Pengalengan Papaya
Pengalengan Papaya
KELOMPOK B-5
Penjepit gula
Kaleng dan Melon
tutup
Alat
penutup
kaleng
Pembuka
kaleng
Jangka
sorong
(Vernier
caliper)
Mikromete
r (Kori)
Autoklaf
IV. CARA KERJA
Papaya
Sortasi
Pencucian
Pengupasan
Pemotongan
Kaleng
Perendaman larutan
CaCl2 1%, 15menit
Sterilisasi celup air
mendidih 15 menit
Blanching
90°C, 5 menit
Exhausting 90°C,
10 menit
Penutupan kaleng
Pendinginan
Tekstur
TPT
Hari ke-4
Hari ke-6
Kenampakkan buah melon setelah
VI. PEMBAHASAN
Overlap
Overlap adalah tingkat keterkaitan/menempelnya bagian cover hook dan
body hook (Gopakumar, 1993). Nilai overlap dinyatakan dalam % dimana nilai
tersebut menunjukkan ketahanan kedap terhadap udara dan ketahanan terhadap
kebocoran selama proses pengalengan. Menurut Ranganna (1986), overlap
minimal untuk mencegah kebocoran dan menunjukkan ketahanan kedap yang baik
adalah minimal 55%. Nilai overlap ditentukan oleh proses penutupan kaleng
dimana proses penutupan kaleng yang kurang baik akan menyebabkan perekatan
cover hook dan body hook kurang maksimal sehingga akan mempengaruhi produk
yang dikemas di dalamnya. Berdasarkan hasil praktikum, nilai overlap kaleng
adalah 25,35%, lebih rendah dari nilai overlap minimal yang berarti kaleng yang
digunakan dalam praktikum ini kurang kedap terhadap udara dan kurang mampu
menahan kebocoran selama proses pengalengan.
Kekerasan
Perlakuan pada praktikum adalah perendaman buah melon dalam larutan
CaCl2 selama 30 menit dan tanpa perendaman dalam larutan CaCl2. Berdasarkan
hasil pengukuran kekerasan menggunakan penetrometer didapatkan hasil bahwa
semakin lama penyimpanan, tingkat kekerasan dari buah melon akan menurun.
Hal ini disebabkan selama perlakuan panas, protein penyusun membran sel
mengalami denaturasi sehingga kehilangan sifat permeabilitasnya. Akibatnya, air
dan zat-zat terlarut dalam sel akan berdifusi keluar ke dalam larutan gula dan buah
mengalami pelunakan. Semakin lama penyimpanan, maka akan semakin besar
zat-zat terlarut yang keluar ke larutan gula sehingga tekstur buah melon akan
semakin lunak.
Buah melon yang direndam dalam larutan CaCl2 memiliki kekerasan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak direndam dalam larutan CaCl2. Hal
ini dikarenakan ion Ca2+ dari CaCl2 akan berikatan ester dengan asam galakturonat
(monomer pektin) membentuk Ca-pektat yang sifatnya tidak larut dalam air.
Dalam jaringan tanaman, pektin terdapat dalam dinding sel primer dan berfungsi
sebagai bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan yang lain. Buah yang
muda memiliki tekstur yang lebih keras daripada buah yang matang karena
senyawa pektin pada buah yang masih muda dalam bentuk protopektin yang
sifatnya tidak larut dalam air. Buah yang tua, protopektin berubah menjadi pektin
yang sifatnya larut dalam air. Karena sifatnya yang larut dalam air, maka peran
pektin sebagai bahan pengikat antar sel akan menurun sehingga susunan sel tidak
kokoh dan akhirnya menurunkan kekerasan buah. Perendaman dalam CaCl 2 dapat
menyebabkan pembentukan Ca-pektat yang sifatnya tidak larut dalam air,
sehingga selama penyimpanan kekerasan buah akan tetap terjaga (pelunakan tidak
sebesar pada buah yang tidak direndam CaCl2).
TPT
% brix digunakan untuk menyatakan total padatan terlarut (TPT), khususnya
gula dan senyawa-senyawa lain yang bersifat kiral sehingga dapat memutar
bidang polarisasi. Perbedaan % brix pada kedua perlakuan disebabkan oleh
perbedaan kandungan pektin dan zat-zat terlarut buah pada larutan perendaman
karena konsentrasi larutan gula pada kedua perlakuan sama. % brix larutan
perendaman pada perlakuan tanpa perendaman dalam CaCl2 memberikan hasil
yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan pektin bersifat larut dalam air sehingga
larut dalam larutan perendaman sedangkan pada perlakuan perendaman dalam
larutan CaCl2 senyawa pektin berada dalam bentuk Ca-pektat yang tidak larut
dalam air. Pektin sendiri karena bersifat kiral (Indra dalam Mohan et al, 2009)
maka dapat terbaca dalam refraktometer sehingga % brix air perendaman pada
perlakuan tanpa perendaman dalam CaCl2 lebih tinggi. Selain itu, kerusakan
membran sel akibat proses pemanasan menyebabkan zat-zat terlarut seperti gula
dan asam amino larut ke dalam larutan gula. Semakin lama penyimpanan, terjadi
kenaikan % brix karena semakin lama zat-zat terlarut yang berdifusi ke larutan
perendaman semakin banyak.
VII. KESIMPULAN
- Proses pengalengan kurang baik (% overlap = 25,35).
- TPT buah yang direndam dengan CaCl2 < tanpa CaCl2.
- Perendaman buah yang akan dikalengkan dengan CaCl2 dapat mempertahankan
tekstur (kekerasan) dan mencegah keluarnya zat gizi dari buah.
Muchtadi, D., T.R. Muchtadi, dan E. Gumbira, 1979. Pengolahan Hasil Pertanian
II Nabati, Bogor: Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta, IPB.
Muchtadi, D. 1995. Teknologi dan Mutu Makanan Kaleng. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Mohan, S.J., E.C. Mohan, M.R. Yamsani. 2009. Chirality and its Importance in
Pharmaceutical Field- An Overview. Available at:
http://www.ijpsnonline.com/ijpsnonline/Issues/309.pdf
Ranganna, S. 1986. Handbook of Analysis and Quality Control for Fruit and
Vegetable Products. Available at : http://books.google.co.id/books?
id=jQN8Kpj0UOMC&pg=PA414&lpg=PA414&dq=overlap,+body+hook,
+cover+hook,
+45%25&source=bl&ots=f9YnX_kAxK&sig=v0L3jaA9P_TTMtKmniaiHz
Ev2ww&hl=id&ei=i6z2Sv6yF4XkQWIgfW1Aw&sa=X&oi=book_result&c
t=result&resnum=1&ved=0CAsQ6AEwAA#v=onepage&q=overlap%2C
%20body%20hook%2C%20cover%20hook%2C%2045%25&f=false
Winarno, F.G., 1994. Sterilisasi Komersial Produk Pangan, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama