itu berarti korup yang mengakibatkan stok
bahan kebutuhan sehari-hari akan menghilang dan barang-barang penduduk menjadi hancur. Harga
itu perlu ditetapkan melalui musyawarah bersama dan diciptakan oleh rasa kewajiban moral serta
Sebagaimana yang dimuat zonaekis.com (web khusus membahas ekonomi Islam) bahwa
secara teoritis tidak ada perbedaan signifikan antara perekonomian klasik dengan modern. Teori
harga secara mendasar sama, yakni bahwa harga wajar atau harga keseimbangan diperoleh dari
interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran (suplai) dalam suatu persaingan sempurna,
hanya saja dalam perekonomian modern teori dasar ini berkembang menjadi kompleks karena
yang mengakibatkan terjadinya distorsi pasarDistorsi pasar yang kompleks dalam sistem
perekonomian modern melahirkan persaingan tidak sempurna dalam pasar. Secara sunnatullah
memang, apabila persaingan sempurna berjalan, keseimbangan harga di pasar akan terwujud
dengan sendirinya. Namun sunnatullah pula, bahwa manusia dalam hal ini sebagai pelaku
pasar tidaklah sempurna. Maka dalam praktek, banyak dijumpai penyimpangan perilaku yang
dirusak oleh konglomerasi dan monopoli yang merugikan masyarakat konsumen, penimbunan
BBM maupun beras dan kasus terakhir bebas masuknya gula dan beras impor yang dimasukkan
oleh pelaku bermodal besar, sehingga suplai gula di pasar menjadi tinggi dan akhirnya turunlah
harga jualnya di bawah biaya produksinya. Kasus ini jelas merugikan petani tebu dan pabrik gula
lokal. Dalam ekonomi liberal atau bebas, kasus ini sah dan dibenarkan atas prinsip bahwa barang
bebas keluar masuk pasar dan kebebesan bagi para pelaku pasar untuk menggunakan modalnya.
Dan pemerintah atau negara tidak berhak melakukan intervensi terhadap pasar.
ANALISA PEMBENTUKAN HARGA DALAM PERSPEKTIF SYARIAH, UNIVERSITAS II
HALUOLEO 2015 |
Pada kasus-kasus di atas, bisa diselesaikan secara adil apabila negara melakukan
intervensi pasar, misalnya dengan memaksa penimbun untuk menjual barangnya ke pasar dengan
harga wajar, menetapkan harga yang adil sehingga pelaku monopoli tidak bisa menaikkan harga
seenaknya. Para ahli ekonomi modern pun menganjurkan negara untuk menetapkan harga dalam
Secara pasti di Indonesia pernah dilakukan penetapan harga seperti yang pernah
ditetapkan Presiden Abdurrahman Wachid pada harga gabah di negara ini. Penetapan harga
tersebut tertuang dalam Inpres RI No. 8 Tahun 2000 Tentang Penetapan Harga Dasar Gabah
perekonomian modern, terdiri atas beberapa macam berdasarkan pada penyebabnya, yakni harga
monopoli, kenaikan harga sebenarnya, dan kenaikan harga yang disebabkan oleh kebutuhan-
kebutuhan pokok. Untuk itu adalah peran pemerintah untuk melakukan intervensi pasar dalam
rangka mengembalikan kesempurnaan pasar, salah satunya adalah dengan menetapkan harga
Dalam rangka melindungi hak pembeli dan penjual, Islam membolehkan bahkan
mewajibkan melakukan intervensi harga. Ada beberapa faktor yang membolehkan intervensi
a. Intervensi harga menyangkut kepentingan masyarakat yaitu melindungi penjual dalam hal profit
b. Jika harga tidak ditetapkan ketika penjual menjual dengan harga tinggi sehingga merugikan
pembeli.
c. Intervensi harga melindungi kepentingan masyarakat yang lebih luas karena pembeli biasanya
mewakili masyarakat yang lebih luas, sedangkan penjual mewakili kelompok yang lebih kecil.
Mekanisme tasir telah dibicarakan diatas, sedangkan secara konkretnya adalah pemerintah
pihak pemerintah perlu melakukan pengawasan yang ketat. Apabila kenaikan harga ini disebabkan
ulah para pedagang, misalnya dengan melakukan penimbunan barang dengan tujuan menjualnya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi hargasuatubarangadalahtingkatpertukaranbarangitudenganbaranglain.Dimana
harga terbentuk untuk memenuhi tujuan dua pihak, yaitu produsen dan konsumen. Produsen
memandanghargasebagainilaibarangyangmampumemberikanmanfaatkeuntungandiatasbiaya
produksinya(atautujuanlain,misalnyakeuntungan).Konsumenmemandanghargasebagainilai
hemat,prestise,syaratpembayaran,dansebagainya).
DalamkonsepperspektifIslam,hargadisiniditentukanolehkeseimbanganpermintaandan
penawaran. Dimana keseimbangan ini terjadi bila antara penjual dan pembeli bersikap saling
merelakan.Akantetapiapabilaparapedagangsudahmenaikkanhargadiatasbataskewajaran,
merekaitutelahberbuatzalimdansangatmembahayakanumatmanusia,makaseorangpenguasa
(Pemerintah)haruscampurtangandalammenanganipersoalantersebutdengancaramenetapkan
hargastandar.
Dengan kata lain, bahwa penetapan harga (tasir) pada suatu perdagangan dan bisnis
naiknya harga. Jadi praktek tasir di Indonesia sudah pernah dilakukan seperti penetapan harga
dasar gabah dan beras pada zaman pemerintahan Presiden Abdurrahman Wachid yang tertuang
dalam Inpres RI No. 8 Tahun 2000 Tentang Penetapan Harga Dasar Gabah Serta Harga
3.2 Saran
Dari penyusunan makalah ini, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan sebagai
masukan untuk meningkatkann khazanah keilmuan terutama yang berkaitan dengan rujukan
referensidalamkaitannyadenganperspektifsyariahterhadappenetapanhargadisini.Jadidalamhal
inisarantersebutantaralain:
relevan dengan kondisi ekonomi masyarakat masa kini, baik secara hukum Islam
maupunsecarahukumpositif.
2. HendaknyaPemerintahmelaluiBdanPembinaanHukumNasionalsesegeramungkin
mengaturjualbelidalamrangkapenetapanhargadasaryangsesuaidenganmekanisme
syariahyangrelevanterhadapiklimekonomidiIndonesia,sehinggamasyarakatdapat
mengimplementasikannyadenganbaikdanbenar.
DAFTARPUSTAKA
AbdulWahabKholab,KaidahHukumIslam,Jakarta:RajawaliPress,1993
AdiwarmanAzwarKarim,EkonomiMikroIslamEdisiKetiga,Jakarta:PT.Raja
GrafindoPersada,2008
AdiwarmanAzwarKarim,SejarahPemikiranEkonomiIslamEdisiKetiga,Jakarta:
PT.RajaGrafindoPersada,2006
http://shariaeconomy.blogspot.com/2008/07/penetapan-harga-dalam-islam-
perpektif.html
As-Suyuthi, Imam Jalaluddin. Al-Asybah wa An-Nadhair. Maktabah Ats-Tsaqafi Li An-
http://www.eramuslim.com/konsultasi/fikih-kontemporer/pematokan-harga.htm
Inpres RI No. 8 Tahun 2000 Tentang Penetapan Harga Dasar Gabah Serta Harga
http://www.tempointeraktif.com/hg/peraturan/2004/04/07/prn,20040407-03,id.html
http://zonaekis.com/penetapan-harga-dalam-sistem-perekonomian-modern#more-327