PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lahirnya paradigma baru rekam medis yang dinamakan sebagai Manajemen Informasi
Kesehatan (MIK) merupakan dampak positif dari revolusi Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK). Revolusi teknologi informasi dalam dasawarsa ini sangat berdampak
pada perkembangan dan perubahan konsep dan tata cara berkomunikasi. Hal ini
membawa pengaruh yang besar bagi setiap tata nilai kehidupan dan pengetahuan,
termasuk dalam dunia kesehatan, khususnya dalam manajemen rekam medis atau
rekam kesehatan.
Sejalan dengan semakin majunya teknologi informasi dan komunikasi juga membawa
pengaruh terhadap perubahan rekam kesehatan yang berbasis kertas dan elektronik.
Meskipun perkembangan teknologi infomasi ini membawa pengaruh pada perluasan
tujuan, pengguna dan fungsi rekam kesehatan, namun rekam kesehatan tetap sebagai
pusat penyimpanan data dan informasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pasien. Untuk itu kualitas data tetap menjadi andalan yang harus ditegakkan sesuai
kriteria yang ditetapkan. Demikian pula dalam merencanakan masa depan rekaman, baik
yang masih menggunakan konsep kertas maupun elektronik tetap harus menjaga privasi,
kerahasiaan, keamanan, dan keselamatan pasien.
Dengan adanya paradigma baru MIK, praktisi MIK harus mengerti tentang peranannya
yang besar dalam dunia pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan rekam medis
merupakan bagian dari program pengendalian mutu rumah sakit, untuk itu harus ada
prosedur baku dan pedoman untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan dan
menanggulangi masalah yang timbul.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pencatatan data adalah pendokumentasian segala informasi medis seorang
pasien ke dalam rekam medis yang berbentuk data
2. Assembling adalah merakit dokumen rekam medis
3. Filling adalah kegiatan penyimpanan dan penataan atau penyimpanan rekam
medis untuk mempermudah pengambilan kembali
4. Pelaporan adalah suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan
laporan secara cepat, tepat waktu dan akurat
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
3. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5. Undang-Undang RI Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
6. Peraturan Pemerintah Nomor 96 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang RI Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
7. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269/MENKES/Per/III/2008
tentang Rekam Medis
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun 204 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1410/Menkes/SK/X/2003
tanggal 1 Oktober 2003 tentang Sistem Pelaporan Rumah Sakit Revisi V
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 377/Menkes/SK/III/2007
tanggal 27 Maret 2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan
13. Keputusan Direktur RSU Cut Meutia Nomor .. tentang Pelaksanaan
Persiapan Akreditasi Rumah Sakit versi Tahun 2012 di RSU Cut Meutia Aceh Utara
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Tugas Integrasi :
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling, indexing,
filling dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan :
a. Memahami manajemen pada umumnya serta memahami peraturan yang
berlaku pada bidang tugasnya
b. Mempunyai kemampuan dalam menganalisa dan penyusunan program
c. Memahami masalah Rekam Medis
Kriteria Jabatan :
a. Jabatan : Kepala Instalasi Rekam Medik
b. Pendidikan formal : ................
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
d. Kepangkatan minimal : PNS Gol .............
Tugas Integrasi:
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling, indexing,
filling dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan :
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang Pelayanan Prima
b. Mempunyai kemampuan dalam bidang penerimaan pasien rawat jalan,
pencatatan, pedistribusian dan penyimpanan rekam medis rawat jalan
c. Memahami masalah manajemen rekam medis
d. Rajin dan teliti
e. Dituntut prestasi yang baik, dedikasi dan loyalitas yang tinggi
Kriteria Jabatan :
a. Jabatan : Staf Urusan Pendaftaran Pasien Baru
a. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
b. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
c. Kepangkatan minimal : Tenaga Lepas
Tugas Integrasi:
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling, indexing,
filling dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan :
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang Pelayanan Prima
b. Mempunyai kemampuan dalam bidang Penerimaan Pasien Rawat Jalan,
pencatatan, pedistribusian dan penyimpanan Rekam Medis Rawat jalan
c. Memahami masalah manajemen rekam medis
d. Rajin dan teliti
e. Dituntut prestasi yang baik, dedikasi dan loyalitas yang tinggi
Kriteria Jabatan :
b. Jabatan : Staf Urusan Pendaftaran Pasien Lama
c. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
d. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
e. Kepangkatan minimal : Tenaga Lepas
4. Petugas Assembling
Tugas Pokok:
a. Menerima pengembalian berkas rekam medis rawat inap dari bangsal kelas 3,
kelas 2, kelas 1, ICU, dan VIP, kemudian mencatat di buku pengembalian
berkas rekam medis
b. Meng-assembling berkas rekam medis rawat inap yang dikembalikan dari
bangsal kelas 3, kelas 2, kelas 1, ICU, dan VIP
c. Meminta kelengkapan pengisian berkas rekam medis rawat inap kepada
semua pemberi layanan kesehatan
d. Mensortir berkas rekam medis yang telah di assembling ke rak sortir
e. Melakukan analisa kuantitatif terkait kelengkapan pengisian berkas rekam
medis
f. Menjaga ketersediaan ATK, sarana dan prasarana yang digunakan untuk
assembling
g. Menjaga kebersihan, kerapian pada sarana dan prasarana yang digunakan
untuk assembling
Tugas Integrasi:
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling, indexing,
filling dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan :
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang penggelolaaan dokumen
rekam medis
b. Memahami ketentuan pengisian rekam medis
c. Rajin dan teliti
d. Dituntut prestasi yang baik, dedikasi dan loyalitas yang tinggi
Kriteria Jabatan:
a. Jabatan : Staf Urusan Assembling
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
d. Kepangkatan minimal : Tenaga Lepas
5. Petugas Filling
Tugas Pokok :
a. Menerima permintaan berkas rekam medis pada tracer
b. Mengambil berkas rekam medis sesuai tracer di Roll O Pack
c. Mensortir berkas rekam medis yang telah di assembling ke rak sortir sesuai
digit terakhir
d. Menyimpan berkas rekam medis di Roll O Pack dengan sistem Terminal Digit
Filing (TDF)
e. Menyusutkan berkas rekam medis berdasarkan tahun kunjungan terakhir
periksa
f. Mengentri berkas rekam medis yang akan keluar atau masuk pada Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
g. Menyimpan berkas rekam medis yang telah disusutkan di ruang rekam medis
inaktif dengan sistem TDF
h. Menjaga ketersediaan ATK, sarana dan prasarana yang digunakan untuk filling
i. Menjaga kebersihan, kerapian sarana dan prasarana yang digunakan untuk
filling
Tugas Integrasi :
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling, indexing,
filling dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan :
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang penggelolaaan dokumen
rekam medis
b. Memahami ketentuan pengisian rekam medis
c. Rajin dan teliti
d. Dituntut prestasi yang baik, dedikasi dan loyalitas yang tinggi
Kriteria Jabatan:
a. Jabatan : Staf Urusan Filing
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
d. Kepangkatan minimal : Tenaga Lepas
6. Petugas Distribusi
Tugas Pokok :
a. Mendistribusikan berkas pasien baru dan lama ke klinik tujuan
b. Mensortir berkas rekam medis yang telah di assembling ke rak sortir
c. Menyusutkan berkas rekam medis berdasarkan tahun kunjungan terakhir
periksa
d. Mengentri berkas rekam medis yang akan keluar atau masuk pada Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
e. Menjaga ketersediaan ATK, sarana dan prasarana yang digunakan untuk filling
f. Menjaga kebersihan, kerapian sarana dan prasarana yang digunakan untuk
filling
Tugas Integrasi:
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling, indexing,
filling dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan :
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang penggelolaaan dokumen
rekam medis
b. Memahami ketentuan pengisian rekam medis
c. Rajin dan teliti
d. Dituntut prestasi yang baik, dedikasi dan loyalitas yang tinggi
Kriteria Jabatan :
a. Jabatan : Staf Urusan Distribusi
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
d. Kepangkatan minimal : Tenaga Lepas
7. Petugas Pelaporan
Tugas Pokok:
a. Mengentry sensus harian rawat inap secara komputerisasi
b. Membuat BOR, LOS, TOI, BTO, laporan ke Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, dan Dinas Kesehatan Aceh Utara
c. Menyiapkan laporan internal, laporan eksternal dan laporan insidentil
d. Menjaga ketersediaan ATK, sarana dan prasarana yang digunakan untuk
pelaporan
e. Menjaga kebersihan, kerapian sarana dan prasarana yang digunakan untuk
pelaporan
Tugas Integrasi:
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling, indexing,
filing dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan :
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang, Pengolahan dan Pelaporan
Rekam Medis
b. Memahami masalah pengumpulan data dokumen rekam medis
c. Bekerja secara rajin, teliti dan cekatan
d. Dituntut prestasi yang baik, dedikasi yang tinggi, loyalitas yang tidak
meragukan dan tidak tercela
Kriteria Jabatan :
a. Jabatan : Staf Urusan Pelaporan
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
d. Kepangkatan minimal : Tenaga Lepas
8. Petugas Analising
Tugas Pokok :
a. Melaksanakan Analisa Kulitatif dan Kuantitatif pada berkas rekam medis
b. Merekapitulasi hasil analisa setiap akhir bulan
c. Melaporkan hasil rekapitulasi kepada Kasi Rekam Medis
d. Menjaga ketersediaan ATK, sarana dan prasarana yang digunakan untuk
analising
e. Menjaga kebersihan, kerapian sarana dan prasarana yang digunakan untuk
analising
Tugas Integrasi:
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling, indexing,
filing dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan :
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang analisa rekam medis
b. Bekerja secara rajin, teliti dan cekatan
c. Dituntut prestasi yang baik, dedikasi yang tinggi, loyalitas yang tidak
meragukan dan tidak tercela
Kriteria Jabatan :
a. Jabatan : Staf Urusan Analising
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
d. Kepangkatan minimal : Tenaga Lepas
Tugas Integrasi :
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling, indexing,
filing dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan :
a. Memahami dan mempunyai kemampuan tentang pembuatan bermacam-
macam surat keterangan medis
b. Bekerja secara rajin, teliti dan cekatan
c. Dituntut prestasi yang baik, dedikasi yang tinggi, loyalitas yang tidak
meragukan dan tidak tercela
Kriteria Jabatan :
a. Jabatan : Staf Urusan Surat Keterangan Medis
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
d. Kepangkatan minimal : Tenaga Lepas
10.Petugas Logistik
Tugas Pokok :
a. Mengajukan permohonan amprahan setiap bulannya
b. Memantau ketersediaan barang-barang yang dibutuhkan di Instalasi Rekam
Medis
c. Mengevaluasi ketersediaan barang di Instalasi Rekam Medis
d. Melaporkan apabila ada peralatan di Instalasi Rekam Medis yang mengalami
kerusakan
e. Menjaga ketersediaan ATK, sarana dan prasarana yang digunakan untuk
analising
f. Menjaga kebersihan, kerapian pada sarana dan prasarana yang digunakan
untuk analising
Tugas Integrasi :
a. Membantu melaksanakan kegiatan penerimaan pasien, assembling, indexing,
filing dan pelaporan
b. Melaksanakan tugas beban tambahan yang diberikan dari atasan
Persyaratan Jabatan :
a. Memahami dan mempunyai kemampuan untuk menganalisa kebutuhan di unit
rekam medis
b. Bekerja secara rajin, teliti dan cekatan
c. Dituntut prestasi yang baik, dedikasi yang tinggi, loyalitas yang tidak
meragukan dan tidak tercela
Kriteria Jabatan :
a. Jabatan : Staf Urusan Logistik
b. Pendidikan formal : Diploma III (DIII)
c. Pendidikan penjenjangan : Perekam Medis
d. Kepangkatan minimal : Tenaga Lepas
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Kepala Instalasi Rekam Medis dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga-
tenaga fungsional, yaitu :
1. Staf Urusan Pendaftaran Pasien Baru
2. Staf Urusan Pendaftaran Pasien Lama
3. Staf Urusan Filling
4. Staf Urusan Distribusi
5. Staf Urusan Assembling
6. Staf Urusan Analising
7. Staf Urusan Logistik
8. Staf Urusan Pelaporan
9. Staf Urusan Surat Keterangan Medis
Khusus petugas rekam medis yang bukan lulusan sekolah kesehatan, diharuskan untuk
angkat sumpah sesuai agama dan kepercayaannya menjaga kerahasiaan pasien dan
rekam medis RSU CUT Meutia. Sumpah diambil oleh Direktur RSU Cut Meutia atau pihak
yang ditunjuk oleh Direktur (Wakil Direktur bagian pelayanan medis). Semua petugas
yang diambil sumpah wajib menandatangani berita acara sumpah tersebut. Bagi
petugas rekam medis dengan basic dari sekolah kesehatan tidak diperlukan acara
pengambilan sumpah. Isi dan berita acara sumpah terlampir.
C. PENGATURAN JAGA
1. Sistem atau pola penjadwalan Dinas
Pengaturan jaga di Instalasi Rekam Medis RSU Cut Meutia dengan sistem
penjadwalan yang dibuat sebulan sekali oleh Kabid Rekam Medis. Shift kerja
terbagi dalam 1 shift kerja pagi di loket induk Instalasi Rekam Medis dan 2 shift
kerja di loket Instalasi Gawat Darurat.
Waktu
pelayanan rekam medis adalah penerimaan pasien selama 24 jam per hari, 7 hari
seminggu dan pengelolaan rekam medis dengan pembagian shift sebagai berikut :
Loket induk Instalasi Rekam Medis RSU Cut Meutia :
Shift Pagi : Pukul 07.00 14.00 WIB
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas dan peralatan disediakan agar menunjang tercapainya pelayanan kesehatan
yang efisien yaitu:
1. Instalasi Rekam Medis mempunyai lokasi untuk menyelenggaraan rekam medis
agar efektif dan efisien
2. Ruang kerja memadai untuk staf agar dapat mengelola rekam medis,
pengambilan dan distribusi rekam medis lancar
3. Ada ruang penyimpanan rekam medis aktif dan in-aktif yang menjamin bahwa
rekam medis tidak hilang, rusak atau diambil oleh yang tidak berhak
4. Peralatan kerja yang tersedia di Instalasi Rekam Medis adalah :
1 Komputer Dekstop
2 Laptop
3 Printer injeksi
4 Printer Laser jet
5 Printer SEP Epson
6 Printer dot matrix Epson LX300
7 Roll OPack
8 Rak sortir kayu
9 Rak sortir besi
10 Meja kerja (1/2 biro)
11 Meja panjang (rapat)
12 Kursi putar
13 Kursi chitose (future)
14 Meja pendaftaran
15 TV
16 Dispenser
17 AC
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
Tata cara penerimaan pasien yang akan periksa ke poliklinik ataupun yang akan dirawat
adalah sebagian dari sistem prosedur pelayanan di RSU Cut Meutia. Dapat dikatakan bahwa
disinilah pelayanan pertama kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba di rumah sakit,
maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa dalam tata cara penerimaan inilah seorang
pasien mendapatkan kesan baik ataupun tidak baik terhadap pelayanan rumah sakit. Tata
cara melayani pasien dapat dinilai baik bila dilaksanakan oleh petugas melalui sikap yang
ramah, sopan, tertib dan penuh tanggung jawab.
Dilihat dari segi pelayanan di rumah sakit, pasien yang datang dapat dibedakan menjadi :
1. Pasien yang dapat menunggu
Yaitu pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat
2. Pasien yang harus segera ditolong (pasien gawat darurat)
Kegiatan utama di TPP RJ adalah melayani pasien berobat rawat jalan untuk
selanjutnya ditentukan perlu dirawat inap maupun dirujuk ketempat pelayanan
kesehatan lainnya. Adapun tugas pokok petugas pendaftaran Pasien Rawat Jalan
adalah menerima pendaftaran pasien yang akan berobat di poliklinik rawat jalan,
melakukan pencatatan pendaftaran (registrasi), menyediakan formulir-formulir rekam
medis dalam berkas rekam medis bagi pasien yang baru pertama kali berobat (pasien
baru) dan pasien yang datang pada kunjungan berikutnya (pasien lama),
mengarahkan pasien ke unit rawat jalan atau poliklinik yang sesuai dengan keluhannya
dan memberi informasi tentang pelayanan-pelayanan di RSU Cut Meutia.
A. Pasien baru
Setiap pasien baru diterima diregistrasi dan diwawancarai oleh petugas untuk
mendapatkan data identitas yang akan ditulis diberkas rekam medis dan di entry
di komputer.
Setiap pasien baru akan memperoleh nomor pasien yang juga akan dicetak pada
kartu pasien sebagai kartu pengenal, yang harus dibawa pada setiap kunjungan
berikutnya di RSU Cut Meutia baik sebagai pasien berobat jalan maupun sebagai
pasien rawat inap.
Pasien baru dengan berkas rekam medisnya akan dikirim ke poliklinik sesuai
dengan yang dikehendaki pasien. Setelah mendapat pelayanan yang cukup dari
poliklinik, ada beberapa kemungkinan dari setiap pasien :
a. Pasien boleh langsung pulang
b. Pasien kontrol oleh petugas poliklinik diminta untuk datang kembali
pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan
c. Pasien dirujuk/dikirim ke rumah sakit lain
d. Pasien dirawat
Untuk pasien yang harus dirawat, dokter yang merujuk membuat surat pengantar
rawat inap yang berisi alasan pasien harus dirawat inap, bisa berupa diagnosa,
tindakan medis, ataupun tindakan penunjang lainnya. Jika pasien harus dirawat
maka pasien harus mendaftar ke pendaftaran rawat inap (admission) di IGD.
B. Pasien lama
Pasien lama datang ke Pendaftaran dan akan diwawancarai oleh petugas, guna
mendapatkan informasi nomor rekam medis, dan tujuan berobat.
Pasien setelah menunjukan nomor rekam medis dan tujuan berobat, diberi karcis
dan pasien dipersilahkan menunggu poliklinik yang dimaksud, sementara rekam
medisnya diambil oleh petugas registrasi di ruang penyimpanan berkas rekam
medis. Setelah rekam medisnya dikirim ke poliklinik, pasien akan mendapat
pelayanan di poliklinik dimaksud.
Untuk pasien BPJS akan dibuatkan Surat Eligibiltas Peserta (SEP) dan untuk pasien
Umum, Jasa Raharja, dan Asuransi lainnya dibuatkan Lembar Bukti Pelayanan.
2. Sistem Penomoran
Pihak peminjam dari luar RSU Cut Meutia diperbolehkan untuk meminta
pembimbing penelitian dari pihak RSU Cut Meutia. Pembimbing akan di tentukan
oleh rumah sakit melalui surat direktur atau pihak yang ditunjuk oleh direktur.
Saat presentasi hasil penelitian instansi peminjam wajib mengundang pihak RSU
Cut Meutia untuk menghadiri acara tersebut.
a. Sistem Sentralisasi
Sistem penyimpanan yang digunakan di RSU Cut Meutia adalah sistem
sentralisasi. Dengan cara sentralisasi terjadi penggabungan antara berkas
rekam medis rawat jalan dan rawat inap dalam satu tempat. Karena semua
pasien baik rawat jalan maupun rawat inap hanya memiliki satu nomor rekam
medis.
50 93 26
angka ketiga angka kedua angka pertama
(tertiary digits) (secondary digits) (primary digits)
Dalam penyimpanan dengan sistem angka akhir ( terminal digit filling system)
ada 100 kelompok angka pertama (primary section) yaitu 00 sampai dengan
99. Pada waktu menyimpan, petugas harus melihat angka-angka pertama dan
membawa rekam medis tersebut ke daerah rak penyimpanan untuk kelompok
angka-angka pertama yang bersangkutan. Pada kelompok angka pertama ini
rekam medis disesuaikan urutan letaknya menurut angka ketiga, kemudian
rekam medis disimpan di dalam urutan sesuai dengan kelompok angka kedua,
sehingga dalam setiap kelompok penyimpanan nomor-nomor pada kelompok
angka kedualah yang selalu berlainan.
Sebagai contoh :
Banyak keuntungan dan kebaikan dari pada sistem penyimpanan angka akhir,
seperti :
Latihan dan bimbingan bagi petugas penyimpanan dalam hal sistem angka
akhir, mungkin lebih lama dibandingkan latihan menggunakan sistem nomor
langsung, tetapi umumnya petugas dapat dilatih dalam waktu yang tidak
terlalu lama.
Alat penyimpan rekam medis yang dipakai adalah Roll OPack dan jarak antara
dua buah rak untuk lalu lalang, minimal kurang lebih selebar 80 cm.
d. Penunjuk Penyimpanan
Pada deretan berkas rekam medis yang disimpan di rak harus diberi tanda
penunjuk guna mempercepat pekerjaan menyimpan dan menemukan rekam
medis. Jumlah penunjuk tergantung dari rata-rata tebalnya sebagian besar
map-map rekam medis tersebut. Untuk berkas rekam medis yang tebalnya
sedang diberi penunjuk setiap 50 map. Makin tebal map-map rekam medis
makin banyak penunjuk harus dibuat. Rekam medis yang aktif lebih banyak
memerlukan penunjuk daripada rekam medis-rekam medis yang kurang aktif.
Alat penunjuk ini, agar dipilih model yang kuat tahan lama dan mudah dilihat.
Pinggir penunjuk ini harus lebih lebar, menonjol sehingga angka-angka yang
dicantumkan disitu gampang terlihat. Pada setiap penunjuk ditulis 2 angka
(untuk sistem terminal digit maupun middle digit). Contoh penunjuk untuk
terminal digit, section 84 ditulis sebagai berikut:
00 01 02 03 04
-- -- -- -- --
84 84 84 84 84
Angka diatas adalah kelompok angka kedua (tengah), angka yang dibawah
adalah kelompok angka ketiga (akhir). Dalam terminal digit filling, map
pertama yang diletakkan dibelakang penunjuk 00/84 adalah map-map dengan
nomor 00-00-84 diikuti 00-01-84, 00-02-84, 00-03-84, dan seterusnya,
penunjuk ini permanen.
e. Sampul Pelindung Rekam Medis
Jenis sampul yang digunakan di RSU Cut Meutia adalah dalam bentuk map,
dimana map dilengkapi dengan penjepit (fastener) dibagian tengah untuk
mengikat lembaran-lembaran pada map dan bagian tengah map harus diberi
lipatan, sehingga memungkinkan bertambah tebalnya lembaran-lembaran
yang disimpan di dalamnya. Nomor rekam medis harus jelas tertulis pada
setiap map.
Sesuai dengan Kebijakan RSU Cut Meutia Udara Nomor : ................ tentang
Kebijakan tenaga yang berhak mengakses Rekam Medis maka tenaga yang
berhak mengisi rekam medis di RSU Cut Meutia adalah:
a. Dokter, dokter gigi
b. Perawat, bidan
c. Nutrisionist
d. Fisioteraphist
e. Clinical pharmacologist
f. Psychologist
g. Tekniker radiologi
h. Tekniker laboratorium
i. Perekam medis
2. Pencatatan (Recording)
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar
kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem
penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri hanya
merupakan salah satu kegiatan dari pada penyelenggaraan rekam medis.
Untuk mendapatkan pencatatan data medis yang baik, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli di bidang kesehatan lainnya, yaitu:
a. Mencatat secara tepat waktu
b. Up to date
c. Cermat dan lengkap
d. Dapat dipercaya dan menurut kenyataan
e. Berkaitan dengan masalah dan pokok perihalnya, sehingga tidak
bertele-tele
f. Bersifat obyektif sehingga menimbulkan kesan jelas
Kegiatan pencatatan ini melibatkan semua unit pelayanan di rumah sakit yang
memberika pelayanan ataupun tindakan kepada pasien.
Formulir rekam medis ini meliputi formulir untuk pasien rawat jalan dan
formulir untuk pasien yang dirawat inap. Sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008, tentang rekam
medis/medical record maka :
Data-data tertentu harus ditulis pada saat penderita masuk yang akan
dientry di komputer, dimasukkan pada saat pasien registrasi.
Penyimpanan identitas pasien ini mutlak karena adalah salah satu cara
untuk menunjang kelancaran pelayanan terhadap pasien, karena apabila
seorang pasien lupa membawa kartu berobat maka dengan sistem
komputerisasi akan membantu untuk mencarikan data pasien yang
diperlukan dengan cepat. Karena identitas pasien ini merupakan sumber
data yang selamanya harus disimpan, maka harus dibuat selengkap dan
sejelas mungkin.
Data yang disimpan harus dibuat secara terperinci dan lengkap, yaitu:
a. Nama lengkap pasien
b. Nomor rekam medis
c. Alamat
d. Agama
e. Jenis Kelamin
f. Umur
g. Status Perkawinan
h. Tempat/tanggal lahir
i. Pekerjaan
j. Orang yang dihubungi, bila terjadi sesuatu
k. Tanggal kunjungan poliklinik yang pertama
No.
No Lembaran
Lembaran
Form Pendaftaran dan Identitas Pasien F.01
Form Persetujuan Rawat Inap F.02
Form Persetujuan Pembiayaan Perawatan F.03
Form General Consent F.04
No.
No Lembaran
Lembaran
Form Pendaftaran dan Identitas Pasien F.01
Form Persetujuan Rawat Inap F.02
Form Persetujuan Pembiayaan Perawatan F.03
Form General Consent F.04
Informasi Hak-hak dan Kewajiban pasien F.04.a
Informasi Kewajiban Pasien dan Keluarga F.04.b
Form Triage di IGD F.05.a
Form Asessment Dokter di IGD F.05.b
Form Intervensi Keperawatan di IGD F.05.c
Form Penilaian Pasien Resiko Jatuh F.07
Kajian Awal Medis F.08.a
Kajian Awal Keperawatan F.08.b
Kajian Awal Gizi F.08.c
Kajian Awal Farmasi (Rekonsiliasi Obat) F.08.d
Daftar Masalah Medis F.09.a
Daftar Masalah Keperawatan F.09.b
Daftar Masalah Gizi F.09.c
Daftar Masalah Farmasi F.09.d
Rencana Tindakan Medis F.10.a
Rencana Tindakan Keperawatan F.10.b
Form Konsultasi F.11
Form Clinical Pathway F.12
Form Transfer Pasien Internal RS F.13
Form Pengkajian Tumbuh Kembang Anak dan Denver II F.14
Form Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) F.15
Form Penempelan Hasil Pemeriksaan Penunjang F.16
Form Persetujuan Transfusi Darah / Produk Darah F.17.a
Form Persetujuan Tindakan Kedokteran F.17.b
Form Penolakan Tindakan Kedokteran F.17.c
Form Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) F.17.d
Form Serah Terima Pasien Pre-Operasi (Ruangan ke OK) F.18.a
Form Check List Intervensi Keperawatan Kamar Operasi F.18.b
Form Pengkajian Keperawatan Perioperatif F.18.c
Laporan Operasi F.18.d
Form Serah Terima Pasien Pasca Operasi (OK ke Ruangan) F.18.e
Laporan Anestesi F.18.f
Form Pengawasan Khusus Instalasi Rawat Inap F.19
Form Resume Pasien Pulang F.20
Form Discharge Planning F.21
Form Rujukan Balik F.22
Form Surat Pasien Keluar F.23
Surat Keterangan Kematian - Death on Arrival (DOA) F.24
Berita Acara Penyerahan Jenazah F.25
b. Pengolahan Data
Data ini berisikan data-data dari RSU Cut Meutia Aceh Utara,
antara lain kode rumah sakit, nama rumah sakit, jenis rumah
sakit, kelas rumah sakit, nama direktur rumah sakit, alamat
rumah sakit, luas rumah sakit, perizinan, status
penyelenggara, status akreditasi, jumlah tempat tidur, dan
jumlah tenaga medis rumah sakit.
Data 10 besar penyakit terdiri dari data penyakit pasien rawat jalan
yang dihitung dari rekapitulasi jumlah banyaknya kasus baru, dan
data penyakit psien rawat inap yang dihitung dari rekapitulasi
jumlah pasien pasien keluar rawat inap rumah sakit (hidup dan
mati) dalam satu tahun. Data ini dihitung berdasarkan rangking 10
(sepuluh) besar penyakit rawat inap dan rawat jalan.
6. Sistem Identifikasi Pasien
a. Sistem Penamaan
b. Sistem Penomoran
Rekam medis pasien pada hampir semua fasilitas pelayanan
kesehatan disimpan menurut nomor, yaitu nomor pasien masuk
(admission number). Dahulu rumah sakit menyimpan rekam
medis berdasarkan : nama pasien, nomor keluar, atau kode
diagnosis. Penyimpanan secara alphabetis menurut nama-nama
pasien lebih sulit dan memungkinkan terjadinya kesalahan-
kesalahan dibandingkan dengan penyimpanan berdasar nomor.
Penggunaan nomor keluar (discharge number) dan nomer kode
diagnosis (diagnostic code number) umumnya ternyata tidak
memuaskan karena rekam medis lain-lain /register sangat
memerlukan nomor pasien masuk (admission number).
Rekam medis memuat beberapa jenis data, di antaranya adalah data klinis berupa
diagnosis penyakit yang diperoleh dari hasil pemeriksaan terhadap pasien. Data
tersebut nantinya akan diolah menjadi informasi dan dapat dipergunakan untuk
berbagai keperluan, di antaranya sebagai data pembuatan laporan dan statistik rumah
sakit.
Nomenklatur yang juga dikenal sebagai terminologi medis, merupakan sistem yang
digunakan untuk menata daftar kumpulan istilah medis penyakit, gejala, dan prosedur.
Istilah-istilah penyakit atau kondisi gangguan kesehatan yang didaftar dalam
nomenklatur harus sesuai dengan istilah yang digunakan di dalam suatu sistem
klasifikasi penyakit. Sistem klasifikasi penyakit adalah sistem yang mengelompokkan
penyakit-penyakit dan prosedur-prosedur yang sejenis ke dalam satu grup nomor kode
penyakit dan tindakan yang sejenis. International Statistical Classification of Diseases
and Related Health Problems (ICD) dari World Health Organization (WHO) adalah
sistem klasifikasi yang komprehensif dan diakui secara internasional.
Banyak sistem klasifikasi yang sudah dikenal di Indonesia, namun sesuai peraturan
Departemen Kesehatan (Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor:
Hk.00.05.1.4.00744 tentang Penggunaan Klasifikasi Internasional Mengenai Penyakit
Revisi Kesepuluh (ICD-10) Di Rumah Sakit), sistem klasifikasi yang dipergunakan sejak
tahun 1996 sampai dengan saat ini adalah buku ICD dari WHO revisi kesepuluh.
Setiap Bab dibagi menurut Blok, setiap Blok terdiri atas daftar kategori
tiga karakter dan setiap kategori dibagi menjadi sub kategori empat
karakter. Subkategori empat karakter bisa dibagi lagi atas subdivisi
dengan karakter kelima dan keenam. Karakter pertama menggunakan
huruf diikuti oleh karakter kedua, ketiga, dan seterusnya dengan
karakter angka (contohnya : S52.5.0). Kode yang lebih spesifik
menggunakan karakter keempat yang didahului dengan tanda (.) titik
seperti contoh tersebut.
5. Peraturan Umum
Baca dan pahami berbagai macam konvensi tanda baca pada volume 2. Adanya
sistem klasifikasi ganda (sistem dagger = tanda sangkur, dan asterix = tanda
bintang), adanya inclusion, exclusion, tanda baca titik-titik, titik-garis, berbagai
tanda kurung (kurung biasa, kurung segi empat, dan kurung kurawal), NOS,
NEC, use additional code, dan lainnya yang harus dijalankan sesuai perintah
yang tertulis pada volume 1 dan 3.
a. Kondisi Utama
Diagnosis sekunder adalah diagnosis yang menyertai diagnosis utama pada saat
pasien masuk atau yang terjadi selama episode pelayanan. Komorbiditas adalah
penyakit yang menyertai diagnosis utama atau kondisi pasien saat masuk dan
membutuhkan pelayanan/asuhan khusus setelah masuk dan selama dirawat.
Komplikasi adalah penyakit yang timbul dalam masa pengobatan dan
memerlukan pelayanan tambahan sewaktu episode pelayanan, baik yang
disebabkan oleh kondisi yang ada atau muncul sebagai akibat dari pelayanan
yang diberikan kepada pasien.
1. Ketentuan Umum
a. Prinsip Umum
Apabila lebih dari satu penyakit atau keluhan ditulis pada sertifikat,
penyakit atau keadaan tunggal dicantumkan pada baris terakhir
bagian I hanya jika penyakit/keluhan tersebut menyebabkan
terjadinya seluruh penyakit (keluhan) yang tercantum di baris
atasnya.
Jika prinsip umum tidak dapat dipakai atau tidak dapat digunakan,
maka terapkan penggunaan aturan (Rules 1-3) ICD-10 volume 2.
b. Aturan Modifikasi
Dalam beberapa kasus, sebab dasar kematian yang telah dipilih
dengan menggunakan aturan tersebut di atas, tidak dapat
diterapkan. Dalam hal ini ditetapkan cara modifikasi sesudah
penggunaan prinsip umum atau aturan 1-3 tidak bisa lagi dipakai
maka digunakan aturan modifikasi A-F ICD-10 volume 2.
Rekam medis pasien dipisahkan menjadi dua status yaitu rekam medis aktif dan
rekam medis inaktif (non aktif). Berkas rekam medis aktif artinya rekam medis
masih dipergunakan sesuai dengan status keaktifan pasien berkunjung ke
rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat inap. Selama pasien berkunjung,
berkas dikatakan aktif. Sebaliknya rekam medis inaktif adalah rekam medis
yang dalam kurun waktu tertentu sesuai yang ditetapkan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, tidak dipergunakan oleh pasien yang
bersangkutan. Artinya pasien sudah tidak aktif berkunjung lagi ke rumah sakit.
1. Dibentuk Tim Pemusnah Arsip dengan surat keputusan Direktur RSU Cut
Meutia yang beranggotakan sekurang-kurangnya: Ketata Usahaan, Unit
Penyelenggaraan Rekam Medis, Unit Pelayanan dan Komite Medis
2. Rekam medis yang mempunyai nilai guna tertentu tidak dimusnahkan,
tetapi tetap disimpan dalam jangka waktu tertentu
3. Membuat pertelaan arsip rekam medis aktif yang telah dinilai
4. Melaporkan daftar pertelaan rekam medis yang akan dimusnahkan oleh
Tim Pemusnah kepada Direktur RSU Cut Meutia dan Direktur Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia
5. Berita acara pelaksanaan pemusnahan dikirim kepada pemilik rumah
sakit (Pemda Aceh Utara) dan kepada Direktur Jenderal Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Satu rencana yang pasti tentang pengelolaan rekam medis yang tidak aktif (in
active records) harus ditetapkan sehingga selalu tersedia tempat
penyimpanan untuk rekam medis yang baru.
X. Jenis Pelaporan
Pelaporan rumah sakit merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat
menghasilkan laporan sesuai secara cepat, tepat waktu, akurat, yang secara garis
besar jenis pelaporan dapat dibedakan menjadi dua jenis. Dari dua jenis pelaporan
tersebut dapat dijabarkan menjadi bermacam-macam laporan:
Konsep rekam medis atau rekam kesehatan yang menggunakan format kertas
maupun elektronik (RKE) menjelaskan bahwa kedua format itu merupakan sarana
pendokumentasian data / informasi utama pada sarana pelayanan kesehatan. Kedua
format itu juga merupakan alat komunikasi dan penyimpan informasi kesehatan.
Dengan adanya sarana rekam kesehatn tersebut dapat diketahui tentang siapa
(who), apa (what), kapan (when), di mana (where), mengapa (why), dan bagaimana
(how) tentang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien.
Evolusi praktik rekaman medis yang dirintis sejak zaman prasejarah menunjukkan
adanya kemajuan dalam pengelolaannya mulai awal Abad XX. Hal ini ditandai dengan
munculnya konsep rekaman medis bagi setiap pasien. Di penghujung abad XX seiring
dengan munculnya revolusi teknologi yang menghantarkan profesi pada era teknologi
informasi (TI), konsep rekaman berubah lagi. Dampak TI ini memicu terjadinya
transformasi paradigma dari konsep tradisional yang disebut manajemen rekam
medis menjadi manajemen informasi kesehatan atau MIK.
Ada banyak pendapat yang menyatakan tentang tujuan dari dibuatnya rekam
medis / rekam kesehatan pasien. Secara umum dan telah disepakati, tujuan dari
rekam medis terangkum di dalam akronim ALFRED, yang berarti mempunyai nilai
untuk kepentingan Administratif, Legal (hukum), Finansial (Keuangan), Riset
(penelitian), Edukasi (pendidikan), dan Dokumentasi (Hatta, 1985). Dengan
majunya teknologi informasi, kegunaan rekam kesehatan/rekam medis dapat
dipilah ke dalam 2 kelompok besar (Dick et al, 1997, hlm 77-79) :
a. Berkaitan langsung dengan pelayanan pasien (primer)
b. Berkaitan dengan lingkungan pelayanan pasien, namun tidak
berhubungan langsung secara spesifik
a. Pasien
Rekam kesehatan / rekam medis merupakan alat bukti utama yang
mampu membenarkan adanya pasien dengan identitas yang jelas dan
telah mendapatkan berbagai pemeriksaan dan pengobatan pada sarana
pelayanan kesehatan dengan segala hasil serta konsekuensi
pembiayaannya
b. Pelayanan Pasien
Rekam kesehatan / rekam kesehatan mendokumentasikan pelayanan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penunjang medis, dan tenaga
lain yang bekerja dalam berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan
demikian rekaman itu membantu pengambilan keputusan tentang
terapi, tindakan, dan penentuan diagnosis pasien. Rekam kesehatan /
rekam medis juga sebagai sarana komunikasi antartenaga lain yang
sama-sama terlibat di dalam menangani dan merawat pasien. Rekaman
yang rinci dan bermanfaat menjadi alat penting dalam menilai dan
mengelola resiko manajemen. Selain itu rekam kesehatan / rekam medis
setiap pasien juga berfungsi sebagai tanda bukti sah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Oleh karena itu rekam medis
yang lengkap harus setiap saat tersedia dan berisi data / informasi
tentang pemberian pelayanan kesehatan secara jelas
c. Manajemen Pelayanan
Rekam kesehatan / rekam medis yang lengkap memuat segala aktivitas
yang terjadi dalam manajemen pelayanan, sehingga digunakan dalam
menganalisis berbagai penyakit, menyusun pedoman praktik, serta
untuk mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan
d. Menunjaang Pelayanan
Rekam kesehatan / rekam medis yang rinci akan mampu menjelaskan
aktivitas yang berkaitan dengan penanganan sumber-sumber yang ada
pada organisasi pelayanan di rumah sakit, menganalisis kecenderungan
yang terjadi dan mengkomunikasikan informasi di antara klinik yang
berbeda.
e. Pembiayaan
Rekam kesehatan / rekam medis yang akurat mencatat segala
pemberian pelayanan kesehatan yang diterima pasien. Informasi ini
menentukan besarnya pembayaran yang harus dibayar, baik secara
tunai maupun dengan asuransi
Fungsi rekam kesehatan / rekam medis adalah untuk menyimpan data dan
informasi pelayanan pasien. Agar fungsi itu dapat tercapai, beragam metode
dikembangkan secara efektif seperti dengan melaksanakan ataupun
mengembangkan sejumlah sistem, kebijakan, dan proses pengumpulan
termasuk, menyimpannya secara mudah diakses disertai dengan keamanan yang
baik. Dengan semakin kompleksnya pelayanan kesehatan RKE lebih berfungsi
dibandingkan dengan rekam kesehatan / rekam medis manual (kertas). Dengan
menerapkan RKE secara penuh, berbagai fungsi tambahan lain dimungkinkan
sehingga semakin menjadikannya sebagai alat interaktif dalam memecahkan
masalah klinis dan pengambilan keputusan.
Agar fungsi utama rekam kesehatan sebagai penyimpan data dan informaasi
dapat tetap terjaga kualitasnya, maka harus dipenuhi ketentuan dan syarat-
syaratnya.
Keempat perangkat kualitas data di atas harus memenuhi 10 ciri data yang
berkualitas:
a. Akurat, artinya data menggunakan nilai yang benar dan valid
b. Mudah diakses, yaitu butiran data mudah diperoleh, layak dikumpulkan dan
mempunyai nilai legal
c. Menyeluruh (comprehensive), berarti data dikumpulkan secara luas, lengkap,
meski ada keterbatasannya
d. Ajeg (consistent), artinya data dan aplikasi harus sama-sama dapat dipercaya;
e. Mutakhir (up-to-date), artinya nilai tukar data (kurensi) harus senantiasa yang
terbaru
f. Definisi jelas, artinya definisi data harus dijelaskan dengan terang dan jernih
sehingga mudah dimengerti dan tahu batasannya
g. Ad butiran data (ranulity), artinya atribut dan nilai data harus dijabarkan pada
tingkatan yang benar (misalnya : sensus)
h. Tepat, artinya nilai data harus cukup besar untuk mendukung aplikasi atau
proses
i. Ada hubungannya (relevant), artinya data berguna bagi kinerja proses dan
aplikasi
j. Masukan data (entry) dan catat sebagaiaman yang seharusnya dengan benar
(timelines), artinyaa tergantung bagaimana data digunakan dan dalam
konteks apa
Kaidah dasar moral bagi tenaga kesehatan adalah beneficience, non mal eficienc,
autonomy, dan justice (Beauchamp and Childrss,1994)
a. Beneficience berarti berbuat baik
b. Non maleficience berarti tidak berbuat buruk
c. Autonomy berarti menghormati hak pasien untuk menentukan sendiri
d. Justice berarti memperlakukan orang lain secara adil
Aspek hukum yang berkaitan dengan rekam medis secara umum menyangkut 3
hal :
a. Kompilasi, pemeliharaan, dan retensi rekam medis
b. Penggunaan dan pengungkapan informasi kesehatan
c. Penggunaan catatan pasien dan informasi kesehatan dalam proses
peradilan
Tanggung jawab profesional rekam medis antara lain adalah memastikan bahwa
privasi dan kerahasiaan informasi pasien terlindungi serta melakukan
pengamanan data yang digunakan untuk mencegah terjadinya akses yang tidak
sah terhadap informasi tesebut. Selain itu juga bertanggung jawab menjamin
pengeluaran peraturan dan prosedur yang akurat dan terbaru, dipatuhi, dan
bahwa semua pelanggaran dilaporkan kepada pihak yang berwenang.
Kepemilikan rekam medis dalam bentuk fisik sebagai medium dipegang oleh
rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan atau dokter yang menyimpan rekam
medis pasien tersebut, termasuk hasil foto ronsen, hasil laboratorium, hasil
konsultasi dan dokumen alin yang berkaitan dengan perawatan langsung
terhadap pasien.
Di dalam Pasal 47 ayat (1) UU Praktik Kedokteran maupun Permenkes 269 Tahun
2008 dinyatakan bahwa berkas rekam medis adalah milik sarana pelayanan
kesehatan, sedangkan isi rekam medis milik pasien. Pasal 52 UU Praktik
Kedokteran bahkan menyatakan bahwa memperoleh isi rekam medis adalah
salah satu hak pasien. Namun demikian tidak ada peraturan yang menjelaskan
bagaimana atau tata cara penyerahan isi rekam medis tersebut kepada pasien.
Pasien sebagai pemilik isi rekam medis / informasi kesehatan, memiliki hak untuk
mengakses informasi kesehatannya dan hak untuk menentukan boleh tidaknya
informasi kesehatannya diakses oelh pihak lain, kecuali apabila peraturan
perundang-undangan mengaturnya lain. Adapun mengenai tata cara penyerahan
informasinya, terdapat dua pendapat :
Pengungkapan informasi kesehatan seorang pasien kepad pihak lain hanya dapat
dilakukan apabila :
a. Dengan persetujuan atau otorisasi pasien
b. Dengan perintah undang-undang, misal UU Wabah, UU Karantina, UU
Acara Pidana (VeR)
c. Untuk kepentingan pasien
10. Penggunaan Informasi Kesehatan Untuk Kepentingan Peradilan
Berikut pedoman praktis sebagai ketentuan umum bagi sarana pelayanan kesehatan,
kecuali terdapat ketentuan khusus yang ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku :
Informed consent adalah pengakuan atas hak autonomy pasien, yaitu hak untuk
dapat menentukan sendiri apa yang boleh dilakukan terhadap dirinya. Oleh karena
itu tidak hanya informed consent yang kita kenal, melainkan juga informed refusal.
Doktrin informed consent mensyaratkan agar pembuat consent telah memahami
masalahnya terlebiuh dahulu.
Dengan merujuk doktrin dan ketentuan hukum di atas, maka pelaksanaan informed
consent adalah :
1. Pertindik dalam bentuk tertulis pada tindakan medik yang mengandung
resiko tinggi atau yang membutuhkan bukti
2. Selalu didahului dengan penjelasan oleh dokter yang merawat atau oleh
dokter penggantinya
3. Informasi dapat diberikan secara lisan ataupun tertulis dengan memberikan
kesempatan yang cukup untuk tanya jawab. Bentuk tertulis dapat dijadikan
bukti bahwa informasi tersebut telah diberikan
4. Kemungkinan perluasan setidak-tidaknya meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternatif tindakan
lain dan resikonya, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang diberikan
5. Kemungkinan perluasan tindakan (operasi) bila ada harus diinformasikan
sebelumnya. Perluasan operasi yang tidak terduga dan belum
diinformasikan hanya dapat dilakukan pada keadaan gawat darurat
6. Pertindik tertulis diberikan oleh pasien sendiri bila ia kompeten (dewasa,
sadar, sehat mental) atau oleh keluarga terdekat atau walinya dalam hal ia
tidak kompeten
7. Pertindik tidak diperlukan apabila pasien tidak kompeten dan tidak ada
keluarga yang mendampinginya, sedangkan tindakan medik sangat
diperlukan oleh karena pasien dalam keadan gawat darurat
8. Urutan prioritas pemberian persetujuan yang umum adalah pasien sendiri,
suami atau istrinya, anaknya yang sudah dewasa, orang tuanya, dan
saudara kandungnya. Sedangkan keluarga lain, teman dan kenalan lain
dapat memberikan persetujuan dalam hal orang-orang yang disebut
sebelumnya tidak ada
BAB V
LOGISTIK
Perhitungan biaya aktivitas di Instalasi Rekam Medis meliputi biaya pencetakan formulir
pasien, formulir unit kerja, kartu pasien. Biaya lain adalah untuk alat tulis kantor, biaya
alat rumah tangga, gaji/honor staf, pemeliharaan alat, biaya penyusutan alat, biaya daya
dan jasa, dan biaya lain-lain yang dibebankan kepada pasien dari perhitungan total
anggaran rumah sakit.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Kesalahan karena
keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hampir semua aspek/tahapan diagnosis
dan pengobatan.
Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/tersedasi,
mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/kamar/lokasi di rumah sakit,
adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain.
Dilarang identifikasi pasien dengan nomor kamar pasien atau lokasi. Jelaskan kepada pasien
atau keluarga tujuan pemakaian gelang dan mengapa mereka harus menggunakan. Hal ini
memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengidentifikasi kesalahan dan mendorong
pasien dan keluarga mereka untuk berpartisipasi dalam upaya mencegah kesalahan.
Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas, dan menutup gelang.
Rumah Sakit merupakan suatu tempat kerja yang mempunyai ciri-ciri khusus antara lain
masyarakat umum secara bebas dapat berada didalam tempat kerja tersebut. Rumah Sakit
sebagai tempat pelayanan umum dalam bidang kesehatan, memerlukan sarana pendukung
yang dikenal dengan instalasi medik dan mempunyai potensi bahaya relatif besar serta
resiko kecelakaan tinggi.
Resiko bahaya dalam kegiatan di Rumah Sakit dalam aspek kesehatan kerja selain berasal
dari pasien yang dapat menularkan penyakit, dapat pula berasal dari sarana kegiatan di
poliklinik, bangsal, Rumah Sakit, laboratorium, kamar rontgen, dapur, laundry, ruang medical
record, lift (eskalator), generator set, penyalur petir, alat-alat kedokteran, air limbah,
pesawat uap/bejana tekan, instalasi peralatan listrik, instalasi proteksi kebakaran dan
sebagainya.
Keselamatan pasien
Suatu proses pelayanan pasien yang aman terdiri dari:
1. Asesmen risiko
2. Identifikasi dan manajemen risiko
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Tindak lanjut dan solusi untukmeminimalkan timbulnya risik
2. Bagi karyawan RS :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
Rekam medis mengandung unsur mutu kualitas dan kuantitas. Mutu dalam pengisian rekam
medis memang menjadi tanggung jawab para tenaga kesehatan sebab mereka yang
melaksanakan perekaman medis. Semakin kuatnya tuntutan akan kualitas pelayanan
kesehatan yang prima maka analisis rekam medis secara kuantitatif dan kualitatif wajib
dilaksanakan oleh petugas rekam medis. Analisis kuantitatif menitik beratkan pada tiga unsur
yaitu : hukum, administrasi dan standar pelayanan kesehatan terintegrasi. Sedangkan
analisis kualitatif terfokus pada administratif dan medis.
2. Analisis Kualitatif
Tujuan analisis kualitatif adalah demi terciptanya isi rekam medis yang terhindar dari
masukan yang tidak taat asas (konsisten) maupun pelanggaran terhadap rekaman yang
berdampak pada hasil yang tidak akurat dan tidak lengkap.
Penyelenggaraan rekam medis merupakan bagian dari program pengendalian mutu rumah
sakit dan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien. Keberhasilan pelaksanaan Pedoman
Pelayanan Rekam Medis Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan ditentukan oleh
kesungguhan dan komitmen tenaga rekam medis dari tingkat pelaksana sampai tingkat
pimpinan di lingkungan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara. Bila Buku Pedoman
Pelayanan Rekam Medis (BPRM) ini setelah dievaluasi terdapat kekurangan atau tidak sesuai
lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan rekam medis maka diharapkan adanya
masukan dari berbagai pihak demi penyempurnaan buku pedoman ini di masa mendatang.