RINGKASAN EKSEKUTIF
Studi Jaringan Pemasaran Produksi Perikanan dari Taman Nasional Laut Taka
Bonerate bertujuan untuk: (1) mengetahui keluasan jaringan pemasaran produksi ikan
yang berasal dari Taman Nasional Laut Taka Bonerate; (2) merumuskan mekanisme
pasar yang kondusif dan berdaya guna untuk pengembangan ekonomi masyarakat
setempat; (3) menganalisis margin dan pangsa harga pemasaran produk perikanan
pada setiap lembaga pemasaran; dan (4) untuk menganalisis manfaat pemasaran
ekspor dan antar-pulau (intersulair) produk perikanan dari Kabupaten Selayar.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Survei yaitu penelitian yang menggunakan
kuisioner dan mengambil sampel sebagai wakil dari populasi. Penentuan responden
(sampel) dilakukan dengan metode Cluster Random Sampling yang terdiri dari nelayan,
pedagang, tokoh masyarakat dan pemda yang secara keseluruhan berjumlah 338
orang. Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini digunakan
beberapa analisis kuantitatif, kualitatif, analisis margin mutlak, analisis keuntungan,
analisis efisiensi pemasaran dan analisis manfaat antar pulau dan ekspor.
ii
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Terdapat dua model pemasaran ikan hidup di kawasan Taman Nasional Laut
Taka Bonerate yaitu: (1) yang membentuk pola kemitraan ponggawa Sawi, dan (2)
nelayan yang tidak mempunyai ponggawa. Kedua model tersebut mempunyai
perbedaan harga jual yang sangat menyolok yaitu nelayan yang bermitra lebih rendah
nilai jualnya dibanding dengan nelayan yang tidak bermitra sehingga pendapatan
nelayan yang tidak bermitra relatif lebih tinggi. Dengan demikian, model pemasaran
yang kondusif dan berdaya guna untuk pengembangan ekonomi masyarakat setempat
adalah model pemasaran nelayan yang tidak mempunyai ponggawa tapi dengan
dukungan sarana dan prasarana dari pemerintah dan lembaga alternatif.
iii
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Lembaga pemasaran yang lebih efisien untuk ikan hidup adalah eksportir
sebesar 9,2%; untuk ikan segar adalah agen sebesar 0,79% dan untuk ikan olahan
adalah pedagang pengecer sebesar 0,40%.
Adapun saran dari penelitian ini adalah (1) Pentingnya dibentuk sebuah lembaga
ekonomi alternatif untuk mengurangi ketergantungan nelayan sawi terhadap ponggawa-
nya, terutama untuk memenuhi kebutuhan operasional nelayan; (2) Perlunya
membentuk sebuah lembaga/kelompok pemberdayaan nelayan sehingga mereka dapat
saling membantu dan bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan mereka;
(3) Perlunya perhatian dan penanganan pemerintah daerah setempat untuk dapat
menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung aktivitas pemasaran
produksi perikanan seperti industri pengolahan (cold storage) dan pelabuhan perikanan
dalam rangka peningkatan PAD Kabupaten Selayar; (4) Perlunya pertimbangan yang
matang untuk menentukan besarnya retribusi yang dipungut pada setiap lembaga
pemasaran, yang berlandaskan pada tingkat margin, pangsa harga dan keuntungan
masing-masing lembaga pemasaran yang nantinya dijadikan sebagai sumber
pembiayaan pembangunan sarana dan prasarana perikanan seperti dermaga,
cold storage, kegiatan konservasi dan lainnya; (5) Penentuan lokasi-lakasi untuk sentra
pemasaran di daerah pulau pulau kecil diantaranya Pulau Bonerate, Pulau Jampea dan
Pulau Kalotoa untuk lebih memperlancar arus distribusi dan perdagangan ikan dari
kawasan Taka Bonerate; (6) Perlunya penanganan yang lebih tepat terutama untuk
retribusi bagi nelayan Taka Bonerate yang menjual hasil tangkapannya di luar Pulau
Selayar, nelayan yang berasal dari luar Pulau selayar yang menjual hasil tangkapannya
di luar wilayah Selayar serta nelayan yang berasal dari selayar dan menjual hasil
tangkapannya di Pulau selayar sehingga nantinya ada kontribusi yang lebih signifikan
bagi PAD Kabupaten Selayar.
iv
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ......................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG ...............................................................................................1
1.2. PERUMUSAN MASALAH ........................................................................................2
1.3. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................................3
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN .......................................................................................3
1.5. KERANGKA PIKIR.................................................................................................3
II. METODOLOGI PENELITIAN ...............................................................................6
2.1. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ..........................................................................6
2.2. METODE PENELITIAN ...........................................................................................6
2.3. SUMBER DATA ....................................................................................................7
2.4. ANALISIS DATA ...................................................................................................7
2.5. KONSEP OPERASIONAL .....................................................................................10
III. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................11
3.1. PRODUKSI PERIKANAN ......................................................................................11
3.2. PEMASARAN .....................................................................................................13
3.3. LEMBAGA PEMASARAN ......................................................................................14
3.4. SALURAN PEMASARAN ......................................................................................16
3.5. BIAYA, HARGA DAN MARGIN PEMASARAN...........................................................17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................20
4.1. GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI .....................................................................20
4.1.1. Kondisi Geografi dan Letak Wilayah ......................................................20
4.1.2. Karakteristik Pulau - Pulau ......................................................................21
4.1.3. Kependudukan ........................................................................................23
4.1.4. Iklim dan Musim Tangkapan ...................................................................24
4.1.5. Oseanografi.............................................................................................25
4.1.6. Potensi Sumberdaya Laut .......................................................................25
4.1.7. Aktivitas Penangkapan............................................................................27
4.2. POLA KEMITRAAN PONGGAWA DAN SAWI ...........................................................29
4.3. LUASAN JARINGAN PEMASARAN DI KAWASAN TAKA BONERATE ..........................34
4.3.1. Luasan Jaringan Pemasaran Produksi Ikan Hidup ................................34
4.3.1.1. Analisis Biaya Pemasaran Ikan Hidup.............................................37
4.3.1.2. Margin Pemasaran Ikan Hidup ........................................................37
4.3.1.3. Pangsa Harga Ikan Hidup ...............................................................40
4.3.1.4. Keuntungan Lembaga Pemasaran..................................................43
v
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
vi
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
DAFTAR TABEL
vi
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin i
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
vi
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin ii
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
DAFTAR GAMBAR
ix
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
DAFTAR LAMPIRAN
x
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
I. PENDAHULUAN
Tingginya permintaan akan komoditi ikan karang dari luar negeri serta didorong
oleh harga jual yang tinggi, membuat masyarakat cenderung mengeksploitasi
sumberdaya perikanan secara berlebihan, baik dengan menggunakan cara yang ramah
lingkungan maupun dengan cara yang merusak lingkungan seperti dengan penggunaan
bom, bius maupun bubu (khususnya di terumbu karang). Dengan demikian,
dikhawatirkan jika tidak ada pengawasan yang ketat terhadap alat tangkap dan aktifitas
penangkapan, maka terumbu karang di Kabupaten Selayar khususnya di kawasan Taka
Bonerate akan bertambah rusak (Made, 1994).
Selain sistem ponggawa sawi, struktur pasar komoditi hasil perikanan juga
mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan. Setiap rantai pemasaran yang terbentuk
akan memiliki karakteristik tersendiri, yang juga akan mempengaruhi tingkat keuntungan
1
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
dan efesiensi dari suatu sistem jaringan pemasaran. Dengan demikian, setiap jaringan
pemasaran yang ada perlu dianalisis secara mendalam, yang meliputi analisis struktur
harga yang terbentuk, margin setiap lembaga pemasaran, pangsa harga dan manfaat
pemasaran antar pulau.
2
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi berbagai pihak
yang berkepentingan (stakeholder) seperti: nelayan, ponggawa, industri swasta maupun
pemerintah dalam mengambil kebijakan dan keputusan tentang pemanfaatan serta
pengelolaan sumberdaya hayati perairan yang ada di kawasan Taman Nasional Laut
Taka Bonerate.
Salah satu sumberdaya alam penting di laut adalah ekosistem terumbu karang.
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem laut dengan keanekaragaman hayati
(biodiversity) yang paling tinggi yaang merupakan habitat untuk berlindung, mencari
makan dan tempat memijah beribu-ribu jenis biota laut, selain mempunyai fungsi lain
sebagai pencegah pengikisan pantai. Disamping sebagai sumber hasil perikanan dan
konservasi kawasan pantai, terumbu karang juga berpotensi mendukung pariwisata
bahari.
3
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
langsung sumberdaya alam laut; sedangkan secara tidak langsung bersumber pada
pola pemanfaatan lahan di sekitar ekosistem pantai.
Menyadari hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan suatu kajian tentang sistem
pemasaran yang dapat memberikan alokasi keuntungan yang adil terhadap setiap
individu dan lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya. Salah satu model sistem
pemasaran yang baik adalah pola kemitraan yang berbasis dan berpihak pada
masyarakat. Pendekatan penelitian ini, dirangkum dalam kerangka pikir yang
diperlihatkan pada Gambar 1 di bawah.
4
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
TAMAN NASIONAL
TAKA BONERATE
Produk perikanan
Terumbu karang dan (Ikan ekonomis penting)
biodiversitasnya
(-)
(-)
(-)
Kegiatan Eksploitasi
Besar -besaran
Deplesi Sumberdaya
Perikanan dan (+)
kerusakan terumbu Kegiatan lembaga dan
karang jaringan pemasaran
Peningkatan pendapatan
masyarakat dan peningkatan
PAD (+)
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Studi Jaringan Pemasaran Produksi Perikanan dari Taman
Nasional Taka Bonerate
5
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
(a) Nelayan penangkap ikan dan jenis alat tangkap yang digunakan;
(b) Pedagang (P. Pengumpul, Pengecer, P. Besar, Eksportir);
(c) Tokoh masyarakat;
(d) Wakil perintah dan instansi/lembaga terkait (Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan,
Bupati Selayar, Kadin, LSM, Karantina Ikan,TPI, Balai Uji Mutu Hasil Perikanan).
Secara keseluruhan, jumlah responden yang dihimpun berjumlah 338 orang dari
berbagai lokasi, dan dirangkum pada Tabel 1 berikut:
6
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 1. Lokasi dan Jumlah Sampel (Orang) Responden per Lokasi Penelitian
Tokoh
No Lokasi Nelayan Pedagang Pemda Jumlah
Masyarakat
1. P. Latondu 23 4 1 1 29
2. P. Rajuni 45 10 1 3 59
3. P. Tarupa 42 6 1 2 51
4. P. Jinato 40 5 1 2 48
5. P.Pasitallu 37 16 1 5 59
6. Benteng 2 29 5 2 37
7. Bulukumba 9 23 - 1 33
8. Sinjai 8 11 - - 19
9. Makassar - 18 3 - 21
Total 192 117 13 16 338
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2002
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 sumber, yaitu:
(a) Data primer, diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan
responden dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat, dengan
menggunakan daftar pertanyaan dan catatan harian;
(b) Data sekunder, diperoleh dari instansi yang mempunyai keterkaitan dengan
lingkup penelitian, seperti dari Dinas Perikanan, Balai Karantina Ikan,
Deperindag, Bapedda dan lainnya.
7
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
8
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
(f) Untuk menghitung efisiensi pemasaran, maka rumus yang di gunakan adalah :
Ep
EP = x 100 %
He
Dimana:
Ep = Efisiensi Pemasaran
Bp = Biaya Pemasaran setiap Lembaga
He = Harga Eceran/harga penjualan setiap lembaga
(g) Analisis manfaat pemasaran antar pulau (Interinsulair) dan ekspor yang akan
didasarkan pada diagram berikut:
Harga (Rp/Kg)
Hppj
G
Hppbbnp
cd
Hnsp
ct
Hppbni
Hnsi
Dimana:
9
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Untuk membatasi diri dalam penelitian ini , maka digunakan batasan pengertian
sebagai berikut:
1. Akses, adalah kemampuan untuk mendapatkan/mengelola sumber daya yang
tersedia;
2. Analisis SWOT, yaitu analisis yang digunakan untuk mengungkapkan kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dari suatu kondisi pola kemitraan antara
ponggawa dan sawi;
3. Konsumen akhir, adalah orang atau lembaga yang melakukan pembelian
barang atau komoditas dengan tujuan untuk dikonsumsi secara langsung;
4. Lembaga pemasaran, adalah orang, badan atau perusahaan yang terlibat
dalam penyaluran produksi perikanan dari produsen ke konsumen;
5. Biaya pemasaran, adalah biaya dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam
penyaluran produk dari produsen ke konsumen;
6. Margin pemasaran, adalah selisih antara biaya penjualan dan pembelian disetiap
lembaga pemasaran;
7. Manfaat yaitu hasil yang dapat dinikmati oleh nelayan (sawi) , dan pedagang
pengumpul (ponggawa) dari pola kemitraan yang disepakati;
8. Kelembagaan, yaitu penataan sosial yang diterima oleh masyarakat sebagai
wadah untuk memenuhi kehidupan mereka;
9. Nelayan, (produsen) yaitu orang yang melakukan penangkapan ikan di laut dan
hasil tangkapannya di jual ke pedagang pengumpul/ponggawa atau dikonsumsi
10. Pedagang besar, adalah pedagang yang aktif di pasar-pasar pusat (Kota
Makassar) yang mendapatkan ikan dari pedagang pengumpul.
11. Pedagang pengumpul/ponggawa, adalah orang yang aktif membeli dan
mengumpulkan ikan dari produsen di daerah produsen untuk dijual ke pedagang
berikut, sekaligus sebagai pemberi modal kerja pada nelayan (sawi);
12. Pedagang pengecer, adalah pedagang yang aktif membeli ikan dari pedagang
besaruntuk dijual, secara eceran, ke konsumen;
13. Pangsa Harga, adalah kemampuan suatu lembaga untuk meningkatkan
jangkauan harganya di pasaran, yang dinyatakan dalam satuan persen;
14. Agen, lembaga atau perorangan yang merupakan perpanjangan tangan
perusahaan atau pedagang yang tuganya melakukan pengumpulan dan
pembelian ikan di lokasi produsen (nelayan).
1
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 0
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Disamping itu terdapat beberapa jenis biota laut yang dilindungi, misalnya: ikan
napoleon (Cheilinus spp), kima (Tridacna spp), Hippopus spp, Trochus sp, Charonia
tritons, Cassus cornata, Conus textile, penyu (Chelonia spp), Eretmochelys sp, dan
duyung (Dugong-dugong). Dari jenis-jenis biota laut yang dilindungi tersebut, jenis
kima, duyung, ikan napoleon, susu bundar, Conus textile dan penyu merupakan jenis
yang populasinya sangat memprihatinkan (Anonim, 1997).
1
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 1
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Kerapu lumpur, popular dengan nama groasy grouper, memiliki bentuk badan
yang gepeng memanjang di habitat alamnya dengan ukuran badan dapat mencapai
panjang maksimal 150 cm. Namun demikian, pada umumnya, yang berhasil ditangkap
di laut memiliki panjang tubuh berkisar antara 30-50 cm. Warna dasar dari ikan kerapu
ini adalah sawo matang, dan pada bagian bawah agak keputihan; selain itu terdapat
garis menyerupai pita yang berwarna gelap yang melintang pada badannya. Kerapu
lumpur banyak dijumpai di daerah kawasan muara sungai yang berlumpur. Epinephelus
tauvina ini banyak terdapat di perairan Arafura, Teluk Cempe dan perairan sekitar
Kupang (Murtidjo, 2002).
1
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 2
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
3.2. Pemasaran
Pemasaran adalah segala bentuk kegiatan atau usaha yang dilakukan agar
barang yang diproduksi dapat mengalir secara langsung ke sektor konsumsi. Definisi ini
menunjukkan bahwa pemasaran itu meliputi kegiatan-kegiatan melakukan perdagangan
(merchandising), promosi (promotion), penentuan harga (pricing), penjualan (selling),
dan transportasi (transportation).
Pemasaran adalah suatu proses yang dinamis karena merupakan suatu proses
integral total dan bukanlah suatu pemilihan badan-badan yang terpecah antara
fungsi-fungsi dan produk. Dengan demikian, pemasaran bukanlah suatu aktifitas atau
sejumlah beberapa aktifitas saja, melainkan merupakan hasil dari hubungan timbal balik
dari beberapa aktifitas (Anwar, 1994). Selain itu, Ktler (1992) mengatakan bahwa
pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan melalui proses pertukaran, dimana proses pertukaran melibatkan kerja
seperti: penjual harus mencari pembeli, mengenali kebutuhan pembeli, merancang
produk yang tepat, mempromosikan produk tersebut, menyimpan dan mengangkutnya,
menegosiasikan dan lain sebagainya.
1
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 3
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
1
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 4
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
yang berusaha dalam bidang tata niaga/pemasaran. Lembaga ini membeli dan
mengumpulkan barang-barang yang berasal dari produsen dan menyalurkannya
kepada konsumen. Adapun lembaga pemberi jasa (facilitating agencies) adalah mereka
yang memberi jasa atau fasilitas untuk memperlancar fungsi tata niaga pemasaran yang
dilakukan oleh produsen atau pedagang perantara, contohnya adalah bank, usaha
pengangkutan, biro iklan dan sebagainya.
1
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 5
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Pemilihan saluran pemasaran yang tepat merupakan faktor penting dalam usaha
memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen. Meskipun barang yang
disalurkan sudah sesuai dengan selera konsumen, tetapi apabila saluran yang
digunakan tidak mempunyai kemampuan, kegiatan, dan inisiatif, maka usaha
penyaluran barang akan mengalami hambatan (Nitisemito, 1981).
2. Saluran satu tingkat mempunyai satu perantara penjualan. Dalam pasar konsumen,
perantara itu sekaligus sebagai pengecer
Produsen Pengecer Konsumen
a. Jarak antara produsen dan konsumen, karena makin jauh jarak antara produsen dan
konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk;
b. Cepat tidaknya kerusakan produk, karena produk yang cepat atau mudah rusak
harus segera diterima oleh konsumen, dengan demikian menghendaki saluran yang
pendek dan cepat;
1
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 6
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
c. Skala produksi, karena bila produksinya dalam ukuran-ukuran kecil maka jumlah
produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, sehingga akan tidak menguntungkan
bila produsen langsung menjualnya ke pasar;
d. Posisi keuangan pengusaha, karena produsen yang posisi keuangannya kuat
cenderung akan memperpendek saluran tataniaga.
1
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 7
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Pengertian harga suatu barang adalah nilai pasar (nilai tukar) dari barang
tersebut yang dinyatakan dalam jumlah uang. Harga merupakan suatu hal yang penting
dan menarik bagi para penjual maupun bagi para pembeli di pasar. Bagi produsen,
tingkat harga dimana mereka menjual hasil produksinya mungkin akan mempunyai
pengaruh (efek) yang berbeda terhadap laba (profit) bersih yang akan diperolehnya.
Bagi pihak pedagang, perbedaan antara harga penjualan dan biaya yang dikeluarkan
menentukan besarnya laba (merge) dan merge ini merupakan dasar bagi mereka
bekerja pada setiap transaksi daripada pasar-pasar diamana mereka dapat membeli
dan menjual (Mubyarto 1989).
1
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 8
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
1
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 9
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Taman Nasional Laut Taka Bonerate (TNLTB) terletak di Laut Flores antara
120 55 121 25 Bujur Timur dan 6 20 7 10 Lintang Selatan. Secara administrasi
pemerintahan, TNLTB termasuk kedalam wilayah Kecamatan Taka Bonerate,
Kabupaten Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Luas kawasan Taman Nasional ini
adalah 530.765 Ha, yang terdiri dari 21 gugusan pulau-pulau kecil yang membentuk
lingkaran menyerupai tapal kuda, disebut sebagai atol. Kawasan ini ditetapkan sebagai
Taman Nasional Laut, karena memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia, dengan luas
222.000 Ha, setelah atol Kwajalein, di Kepulauan Marshall, dan atol Suvadiva di Maldive
Sebagai Taman Nasional Laut Taka Bonerate, kawasan ini terbagi ke dalam tiga
daerah zonasi (Tabel 2), yaitu:
1) Zona inti, yang merupakan daerah utama yang dilindungi dari kegiatan
eksploitasi sumberdaya alam yang ada, dengan luas kawasan 8.050 Ha,
termasuk kedalamnya adalah Pulau Latondu Kecil, Tinanja, Ampalassa, Taka
Kumai dan Taka Balalong;
2) Zona pemanfaatan intensif, dengan luas 9.300 Ha, terdiri dari Pulau Tinabo
Kecil, Lantigiang, Taka Silebu, serta Taka Sepe. Daerah ini merupakan perairan
yang dapat dimanfaatkan oleh stakeholder yang ada, dengan menggunakan
peralatan dan teknologi yang lebih maju;
2
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 0
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Pada Tabel 3 terlihat bahwa kawasan Taka Bonerate memiliki suhu udara antara
28 44 C, dengan rata-rata 36 C; curah hujan antara 1526 1708 mm dan rata-rata
kelembaban udara sebesar 88%.
Tabel 3. Selang dan Rata-rata Parameter Iklim Kawasan Taman Nasional Laut
Taka Bonerate
2
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 1
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Pulau Rajuni Besar dan Kecil, mempunyai ketinggian 3 m dari permukaan laut.
Bentuk kedua pulau ini memanjang dari Utara ke Selatan dengan ukuran panjang
1,5 km dan lebar sekitar 0,5 km. Bentuk perairan dasarnya agak datar, dengan
kemiringan antara 0 3% dan tanpa topografi yang berarti.
Pulau Passitallu terdiri dari Passitallu Timur, Passitallu Tengah dan Pulau
Passitallu Barat, dengan ketinggian masing-masing sekitar 4 m dari permukaan laut.
Pulaunya berbentuk memanjang dari Utara ke Selatan, dengan panjang sekitar
1,2 km dan lebar sekitar 0,8 km. Bentuk pulaunya datar dengan kemiringan 0 3%,
tanpa topografi yang berarti.
Pulau Jinato memiliki ketinggian sekitar 4 m dari permukaan laut. Bentuk pulau
memanjang Utara Selatan dengan panjang sekitar 1,6 km dan lebar 0,8 km. Bentuk
wilayah datar sampai agak datar dengan kemiringan 0 3% dan tanpa topografi yang
berarti (Anonim,1997).
2
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 2
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
4.1.3. Kependudukan
Tabel 4. Nama Pulau, Luas Pulau dan Jumlah Penduduk dalam Kawasan TNTB
Jumlah
No. Pulau Luas (Ha)
Penduduk (jiwa)
1 Latondu Besar 125 594
2 Rajuni Kecil 91 1. 260
3 Rajuni Besar 14 302
4 Jinato 58 847
5. Tarupa 40 648
6 Passitallu Timur 33 336
7 Passitallu Tengah 27 540
Jumlah 388 4527
Sumber: Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2001
Pulau terluas di kawasan Taka Bonerate adalah Pulau Latondu Besar, seluas
125 Ha, dengan jumlah penduduk 594 orang; sedangkan pulau terkecil adalah Rajuni
Besar, seluas 14 Ha, dengan jumlah penduduk 302 orang. Pulau yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak adalah Pulau Rajuni Kecil dengan 1.260 orang
.
Tabel 5. Persentase Jenis Pekerjaan Penduduk di Kecamatan Taka Bonerate
2
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 3
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Kawasan Taman Nasional Laut Taka Bonerate ini dipengaruhi oleh musim angin
Barat, angin Timur, dan musim pancaroba. Musim angin Barat terjadi sekitar bulan
Januari sampai Maret dan biasanya diikuti musim penghujan dengan angin kencang
yang dapat menimbulkan gelombang laut yang besar. Musim angin Timur terjadi pada
bulan Juli sampai September, yang diikuti oleh musim kemarau dan ditandai dengan
kurangnya kecepatan angin, sehingga gelombang laut agak tenang. Musim pancaroba,
adalah musim peralihan, terjadi antara bulan April sampai Juni dan antara bulan
Oktober hingga Desember. Keadaan laut pada musim pancaroba tidak dapat diduga
karena sewaktu-waktu gelombang laut tenang dan di waktu lain menjadi besar.
Produksi perikanan sangat dipengaruhi oleh musim. Saat musim Barat yang
disebut musim paceklik, nelayan kurang atau bahkan tidak melaut akibat besarnya
ombak sehingga produksi perikanan pada umumnya menurun. Sebaliknya, saat musim
Timur tiba para nelayan sangat bersyukur karena pada musim ini kondisi laut sangat
bersahabat, sehingga para nelayan dengan semangat baharinya berbondong-bondong
melaut untuk menangkap ikan, sehingga musim Timur ini juga sering disebut musim
ikan karena produksi ikan sangat melimpah. Musim juga mempengaruhi harga jual
produk perikanan, pada saat musim Barat harga ikan meningkat karena kurangnya
aktivitas penangkapan, sedangkan pada musim Timur harga ikan menurun akibat hasil
yang melimpah.
2
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 4
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
4.1.5. Oseanografi
Pada musim Barat, pada bulan Januari Maret, arus permukaan di kawasan
TNLTBR mengalir ke arah Timur dengan kecepatan 33 sampai 50 cm/det. Pada awal
musim Timur (bulan April), arus permukaan mengalir ke arah Barat dengan kecepatan
lemah (12 38 cm/det), untuk kemudian semakin meningkat dengan kecepatan
maksimum terjadi pada bulan Juni, sekitar 75 cm/det dan mengarah ke Timur. Pada
akhir musim Timur, bulan Oktober, kecepatan arus mulai menurun dan mengarah ke
Barat dengan kecepatan 25 38 cm/det.
Perairan TNLTB memiliki tipe pasang surut semi-diurnal, yaitu dalam sehari
terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut. Selang pasang tertinggi dan surut
terendah berkisar antara 2 2,30 m (Anonim,1997).
2
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 5
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
pari, ikan-ikan karang seperti ikan badut, peri, tampal bor, kupu-kupu, kardinal, damsel,
sidat, ekor kuning seperti biji nangka, kerapu, kakak tua, buntal, baronang, lepu ayam,
dan napoleon, maupun ikan-ikan pelagis seperti: tuna, bobara, dan barakuda.
Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Selayar, jenis dan jumlah
hasil tangkapan nelayan per tahun 2001 terlihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Jenis dan Jumlah Produksi Ikan Laut di Kec.Taka Bonerate Tahun 2001
Dari tabel diatas terlihat bahwa terdapat 24 jenis ikan sebagai tangkapan utama
nelayan. Jumlah hasil tangkapan setiap jenis ikan berbeda-beda, untuk jenis tangkapan
terbanyak adalah ikan julung-julung, diikuti ikan teri , masing-masing sebanyak 75,2 dan
69,1 ton. Kedua jenis ikan ini termasuk ikan ekonomis rendah; sedangkan ikan
ekonomis tinggi, seperti ikan kerapu, produksinya cukup tinggi sebanyak 23,1 ton. Ikan
kerapu merupakan ikan yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap pendapatan
nelayan karena memiliki harga jual yang relatif tinggi dan dipasarkan sampai ke luar
negeri.
2
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 6
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 7. Persentase Jenis Alat Tangkap Utama yang Digunakan Nelayan di Kecamatan
Taka Bonerate
Dilihat dari jumlah dan jenis alat tangkap utama yang digunakan oleh nelayan di
kawasan Taka Bonerate adalah pancing, pukat dan kompresor, mengindikasikan bahwa
nelayan yang berdiam di kawasan Taka Bonerate mempunyai target tangkapan utama
ikan karang.
Pemilihan berbagai alat tangkap bagi nelayan tergantung pada jenis tangkapan
yang diharapkan, kemampuan pengoperasian alat, serta kemampuan permodalan yang
dimiliki. Karena kondisi perairan di kawasan Taka Bonerate yang umumnya berkarang,
maka nelayan mengoperasikan jenis alat tangkap yang sesuai dengan kondisi tersebut,
dengan target tangkapan rata-rata nelayan adalah jenis ikan karang ekonomis tinggi,
seperti ikan sunu dan ikan kerapu.
Seperti terlihat pada Tabel 7, pada Tabel 8 juga terlihat bahwa jenis alat tangkap
yang dominan digunakan oleh nelayan di kawasan Taka Bonerate adalah pancing,
karena jenis ikan karang, seperti sunu dan kerapu, relatif lebih mudah ditangkap dengan
menggunakan alat tangkap ini. Kedua jenis ikan karang tersebut merupakan target
2
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 7
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
penangkapan, karena mempunyai nilai jual yang relatif tinggi, sehingga mendorong para
nelayan untuk melakukan penangkapan secara intensif. Selain alat tangkap pancing,
ada juga nelayan yang menggunakan alat tangkap bubu dan kompressor sebagai media
alat tangkap. Nampaknya, jenis alat tangkap pancing bagi nelayan di kawasan ini
dianggap lebih ekonomis digunakan karena hanya menggunakan perahu kecil (jolloro),
walaupun dengan mobilitas yang terbatas.
Tabel 8. Jumlah (unit) dan Jenis Alat Tangkap yang Digunakan di Kawasan Taka Bonerate
2
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 8
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Sawi
Ponggawa
(Nelayan)
Faktor Eksternal
- Harga Pasar
- Harga material alat tangkap
- Permintaan/Penawaran
-
Gambar 2. Skema Peran dan Aktivitas yang Dilakukan Oleh Sawi dan Ponggawa
Dalam Hubungan Kerjasama Pengelolaan Ikan Kerapu Hidup
2
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 9
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Salah satu kegiatan studi ini menganalisis potensi integrasi ponggawa dengan
sawi dalam pola kemitraan dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan atau keeratan
hubungan interaksi timbal balik, yang pada dasarnya dapat dilihat dari aspek akses dan
kontrol. Akses adalah kemampuan untuk mengupayakan atau memanfaatkan
sumberdaya; sedangkan kontrol adalah peranan yang dilakukan, berupa wewenang
mengatur dan atau memanfaatkan sumberdaya dalam berperilaku untuk mencapai
tujuan tertentu. Kemampuan akses dan kontrol responden studi terlihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kemampuan Terhadap Akses dan Kontrol Ponggawa dan Sawi dalam Relasi
Pengelolaan Ikan Kerapu Hidup di Kawasan Taka Bonerate
Akses Kontrol
No Uraian
Nelayan Ponggawa Nelayan Ponggawa
1. Perlengkapan Penangkapan:
Perahu + +++ + +++
Mesin - +++ _ +++
Alat Tangkap + +++ + +++
Bahan Bakar - +++ - +++
2. Operasi Penangkapan
Pengetahuan +++ - ++ -
Penangkapan +++ - ++ -
Biaya Operasional + +++ +- +++
3. Hasil Tangkapan:
Ikan kerapu Hidup +++ +++ - +++
Selain ikan kerapu +++ + + +
4. Pemasaran:
Lokasi - +++ - +++
Harga - +++ - +++
Sumber: Data primer yang diolah, 2002
Catatan: +++ = Tinggi ++ = Sedang + = Rendah - = Tidak ada
3
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 0
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Uraian diatas sejalan dengan yang dikemukakan oleh Yusran (2002) bahwa
interaksi internal antara ponggawa, clan sawi, non clan sawi dan fishing master adalah
sebagai berikut:
Hubungan hirarki antara ponggawa, clan sawi (keluarga dekat) dan non clan
sawi banyak terjadi pada sistem bagi hasil, pinjaman dan pelayanan sosial
lain dari ponggawa sehingga timbul sikap loyal terhadap ponggawa.
Interaksi antara ponggawa dan clan sawi didominasi oleh hubungan
keluarga, sementara non clan sawi sekedar hubungan kerja. Jadi kedua
hubungan ini akan menciptakan kepatuhan dan loyalitas, termasuk dalam
melayani keluarga ponggawa pada kesempatan-kesempatan khusus,
misalnya perkawinan atau acara keluarga. Dalam masyarakat Bugis
Makassar interaksi internal antara ponggawa dan sawi lebih erat lagi ketika
musim tangkapan menurun karena meningkatnya kebutuhan hidup dalam
bentuk pinjaman kepada ponggawa .
3
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 1
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 10. Analisis Potensi Responden Nelayan dan Ponggawa dalam Hubungan Kerjasama
Pengelolaan Ikan Kerapu Hidup di Kawasan Taka Bonerate
3
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 2
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Terlihat dari Tabel 10, antara kekuatan dan kelemahan responden nelayan
dengan ponggawa terdapat kecenderungan berkebalikan, dimana posisi kekuatan bagi
ponggawa merupakan kelemahan bagi nelayan dan begitu juga sebaliknya. Selain itu,
terlihat bahwa kemampuan nelayan dalam hal pengetahuan dan pengalaman sangat
menonjol, sebaliknya lemah terhadap akses keuangan dan sumber permodalan usaha.
Dengan mengacu pada matriks SWOT, maka dapat dilakukan analisis dengan
menggunakan faktor internal dan eksternal tersebut di atas, untuk menentukan
beberapa strategi dapat dilakukan, seperti:
1. Strategi SO, adalah strategi yang dipilih dengan memanfaatkan kekuatan untuk
merebut peluang yang tersedia, diantaranya adalah :
3
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 3
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Nelayan (Produsen)
V
II
Pedagang
IV I III
Pengumpul Kecil
Pedagang Pedagang
Pengumpul Pengumpul Besar
(Ponggawa)
Pedagang Agen
Besar
Eksportir
Importir (Kapal
Hongkong)
Keterangan:
: Model pemasaran I
: Model pemasaran II
: Model pemasaran III
: Model pemasaran IV
: Model pemasaran V
3
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 4
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
3
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 5
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Gambar 4. Peta Saluran Pemasaran Ikan Hidup dari Kawasan Taka Bonerate
Kabupaten Selayar
3
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 6
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 11. Biaya Pemasaran Ikan Hidup oleh Lembaga Pemasaran di Kawasan Taka Bonerate
Dari tabel di atas terlihat bahwa biaya tertinggi dikeluarkan oleh agen sebesar
Rp 1900/kg terdiri dari biaya transportasi, tenaga kerja dan pemeliharaan, sedangkan
terendah dikeluarkan oleh ponggawa sebesar Rp 500/kg yang hanya mengeluarkan
biaya transportasi.
3
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 7
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 12. Margin Mutlak Pemasaran Ikan Hidup dari Taka Bonerate Berdasarkan Nilai Ekonomis
per komoditi
Margin Mutlak
Harga/Kg
(Rp)
Musim Jenis Komoditi Harga di Tingkat Harga Jual Eksportir
Produsen (Rp) (Rp) Rendah Tinggi
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Barat Lobster 130.000 140.000 135.000 150.000 5.000 10.000
Napoleon 125.000 150.000 200.000 350.000 75.000 200.000
kerapu lumpur
Baby (0,2-0,6) 15.000 - 30.000 15.000 -
Super (0,6-1,3) - 40.000 - 60.000 - 20.000
Sunu
Baby (0,2-0,6) 25.000 - 30.000 5.000 -
Super (0,6-1,3) - 80.000 - 130.000 - 50.000
1,3UP (ekor) - 90.000 - 150.000 - 60.000
Kerapu macan 50.000 70.000 70.000 100.000 30.000 30.000
Timur Lobster 130.000 140.000 130.000 150.000 5.000 10.000
Napoleon 120.000 130.000 300.000 350.000 180.000 220.000
Kerapu lumpur
Baby (0,2-0,6) 10.000 25.000 - 15.000 -
Super (0,6-1,3) - 35.000 - 55.000 - 20.000
Sunu -
Baby (0,2-0,6) 23.000 33.000 - 10.000 -
Super (0,6-1,3) - 75.000 - 125.000 - 50.000
1,3UP (ekor) - 85.000 - 145.000 - 60.000
Kerapu macan 50.000 70.000 90.000 20.000 20.000
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2002
Dari Tabel 12 terlihat, bahwa pada musim Timur margin mutlak tertinggi ada
pada jenis ikan napoleon sebesar Rp 220.000/kg; sedangkan margin mutlak terendah
untuk jenis lobster sebesar Rp 5.000/kg. Pada musim Barat, margin mutlak terendah
untuk jenis sunu baby (0,2 0,6 kg) dan lobster, masing-masing sebesar Rp 5.000/kg;
sedangkan tertinggi adalah untuk jenis napoleon, sebesar Rp 200.000/kg. Secara
keseluruhan, margin mutlak tertinggi diperoleh ikan jenis Napoleon, karena komoditi ini
merupakan salah satu ikan yang memiliki jumlah permintaan pasar yang tinggi; namun
sekaligus merupakan ikan yang dilindungi.
Untuk margin mutlak per lembaga pemasaran, pada Tabel 13 berikut terlihat
bahwa pedagang pengumpul besar memperoleh margin mutlak tertinggi, sebesar
Rp 30.000/kg, baik saat musim Barat maupun Timur, untuk jenis ikan sunu; sedangkan
terendah, sebesar Rp 2.000/kg, untuk jenis ikan kerapu lumpur pada kedua musim.
3
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 8
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 13. Margin Mutlak Ikan Hidup per Lembaga Pemasaran dari Taka Bonerate
3
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 9
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 14. Margin Mutlak yang Diterima oleh Masing-masing Saluran Pemasaran
4
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 0
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
mutlak dengan harga penjualan pedagang terakhir. Perhitungan pangsa harga ikan
hidup dilampirkan pada Lampiran 5. Untuk pangsa harga yang diperoleh produsen
berbagai komoditi tangkapan disajikan pada Tabel 15 berikut.
Tabel 15. Pangsa Harga Produsen (nelayan) pada Dua Musim Tangkapan untuk Berbagai Jenis
Komoditas Hasil Tangkapan
Harga Harga
Nilai
Musim Jenis Komoditi Produsen Ekspor PH (%)
Ekonomi
(Rp/Kg) (Rp/Kg)
Rendah Lobster 130.000 135.000 96,3
Tinggi Lobster 140.000 150.000 93,3
Rendah Napoleon 125.000 200.000 62.5
Tinggi 150.000 350.000 42,9
Kerapu lumpur
Rendah Baby (0,2 0,6) 15.000 30.000 50,0
Barat Tinggi Super (0,6 1,3) 40.000 60.000 66,7
Untuk pangsa harga yang diperoleh oleh pedagang, khusus ikan hidup dapat
dilihat pada Tabel 16 berikut
4
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 1
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 16. Pangsa Harga Pedagang Ikan Hidup Berdasarkan Lembaga Pemasaran untuk Dua
Musim Tangkap
4
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 2
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
yang diperoleh adalah sebesar 50,0% untuk jenis napoleon saat musim Timur dan
Barat; dan terendah, 3,8%, diperoleh untuk ikan sunu pada musim Barat.
Keuntungan dari suatu lembaga pemasaran tidak terlepas dari biaya pemasaran,
dimana biaya pemasaran yang dikeluarkan berupa pergerakan ikan kerapu hidup dari
tangan produsen sampai ke konsumen (eksportir).
Besar kecilnya biaya pemasaran untuk hasil perikanan tergantung dengan besar
kecilnya lembaga pemasaran dan jumlah fasilitas yang diperlukan dalam proses
pergerakan ikan kerapu hidup itu. Adapun jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran ikan kerapu hidup tersebut berupa biaya angkutan, biaya pemeliharaan,
biaya tenaga kerja, pajak dan lain-lain.
Keuntungan itu sendiri merupakan selisih antara harga penjualan dengan biaya
pemasaran, atau dari besarnya biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan akan
memperoleh suatu keuntungan pemasaran. Pada Tabel 17 diperlihatkan keuntungan
yang diterima pihak lembaga pemasaran yang terlibat dalam tata niaga atau pemasaran
ikan kerapu hidup.
4
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 3
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 17. Keuntungan Lembaga Pemasaran Ikan Kerapu Hidup dari Taman Nasional
Taka Bonerate
Dan diantara saluran-saluran tersebut, maka saluran yang paling efisien adalah
saluran ke IV dengan nilai efisiensi pemasaran rata-rata 46,7% dan inefisiensi adalah
saluran I dengan nilai efisiensi pemasaran rata-rata 139,7%.
4
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 4
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 18. Efisiensi Pemasaran Ikan Kerapu Hidup dari Taman Nasional Taka Bonerate
Efisiensi Pemasaran
Lembaga
No Musim Kerapu Lumpur Kerapu Sunu Kerapu Total
Pemasaran
Baby Super Baby Super Macan
Barat 25,0 6,0 10,0 1,5 2,1 44,6
1. Ponggawa
Timur 27,3 7,5 10,0 1,5 2,1 48,4
Barat 4,7 1,9 3,8 0,7 0,9 12,0
2. Pedagang Besar
Timur 5,4 2,3 4,3 0,7 0,9 13,6
Barat 3,1 1,6 3,1 0,7 0,9 9,2
3. Eksportir
Timur 4,7 1,9 3,8 0,7 0,8 11,9
Saluran I 70,2 21,2 25,0 5,8 7,5 139,7
Pedagang Barat 4,6 3,8 7,7 1,2 1,6 18,9
4.
Pengumpul Timur 5,7 4,6 7,7 1,2 1,6 20,8
Barat 4,7 1,9 3,8 0,7 0,9 12,0
5. Pedagang besar
Timur 5,4 2,3 4,3 0,7 0,9 13,6
Barat 3,1 1,6 3,1 0,7 0,7 9,2
6. Eksportir
Timur 4,7 1,9 3,8 0,7 0,8 11,9
Saluran II 28,2 16,1 30,4 5,8 6,5 86,4
Barat 23,7 4,7 9,5 1,2 2,4 41,9
7. Agen
Timur 25,3 6,3 9,5 1,2 2,4 45,1
Barat 4,7 1,9 3,8 0,7 0,9 12,0
8. Pedagang Besar
Timur 5,4 2,3 4,3 0,7 0,9 13,6
Barat 3,1 1,6 3,1 0,7 0,7 9,2
9. Eksportir
Timur 4,7 1,9 3,8 0,7 0,8 11,9
Saluran III 66,9 18,7 34,0 6,0 8,1 133,7
Barat 4,7 1,9 3,8 0,7 0,9 12,0
10. Pedagang Besar
Timur 5,4 2,3 4,3 0,7 0,9 13,6
Barat 3,1 1,6 3,1 0,7 0,7 9,2
11. Eksportir
Timur 4,7 1,9 3,8 0,7 0,8 11,9
Saluran IV 17,9 7,7 15,0 2,8 3,3 46,7
Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2002
Volume produksi yang dihasilkan oleh nelayan sangat bervariasi. Pada musim
penangkapan, umumnya nelayan selalu memperoleh ikan setiap kali penangkapan;
tetapi pada musim paceklik, kadang-kadang nelayan tidak memperoleh hasil sama
4
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 5
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
sekali. Berikut ini adalah proyeksi jumlah hasil tangkapan nelayan yang didasarkan
pada hasil survei yang dilakukan di lapangan sekitar pertengahan Juni 2002 dari
ukuran waktu tersebut musim yang berlaku adalah musim transisi (pancaroba).
Tabel 19. Rata-Rata Jumlah Produksi Ikan Hidup Tangkapan per Responden Nelayan di
KawasanTaka Bonerate
Dari Tabel 19 di atas, terlihat bahwa jumlah hasil tangkapan dari setiap lokasi
berbeda-beda baik hasil tangkapan harian, mingguan, bulanan maupun data tahunan.
Jumlah hasil tangkapan, perminggu, yang terbanyak diperoleh nelayan responden
Desa Pasitallu sebesar 55,2 kg; sedangkan paling sedikit tercatat di Desa Latondu
dengan jumlah produksi mingguan 16,5 kg. Bila dirata-ratakan maka jumlah hasil
tangkapan nelayan pada kelima lokasi survei didapatkan 24,8 kg per minggu,
sementara hasil perbulan tercatat 449,8 kg dan untuk pertahun sebanyak 1.809,7 kg.
4
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 6
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Untuk daerah tujuan pemasaran ikan segar dari kawasan Taka Bonerate,
cakupannya cukup luas, seperti terlihat pada Gambar 6 berikut.
4
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 7
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
II VI
Nelayan
III (Produsen)
IV V I
Pedagang
TPI Sinjai/Bulukumba/
Pengumpul Laut Ped.Pengumpul
Makassar
Darat/Lokal
Ped.Antar
Pulau NTT Pedagang Antar
Agen
Bau-bau Daerah (Juragan
Pedagang Pengecer
Gorontalo /Ponggawa)
Konsumen
(Rumah Makan, Restoran dan Hotel)
Makassar, Pinrang. Pare-Pare, Polmas,
Bantaeng, Toraja
Gambar 5. Skema Saluran Pemasaran Ikan Segar Di Kawasan Taka Bonerate Kabupaten
Selayar Tahun 2002
Dari skema tersebut, maka jalur-jalur pemasaran ikan segar dapat diuraikan
sebagai berikut :
Model 1 : Produsen Ped.Pengumpul darat/lokal Agen Eksportir di
Bali
Model 2 : Produsen Ped.Pengumpul Laut TPI Sinjai, Bulukumba
Ped. Antar Daerah/Juragan (ponggawa) Pengecer
Konsumen.
Model 3 : Produsen Ped.Pengumpul Laut TPI Sinjai & Bulukumba
Ped. Besar (Makassar) Eksportir Makassar.
Model 4 : Produsen Ped. Pengumpul Laut TPI Sinjai, Bulukumba &
Makassar Ped.Pengecer Konsumen.
Model 5 : Produsen Ped. Antar Daerah Ped. Besar Makassar
Konsumen
Model 6 : Produsen Ped.Pengumpul Darat Ped. Antar Pulau
Konsumen (rumah makan, restoran, hotel)
4
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 8
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
4
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 9
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Pemasaran ikan segar dari kawasan Taka Bonerate sampai ke konsumen akhir
melalui rantai pemasaran yang cukup beragam dan umumnya relatif pendek, walaupun
jumlah lembaga pemasaraan yang terlibat di dalamnya cukup banyak. Lembaga
pemasaran yang terlibat dari produsen sampai ke konsumen tercatat ada 10 jenis
lembaga yaitu: nelayan, pedagang pengumpul laut, pedagang pengumpul darat,
pedagang pengecer, agen, pedagang antar daerah, pedagang antar-pulau, pedagang
besar, konsumen akhir, dan eksportir.
Pada model saluran pertama, pedagang pengumpul darat, yang berasal dari
Kota Benteng di Selayar, membeli ikan ke pulau-pulau yang ada di kawasan.
Selanjutnya melalui agen yang berkedudukan di Benteng, ikan tersebut dijual ke
eksportir yang berkedudukan di Bali. Pada model saluran kedua dan ketiga, jalurnya
dimulai dari produsen ke pengumpul laut, yang akan membawanya ke TPI, dimana di
TPI ini ikan tersebut dapat dijual keberbagai lembaga pemasaran seperti: pedagang
antar-daerah (juragan/ponggawa), pedagang besar, pedagang pengecer maupun
langsung ke konsumen.
Pada saluran model ketiga, pedagang pengumpul laut (secara lokal disebut
panges) melakukan transaksi di laut dengan membeli ikan secara langsung dari
nelayan, untuk kemudian dibawa ke Tempat Pendaratan Ikan (TPI). TPI yang dituju
adalah TPI Labuang Korong dan TPI Kajang, keduanya di Kab. Bulukumba, TPI di Kab.
Sinjai, TPI Benteng di Kab. Selayar, dan TPI Rajawali di Kota Makassar. Khusus di TPI
Sinjai, ikan dari Panges ditadah oleh paccata, atau petugas TPI Sinjai
yang melakukan pelelangan secara terbuka. Paccata ini kemudian melakukan
pemotongan harga sebesar 10%/keranjang (berat isi = 50 kg) pada setiap transaksi ikan
yang terjual. Biaya pemotongan diperuntukkan bagi biaya buruh angkut, administrasi
dan gaji karyawan TPI. Sedangkan di TPI Bulukumba, ikan dari panges langsung
diterima oleh pedagang pengumpul besar atau ponggawa (juragan) atau pengecer.
Perlu diketahui bahwa ponggawa (juragan) adalah pemilik beberapa unit kapal
yang dioperasikan oleh nelayan dan mereka itu, biasanya memberikan pinjaman modal
kepada nelayan untuk keperluan hidup dan biaya operasional penangkapan. Dengan
demikian, sebagai konsekuensinya, hasil tangkapan nelayan harus dijual kepada
ponggawa yang memberikan pinjaman. Biasanya setelah ikan laku terjual, ponggawa
akan memotong langsung sebagian hasil penjualannya untuk mengansur pinjaman para
nelayannya.
5
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 0
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Pedagang pengumpul laut terdiri dari panges dan pedagang pengumpul lokal di
pulau-pulau; sedangkan yang termasuk pedagang pengumpul darat adalah pedagang
pengumpul besar, atau ponggawa (juragan kapal) yang umumnya berkedudukan di
Kabupaten Bulukumba, Kab. Sinjai, Kota Benteng, dan TPI Rajawali di Makassar.
Tabel 20. Biaya Pemasaran oleh Masing-Masing Lembaga Pemasaran Ikan Segar
Dari tabel di atas, terlihat bahwa biaya tertinggi dikeluarkan oleh pedagang antar
pulau sebesar Rp 650/kg sedangkan biaya terendah dikeluarkan oleh pihak agen
sebesar Rp 40/kg. Hal tersebut disebabkan karena pedagang antar-pulau harus
mengeluarkan retribusi dan memiliki kondisi yang berbeda dengan pihak agen.
5
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 1
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 21. Margin Mutlak Pemasaran Ikan Segar dari Taka Bonerate ke Konsumen
Berdasarkan Tabel 21 terlihat bahwa pada musim Barat, margin mutlak tertinggi
sebesar Rp 10.000/kg, adalah untuk jenis ikan pelagis ekonomis tinggi; dan terendah,
sebesar Rp 2.000/kg, untuk jenis kerang. Pada musim Timur, margin mutlak tertinggi
sebesar Rp 9.000/kg, adalah untuk jenis ikan demersal ekonomis tinggi dan terendah,
sebesar Rp 1.000/kg, untuk jenis ikan demersal ekonomis rendah. Dari nilai margin
5
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 2
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
mutlak tersebut terlihat adanya perbedaan harga, walaupun tidak besar, antara musim
Barat dan musim Timur.
Tabel 22. Margin Mutlak yang Diterima Masing-masing Lembaga Pemasaran pada Penjualan
Ikan Segar di TNTB
5
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 3
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 23. Margin Mutlak yang diterima oleh masing-masing Saluran Pemasaran ikan segar
5
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 4
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
sedangkan terendah tercatat untuk jenis ikan pelagis ekonomis tinggi, saat musim
Barat. Perlu kembali diketahui bahwa pangsa harga produsen adalah jumlah proporsi
atau bagian harga yang diperoleh oleh nelayan dari total, secara keseluruhan, harga
pasar untuk jenis komoditi tersebut.
Harga (Rp/kg)
Nilai
Musim Komoditi Ditingkat Penjualan oleh PH (%)
Ekonomis
Nelayan Pengecer
Rendah 4.500 10.000 45
Pelagis
Tinggi 7.000 17.000 41,17
Rendah 7.000 10,000 70.00
Domersal
Tinggi 15.500 25,000 62,00
Barat
Rajungan Tinggi 10.000 - -
Cumi-cumi Tinggi 9.000 15.000 60
Suso Rendah 5.000 7.000 71.42
Gurita Tinggi 10.500 17.000 61.80
Rendah 2.000 4.000 50
Pelagis
Tinggi 6.750 9.000 75
Rendah 7.000 8.000 87,5
Demersal
Tinggi 13.000 17,000 76,47
Timur
Rajungan Tinggi 7.500 - -
Cumi-cumi Tinggi 8.000 13.000 61.53
Suso Rendah 4.000 5.500 72.72
Gurita Tinggi 9.500 15.000 63.3
Sumber : Data Primer Hasil Olahan, 2002
5
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 5
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 25. Pangsa Harga yang diterima Oleh Masing-masing Lembaga Pemasaran Ikan Segar
5
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 6
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 26. Keuntungan Lembaga Pemasaran Ikan Segar di Kawasan Taka Bonerate
Lembaga Musim Barat Musim Timur
No Komoditi
Pemasaran Ek.rendah Ek.tinggi Ek.rendah Ek.tinggi
1 Pengumpul Laut Pelagis 1425 1425 425 2675
Demersal 1425 1425 425 2425
Rajungan - 4925 - 4425
2 Pengumpul Darat Pelagis 700 1700 1200 1700
Demersal 1700 1700 1700 1700
3 Pedagang Besar Pelagis 1100 1800 2100 3800
Demersal 1600 1600 1600 1100
4 Ped.Antar Daerah Pelagis 700 1700 1200 1200
Demersal 2600 1600 850 2600
5 Ped.Antar Pulau Pelagis 1929 - 929 -
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa agen pada musim Barat mempunyai
keuntungan terbesar dibanding dengan lembaga pemasaran lainnya yaitu sebesar
Rp 4.460/kg pada komoditi ikan pelagis ekonomis rendah. Sedangkan pengumpul laut
memiliki keuntungan terendah sebesar Rp 425/kg, hal ini terjadi karena besarnya biaya
yang dikeluarkan oleh pengumpul laut dalam proses pemasaran.
5
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 7
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Efesiensi Pemasaran
Lembaga Jumla
No Musim Pelagis Demersal Rajungan Cumi-Cumi Kerang
Pemasaran hTotal
Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi
1 Pengumpul Barat 3,75 1,66 3,75 1,36 - - - - - - 10,52
Darat/Lokal Timur 5,45 3,75 3,75 2,31 - - - - - - 15,26
Barat 0,25 - 0,5 0,04 - - - - - - 0,79
2 Agent
Timur 0,5 - 0,5 0,05 - - - - - - 1,21
Saluran I 9,95 5,41 8,66 3,76 - - - - - - 27,78
Pengumpul Barat 7,19 4,79 8,22 2,87 - 3,71 - - - 28,54
1
Laut Timur 12,7 7,66 9,58 5,75 - 4,6 - - - 1,76 42,05
Barat 3,75 1,66 3 1,36 - - - - - 11,77
2 PAD
Timur 5,45 4,29 4,62 2,61 - - - - - 2 22,87
Barat 2.09 1,29 2,2 0,88 - - - 1,47 3,14 1,29 6,46
3 Pengecer
Timur 5,5 2,44 2,75 1,29 - - - 1,69 4,4 1,47 19,54
Saluran II 36,68 22,13 30,37 14,76 - 8,31 - 3,16 7,54 6,52 129,4
Barat 7,19 4,79 8,22 2,87 3,71 - - - - - 26,78
1 PPL
Timur 12,7 7,66 9,58 5,75 4,6 - - - - - 40,29
Barat 4,4 1,98 3,33 1,48 - - - - - - 11,19
2 Ped.Besar
Timur 5 3,28 3,33 3,08 - - - - - - 14,69
Saluran III 29,29 17,71 24,46 13,18 8,31 - - - - - 92,95
Barat 7,19 4,79 8,22 2,87 3,71 - - - - - 26,78
1 P.Peng. Laut
Timur 12,7 7,66 9,58 5,75 4,6 - - - - - 40,29
Barat 2,09 1,29 2,2 0,88 - - - 1,47 3,14 1,29 12,36
2 Pengecer
Timur 5,5 2,44 2,75 1,29 - - - 1,69 4,4 1,47 19,54
Saluran IV 27,48 16,18 22,75 10,79 8,31 3,16 7,54 2,76 98,97
P.Antar Barat 3,75 1,66 3,75 1,36 - - - - - - 10,52
1
Daerah Timur 5,45 3,75 3,75 2,31 - - - - - - 15,26
Barat 4,4 1,98 3,33 1,48 - - - - - - 11,19
2 Ped.Besar
Timur 5 3,28 3,33 3,08 - - - - - - 14,69
Saluran V 18,6 10,67 14,16 8,23 51,66
Barat 3,75 1,66 3,75 1,36 - - - - - - 10,52
1 P.P.Daerah
Timur 5,45 3,75 3,75 2,31 - - - - - - 15,26
Barat 7,14 - - - - - - - - - 7,14
2 P.Antar Pulau
Timur 8,78 - - - - - - - - - 8,78
Saluran VI 25,12 5,41 7,5 3,67 41,7
Sumber: Hasil olahan data primer, 2002
Keterangan:
PAP = Pedagang Antar Pulau
PAD = Pedagang antar Daerah
PB = Pedagang Besar
PPL = Pedagang Pengumpul Laut
PPD = Pedagang Pengumpul Darat
Dari tabel diatas, terlihat bahwa efisiensi pemasaran tertinggi terdapat pada
saluran ke II dengan nilai 129,49% yang terdiri dari pedagang pengumpul laut,
pedagang antar daerah dan pengecer. Sedangkan terendah terdapat pada saluran ke I
dengan nilai 27,78% yang terdiri dari pedagang pengumpul darat/lokal dan agen. Hasil
menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan pada saluran II lebih rendah dibanding
saluran I, hal tersebut sesuai dengan pendapat Mubyarto (2000) yang mengatakan
bahwa sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi syarat yaitu mampu
menyampaikan hasil-hasil dari produsen ke konsumen dengan biaya yang serendah-
rendahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil daripada keseluruhan harga
5
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 8
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
yang dibayar konsumen akhir kepada semua lembaga yang ikut serta dalam kegiatan
produksi dan pemasaran barang.
Tabel 28. Produksi Ikan Segar (setelah dikonversi per bulan) Per Lokasi Survei di Kawasan
Taka Bonerate
5
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 9
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Pemasaran ikan segar untuk jenis pelagis demersal, rajungan, cumi-cumi, gurita
dan kerang dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar apabila dapat
meminimalkan biaya yang dikeluarkan dan memperoleh harga jual yang tinggi.
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas pemasaran antar pulau meliputi
biaya penanganan (biaya operasional) dan biaya transportasi. Dengan mengetahui
proporsi biaya pemasaran pada pedagang pengumpul dalam melakukan aktifitas
pemasaran antar pulau, maka manfaat yang diperoleh dapat dihitung berdasarkan
rumus Dahoklory (1990) (lihat Lampiran 12.2)
Pedagang antar pulau memperoleh banyak manfaat dari TPI/PPI karena pada
TPI inilah biasanya tersedia sarana yang mendukung terjadinya transaksi antara penjual
dan pembeli. Sarana yang biasanya disediakan oleh TPI biasanya pelabuhan kapal
nelayan, Gudang pendingin (cold storage), timbangan, buruh angkut dan sebagainya.
Transaksi perdagangan yang terjadi di TPI biasanya akan menguntungkan pihak
pedagang dan pembeli, karena harga produk perikanan yang dijual ditentukan melalui
mekanisme tawar-menawar, dimana banyak penjual maupun pembeli sehingga tidak
ada satupun lembaga perorangan yang dapat menentukan harga sekehendak hati
(price maker) tetapi mengikuti fluktuasi harga yang berlaku (price taker).
6
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 0
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Berdasar pada hal tersebut, seyogyanya pihak Pemerintah Daerah Kab. Selayar
mampu mengambil tindakan-tindakan berupa penyediaan sarana penunjang perikanan
tangkap seperti PPI atau TPI
Hasil survei yang diperoleh jaringan pemasaran produksi ikan olahan di kawasan
Taka Bonerate adalah yang diperlihatkan pada Gambar 7 berikut.
NELAYAN /
PRODUSEN
BULUKUMBA NTT
MAUMERE
PEDAGANG
PENGECER
KONSUMEN
6
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 1
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
6
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 2
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Gambar 9. Peta Saluran Pemasaran Iakn Olahan di Kawasan Taka Bonerate Kabupaten Selayar
6
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 3
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 29. Biaya Pemasaran yang Digunakan oleh Masing-masing Lembaga Pemasaran dan
Saluran Pemasaran Ikan Kerapu Kering di Kawasan Taka Bonerate, 2002.
Biaya (Rp/Kg)
No. Lembaga Pemasaran
Sal. I Sal. II Sal. III Sal. IV
1. Produsen (Nelayan) 740,0 740,0 740,0 740,0
2. Pedagang Pengumpul Lokal 158,3 158,3 158,3 158,3
3. Pedagang Besar Makassar 1.600,0 1.600,0 - -
4. Pedagang Pengecer Bulukumba - - 110,0 -
Pedagang Antar Daerah (Bulukumba,
5. - - 900,0 -
Benteng dan Sinjai)
6. Pedagang Antar Pulau - - - 530,0
7. Pedegang Pengecer Makassar - 105,0 - -
Total 2.498,3 2.603,3 1.908,3 1428,3
Sumber: Data Primer yang Telah Diolah, 2002
Pada Tabel 29, dapat dilihat bahwa lembaga pemasaran yang mempunyai biaya
pemasaran yang terendah adalah pedagang pengumpul lokal yang hanya
mengeluarkan biaya pemasaran berupa biaya tenaga kerja dan pengemasan sebesar
Rp 158,3 /kg. sedangkan lembaga pemasaran yang mengeluarkan biaya pemasaran
yang tertinggi adalah pedagang besar sebesar Rp 1600/kg. Tingginya biaya pemasaran
yang keluarkan oleh pedagang besar karena biaya kemasan, retribusi, biaya
transportasi dan penyimpanan perawatan produk kerapu kering tersebut sebelum dijual
ke pedagang pengecer dan swalayan di Jakarta.
Untuk melihat biaya yang dikeluarkan pada setiap saluran dapat dipaparkan
bahwa pada saluran pertama yang melibatkan 3 lembaga pemasaran mengeluarkan
biaya pemasaran sebesar Rp 2.498,3/kg. Tingginya biaya pemasaran yang dikeluarkan
pada saluran ini karena adanya intersulair yang dilakukan oleh pedagang besar ke
6
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 4
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Jakarta sehingga bentuk kemasan yang digunakan untuk mengirim ikan kerapu
memakan biaya yang cukup besar dan biaya transportasi serta pungutan retribusi yang
dikenakan pada waktu pengiriman.
Pada saluran kedua (II ) biaya yang digunakan tidak jauh berbeda dengan
saluran pemasaran (I ) sebesar Rp 2.603,3/kg. Karena melibatkan lembaga pemasaran
pedagang pengecer yang memasarkan ikan kerapu di Kotamadya Makassar. Saluran
pemasaran ketiga juga melibatkan empat lembaga pemasaran yaitu produsen
(nelayan). Pedagang pengumpul lokal, pedagang antar daerah dan pedagang
pengecer di daerah Benteng, Bulukumba dan Sinjai. Rendahnya biaya pemasaran
yang dikeluarkan pada saluran ketiga sebesar Rp 1.908,3/kg, disebabkan kawasan
Taka Bonerate sebagai sentra produksi jaraknya tidak terlalu jauh ke daerah sentra
pemasaran Benteng, Bulukumba dan Sinjai.
Margin pemasaran adalah selisih harga antara harga yang dibayar oleh
konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh produsen (nelayan). Sedangkan
margin mutlak diketahui dengan menghitung jumlah masing-masing margin yang
diperoleh pada setiap lembaga pemasaran. Dengan demikian, margin pemasaran
dapat memberikan gambaran mengenai jumlah penerimaan yang diperoleh lembaga
pemasaran. Besarnya margin dipengaruhi oleh fluktuasi harga ikan olahan, atau ikan
asin ini. Pada musim ikan (penangkapan) harga ikan cenderung menurun; sedangkan
pada musim paceklik harga ikan olahan meningkat.
Komoditi ikan olahan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu menjadi
kelompok ikan pelagis dan ikan demersal. Disetiap kelompok, kemudian dikelompokkan
lagi menjadi yang bernilai ekonomis tinggi dan ekonomis rendah. Untuk lebih jelasnya,
komposisi margin yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 30 berikut:
6
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 5
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 30. Margin Mutlak Pemasaran Ikan Asin Dari Taka Bonerate Ke Konsumen
Harga pembelian Harga pembelian Margin
Jenis Nilai
Musim ditingkat Nelayan ditingkat Mutlak
Komoditi Ekonomis
(Rp) Pengecer (Rp) (Rp)
Pelagis Rendah 10.000 12.500 2.500
Pelagis Tinggi 14.000 15.000 1.000
Demersal Rendah 12.000 20.000 8.000
Barat
Demersal Tinggi 25.000 30.000 5.000
Sirip Hiu Tinggi 1.000.000 1.800.000 800.000
Teri Putih Tinggi 30.000 40.000 10.000
Pelagis Rendah 1.500 2.000 500
Pelagis Tinggi 4.000 5.000 1.000
Demersal Rendah 7.500 10.000 2.500
Timur
Demersal Tinggi 20.000 25.000 5.000
Sirip Hiu Tinggi - - -
Teri Tinggi 25.000 30.000 5000
Sumber: Data Primer Hasil Olahan, 2002
Berdasarkan Tabel 30 di atas terlihat bahwa margin mutlak tertinggi lebih banyak
diperoleh saat musim Barat. Margin mutlak tertinggi, sebesar Rp 800.000/kg adalah
untuk sirip ikan hiu, dan terendah Rp 1000/kg, untuk jenis ikan pelagis. Saat musim
Timur, margin mutlak pemasaran tertinggi ada pada jenis ikan demersal dan ikan teri,
masing-masing sebesar Rp 5000/kg; sedangkan terendah ada pada jenis ikan pelagis,
sebesar Rp 500/kg. Secara keseluruhan, terlihat bahwa margin mutlak pemasaran
ikan asin meningkat saat musim Barat, karena kelangkaan ikan; sedangkan saat musim
Timur menurun, karena produksi ikan melimpah sehingga harga penjualan ikan asin
menurun.
Tabel 31. Margin Mutlak yang diterima oleh masing-masing Lembaga Pemasaran
Margin Mutlak (Rp) berdasarkan Musim Tangkap
No Lembaga Pemasaran Komoditi Musim Barat Musim Timur
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Pelagis - - 500 -
1. P. Pengumpul Lokal
Demersal 2.500 8.000 1.000 -
Pelagis 1.000 - - -
2. P. Antar Daerah
Demersal 2.500 500 1.000 2.000
Pelagis 1.500 1.500 - -
3. P. Antar Pulau
Demersal 1.000 1.000 - -
Pelagis 1.500 1500 1.000 1.500
Demersal 5.000 3000 2.000 3.000
4. Pedagang Besar
Sirip Hiu - 800.000 - -
Teri - 10.000 - -
Pelagis 5.000 1.000 500 1.000
5. Pedagang Pengecer
Demersal 5.000 13.000 2.500 5.000
Sumber: Data Primer Hasil Olahan, 2002
6
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 6
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Untuk margin mutlak yang diterima per setiap lembaga pemasaran (Tabel 31),
diketahui bahwa margin pemasaran ikan olahan tertinggi diterima oleh pedagang besar
sirip hiu, saat musim Barat. Kemudian diikuti oleh pedagang pengecer, yang
memperoleh keuntungan sebesar Rp 13.000/kg ikan demersal juga saat musim barat.
Dilain pihak, pedagang pengumpul lokal menerima margin mutlak terendah untuk jenis
ikan pelagis, hanya sebesar Rp 500/kg. Sedangkan untuk melihat margin mutlak yang
diterima oleh masing-masing saluran pemasaran dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 32. Margin Mutlak yang diterima oleh masing-masing Saluran Pemasaran
Mengenai margin mutlak yang diperoleh setiap saluran pemasaran (Tabel 32),
pada saluran pemasaran I, diperoleh keuntungan terbesar pertama untuk olahan jenis
sirip hiu sebesar Rp 800.000/kg, diikuti oleh Rp 8.000/kg ikan demersal, saat musim
Barat; sedangkan terendah, Rp 1.000/kg ikan pelagis, saat musim Timur. Jadi, margin
ikan olahan sirip hiu tetap memberikan keuntungan terbesar kepada pedagang besar
yang berada di Makassar.
6
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 7
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 33. Pangsa Harga yang diterima masing-masing Lembaga Pemasaran Ikan Olahan
Pangsa Harga (% )
No. Lembaga Pemasaran Komoditi Musim Barat Musim Timur
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Pelagis - - 25,0 -
1. P. Pengumpul Lokal
Demersal 12,5 40,0 10,0 -
Pelagis 25,0 - - -
2. P. Antar Daerah
Demersal 20,8 12,5 12,5 22,7
Pelagis 33,4 13,6 - -
3. P. Antar Pulau
Demersal 7,0 5,0 - -
Pelagis 12,0 20,0 30,0 25,0
Demersal 25,0 16,7 16,7 12,0
4. Pedagang Besar
Sirip Hiu - 44,5 - -
Teri - 33,5 - -
Sumber: Data Primer Hasil Olahan, 2002
6
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 8
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Tabel 34. Tingkat Keuntungan () Lembaga Pemasaran Ikan Olahan di Kawasan Taka
Bonerate, 2002
Keuntungan ( ) Rp/Kg
No. Lembaga Pemasaran Musim Barat Musim Timur
Sunu Kerapu Sunu Kerapu
1. Pedagang Pengumpul Lokal 4.841,7 2.841,7 3.841,7 1.841,7
2. Pedagang Besar 8.400 6.900 7.400 5.900
3. Pedagang Pengecer Makassar 5.395 2.395 2.395 14.895
4. Pedagang Antar Daerah 4.100 1.100 2.850 100
5. Ped. Pengecer Bulukumba, Sinjai 2.890 2.390 1.890 2.390
6. Pedagang Antar Pulau 8.470 7.970 7.970 470
Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2002
Pedagang antar-pulau mendapat keuntungan untuk kedua jenis ikan Sunu dan
kerapu kering sebesar Rp 8.470/kg dan Rp 7.970/kg. Pada musim Timur pedagang
antar-pulau mendapat keuntungan Rp 7.970/kg untuk ikan Sunu kering serta untuk ikan
kerapu kering sebesar Rp 470/kg. Terjadinya perbedaan tingkat keuntungan karena
adanya perbedaan biaya pemasaran, keuntungan pedagang perantara, harga yang
6
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 9
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
dibayar oleh konsumen dan harga yang diterima oleh konsumen (Hanafiah dan
Saefuddin,1986).
Tabel 35. Efisiensi Pemasaran Ikan Olahan pada Setiap Lembaga Pemasaran di Kawasan
Taka Bonerate.
7
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 0
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Dari keempat saluran pemasaran kerapu kering yang ada di kawasan Taka
Bonerate, maka rata-rata efisiensi pemasaran menunjukkan bahwa saluran pemasaran
IV yang terdiri dari pedagang pengumpul lokal dan pedagang antar-pulau yaitu 3,79%.
Hal ini disebabkan karena pendeknya lembaga pemasaran yang terlibat dan pedagang
antar-pulau yang memasarkan kerapu kering ke Maumere, NTT dan Flores adalah
orang-orang yang berdomisili di kawasan Taka Bonerate dan kadangkala berperan
sebagai pedagang pengumpul lokal sehingga dapat mengurangi biaya pemasaran yang
digunakan. Lain halnya dengan saluran pemasaran pemasaran yang ketiga yang
mengalami inefisiensi dengan nilai 11,69% karena banyaknya lembaga pemasaran
yang terlibat yaitu pedagang pengumpul lokal, pedagang antar-daerah, pedagang
pengecer di Benteng, Bulukumba dan Sinjai sehingga untuk menyampaikan ke
konsumen akhir diperlukan banyak perantara sehingga biaya pemasaran yang
digunakan meningkat dan faktor tak kalah pentingnya adalah jarak lokasi daerah
pemasaran dengan daerah sentra produksi.
Biasanya ikan olahan, berupa ikan asin, merupakan hasil olahan dari produk
ikan segar maupun ikan hidup; akan tetapi di Pulau Rajuni nelayan sengaja menangkap
7
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 1
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
untuk dijadikan produk olahan, karena tak adanya sarana dan fasilitas untuk
memasarkan ikan segar dan ikan hidup di pulau ini.
Tabel 36. Volume Produksi Responden Ikan Olahan (Asin) di Taka Bonerate per Lokasi Survei
Dilihat dari Tabel 36 di atas, di kawasan Taka Bonerate volume produksi ikan
asin terbanyak terdapat di Pulau Passitallu, sebesar 3.628,80 kg/tahun; dan terendah
terdapat di Pulau Tarupa, sebesar 972,00 kg/tahun. Namun demikian, bila dilihat dari
total produksi tahunan di kawasan ini yang sebesar 10.636,12 kg, maka dapat
disimpulkan bahwa kawasan Taka Bonerate menjadi pemasok produk ikan asin yang
cukup besar.
Analisis manfaat selain dilakukan untuk ikan segar dan ikan hidup, penting juga
dilakukan untuk jenis ikan olahan dimana komponen biaya pengembangan produk dan
transportasi dari produsen sampai konsumen, harga pembelian dan penjualan tetap
7
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 2
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Untuk mengetahui manfaat yang diperoleh lembaga pemasaran ikan olahan dari
kawasan Taman Laut Nasional Taka Bonerate dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Analisis Manfaat Produk Ikan Olahan Kawasan Taman Laut Taka Bonerate
Manfaat / Musim
No Jenis Lembaga
Barat (Rp/Kg) Timur (Rp/Kg)
1. Pedagang Pengumpul Loka 4.341,7 1.375
2. Pedagang Antar Daerah 7.433,3 -
3. Pedagang Antar Pulau 845 -
4. Pedagang Besar (Makassar) 134.400 - 600
Sumber Data Primer Setelah Diolah, 2002.
Berdasarkan data pada Tabel 37 dapat diketahui bahwa nilai manfaat yang
diperoleh dari tiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ikan olahan,
tertinggi terdapat pada pedagang besar (Makassar) sebesar Rp 134.400/kg pada musim
Barat diikuti dengan pedagang antar daerah Rp 7.433,3/kg, pedagang pengumpul lokal
sebesar Rp 4.341,7/kg dan pedagang antar-pulau hanya sekitar Rp 845/kg. Tingginya
nilai manfaat yang diperoleh pedagang besar pada musim Barat disebabkan karena
beberapa faktor antara lain; a) ikan-ikan bernilai tinggi yang dieksploitasi nelayan/rumah
tangga perikanan tangkap seperti ikan hiu; b) harga jual yang diperoleh lebih tinggi
dibandingkan dari biaya transportasi maupun pengembangan produk. Nilai manfaat
yang diperoleh ini ternyata tidak sebanding dengan manfaat per lembaga yang
diperoleh pada musim Timur, dimana manfaat tertinggi diperoleh pada pedagang
pengumpul yaitu Rp 1.375/kg dan pedagang besar (Makassar) hanya sebesar
Rp (-) 600/kg. Sedangkan pedagang antar daerah dan pedagang antar pulau masing-
masing tidak ada nilainya karena pada musim Timur saluran pemasaran produk ikan
olahan tidak melewati lembaga-lembaga ini melainkan langsung ke konsumen. Hal ini
berkaitan dengan harga ikan yang rendah/minim akibat banyaknya jumlah produksi
sehingga nelayan (produsen) memutuskan memperpendek saluran pemasaran untuk
mendapatkan harga jual lebih baik atau untuk menutupi biaya produksi. Selain itu
7
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 3
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Pola pemasaran produk seperti yang terjadi pada produk ikan olahan asal
kawasan Taka Bonerate seperti ini hanya menguntungkan para pedagang besar dari
luar Kabupaten Selayar sehingga nelayan sebagai komponen utama dari jaringan
pemasaran ini tidak tersentuh. Belum maksimalnya penerapan peraturan dari Pemda
Kabupaten Selayar menyebabkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari sektor perikanan
menjadi tidak maksimal. Selama ini pedagang besar membayar retribusi/pajak tidak
sebanding dengan pendapatan yang diterima sehingga mempengaruhi manfaat yang
ditimbulkan pada lembaga pemasarannya. Diharapkan dengan adanya penertiban
pihak pemda terhadap lembaga pemasaran terkait mampu menciptakan iklim yang
kondusif sehingga manfaat yang dapat diperoleh pedagang antar daerah, pedagang
antar pulau dan khususnya pedagang pengumpul lokal dapat ditingkatkan.
Zona Penyangga:
- Pulau Kayuadi
- Pulau Jampea
- Pulau Bonerate
Skema gambar 10. Jaringan Pemasaran Untuk Meningkatkan PAD Kabupaten Selayar
7
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 4
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
7
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 5
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
5.1. Kesimpulan
1) A. Bentuk jaringan pemasaran produksi perikanan dari Taman Nasional Taka
Bonerate untuk jenis ikan hidup melalui 5 (lima) saluran pemasaran yang
melibatkan 6 (enam) lembaga pemasaran. Jaringan pemasaran ikan hidup dari
kawasan ini juga merambah ke luar negeri yaitu Hongkong.
B. Bentuk jaringan pemasaran produksi perikanan dari Taman Nasional Taka
Bonerate untuk jenis ikan segar melalui 6 (enam) saluran pemasaran yang
melibatkan 9 lembaga pemasaran. Produk ikan segar dipasarkan ke TPI Lappa
di Kabupaten Sinjai; TPI Lappee dan TPI Labuang Karang di Kabupaten
Bulukumba; ke Kabupaten Bantaeng; ke TPI Rajawali di Makassar; ke Kota
Parepare, Pinrang, Polmas, Toraja di Sulawesi Selatan; hingga ke Bali, Ambon,
NTT, Baubau, Kupang dan Flores.
C. Bentuk jaringan pemasaran produksi perikanan dari Taman Nasional Taka
Bonerate untuk jenis ikan olahan melalui 4 (empat) saluran pemasaran yang
melibatkan 6 (enam) lembaga pemasaran. Jaringan pemasarannya mencakup
Benteng, ibukota Kab. Selayar; Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Sinjai,
Kabupaten Bantaeng dan Kodya Makassar; hingga diantarpulaukan ke Flores,
Maumere, NTT. Khusus untuk ikan kering pari (dendeng pari) dipasarkan hingga
ke Kendari, Sulawesi Tenggara.
2) A. Terdapat dua model pemasaran ikan hidup di kawasan Taman Nasional Laut
Taka Bonerate yakni: a) yang membentuk pola kemitraan ponggawa sawi, dan
b) nelayan yang tidak mempunyai mitra/ponggawa. Kedua model ini mempunyai
perbedaan harga jual yang sangat menyolok yaitu nelayan yang bermitra
memiliki nilai jual yang rendah dibandingkan dengan nelayan yang tidak bermitra
sehingga pendapatan nelayan yang tidak bermitra relatif lebih tinggi. Dengan
demikian model pemasaran yang kondusif dan berdaya guna untuk
pengembangan ekonomi masyarakat setempat adalah model pemasaran
7
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 6
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
dimana nelayan tidak mempunyai ponggawa tapi dengan dukungan sarana dan
prasarana dari pemerintah dan adanya lembaga ekonomi alternatif.
5) Lembaga pemasaran yang lebih efisien pada ikan hidup adalah eksportir sebesar
9,2%; pada ikan segar lembaga pemasaran yang lebih efisien adalah agen sebesar
0,79% dan pada ikan olahan lembaga pemasaran yang lebih efisien adalah
pedagang pengecer sebesar 0,40%.
7
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 7
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian tentang jaringan pemasaran produk perikanan di
Taka Bonerate maka saran-saran yang dapat dikemukakan adalah:
7
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 8
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
Hanafiah, A.M. dan A.M. Saefuddin. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. Cetakan
Pertama. Penerbit Universitas Indonesia Jakarta.
Kartasapoetra. 1986. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Penerbit PT. Bina
Aksara. Jakarta.
Made, Sutinah. 1994. Studi Pemasaran Ikan Kerapu (Epinephelus spp) Hidup,
Segar dan Olahan di Sulawesi Selatan. Program Pasca Sarjana. Universitas
Hasanuddin. Ujung Pandang.
7
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 9
Studi Jaringan Pemasaran Ikan Taka Bonerate Laporan Akhir
8
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin 0