Anda di halaman 1dari 29

Tiga jenis formulir SPT Tahunan Pph WP OP

Yaitu Formulir 1770SS, Formulir 1770S dan Formulir 1770. Setiap WP OP harus mengisi salah
satu dari formulir tersebut.
 Formulir 1770 diperuntukkan bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan seperti
berikut:
1. Dari usaha atau pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan atau Norma
Penghitungan Penghasilan Neto;
2. Dari satu atau lebih pemberi kerja
3. Penghasilan lain
 Formulir 1770S diperuntukkan bagi Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan seperti
berikut ini:
1. Dari satu atau lebih pemberi kerja
2. Dari dalam negeri lainnya dan atau
3. Yang dikenakan Pajak Penghasilan final dan/atau bersifat final
 Formulir 1770 SS adalah bagi Wajib Pajak:
1. Yang mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan
bruto dari pekerjaan tidak lebih dari Rp 60 juta setahun dan.
2. Tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan berupa bunga bank dan atau bunga
koperasi.
Apabila Anda memiliki penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja dan juga memiliki
penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas, maka formulir yang Anda gunakan adalah SPT
Tahunan 1770. Jika Anda tidak memiliki penghasilan lain dari usaha atau pekerjaan bebas tetapi
memiliki penghasilan final atau bersifat final maka Anda menggunakan formulir 1770 S.
Apabila Anda hanya memliki penghasilan dari satu pemberi kerja dengan penghasilan
brutonya tidak lebih dari Rp 60 juta setahun, maka gunakan formulir 1770 SS. Tetetapi kalau
penghasilan Anda lebih dari Rp 60 juta setahun maka gunakan formulir 1770 S.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengisi SPT Tahunan PPh
1. Formulir dipersiapkan.
Formulir SPT Tahunan PPh dapat diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor
Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) terdekat atau dapat
mengunduh (men-download) di website www.pajak.go.id. atau download disini.
2. Data yang akan dilaporkan dipersiapkan.
Bagi Orang Pribadi yang memiliki penghasilan dari usaha dan/atau pekerjaan bebas,
yang dipersiapkan:
 Neraca dan laporan laba rugi (bagi Orang Pribadi yang menyelenggarakan
pembukuan) atau rekapitulasi bulanan peredaran bruto (bagi Orang Pribadi yang
menyelenggarakan pencatatan);
 Bukti pemotongan PPh atas penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun luar
negeri (apabila ada penghasilan yang dipotong oleh pemberi penghasilan);
 Rincian penghasilan selain yang berasal dari usaha dan/atau pekerjaan bebas;
 Bukti pembayaran, seperti pembayaran Zakat yang dibayar ke Badan Amil Zakat
atau Iembaga Amil Zakat atau pembayaran Sumbangan Keagamaan yang sifatnya
wajib ke lembaga yang disahkan oleh Kementerian Agama, atau pembayaran Fiskal
Luar Negeri, dan pembayaran angsuran PPh Pasal 25;
 Rincian harta dan kewajiban (hutang), misalnya untuk rumah dan tanah lihat SPPT
PBB-nya, kendaraan lihat BPKP-nya, dan dokumen lainya yang menunjukan
kepemilikan harta;
 Data lainnya, seperti Daftar Susunan Keluarga dan surat pemberitahuan
penghitungan penghasilan neto bagi Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto. Data tersebut dilampirkan pada SPT Tahunan yang
dilaporkan.
Bagi Orang Pribadi yang memiliki penghasilan dari satu pemberi kerja (sebagai
karyawan) atau Iebih dan/atau penghasilan lainnya yang bukan dari usaha atau
pekerjaan bebas, yang dipersiapkan:
 Bukti pemotongan PPh atas penghasilan dari pekerjaan (bukti potong PPh dari
pemberi kerja);
 Rincian penghasilan lainnya selain yang berasal dari usaha dan/atau pekerjaan bebas
(apabila ada);
 Bukti pembayaran, seperti pembayaran Zakat yang dibayar ke Badan Amil Zakat
atau lembaga Amil Zakat atau pembayaran Sumbangan Keagamaan yang sifatnya
wajib ke lembaga yang disahkan oleh Kementerian Agama, atau pembayaran Fiskal
Luar Negeri;
 Rincian harta dan kewajiban (hutang), misalnya untuk rumah dan tanah cukup
melihat SPPT
 PBB-nya, untuk kendaraan lihat BPKB-nya, dan dokumen lainya yang menunjukan
kepemilikan harta;
 Data lainnya, seperti Daftar Susunan Keluarga.
3. Mengisi SPT Tahunan PPh dengan memperhatikan hal-haI sebagai berikut:
 Yang diisi terlebih dahulu adalah formulir lampiran, bukan induknya;
 Di setiap lembar jangan lupa mengisi identitas seperti narna, NPWP dan tahun
pajaknya;
 Jangan lupa membubuhkan tanda tangan, karena jika tidak SPT yang anda laporkan
dianggap tidak sah;
 Sebelum SPT dikirim/disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau melalui
tempat lain yang di tunjuk, jika SPT menunjukkan kurang bayar, kekurangan tersebut
harus dibayar paling lambat sebelum SPT disampaikan ke KPP dan bukti
pembayaran tersebut dilampirkan pada SPT tersebut;
 Pembayaran dapat dilakukan di kantor pos atau bank persepsi.
Jika Wajib Pajak pengisi SPT Formulir 1770 SS, Wajib mengikuti cara ini:
1. Siapkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dari pemberi kerja. Atau yang lebih dikenal
dengan formulir 1721-A1 atau 1721-A2.
2. Mulailah mengisi SPT Tahunan sesuai data Anda.
3. Sajikan harta dan kewajiban sesuai kenyataan yang ada untuk menghindari permasalahan
di kemudian hari. Sebaiknya buat kertas kerja tersendiri.
Jika Wajib Pajak pengisi SPT Formulir 1770 S, Wajib mengikuti cara ini:
1. Siapkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dari pemberi kerja (1721-A1 atau 1721-A2), bila
Anda seorang pegawai.
2. Siapkan bukti pemotongan pajak yang dilakukan pihak lain berkaitan dengan penghasilan
yang pernah Anda diterima. Seperti Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (bersifat final), PPh
Pasal 23, Bukti Pemotongan Hadiah Undian, dan sebagainya apabila ada.
3. Siapkan bukti pembayaran pajak yang dibayar sendiri. Seperti Surat Setoran Pajak atau
Tanda Bukti Fiskal Luar Negeri apabila ada.
4. Siapkan bukti pembayaran zakat atas penghasilan kepada badan atau lembaga amil zakat
yang resmi atau disahkan pemerintah, apabila ada.
5. Buatlah rekapitulasi penghasilan selama setahun, baik yang sudah dipotong pajaknya oleh
pihak lain atau yang belum.
6. Mulailah mengisi SPT Tahunan setelah data umumnya terisi.
7. Pengisian dimulai dari lampiran 1770S-I yang menyajikan penghasilan neto dari pekerjaan
dan sumber penghasilan lainnya. Pergunakan data bukti pemotongan dari pihak lain untuk
mengisinya.
8. Isikan juga apabila Anda memiliki penghasilan yang belum dilakukan pemotongan oleh
pihak lain.
9. Ikuti petunjuk dalam formulir SPT yang bersangkutan (dalam setiap lembar bagian bawah
terdapat petunjuk yang sangat jelas)
10. Sajikan harta dan kewajiban sesuai kenyataan yang ada untuk menghindari permasalahan
di kemudian hari.
Jika Wajib Pajak pengisi SPT Formulir 1770 , Wajib mengikuti cara ini:
1. Yang harus Anda lakukan pertama kali adalah menyiapkan catatan penghasilan bruto atau
peredaran usaha setiap hari selama setahun.
2. Lalu, temukan tarif prosentase norma penghitungan penghasilan neto untuk jenis usaha
Anda. Misalnya Anda memiliki usaha rumah makan di Jakarta. Tarif yang ditetapkan
adalah sebesar 25 persen. Ini berarti penghasilan neto atau laba bersih usaha rumah makan
di Jakarta adalah 25 persen dari peredaran usaha.
3. Jika Anda menggunakan pembukuan, siapkan laporan keuangan, Neraca dan Laporan Rugi
Laba.
4. Buat perbandingan laporan keuangan dengan tahun yang lalu. Analisis untuk peningkatan
atau pengurangan yang mencolok.
5. Buat kertas kerja terlebih dahulu untuk menyesuaikan laporan keuangan versi akuntansi
dengan ketentuan perpajakan.
6. Siapkan juga Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dari pemberi kerja (formulir 1721-A1 atau
1721-A2), bila Anda kebetulan juga seorang pegawai.
7. Siapkan bukti pemotongan pajak yang dilakukan pihak lain berkaitan dengan penghasilan
yang pernah Anda diterima. Seperti Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (bersifat final), PPh
Pasal 23, Bukti Pemotongan Hadiah Undian, dan sebagainya apabila ada.
8. Siapkan bukti pembayaran pajak yang dibayar sendiri (Surat Setoran Pajak atau Tanda
Bukti Fiskal Luar Negeri), apabila ada.
9. Lalu siapkan bukti pembayaran zakat atas penghasilan kepada badan/lembaga amil zakat
yang resmi/disahkan pemerintah, apabila ada.
10. Buatlah rekapitulasi penghasilan selama setahun. Baik yang sudah dipotong pajaknya oleh
pihak lain atau yang belum.
11. Buat juga biaya-biaya yang berkenaan dengan perolehan penghasilan tersebut.
12. Mulailah mengisi SPT Tahunan setelah data umumnya terisi.
13. Pengisian dimulai dari lampiran 1770-I yang menyajikan penghitungan penghasilan neto.
Pembukuan yang Anda lakukan akan termuat juga dalam laporan ini. Isikan data laporan
rugilaba pada lampiran 1770-I halaman 1 bila Anda menggunakan pembukuan. Bila tidak,
Anda dapat melanjutkan pada halaman 2.
14. Pergunakan data bukti pemotongan dari pihak lain untuk mengisi penghasilan yang
diperoleh dari luar usaha atau pekerjaan bebas.
15. Isikan juga apabila Anda memiliki penghasilan yang belum dilakukan pemotongan oleh
pihak lain.
16. Ikuti petunjuk dalam formulir SPT yang bersangkutan. Dalam setiap lembar bagian bawah
terdapat petunjuk yang sangat jelas sumber angka dan ditujukan kemana.
17. Sajikan harta dan kewajiban sesuai kenyataan yang ada untuk menghindari permasalahan
di kemudian hari.
I Pengisian SPT Tahunan bagi WP OP yang Menggunakan Norma Penghitungan
Berdasarkan ketentuan diatas, bahwa WP OP yang menggunakan Norma
Penghitungan mengisi SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yaitu formulir 1770. Formulir
1770 digunakan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki penghasilan dari kegiatan
usaha ataupun pekerjaan bebas. Misalnya punya toko, wartel, salon dan lain-lain. Artinya
selain sebagai karyawan, atau anggota keluarga. Wajib Pajak mempunyai penghasilan lain
dari usaha atau pekerjaan bebas.
Contoh dan Cara Pengisian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi (OP) 1770 yang
Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto Tahun 2013 terdiri dari :
 Contoh dan Cara Pengisian formulir 1770 (Induk)
 Contoh dan Cara Pengisian formulir 1770 – I (lampiran 1770 – I)
 Contoh dan Cara Pengisian formulir 1770 – II (lampiran 1770 – II)
 Contoh dan Cara Pengisian formulir 1770 – III (lampiran 1770 – III)
 Contoh dan Cara Pengisian formulir 1770 – IV (lampiran 1770 – IV)
 Contoh dan Cara Pengisian Perincian Penghasilan Bruto
 Contoh dan Cara Pengisian Surat Pemberitahuan Penggunaan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto
Untuk surat pemberitahuan penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
dapat dilampirkan pada pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 atau dilaporkan
tersendiri.
Formulir 1770 ini terdiri dari Induk dan lampiran (1770-I, 1770-II,1770-Ill dan 1770-
IV).
Langkah pertama adalah mengisi terlebih dahulu formulir lampiran paling akhir, dan
seterusnya lalu formulir induknya. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Formulir 1770 – IV isinya adalah:
 Harta pada akhir tahun;
 Kewajiban/utang pada akhir tahun dan;
 Susunan anggota keluarga.
Untuk mengisi bagian formulir ini cukup dengan melihat data harta yang
dimiliki Wajib Pajak dan daftar posisi hutang Wajib Pajak sampai dengan akhir
tahun pajak. Untuk diperhatikan bahwa Wajib Pajak dilarang melaporkan sebagian
hartanya, karena bertentangan dengan pernyataan di dalam SPT Tahunan yang
ditandatangani oleh Wajib Pajak sendiri yaitu “dengan menyadari sepenuhnya akan
segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di
atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas”.
2. Formulir 1770 – III isinya adalah:
 Penghasilan yang dikenakan pajak final dan/atau bersifat final;
 Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak;
 Penghasilan istri yang dikenakan pajak secara terpisah.
Untuk mengisi bagian formulir ini cukup dengan melihat data penghasilan
yang berasal dari tabungan atau deposito atau obligasi, saham, atau penjualan tanah
dan/atau bangunan, sewa tanah dan/atau bangunan dan lainnya termasuk penghasilan
dari istri yang bekerja pada satu pemberi kerja (kantor).
3. Formulir 1770 – II isinya adalah:
 Daftar pemotongan/pemungutan PPh oleh pihak lain;
 PPh yang dibayar/dipotong di luar negeri dan PPh ditanggung pemerintah.
Untuk mengisi bagian formulir ini cukup dengan melihat data penghasilan
yang dipotong/dipungut pajaknya (PPh) oleh pemberi penghasilan.
4. Formulir 1770 – I isinya adalah:
 Penghitungan penghasilan neto dalam negeri yang menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto;
 Penghasilan dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan (tidak termasuk
penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final);
 Penghasilan dalam negeri lainnya ((tidak termasuk penghasilan yang dikenakan
PPh bersifat final).
5. Terakhir adalah Formulir 1770 Induk (halaman terdepan) isinya adalah:
 Identitas;
 Penghasilan neto (angka-angkanya berasal dari lampiran 1770);
 Penghasilan kena pajak, PPh terutang;
 Kredit pajak;
 Hasil penghitungan PPh;
 Daftar lampiran serta;
 Pernyataan Wajib Pajak yang disertai tanda tangannya.
Untuk mengisi bagian formulir 1770 Induk ini cukup melihat hasil pengisian pada
lampiran 1770 dan menghitung keseluruhan besarnya PPh terutang.
Cara Pengisian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 Tahun Pajak 2013 yang
Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto adalah sebagai berikut :
 Siapkan arsip SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 Tahun 2012 untuk melihat
daftar harta tahun sebelumnya.
 Siapkan Formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 Tahun 2013
 Siapkan bukti pemotongan PPh (PPh Pasal 21/22/23)
 Siapkan bukti penyetoran PPh Pasal 25
 Siapkan Daftar Perincian Peredaran Bruto
 Mulai mengisi formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 dari formulir 1770
lampiran IV, kemudian lampiran III, lampiran II, lampiran I baru induknya 1770
 Menyetor PPh Pasal 29 yang kurang dibayar.
 Jangan lupa menandatangani Formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770.
Contoh Pengisian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 Bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi yang Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto Tahun Pajak
2013 adalah sebagai berikut :
 Untuk Tahun Pajak 2013 perhitungan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang
memperoleh penghasilan dari usaha dengan Penghasilan Bruto tidak melebihi Rp. 4,8
milyar dibagi dua, yaitu :
1. Masa Pajak Januari s/d Juni 2013 dihitung dengan norma penghitungan
penghasilan neto dan dengan tarif pajak pasal 17 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
2. Masa Pajak Juli s/d Desember 2013 dihitung sebagai PPh Final Pasal 4 ayat 2
sebesar 1 % x Peredaran Bruto setiap bulan
 Untuk Tahun Pajak 2013 perhitungan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang
memperoleh penghasilan dari pekerjaan bebas tertentu sesuai PP nomor 46 Tahun
2013 dihitung dengan norma penghitungan penghasilan neto atau pembukuan serta
dihitung berdasarkan Pasal 17 Undang-undang nomor 36 Tentang Pajak Penghasilan.
II Pengisian SPT Tahunan bagi WP OP yang Menggunakan Pembukuan
Berdasarkan ketentuan diatas, bahwa WP OP yang menggunakan Pembukuan
mengisi SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yaitu formulir 1770.
Persiapan sebelum mengisi SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 Tahun 2013 bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi yang Menggunakan Pembukuan adalah sebagai berikut :
 Siapkan Formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 untuk Tahun 2013
 Siapkan Arsip Formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 untuk Tahun 2012
 Bagi wajib pajak Orang Pribadi yang selain sebagai pengusaha juga mempunyai
penghasilan sebagai pegawai swasta maka disiapkan juga fotocopy 1721-A1 dan atau
bukti potong.
 Bagi wajib pajak Orang Pribadi yang selain sebagai pengusaha juga mempunyai
penghasilan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) maka disiapkan juga fotocopy 1721-
A2 dan atau bukti potong.
 Bagi wajib pajak Orang Pribadi yang selain sebagai pengusaha juga mempunyai
penghasilan dan biaya lain maka disiapkan juga bukti atas transaksi tersebut (misal
atas penjualan aktiva berupa mobil).
 Bagi wajib pajak Orang Pribadi yang selain sebagai pengusaha juga mempunyai
penghasilan dan biaya final maka disiapkan juga bukti atas transaksi tersebut (misal
atas pendapatan dan PPh final atas bunga deposito).
 Menyiapkan arsip SPT Masa PPN termasuk semua faktur pajak masukan dan faktur
pajak keluaran Januari s/d Desember 2013 (apabila Wajib Pajak tersebut juga sebagai
PKP/Pengusaha Kena Pajak).
 Menyiapkan arsip SPT Masa PPh Pasal 21 Januari s/d Desember 2013.
 Menyiapkan arsip bukti Pemotongan PPh Pasal 23 masa Januari s/d Desember 2013.
 Menyiapkan arsip bukti pemungutan PPh Pasal 22 dan SSP Pasal 22 impor masa
Januari s/d Desember 2013.
 Menyiapkan arsip bukti pemotongan PPh Pasal 4 (2) masa Januari s/d Desember
2013.
 Menyiapkan arsip SSP PPh Pasal 25 Masa Januari s/d Desember 2013.
 Menyiapkan arsip SSP atas STP PPh Pasal 25 Masa Januari s/d Desember 2013.
 Menyetor PPh Pasal 29 yang kurang dibayar.
 Menyiapkan Data Pendukung Laporan Keuangan, yang terdiri dari :
1. Buku besar pendukung Laporan Keuangan.
2. Buku besar pembantu pendukung laporan keuangan.
3. Rekening Koran/tabungan (rekening Koran/tabungan harus terpisah dengan
kegiatan usaha lainnya dan milik pribadi, jadi rekening Koran/tabungan khusus
transaksi usaha tersebut).
4. Bukti penerimaan dan pengeluaran (kwitansi, bon, nota dan lain-lain).
 Membuat Laporan Keuangan yang terdiri dari :
1. Laporan Neraca Komersial
2. Laporan Rugi Laba Komersial dan Fiskal.
 Menyiapkan lampiran SPT Tahunan PPh Orang Pribadi tahun 2013 seperti :
1. Daftar Penyusutan (apabila ada Harta Berwujud dan/atau Harta Tidak
Berwujud)
2. Transkrip Kutipan Elemen Laporan Keuangan
3. Daftar Perhitungan Kompensasi Kerugian.
4. Daftar Nominatif Biaya Entertainment
5. Daftar Nominatif Biaya Promosi.
6. Lampiran Daftar lainnya yang diperlukan
 Mulai mengisi formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 dari formulir 1770
lampiran IV, kemudian lampiran III, lampiran II, lampiran I baru induknya 1770
 Menandatangani Formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770.
Hal harus diperhatikan dalam pengisian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun
2013 yang Menggunakan Pembukuan adalah :
 Wajib Pajak harus melakukan equalisasi/pencocokan atas peredaran usaha antara
lain:
1. Peredaran usaha yang akan dilaporkan di SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
Tahun 2013 dengan Dasar Pengenaan Pajak dan Faktur Pajak Keluaran pada
SPT Masa PPN Masa Januari s/d Desember 2013.
2. Peredaran usaha yang akan dilaporkan di SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
Tahun 2013 dengan Objek PPh Pasal 22 atas peredaran usaha dan bukti
pemungutan/SSP PPh Pasal 22 Masa Januari s/d Desember 2013.
3. Peredaran usaha yang akan dilaporkan di SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
Tahun 2013 dengan Objek PPh Pasal 23 atas peredaran usaha dan bukti
pemungutan PPh Pasal 23 dari pihak lain Masa Januari s/d Desember 2013.
4. Peredaran usaha yang akan dilaporkan di SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
Tahun 2013 dengan Objek PPh Pasal 4 (2) atas peredaran usaha dan bukti
pemungutan/SSP PPh Pasal 4 (2) dari pihak lain Masa Januari s/d Desember
2013.
 Wajib Pajak harus melakukan equalisasi/pencocokan atas pembelian dan biaya usaha
antara lain :
1. Pembelian dan biaya dengan faktur pajak masukan pada SPT Masa PPN Masa
Januari s/d Desember 2013.
2. Pembelian dan biaya dengan Objek PPh Pasal 21/26 pada SPT Masa PPh Pasal
21/26 Masa Januari s/d Desember 2013.
3. Pembelian dan biaya dengan Objek PPh Pasal 23/26 pada SPT Masa PPh Pasal
23/26 yang menjadi kewajiban pemotongan PPh Pasal 23/26 oleh wajib pajak
Masa Januari s/d Desember 2013.
4. Pembelian dan biaya dengan Objek PPh Pasal 4 (2) pada SPT Masa PPh Pasal
4 (2) yang menjadi kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 (2) oleh wajib pajak
Masa Januari s/d Desember 2013.
 Wajib Pajak harus melakukan equalisasi/pencocokan atas komponen neraca antara
lain :
1. Posisi kas di neraca dengan buku kas per 31 Desember 2013.
2. Posisi Bank di neraca dengan buku rekening Koran/buku tabungan per 31
Desember 2013
3. Posisi piutang di neraca dengan buku piutang per 31 Desember 2013.
4. Posisi persediaan akhir di neraca dengan buku persediaan per 31 Desember
2013 dan dengan persediaan akhir di laporan laba rugi.
5. Posisi aktiva di neraca dengan buku aktiva per 31 Desember 2013.
6. Posisi hutang di neraca dengan buku hutang per 31 Desember 2013.
7. Posisi modal di neraca dengan buku modal per 31 Desember 2013.
8. Pengambilan Prive bukan merupakan biaya dan bukan objek PPh Pasal 21,
jumlah pengambilan prive terserah wajib pajak.
9. Penyetoran Prive bukan merupakan Objek Pajak, jumlah penyetoran prive
terserah wajib pajak.
 Wajib Pajak harus melakukan equalisasi/pencocokan atas persediaan awal dengan
persediaan akhir pada SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun 2012.

Formulir 1770 ini terdiri dari Induk dan lampiran (1770-I, 1770-II,1770-Ill dan 1770-
IV).
Langkah pertama adalah mengisi terlebih dahulu formulir lampiran paling akhir, dan
seterusnya lalu formulir induknya. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Formulir 1770 – IV isinya adalah:
 Harta pada akhir tahun;
 Kewajiban/utang pada akhir tahun dan;
 Susunan anggota keluarga.
Untuk mengisi bagian formulir ini cukup dengan melihat data harta yang
dimiliki Wajib Pajak dan daftar posisi hutang Wajib Pajak sampai dengan akhir
tahun pajak. Untuk diperhatikan bahwa Wajib Pajak dilarang melaporkan sebagian
hartanya, karena bertentangan dengan pernyataan di dalam SPT Tahunan yang
ditandatangani oleh Wajib Pajak sendiri yaitu “dengan menyadari sepenuhnya akan
segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan di
atas beserta lampiran-lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas”.
2. Formulir 1770 – III isinya adalah:
 Penghasilan yang dikenakan pajak final dan/atau bersifat final;
 Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak;
 Penghasilan istri yang dikenakan pajak secara terpisah.
Untuk mengisi bagian formulir ini cukup dengan melihat data penghasilan
yang berasal dari tabungan atau deposito atau obligasi, saham, atau penjualan tanah
dan/atau bangunan, sewa tanah dan/atau bangunan dan lainnya termasuk penghasilan
dari istri yang bekerja pada satu pemberi kerja (kantor).
3. Formulir 1770 – II isinya adalah:
 Daftar pemotongan/pemungutan PPh oleh pihak lain;
 PPh yang dibayar/dipotong di luar negeri dan PPh ditanggung pemerintah.
Untuk mengisi bagian formulir ini cukup dengan melihat data penghasilan
yang dipotong/dipungut pajaknya (PPh) oleh pemberi penghasilan.
4. Formulir 1770 – I isinya adalah:
 Penghitungan penghasilan neto dalam negeri dari usaha dan/atau pekerjaan
bebas bagi Wajib Pajak yang menggunakan pembukuan;
 Penghitungan penghasilan neto dalam negeri yang menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto;
 Penghasilan dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan (tidak termasuk
penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final);
 Penghasilan dalam negeri lainnya ((tidak termasuk penghasilan yang dikenakan
PPh bersifat final).
Untuk mengisi bagian formulir ini diperlukan Laporan Laba Rugi atau
Rekapitulasi Bulanan Peredaran Bruto.
1. Bagi Orang Pribadi yang menggunakan pembukuan, yang perlu diperhatikan
adalah biaya-biaya yang menurut ketentuan peraturan perpajakan tidak boleh
dibiayakan dan ternyata sudah dibiayakan dalam laporan Laba Rugi, maka
dicantumkan kembali dalam penyesuaian fiskal positif (misalnya biaya
sumbangan).
2. Bagi Orang Pribadi yang menggunakan pencatatan agar dokumen pencatatan
berupa rekapitulasi peredaran bruto atau omzet setiap hari menjadi dasar untuk
rekapitulasi bulanan peredaran bruto.
Apabila Orang Pribadi memperoleh penghasilan selain dari kegiatan usahanya,
misalnya mendapatkan keuntungan (selisih lebih dari harga pembelian dengan harga
pada saat dijual) dari penjualan kendaraannya, maka dilaporkan dalam bagian
penghasilan dalam negeri lainnya.
Orang Pribadi yang menggunakan pembukuan, wajib mengisi/memindahkan
data yang berada pada Laporan Rugi Laba ke dalam formulir 1770 – I Halaman 1.
Sedangkan Orang Pribadi yang menggunakan pencatatan, wajib
mengisi/memindahkan data yang berada pada rekapitulasi peredaran bruto ke dalam
formulir 1770 – I Halaman 2, Bagian B.
5. Terakhir adalah Formulir 1770 Induk (halaman terdepan) isinya adalah:
 Identitas;
 Penghasilan neto (angka-angkanya berasal dari lampiran 1770);
 Penghasilan kena pajak, PPh terutang;
 Kredit pajak;
 Hasil penghitungan PPh;
 Daftar lampiran serta;
 Pernyataan Wajib Pajak yang disertai tanda tangannya.
Untuk mengisi bagian formulir 1770 Induk ini cukup melihat hasil pengisian pada
lampiran 1770 dan menghitung keseluruhan besarnya PPh terutang.

III Pengisian SPT Tahunan bagi WP OP yang Tidak Mempunyai Usaha/Pekerjaan


Bebas
Berdasarkan ketentuan diatas, bahwa WP OP yang Tidak Mempunyai
Usaha/Pekerjaan Bebas tetapi memiliki penghasilan final atau bersifat final mengisi SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi yaitu formulir 1770S. Formulir SPT Tahunan 1770 S yang
terdiri dari induk dan lampiran (1770 S-I, dan 1770 S-II). Langkah pertama adalah dengan
mengisi terlebih dahulu formulir lampiran II, lalu lampiran I dan induknya.
1. Formulir 1770 S – II isinya adalah:
 Penghasilan yang dikenakan PPh final dan/atau bersifat final;
 Daftar harta pada akhir tahun;Daftar kewajiban/utang pada akhir tahun dan;
 Daftar susunan anggota keluarga.
Untuk mengisi bagian formulir ini cukup dengan melihat data harta yang
dimiliki Wajib Pajak dan daftar posisi hutang Wajib Pajak sampai dengan akhir
tahun pajak. Kemudian melihat data penghasilan yang berasal dari tabungan atau
deposito atau obligasi, saham, atau penjualan tanah dan/atau bangunan, sewa tanah
dan/atau bangunan dan lainnya termasuk penghasilan dari istri yang bekerja pada
satu pemberi kerja (kantor) serta penghasilan dari anak yang belum dewasa dari
pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau kegiatan dengan
orangtuanya.
2. Formulir 1770 S – I, isinya adalah:
 Penghasilan neto dalam negeri lainnya;
 Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak dan;
 Daftar pemotongan/pemungutan PPh oleh pihak lain dan PPh yang Ditanggung
Pemerintah.
Untuk mengisi bagian formulir ini cukup dengan melihat apakah ada
penghasilan lain yang diperoleh selain dari penghasilan sebagai karyawan, misalnya
penghasilan dari sewa alat-alat atau kendaraan atau aset lainnya diluar sewa tanah
dan/atau bangunan. Disamping itu bila ada penghasilan yang tidak termasuk objek
pajak misalnya warisan dan sumbangan yang memenuhi syarat, juga harus diisi
dalam lampiran ini.
3. Formulir 1770 S Induk (halaman terdepan) isinya adalah:
 Identitas;
 Penghasilan neto (angka-angkanya berasal dari lampiran 1770 S);
 Penghasilan kena pajak;
 PPh terutang;
 Kredit pajak;
 Hasil penghitungan PPh;
 Daftar lampiran serta;
 Pernyataan Wajib Pajak yang disertai tandatangannya.
Untuk mengisi bagian formulir 1770 S Induk ini cukup melihat hasil pengisian
pada lampiran 1770 S dan menghitung keseluruhan besarnya PPh terutang (cara
penghitungan sama dengan di atas yang untuk formulir 1770).
IV Contoh Kasus Pengisian SPT Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, Menggunakan Pembukuan,
dan yang tidak Mempunyai Usaha/Pekerjaan bebas

1. Contoh Kasus Pengisian SPT Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
Mempunyai Usaha/Pekerjaan Bebas dan Menggunakan Pembukuan

Contoh Kasus:

Antonius Wijaya, seorang pedagang eceran barang-barang kelontong untuk keperluan rumah
tangga. Dalam menjalankan usahanya, Antonius tidak menyelenggarakan pembukuan. Ia
memilih untuk menghitung penghasilan netonya dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghitungan Neto.

Dari buku catatan dalam tahun 2005 jumlah peredaran bruto adalah sebesar Rp 462.808.500,-
dengan perincian sebagai berikut:

- Bulan Januari 2005 Rp. 36.457.000,-


- Bulan Februari 2005 Rp. 38.992.300,-
- Bulan Maret 2005 Rp. 39.751.400,-
- Bulan April 2005 Rp. 36.665.900,-
- Bulan Mei 2005 Rp. 37.710.200,-
- Bulan Juni 2005 Rp. 39.954.000,-
- Bulan Juli 2005 Rp. 38.500.000,-
- Bulan Agustus 2005 Rp. 39.853.400,-
- Bulan September 2005 Rp. 40.330.000,-
- Bulan Oktober 2005 Rp. 41.230.800,-
- Bulan November 2005 Rp. 35.963.000,-
- Bulan Desember 2005 Rp. 37.400.500,-

Sedangkan total biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 347.106.375,-

Berikut ini adalah identitas yang tercantum di Kartu NPWP:


NPWP : 09.123.456.7-006.000

Nama : Antonius Wijaya

Alamat : Jl. Tmn. Pulo Gebang Blok B-1 No. 22 RT. 003 RW. 012 Cakung Timur Cakung
Jakarta Timur

Alamat yang digunakan untuk melakukan usaha adalah sama dengan alamat tempat tinggal.

Anggota keluarga yang menjadi tanggungan Antonius adalah:

- Stephanie, istri (sebagai ibu rumah tangga), lahir tanggal 10 November 1971
- Joshua, anak kandung (sebagai pelajar), lahir tanggal 8 Oktober 1995
- Dewi Nuryani, anak kandung (sebagai pelajar), lahir tanggal 3 April 1998.

Selama tahun 2005 sudah membayar angsuran PPh Pasal 25 sebesar Rp. 12.000.000,-

Berdasarkan kasus diatas, bagaimana perhitungan PPh terutang atas nama Antonius dan jumlah
PPh yang lebih/kurang dibayar untuk tahun pajak 2005 serta bagaimana pengisiannya di
Formulir SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi?

Penjelasan:

Dasar Hukum:

 Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-536/PJ./2000 tanggal 29 Desember 2000 tentang


Norma Penghitungan Penghasilan Neto Bagi Wajib Pajak Yang Dapat Menghitung
Penghasilan Neto Dengan Menggunakan Norma Penghitungan.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004 tanggal 29 November 2004
tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Wajib Pajak yang diperkenankan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto adalah
Wajib Pajak orang pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp.
600.000.000,- wajib memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak (Kepala KPP di mana
Wajib Pajak terdaftar) dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan apabila Wajib Pajak akan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto antara lain:

a. Wajib Pajak tetap wajib menyelenggarakan pencatatan sebagaimana diatur dalam Pasal
28 UU KUP;
b. Biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan usaha pokok Wajib Pajak tidak dapat
dikurangkan lagi, karena telah diperhitungkan dengan tarif dalam menghitung Norma
Penghitungan Penghasilan Neto.
2. Contoh Kasus Pengisian SPT Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
Mempunyai Usaha/Pekerjaan Bebas dan Menggunakan Pembukuan

Contoh Kasus:

Benny Santoso, bertempat tinggal di Jl. Kutilang No. 40, Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan
Kembangan, Jakarta Barat 11620, nomor telepon 5858266, terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak
Jakarta Kebon Jeruk dengan NPWP: 04.556.432.5-035.000.

Ia berusaha dalam bidang perdagangan bahan bangunan dengan merek usaha “Jaya Makmur”
berlokasi di Jl. Meruya Ilir Raya No. 33, nomor telepon 5867812.

Data anggota keluarga yang menjadi tanggungan Rahmat Santoso dalam tahun 2005 adalah
sebagai berikut:

- Linda Wiguna, istri (sebagai ibu rumah tangga), lahir tanggal 14 Februari 1970.
- Mariana Santoso, anak kandung (sebagai pelajar), lahir tanggal 3 Juli 1994.
- Andrian Santoso, anak kandung (sebagai pelajar), lahir tanggal 24 Mei 1998.

Berikut ini adalah Laporan Laba Rugi Komersial (tahun buku 1 Januari 2005 sampai dengan 31
Desember 2005):
Selama tahun 2005 sudah membayar angsuran PPh Pasal 25 sebesar Rp. 78.400.000,-

Berdasarkan kasus diatas, bagaimana perhitungan PPh terutang atas nama Benny Santoso dan
jumlah PPh yang lebih/kurang dibayar untuk tahun pajak 2005 serta bagaimana pengisiannya di
Formulir SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi?
Dasar Hukum:

 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan


Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan.
 Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ./2002 tanggal 18 April 2002 tentang
Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler Dan Kendaraan
Perusahaan.

Pasal 6 ayat (1) UU PPh Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi:

a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya


pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga,
sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya
administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan;
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan;
e. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing;
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
g. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan;
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan;
3. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan
4. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak.

Pasal 9 ayat (1) UU PPh

Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap tidak boleh dikurangkan :

a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi;
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota;
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih
untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi,
dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-
syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-
nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib
Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya;
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan
Keterangan:

a. Sesuai dengan KEP-220/PJ./2002, biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan
perbaikan telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai
tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah biaya berlangganan atau pengisian ulang
pulsa dan perbaikan dalam tahun pajak yang bersangkutan.
b. Sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) huruf g UU PPh.
c. Sesuai dengan PP Nomor 131 Tahun 2000 tanggal 15 Desember 2000 tentang Pajak
Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank
Indonesia.
d. Sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) huruf k UU PPh.
e. Biaya lain-lain jika tidak dapat dijelaskan atas apa, maka tidak boleh dibebankan secara
fiskal (kontra Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh).

Perhitungan PPh Terutang dan PPh Kurang Bayar Penghasilan Neto Fiskal 344,400,000

Dikurangi: PTKP (K/2) (15,600,000)


Penghasilan Kena Pajak 328,800,000
PPh terutang: 5% x 25,000,000 = 1,250,000

10% x 25,000,000 = 2,500,000

15% x 50,000,000 = 7,500,000

25% x 100,000,000 = 25,000,000

35% x 128,800,000 = 45,080,000

Total PPh terutang 81,330,000


Kredit Pajak: PPh Pasal 25 = (78,400,000)
PPh Kurang Bayar = 2,930,000
Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 untuk Tahun Pajak Berikutnya:

1/12 x 81,330,000 = 6,777,500


3. Contoh Kasus Pengisian SPT Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Tidak
Mempunyai Usaha/Pekerjaan Bebas

Contoh dengan penghasilan lebih dari 30 juta

Perhitungan PPh untuk WPOP karyawan yang memiliki penghasilan bruto setahun
lebih dari Rp 30 juta dan memiliki penghasilan lain yang merupakan obyek PPh
final/dikenakan pajak bersifat final.

Bayu, status K/1, karyawan tetap PT Ceria Sekali, telah memiliki NPWP (09.654.332.8-
034.000) sejak tahun 2005.Penghasilan yang diperoleh dari PT Ceria selama tahun 2007
adalah sbb :
 Gaji Rp 12 juta/ bulan
 Tunjangan Makan dan transport Rp 2,5 juta/ bulan.
 Selain itu PT Ceria mengikut sertakan karyawannya dalam program jamsostek. Premi
yang dibayar ke jamsostek seluruhnya sebesar 6,24%. Iuran JHT 2% ditanggung oleh
karyawan.
 Pada tahun 2007 Bayu memperoleh Bonus dan THR masing-masing sebesar Rp 10jt.

Istri Bayu, Hartini bekerja di PT Adil Makmur. Data penghasilan tahun 2007 adalah sebagai
berikut:
 Gaji : Rp 6 juta/bulan ; tunjangan Makan dan Transport: 2,5Jt/bln
 PT Adil juga mengikutsertakan karyawannya dalam program Jamsostek. Premi yang
dibayarkan ke Jamosestek sebesar 6,89%. Iuran JHT 2% juga ditanggung oleh
Karyawan.
 Pada tahun 2007 Hartini memperoleh THR sebesar satu bulan gaji.

Selain itu, Bayu juga memiliki rumah yang dikontrakkan kepada temannya (WPOP).
Penghasilan dari kontrakan selama tahun 2007 sebesar Rp 18 juta. Dari deposito-nya di bank
BNI dan Mandiri, selama tahun 2007 bayu memperoleh bunga deposito masing-masing2
sebesar Rp 4juta dan Rp 4,5Jt.
PPh yang terutang dan harus dipotong/dipungut pihak lain atas penghasilan yang
diterima/diperoleh Bayu, telah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

Daftar Harta yang dimiliki Bayu pada akhir tahun :


1. Rumah Luas 100 m2 jl Veteran No 6 , Jakarta. NPOP : 11.71.030.032.008.0165.0; dibeli
tahun 1995 dengan harga perolehan Rp 80 Juta
2. Rumah Luas 100 m2 jl Casablanca 20, Jakarta. NPOP : 11.78.030.003.003.0124.0; dibeli
tahun 2005 dengan harga perolehan Rp 400 Juta
3. Mobil (Toyota, 1990) BPKB No. H-133421; dibeli tahun 1999 dengan harga Rp 60Juta
4. Mobil (BMW, 2000), BPKB No H-623441; dibeli tahun 2000 dengan harga Rp 250Juta
5. Deposito (Bank BNI) ditempatkan sejak tahun 2004 dengan nominal Rp 50 Jt.
6. Deposito (Bank Mandiri) ditempatkan sejak tahun 2006 dengan nominal Rp 50 Juta.

Daftar kewajiban :
1. Hutang KPR Bank Mandiri untuk Pembelian Rumah di Jl Casablanca th 2005 sebesar
Rp 300 Juta. Saldo Hutang KPR per 31 Desember 2007 sebesar Rp 250 Juta.

Contoh dengan penghasilan kurang dari 30 juta

Badu (belum menikah) bekerja di PT Angin Ribut sejak tahun 2001. Badu telah
memiliki NPWP Pribadi, sehingga diwajibkan untuk mengisi SPT Tahunan. Data penghasilan
Badu selama tahun 2007 adalah sbb:
 Gaji Pokok : Rp 1.250.000 / bulan
 Tunjangan Makan dan Transport : Rp 300.000/bulan
 Bonus satu bulan gaji Rp 1.250.000
 THR dua bulan gaji Rp 2.500.000

Selain itu, PT Angin Ribut mengikutsertakan karyawannya dalam program Jamsostek.


Besarnya premi yang dibayarkan ke PT Jamsostek adalah sbb :
 Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar 0,24%
 Premi Jaminan Kematian (JKM) sebesar 0,3%
 Premi JHT 5,7%. Premi JHT sebesar 2% ditanggung oleh karyawan.

Informasi tambahan :
 Perusahaan PPh 21 yang terutang atas penghasilan Badu ditanggung oleh perusahaan.
 Selama tahun 2007, Badu tidak memperoleh penghasilan lain selain dari bekerja.
 Pada Akhir tahun 2007 (sekarang baru bln Des nih..) Harta yang dimiliki oleh Badu
berupa Motor yang dibeli (secara kredit) pada tahun 2005 dengan harga sebesar Rp 12
juta. Sisa Hutang pada akhir tahun 2007 sebesar 5 Jt.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.lintas.me/go/wibowo-pajak.blogspot.com/contoh-dan-cara-pengisian-spt-tahunan-
pph-orang-pribadi-1770-tahun-2011-yang-menggunakan-pembukuan-wibowo-
pajak(diakses tanggal 18 Oktober 2014)
http://www.lintas.me/go/wibowo-pajak.blogspot.com/contoh-cara-pengisian-spt-tahunan-pph-
orang-pribadi-1770-tahun-2011-yang-menggunakan-norma-penghitungan-penghasilan-
neto wibowopajak (diakses tanggal 20 Oktober 2014)
http://www.pandupajak.org/literasi-pajak/kup/cara-mudah-memahami-spt-tahunan-pph-orang-
pribadi.html(diakses tanggal 21 Oktober 2014)
http://misbah.lecture.ub.ac.id/?p=151(diakses tanggal 26 Oktober 2014)
http://misbah.lecture.ub.ac.id/?p=190(diakses tanggal 26 Oktober 2014)

http://www.pajakpribadi.com/contohsoal/WPOPNormaPenghitungan/wpop_perhitungan.htm (
diakses tanggal 25 Oktober 2014)

http://www.pajakpribadi.com/contohsoal/WPOPdenganPembukuan/wpop_pembukuan.htm (
diakses tanggal 25 Oktober 2014)

https://triyani.wordpress.com/2007/12/26/bagaimana-menghitung-pph-terutang-dan-mengisi-spt
tahunan/#more-100 ( diakses tanggal 28 Oktober 2014)
https://triyani.wordpress.com/2007/12/31/bagaimana-menghitung-pph-terutang-dan-mengisi
spt-tahunan-2-2/#more-110 ( diakses tanggal 28 Oktober 2014)

Anda mungkin juga menyukai