ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. D NCB SMK DENGAN BBLR DAN
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME DI RUANG NICU RSUD PRAYA
TANGGAL 14 JUNI 16 JUNI 2017
Tanggal :
Disusun Oleh :
KELOMPOK XVIII
Anggota Kelompok :
Disetujui oleh :
1
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. D NCB SMK DENGAN BBLR DAN
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME DI RUANG NICU RSUD PRAYA
TANGGAL 14 JUNI 16 JUNI 2017
Disusun Oleh :
KELOMPOK XVIII
Anggota Kelompok :
Mengetahui,
Jurusan Kebidanan
Siti Halimatusyaadiah,S.S.T,M.Kes
NIP.198005232001122003
2
KATA PEGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii
KATA PEGANTAR...........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................2
C. Manfaat.................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI...............................................................................................3
I. Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR).................................................................3
A. DEFINISI...........................................................................................................3
B. KLASIFIKASI BBLR........................................................................................4
C. TANDA-TANDA BBLR....................................................................................4
D. PATOFISIOLOGI............................................................................................5
E. PENATALAKSANAAN.....................................................................................6
II. Respiratory Distress Syndrome (RDS).............................................................9
A. DEFINISI...........................................................................................................9
B. ETIOLOGI.......................................................................................................10
C. PATOFISIOLOGI........................................................................................11
D. FAKTOR RESIKO......................................................................................12
E. KOMPLIKASI..................................................................................................13
F. PENCEGAHAN RDS.....................................................................................13
F. MANIFESTASI KLINIS..................................................................................14
G. PERAN BIDAN TERHADAP RDS...........................................................16
H. PENATALAKSANAAN...............................................................................16
BAB III TINJAUAN KASUS..........................................................................................23
4
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................34
A. Kesimpulan.........................................................................................................36
B. Saran...................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom gangguan pernafasan (respiration distress syndrom,RDS)
dalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus.
Gangguan ini Merupakan penyakit yang berhubungan dengan
keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya
jumlah sulfaktan dalam paru. Gangguan ini biasanya dikenal dengan nama
hyaline membrane desease (HMD) atau penyakit membran hialin karena
pada penyaakit ini selalu ditemukan membran hialin yang melapisi alveoli.
(Marmi dan Kukuh Rahardjo,2012)
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan
generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk
menurunkan angka kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak
dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah
dilahirkan, dan sampai berusia delapan belas tahun. Upaya kesehatan
anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak.
Provinsi NTB mengalami peningkatan, berdasarkan laporan, tahun
2015 jumlah kasus kematian bayi adalah 1.086 kasus dari 104.597
kelahiran hidup, meningkat dibandingkan tahun 2014 dengan 1.070
kematian bayi dari 104.358 kelahiran hidup. (Dikes Provinsi NTB, 2015).
Pada tahun 2015 capaian neonatal resiko tinggi atau dengan
komplikasi yang ditangani di Provinsi NTB sebesar 72,29%, hal tersebut
dapat diartikan sekitar 27,71% neonatal resiko tinggi/dengan komplikasi
belum tertangani oleh tenaga kesehatan yang berkompeten. Kemungkinan
lain hal tersebut terjadi karena perkiraan kasus neonatal dengan komplikasi
yang ditetapkan lebih besar dari kasus neonatal komplikasi yang
sesungguhnya terjadi. Capaian neonatal resiko tinggi atau dengan
komplikasi di setiap kabupaten/kota.
Neonatal resti yang ditangani termasuk penanganan bayi lahir dengan
berat badan lahir rendah (BBLR), yang merupakan salah satu faktor yang
mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Pada tahun 2015 dari 93.506 bayi yang ditimbang, sebanyak
3.723 bayi atau 3,98 % adalah bayi lahir dengan BBLR. Banyaknya kasus
bayi lahir dengan BBLR di setiap kabupaten/kota. (Profil Kesehatan NTB,
2015).
Pada RSUD Praya jumlah AKB yang terjadi selama 3 bulan terakhir
yaitu pada bulan April 13 bayi, bulan Mei 17 bayi, sedangkan pada awal
bulan Juni terdapat 4 bayi meninggal dengan penyebab paling bayak yaitu
asfksia. (Buku Register NICU, RSUD Praya)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melaksanakan asuhan patologi pada bayi Ny. D NCB SMK dengan
BBLR dan Respiratory Distress Syndrome Di RSUD Praya dalam
pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data subyektif dengan
benar pada bayi Ny. D dengan BBLR dan Respiratory Distress
Syndrome
b. Mampu melakukan pemeriksaan data objektif dengan
benar pada bayi Ny.D dengan dan Respiratory Distress Syndrome
c. Mampu menentukan hasil diagnosa pada bayi Ny.D
dengan dan Respiratory Distress Syndrome
d. Mampu melakukan penatalaksanaan pada bayi Ny.D
dengan dan Respiratory Distress Syndrome
C. Manfaat
1. Bagi Institusi
Dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi bagi institusi.
2. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai BBLR dan
Respiratory Distress Syndrome pada bayi serta mampu melaksanakan
asuhan kebidanan patologi pada pasien yang mengalami BBLR dan
Respiratory Distress Syndrome dengan manajemen kebidanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang
berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu
neonatus dengan berat badan lahir rendah kurang dari 2.500 gram atau
sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Istilah prematur telah diganti
dengan BBLR karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari
37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun cukup bulan,
dengan BBLR, karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir bukan bayi prematur. BBLR adalah berat badan
bayi kurang dari 2.500 gram (Sudarti dan Afroh, 2013: 3). BBLR adalah bayi
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi.
BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi
cukup bulan Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) (Pudjiadi, dkk., 2010)
Dari pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa BBLR
adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari
C. TANDA-TANDA BBLR
Menurut (Proverawati dan Sulistyorini, 2010: 3), bayi yang lahir dengan berat
badan rendah mempunyai ciri-ciri:
1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan
atau kurang dari 30 cm.
4) Rambut lanugo masih banyak
5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
7) Tumit mengkilap, telapak kaki halus
8) Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke
dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi
laki-laki)
9) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah
10) Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
11) Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot
dan jaringan lemak masih kurang
12) Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
a. PATOFISIOLOGI
Temperatur dalam kandungan 37C sehingga bayi setelah lahir dalam
ruangan suhu temperatur ruangan 28-32 C. (Sudarti dan Afroh, 2013: .4).
Perubahan temperatur ini perlu diperhitungkan pada BBLR karena belum
bisa mempertahankan suhu normal yang disebabkan:
1) Cadangan energi sangat kurang
2) Jaringan lemak subkutan lebih tipis sehingga kehilangan panas
lebih besar
3) BBLR sering terjadi penurunan berat badan disebabkan: malas
minum dan pencernaan masih lemah
4) BBLR rentan infeksi sehingga terjadi sindrom gawat nafas,
hipotermi, tidak stabil sirkulasi (edema), hipoglikemi, hipokalsemia,
hiperbilirubin
5) Masalah Yang Sering Muncul
Masalah yang sering muncul pada BBLR (Sudarti dan Afroh, 2013: 7),
yaitu:
a. Gangguan pola nafas
b. Hipotermi
c.Ketuban nutrisi
d. Potensi infeksi
b. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1:
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat
lahir, umur 3-10 hari, dan umur 406 minggu)
2. Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit
demi sedikit
b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui
sendok atau pipet
c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus
dipasang siang penduga/ sonde fooding
Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena
refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya
ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi
dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan
menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara
ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang
kecil yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel
pada putting. ASI merupakan pilihan utama:
d. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
e. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya
naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali
seminggu.
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
RDS sering terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena
kurangnya produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan
minggu ke-22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan
terjadi RDS. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS
yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksual sesaria.
Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk
menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga
pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang
menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami
sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan
akan bertambah berat.
RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom
ini dapat terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga
tindakan disesuaikan dengan penyebab sindrom neonatus yang terdiri faktor
ibu,faktor plasenta, faktor janin,dan faktor persalinan:
1. Faktor Ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah,
maupun penyakit pembuluh darah ibu yang menggangu pertukaran gas
janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan lain-lain.
2. Faktor Plasenta
Faktor plasenta meliputi solusio plasenta,perdarahan plasenta, plasenta
kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya.
3. Faktor Janin
Faktor janin atau neonates meliputi tali pusat menumbung,tali pusat
melilit leher,kompresi tali pusat antara jaanin daan jalan lahir,gemeli
premature,kelainan kongenital, pada neonates dan lain-lain.
4. Faktor Persalinan
Faktor persalinan meliputi partus lama, mekonium berwarna keruh atau
hijau,partus dengan tindakan dan lain-lain.
C. PATOFISIOLOGI
D. FAKTOR RESIKO
E. KOMPLIKASI
Bayi-bayi dengan penyakit Membran Hialin (HMD)/ syndrome Gawat
Nafas Kadang-kadang dapat mengalami komplikasi penyakit atau masalah
sebagian efek samping dari tindakan. Beberapa komplikasi yang
berhubungan dengan Penyakit Membran Hialin (HMD) adalah:
a. Bocornya udara pada jaringan paru-paru, seperti :
1) Pneumomediastinum-bocornya udara ke dalam
mediatinum (ruang dalam rongga thorak dibelakang sternum dan
antara dua kantung pleura yang melapisi paru-paru).
2) Pneumothoraks-bocornya udara ke dalam ruang antara
dinding dada dan jaringan paling luar dari paru-aparu.
3) Pneumoperikardium-bocornya udara kedalam lambung
katung sekitar jantung.
4) Pulmonary Interstitial Emphysema (PIE)-bocornys udsrs
sehingga terperngkap diantara alveoli, suatu kantung udara tipis
pada paru-paru.
5) Penyakit paru-paru kronik, kadang-kadang disebut
Bronhopulmonary dysplasia.
a. PENCEGAHAN RDS
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah
komplikasi pada bayi resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran
prematur, mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan
indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat terhadap kehamilan
dan kelahiran bayi resiko tinggi.
i. MANIFESTASI KLINIS
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan
usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan.
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema,
dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan kebocoran serum protein
ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang
timbul yaitu : adanya sesak nafas pada bayi prematur segera setelah lahir,
yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan cuping hidung,
grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-
96 jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria
Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :pertama, terdapat sedikit bercak
retikulogranular dan sedikit bronchogram udara, kedua, bercak
retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran
airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer
menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru. ketiga,alveoli
yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih opaque
dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.
keempat, seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak
dapat dilihat.
Penilaian 0 1 2
i. PENATALAKSANAAN
1. Frekuensi nafas
2. Adanya terikan dinding dada atau suara merintih saat
ekspirasi.
3. Episode apnea.
a. Periksa kadar glucose darah sekali sehari setengah
kebutukan minum dapat dipenuhi secara oral.
b. Pantau bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotic
dihentikan. Jika bayi tampak kemerahan tanpa terapi O2
selama 3 hari, minum baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan dirumah sakit, bayi dapat
dipulangkan.
Penilaian
1. Beri antibiotic
3. ASI diteruskan
ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. D NCB SMK DENGAN BBLR DAN
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME DI RUANG NICU RSUD PRAYA
TANGGAL 14 JUNI 16 JUNI 2017
No.RM : 35.19.31
A. DATA SUBJEKTIF :
1. Biodata
a. Bayi
Nama : Bayi Ny D
Tgl/Jam Lahir : 13 Juni 2017 / 23.54 WITA
Jenis Kelamin : Laki-laki
b. Orang Tua
Nama : Ny. D Nama Suami : Tn. I
Umur : 24 tahun Umur : 24 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sasak Suku : Sasak
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Honorer
Alamat : Puyung Alamat : Puyung
Sumber Informasi : catatan rekam medis
2. Keluhan Utama
Sesak
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Ibu G2P1A0H1 umur kehamilan 41 minggu dengan KPD > 24 jam, bayi lahir
dengan tindakan SC karena gagal oksitosin drip, di Ruang OK RSUD
Praya pada tanggal 13 Juni 2017 pukul 23.53 wita, menangis lemah
dengan A-S : 5-7, berat badan : 2400 gram. Tindakan yang sudah
dilakukan adalah langkah awal resusitasi, bayi segera menangis,
pemberian vit K dan salep mata, kemudian bayi langsung di bawa ke
Ruang NICU. Di ruang nicu bayi diletakkan di incubator dan diberikan O2
1 Lpm melalui nasal kanul.
Pada tanggal 14-06-2017 bayi dipasang CPAP
4. Riwayat Kehamilan Lalu
Riwayat obtetrik (ibu) : G2P1A0H1, umur kehamilan 41 minggu
Hamil ke :2
Frekuensi ANC : 9 kali di Polindes dan Posyandu
Imunisasi TT : 2 kali selama kehamilan
Kenaikan BB hamil : 11 kg
Keluhan yang di alami ibu : TMT I : mual muntah, sering kecing
TMT II : pusing
c.Resusitasi
Hangatkan : dilakukan
Atur posisi : dilakukan
Menghisap lendir : dilakukan
Keringkan dan rangsangan taktil: dilakukan
Atur posisi kembali : dilakukan
Penilaian : dilakukan
B. Data Objektif (O)
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : compos mentis
2. Antropometri
a) BB Lahir : 2400 gram
b) Panjang Badan : 46 cm
c) Lingkar kepala : 31 cm
d) Lingkar dada : 32 cm
e) Lingkar lengan : 10 cm
3. Tanda-tanda vita
a. Nadi : 154 x/menit
b. Respirasi : 76 x/menit
c. Suhu : 36,6 C
d. SpO2 : 97 %
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : tidak ada caput suksedenum , tidak ada kelainan.
b. Muka : muka simetris, tidak ada kelainan, tidak sianosis
c. Mata : mata bersih, sklera tidak ikterus, tidak ada infeksi ,
konjungtiva tidak anemis
d. Telinga : daun telinga jika dilipat cepat kembali, kelainan tidak ada,
letak sejajar dengan kontus mata, infeksi tidak ada
e. Hidung : hidung lunak, terdapat pernapasan cuping hidung, tidak
ada secret, terpasang O2 CPAP pada hidung 7 mbar 35 % O2
f. Mulut : warna kemerahan, tidak ada kelainan, terpasang OGT
g. Leher : tidak ada kelainan
h. Dada : dada simetris, putting susu simetris, terdapat tarikan
dinding dada, suara nafas dan jantung normal
i. Perut : perut simetris, tali pusat kering, tidak ada kelainan
j. Punggung : tidak ada kelainan
k. Genitalia : jenis kelamin laki-laki, testis sudah turun ke
skrotum , penis berlubang, tidak ada kelainan
l. Anus : berlubang, sudah BAB berwarna kehitaman
m. Ekstremitas :
Atas : gerakan normal, jumlah jari lengkap, tidak ada trauma
lahir , tidak ada sianosis, terpasang infus D 10 % pada tangan
sebelah kiri
Bawah : gerakan normal, simetris, jari kaki lengkap, tidak ada
sianosis pada ujung jari-jari
n. Kulit : verniks tidak ada, warna kulit kemerahan, tidak ada
pembengkakan, tanda lahir tidak ada.
5. Refleks
a. Reflek Moro : lemah
b. Reflek Rooting : lemah
c. Reflek Sucking : tidak ada
d. Reflek Swallowing: tidak ada
e. Reflek Grasping : lemah
f. Reflek Tonik neck : lemah
g. Reflek Galants : lemah
6. Kebutuhan Nutrisi
Jenis makanan/minuman : ASI
Frekuensi : 8 kali ( setiap 3 jam 2 cc) melalui OGT
Masalah : Tidak ada reflek hisap
7. Eliminasi
BAB :
Frekuensi : 3 kali
Warna : kehitaman
Konsistensi : kental
BAK
Frekuensi : 7-8 kali
Warna : kuning jernih
Konsistensi : cair, bau khas urine
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
C. Analisa (A)
1. Diagnosa
By. Ny. D NCB SMK umur 2 hari dengan BBLR dan Respiratory
Distress Syndrome
2. Masalah
Gangguang pernapasan
3. Kebutuhan
Pemberian terapi oksigen
D. Penatalaksanaan (P)
Tanggal: 14 Juni 2017 Pukul 20.00 WITA
1. Menjaga kehangatan bayi
Menjaga kehangatan bayi dengan merawat bayi dalam inkubator
2. Pemberian O2
Mengatur posisi kepala bayi ekstensi, agar terbuka jalan nafas bayi
Mengobservasi O2, terpasang O2 menggunkan CPAP 7 mbar 35 % O2
3. Observasi infuse
Mengobservasi tetesan dan lokasi infuse, terpasang infuse D10% 6
tetesan mikro permenit, lokasi infuse tidak hematom
4. Pemberian ASI melalui OGT
Memberikan ASI melalui OGT, telah diberikan ASI setiap 3 jam 2 cc,
residu (-)
5. Pencegahan Infeksi
Melakukan tindakan pencegahan infeksi dengan mencuci tangan
sebelum dan sesudah memegang bayi.
6. Perawatan Tali Pusat
Merawat tali pusat dengan membersihkan area sekitar tali pusat dan
membiarkan tetap bersih dan kering
7. Injeksi Obat
Memberikan obat antibiotik ampicilin 2 x 120 mg/IV . Pemberian
antibiotik dan obat telah diberikan pukul : 03.00 wita
8. Memberikan KIE kepada ibu tentang keadaan bayinya yaitu
keadaan bayinya kurang baik sehingga bayi perlu perawatan intensif
sampai keadaannya membaik dan untuk mencegah kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi pada bayi.
9. Melakukan observasi lanjut
Observasi telah dilakukan dan tercantum dalam tabel catatan
perkembangan
CATATAN PERKEMBANGAN
NO WAKTU TINDAKAN
1 15-06-2017 S:-
08.00 WITA O : Bayi masih dirawat di inkubator, keadaan umum bayi lemah, ekstremitas
dingin (+), BB : 2400 gr,TTV : DJ : 154 x/menit, R : 76 x/menit, S : 36,6C,
pemeriksaan, fisik normal, bibir sianosis (-) bibir kering (-), warna kulit
kemerahan, tangisan merintih, muntah (+) retraksi dada (+), tonus otot
baik, BAB (+), BAK (+), masih terpasang infus D5 10 % 6 tetes mikro per
menit, O2 erpasang CPAP, OGT masih terpasang
A : NCB SMK umur 3 hari dengan BBLR dan Respiratory Distress Syndrome
P : 1. Menjaga kehangatan bayi untuk mencegah terjadinya
hipotermi, dengan mengganti pakaian atau popok bayi
bila basah, memakaikan bayi topi, sarung tangan dan kaki,
memakaikan bayi selimut
2. Observasi pernafasan, denyut jantung dan warna kulit
3. Observasi pemberian O2
Mengatur posisi kepala bayi ekstensi, agar terbuka jalan nafas bayi. O 2
terpasang CPAP 7 mbar 35 % O2
4. Observasi tetesan infuse
Mengobservasi tetesan dan lokasi infuse
5. Pemberian Nutrisi
Memberikan nutrisi berupa ASI melalui OGT 8x 2 cc
telah diberikan ASI 2 cc setiap 3 jam, residu 3 cc
S:-
O : Bayi masih dirawat di inkubator, keadaan umum bayi lemah, ekstremitas
14.00 WITA
teraba dingin (+), BB : 2400 gr,TTV : DJ : 153 x/menit, R : 56 x/menit, S :
36,8C, pemeriksaan, fisik normal, bibir sianosis (-),bibir kering (-) warna
kulit kemerahan, tangisan merintih, muntah (+) retraksi dada (+), tonus
otot baik, BAB (+), BAK (+), masih terpasang infus D5 10 % tetes mikro
per menit, oksigen terpasanng CPAP, OGT masih terpasang
A : NCB SMK umur 3 hari dengan BBLR dan gangguan pernapasan
P : 1. Menjaga kehangatan bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi,
dengan mengganti pakaian atau popok bayi bila basah,memakaikan
selimut, memakaikan bayi topi dan kaos kaki dan tangan
2. Observasi pernafasan, denyut jantung dan warna kulit
Hasil observasi R : 56 x/menit, DJ : 153 x/menit, dan
warna kulit kemerahan, bibir tidak sianosis
3. Observasi pemberian O2
Mengatur posisi kepala bayi ekstensi, agar terbuka jalan nafas bayi. O 2
terpasang menggunakan CPAP 7 mbar 35 % O2
4. Observasi tetesan infuse
Mengobservasi tetesan dan lokasi infuse, menghitung tetesan infuse,
terpasang D 10 % 6 tetes mikro per menit pada tangan sebelah kiri.
Tetesan tidak lancar, mengganti infus disebelah kanan
5. Pemberian Nutrisi
Memberikan nutrisi berupa ASI melalui OGT 8 x 2 cc ( setiap 3 jam
6. Perawatan tali pusat
Merawat tali pusat dengan membersihkan area sekitar tali pusat dan
menjaga agar tetap kering.
7. Pemberian obat
Injeksi ampicilin 2 x 120 mg, pukul : 15.00 wita
Injeksi gentamicin 1 x 12 mg, pukul : 15.00 wita
S:-
O : Bayi masih dirawat di inkubator, keadaan umum bayi lemah, ekstremitas
teraba dingin (+), BB : 2400 gr,TTV : DJ : 146 x/menit, R : 56 x/menit, S :
37,4C, pemeriksaan, fisik normal, bibir sianosis (-) , warna kulit
kemerahan, tangisan merintih, muntah (+) retraksi dada (+), tonus otot
20.00 WITA
baik, BAB (+), BAK (+), masih terpasang infus D5 10 % tetes mikro per
menit, oksigen terpasanng CPAP, OGT masih terpasang
A : NCB SMK umur 3 hari dengan BBLR dan gangguan pernapasan
P : 1. Menjaga kehangatan bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi,
dengan mengganti pakaian atau popok bayi bila basah,memakaikan
selimut, memakaikan bayi topi dan kaos kaki dan tangan
2. Observasi pernafasan, denyut jantung dan warna kulit
Hasil observasi R : 56 x/menit, DJ : 146 x/menit, dan
warna kulit kemerahan, bibir tidak sianosis
3. Observasi pemberian O2
Mengatur posisi kepala bayi ekstensi, agar terbuka jalan nafas bayi. O 2
terpasang menggunakan CPAP 7 mbar 35 % O2
4. Observasi tetesan infuse
Mengobservasi tetesan dan lokasi infuse, menghitung tetesan infuse,
terpasang D 10 % 6 tetes mikro per menit pada tangan sebelah kiri.
Tetesan tidak lancar, mengganti infus disebelah kanan
5. Pemberian Nutrisi
Memberikan nutrisi berupa ASI melalui OGT 8 x 2 cc ( setiap 3 jam
6. Perawatan tali pusat
Merawat tali pusat dengan membersihkan area sekitar tali pusat dan
menjaga agar tetap kering.
2 16-06-2017 S:-
08.00 wita O : Bayi masih dirawat di inkubator, keadaan umum bayi lemah, BB : 2400
gram, TTV : DJ : 148 x/menit, Rr : 54 x/menit, S : 37,5C, pemeriksaan
fisik normal, bibit tidak sanosis, warna kulit kemerahan, tangisan
merintih, muntah (-), retraksi dasa (-), tonus otot baik, BAB (+), BAK
(+),oksigen terpasanng CPAP, OGT masih terpasang
A : NCB SMK umur 4 hari dengan BBLR dan gangguan pernapasan
P : 1. Menjaga kehangatan bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi,
dengan mengganti pakaian atau popok bayi bila basah,memakaikan
selimut, memakaikan bayi topi dan kaos kaki dan tangan
2. Observasi pernafasan, denyut jantung dan warna kulit
Hasil observasi R : 54 x/menit, DJ : 148 x/menit, dan
warna kulit kemerahan, bibir tidak sianosis
3. Observasi pemberian O2
Mengatur posisi kepala bayi ekstensi, agar terbuka jalan nafas bayi. O 2
terpasang menggunakan CPAP 7 mbar 35 % O2
4. Observasi tetesan infuse
Mengobservasi tetesan dan lokasi infuse, menghitung tetesan infuse,
terpasang D 10 % 6 tetes mikro per menit pada tangan sebelah kiri.
5. Pemberian Nutrisi
Memberikan nutrisi berupa ASI melalui OGT 8 x 2 cc ( setiap 3 jam
6. Perawatan tali pusat
Merawat tali pusat dengan membersihkan area sekitar tali pusat dan
menjaga agar tetap kering.
7. Pemberian obat
Injeksi ampicilin 2 x 120 mg, pukul 03.00 wita
S:-
O : Bayi masih dirawat di inkubator, keadaan umum bayi lemah, ekstremitas
teraba dingin (+), BB : 2400 gr,TTV : DJ : 153 x/menit, R : 56 x/menit, S :
14.00 wita
36,8C, pemeriksaan, fisik normal, bibir sianosis (-) , warna kulit
kemerahan, tangisan merintih, muntah (-) retraksi dada (+), tonus otot
baik, BAB (+), BAK (+), masih terpasang infus D5 10 % tetes mikro per
menit, oksigen terpasanng CPAP, OGT masih terpasang
A : NCB SMK umur 4 hari dengan BBLR dan gangguan pernapasan
P : 1. Menjaga kehangatan bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi,
dengan mengganti pakaian atau popok bayi bila basah,memakaikan
selimut, memakaikan bayi topi dan kaos kaki dan tangan
2. Observasi pernafasan, denyut jantung dan warna kulit
Hasil observasi R : 56 x/menit, DJ : 153 x/menit, dan
warna kulit kemerahan, bibir tidak sianosis
3. Observasi pemberian O2
Mengatur posisi kepala bayi ekstensi, agar terbuka jalan nafas bayi. O 2
terpasang menggunakan CPAP 7 mbar 35 % O2
4. Observasi tetesan infuse
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam
memberi pelayanan dan melakukan asuhan pada bayi dengan BBLR dan
Respiratory Distress Syndrom
2. Bagi Pembaca
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan apabila
ada kekurangan, kami mohon saran dan kritik membangun sehingga
dapat kami tingkatkan dikemudian hari.
3. Bagi Institusi
Diharapkan akan lebih dapat membimbing dan mengevaluasi mahasiswa
dalam melakukan asuhan pada bayi dengan BBLR dan Respiratory
Distress Syndrom