Anda di halaman 1dari 7

Menyimak posternya yang menampilkan seorang petugas pemadam kebakaran dengan

kalimat never leave your partner behind di dalamnya, saya berasumsi Fireproof tak
ubahnya Backdraft (1991) yang berkisah tentang sepasukan fire fighter memadamkan
kebakaran di sana-sini. Asumsi yang kemudian menguap begitu saja setelah mengikuti
rangkaian adegan dari film garapan Alex Kendricks ini.

Alex Kendricks? Ah ya, ini sineas yang walaupun namanya tak setenar Steven Spielberg dan
James Cameron, tapi sempat membuat saya terkesan ketika menghadirkan Facing The
Giants (2006). Film yang bertutur tentang perjuangan tim american football kelas pecundang
menjadi kelas jawara setelah sang pelatih menerapkan nilai-nilai kebenaran dalam hidup
keseharian mereka.

Dengan formula yang sama, Alex Kendricks memindahkan proses perjuangan itu dari
lapangan olahraga ke dalam lingkup keluarga. Keluarga yang tengah di ujung kehancuran.
Ya, Fireproof merupakan kisah perjuangan petugas pemadam kebakaran untuk
memadamkan api yang berpotensi membakar habis bahtera rumah tangganya.

Caleb Holt (Kirk Cameron) adalah komandan regu Albany Fire Department yang disegani oleh
anak buahnya. Respek yang didapatkannya di tempat kerja ini ironisnya justru tak didapat
dari istrinya, Catherine (Erin Bethea). Caleb adalah sosok pahlawan di lingkungan kerjanya, di
sisi lain tak lebih dari seorang pecundang di mata istrinya. Rumah tak lagi menjadi tempat
yang ramah. Namun, menjadi ajang adu mulut, lengkap dengan pembenaran diri masing-
masing.

Dalam pandangan Catherine, Caleb telah berubah menjadi pribadi yang egois. Suami yang
lebih mementingkan keinginan memiliki yacht (perahu pesiar) daripada memikirkan ibu
Catherine yang tengah sakit. Suami yang lebih intim dengan komputernya daripada dengan
istrinya. Suami yang tidak pernah mau peduli dengan kegiatan mengurus rumah. Dari situlah
Catherine mulai enggan melakukan perannya sebagai istri yang baik. Belakangan malah
sempat menemukan pelabuhan cinta yang lain pada diri seorang dokter, rekan di rumah sakit
tempatnya bekerja sebagai humas. Tak urung, konflik suami-istri ini semakin meruncing.

Beruntunglah Caleb memiliki lingkungan yang baik di luar rumah tangga yang tengah
bergolak. Di tempat kerja dia memiliki Michael (Ken Bevel), anak buah sekaligus kawan yang
peduli terhadapnya. Kawan yang tak jemu-jemu membagikan petuah dan pengalamannya
dalam berumah tangga yang penuh dengan pahit getir. Ah, jadi ingat dengan peringatan siapa
bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi
malang.

Namun, di antara orang yang menolong Caleb, tidak ada yang berupaya lebih keras selain
ayahnya, John Holt (Harris Malcom). Inilah orang yang meminta Caleb untuk mengurungkan
kembali niat bercerai yang sempat diapungkan. Sembari memberikan "buku pintar" yang
diyakini dapat memulihkan kembali rumah tangga Caleb dalam kurun waktu 40 hari saja.

Caleb yang masih menyimpan sisa-sisa nyala api untuk mempertahankan rumah tangganya
mulai melakukan setiap petunjuk dalam buku tersebut. Hari lepas hari. Bukan perkara yang
mudah bagi Caleb melihat niat baiknya ini ternyata tidak mendapat perhatian dari sang istri.
Dari membelikan bunga, telepon untuk sekadar menanyakan kabar, mempersiapkan makan
malam yang romantis, semua tidak mampu menarik perhatian Catherine. Alih-alih dihargai,
malah dicurigai ada maksud tersembunyi di balik perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan.

Di awal perjuangannya, sebenarnya Caleb telah mendapat pesan dari buku itu untuk tetap
melakukan perbuatan baik sekalipun perbuatan baikmu tidak mendapat penghargaan yang
sepadan. Pun demikian, Caleb tetap frustrasi karena perjuangannya tak kunjung menemui
jalan keluar. Tidak ada apresiasi sedikit pun dari Catherine sampai hari ke-20. Rasa frustrasi
yang selalu dilampiaskan di belakang rumah, yang apesnya seringkali dipergoki Tuan Rudolph,
tetangga lanjut usia.

Ada kalanya memang saat kita merasa sudah melakukan apa yang sudah semestinya
dilakukan, sementara hasil yang diharapkan tak kunjung diraih, perasaan kecewalah yang
mengemuka. Menurut John, kekecewaan itu muncul karena standar yang kita terapkan tidak
sama dengan standar yang Tuhan tetapkan. Standar Tuhan lebih tinggi dari standar manusia.
Membenci saja sudah termasuk pembunuhan di mata Tuhan. Jadi, kalau baru sebatas
memenuhi standar manusia saja sudah menepuk dada dan menuntut ini itu sebagai
pahalanya, John menyarankan untuk lebih menundukkan diri dan berserah kepada Tuhan.

Fireproof jelas adalah sebuah film yang membawa pesan agung tentang pernikahan. Sebegitu
jelasnya peran film ini sebagai pembawa pesan, sampai-sampai dialog di dalamnya disajikan
secara gamblang. Penonton akan langsung menangkap pesan-pesan itu dari dialog
antarkarakternya. Tidak sedikit pun diberi ruang untuk imajinasi dan interpretasi yang
berpotensi membiaskan pesan. Terkesan nyinyir memang, tapi bisa dimaklumi,
mengingat Fireproof dibangun di atas dasar sebuah misi.

Lupakan saja tampilan peran dari para pemainnya yang acapkali terlihat tak begitu
luwes, Fireproof tetap nyaman disimak dengan segala bangunan konflik di dalamnya. Untuk
sebuah film yang diproduksi dengan biaya 'hanya' setengah juta dolar, bandingkan
dengan Transformers : Age of Extinction yang mencapai $ 210 juta, Fireproof telah
menjalankan tugasnya untuk memberikan pencerahan dan inspirasi bagi setiap pasangan
yang menontonnya. Terkhusus bagi mereka yang tengah dihempas badai.

Tak dipungkiri bahwa dengan banyaknya ayat Alkitab yang dipakai dalam film ini dan simbol-
simbol Kristiani yang ditampilkan, penonton akan dengan mudah memberikan
stempel Fireproof sebagai film rohani Kristen. Namun, bukankah keluarga yang harmonis
merupakan dambaan setiap orang? Tidak peduli apa agamanya. Inilah yang seharusnya
dipahami penonton dalam menyantap film ini. Penonton yang berwawasan luas. Penonton
yang cerdas.

Bahwa membina rumah tangga adalah sebuah perjalanan spiritual. Bahwa kehidupan sebuah
keluarga akan sangat ditentukan oleh pengenalan masing-masing anggota keluarga terhadap
Allah yang disembahnya. Itulah mengapa melibatkan Tuhan di dalam keluarga menjadi poin
yang sangat menentukan. Bila Anda menyaksikan film ini, Anda akan paham apa yang
membedakan perjuangan Caleb dalam 20 hari pertama dan 20 hari terakhir. Fokus pada
Tuhan. Bukan pada manusia, lebih-lebih fokus pada diri sendiri.
Halo semua! Post kali ini membahas tentang film berjudul “Fireproof” (lihat website) yang
beberapa waktu lalu sempat diputar di kelas kami. Film ini sudah lumayan lama rilis, mungkin
dari antara kalian ada yang sudah pernah mendengar atau nonton film ini, karena beberapa
teman sudah ada yang pernah nonton sebelumnya. Kalau saya pribadi baru tahu judul film ini
saat guru agama kami, Bapak Tavip mengijinkan jam pelajarannya digunakan untuk nonton
film ini karena film ini berhubungan dengan bab yang sedang kami pelajari, yaitu Panggilan
Hidup Berkeluarga.
Film ini recommended banget untuk pasangan yang sudah married, namun untuk yang
belum married, nggak ada larangan buat nonton film ini. Film ini bisa dijadikan pelajaran
karena nantinya pasti kita semua akan berkeluarga.
Film ini menceritakan tentang sepasang suami-istri bernama Caleb dan Catherine Holt yang
tinggal di Albany, New York. Pernikahan pasangan muda itu dilanda krisis yang menyebabkan
mereka memiliki keinginan untuk bercerai. Pasangan ini belum dikaruniai seorang anak, meski
umur pernikahan mereka sudah cukup lama (sepertinya sekitar 3-5 tahun). Sang suami, Caleb
Holt adalah seorang pemadam kebakaran dan istrinya adalah seorang pekerja di rumah sakit.
Mereka sama-sama sibuk dipekerjaan masing-masing sehingga rumah tangga mereka tidak
harmonis, rumah mereka kurang terurus, dan mereka saling menyalahkan. Caleb dan istrinya
tidak ada yang saling mengalah sehingga masalah sepele menjadi semakin besar dan perlahan
menghancurkan rumah tangga mereka.

Kate(panggilan Catherine) berkata bahwa ia ingin bercerai dengan Caleb, karena emosi, Caleb
mengiyakan permintaan istrinya. Mengetahui hal ini, ayah Caleb menasehati Caleb dan
menyuruhnya merenung dan memberinya buku tentang “Love Challenge” yang harus
dilakukannya selama 40 hari. Diawal Caleb menjalani Love Challenge ini, ia tidak
merenungkan benar-benar apa yang ditulis dibuku tersebut. Namun, setelah ayahnya tahu,
ia menemui Caleb dan membuat Caleb sadar bahwa ia memerlukan kasih dari Allah untuk
dapat mengasihi orang lain. Caleb menyadari kesalahannya dan kemudian melakukan apa
yang tertulis dalam journal itu sepenuh hati, meski Kate tetap teguh ingin menceraikannya.
Hingga perubahan dalam diri Caleb membawa dampak pada hidup Kate, Kate menyadari
suaminya berubah, bahwa meski telah lebih dari 40 hari “Love Challenge” journal itu telah
habis, Caleb tetap mengasihi Kate. Caleb berubah menjadi orang yang lebih baik, sehingga
Kate ingin berubah juga seperti Caleb.

Film ini kemudian ditutup dengan upacara pengesahan pernikahan mereka di dalam Gereja.
Banyak sekali nilai-nilai yang dapat diambil dari film ini. Film ini mengajarkan kepada kita
bagaimana mencintai dengan kasih seperti Tuhan mengasihi kita. Film ini juga menunjukkan
bahwa pernikahan yang baik adalah pernikahan yang berlandaskan kasih Kristus. Disaat
melihat film ini, kita dibawa kesebuah realitas kehidupan pernikahan yang tidak selalu
berjalan baik dengan pesan-pesan yang dapat membuat kita belajar banyak persoalan
kehidupan dalam keluarga. Pesan yang disampaikan film ini sangatlah bagus, and I highly
recommend this movie.
Fireproof mengisahkan tentang Kapten Caleb Holt adalah seorang petugas pemadam
kebakaran di Albany, Georgia yang memegang moto "Jangan pernah meninggalkan pasangan
anda di belakang". Namun, hubungannya dengan istrinya Catherine adalah kisah yang
lain, bahwa dia ingin bercerai. Caleb dan Catherine mengeluh kepada teman-teman
mereka tentang kesalahan dan keburukan pasangan mereka yang menyebabkan hubungan
mereka memburuk. Ketika Caleb mengatakan kepada ayahnya, John, tentang perceraian
segera terjadi, John menantang Kaleb untuk berkomitmen dalam tes 40-hari yang dia sebut
"Love Dare", dan Caleb setuju untuk mencoba. Perjalanan ini melalui liku-liku seperti yg
sering terjadi dalam relasi..

Akhirnya setelah waktu yg ditentukan, maka mereka semakin memahami pasangan masing2
dan mempererat hubungan mereka kembali...

Mungkin ada yang udah nonton film ini? Silahkan berbagi dan mohon koreksi saya jika ada
kesalahan. Seorang “teman” merekomendasikan film ini untuk ditonton. Well, terimakasih
buat “teman yang saya kasihi” tersebut yang telah merekomendasikan film tersebut. Aku

tidak menyesal telah menontonnya


O iya, katanya sih film ini udah diputar di persekutuan besar PMK Jatinangor. Mungkin anak-
anak PMKJ bisa memberi komentar.
Film ini berkisah tentang pasangan suami istri, Caleb dab Catherine, yang diambang
perceraian. Sang suami merasa sang istri tidak menghargainya. Sang istri merasa tidak
diperhatikan dan ingin dimengerti (biasalah wanita :p). Pada dasarnya keduanya sebenarnya
sama-sama ingin dimengerti. Film ini menunjukkan pada kita realita kehidupan manusia,
khususnya dalam relasi antara pria dan wanita. Sebenarnya problem dalam relasi pria dan
wanita sudah menjadi masalah klasik.
Dalam film ini dikisahkan Caleb sang suami berprofesi sebagai pemadam kebakaran.
Sedangkan sang istri, Catherine bekerja dirumah sakit setempat. Pertengkaran dalam film ini
diawali oleh adegan dimana Caleb menanyakan apakah Catherine memiliki waktu untuk
berbelanja. Caleb mengajukan pertanyaan ini karena dia melihat cadangan makanan mereka
di lemari makanan telah habis. Tanpa disangka, ternyata respon dari Catherine negatif.
Bukannya mengiyakan, dia malah meminta Caleb yang berbelanja dengan alasan Caleb lebih
banyak memiliki waktu luang. Dari teriakan-teriakan, kalimat-kalimat yang dilontarkan
sebenarnya terlihat bahwa Catherine menginginkan perhatian dari suaminya. Pertengkaran
berlanjut sampai pada satu titik, keduanya ingin mengajukan perceraian.
Berita tentang akan bercerainya mereka sampai ketelinga ayah Caleb, sehingga dia
memutuskan untuk datang menjenguk anaknya dan memberikan nasehat-nasehat yang
bertujuan mencegah perceraian anaknya. Hingga dia memberikan satu buku berisi instruksi-
instruksi bagaimana memperlakukan wanita. Caleb harus melakukan instruksi-instruksi itu
setiap hari, sampai hari ke 40. Hingga hari ke 42, Caleb belum juga berhasil merebut kembali
hati istrinya. Hari ke 43, akhirnya mereka kembali berdamai dan perceraian terhindarkan.
Film ini mengajarkan beberapa hal (buat saya) :
Film ini mengajarkan bagaimana mencintai yang sesungguhnya. Ketika Caleb melakukan
tindakan-tindakan untuk merebut kembali hati istrinya, dia mendapat respon negative.
Bahkan dicaci maki oleh istrinya. Tapi begitulah mencintai, kita tidak mengharapkan balasan.
Ketika kita menerima respon yang negative, kasih/cinta kita tidak akan pernah habis bagi
orang yang kita cintai itu. Demikian juga kasih Kristus bukan?
Kedua, film ini juga menunjukkan bagaimana pernikahan yang baik yaitu pernikahan yang
dilandaskan pada Kristus. Ketika Caleb menerima dan percaya kepada Kristus (hari ke 22 jika
saya tidak salah ingat), dia akhirnya mengerti bagaimana mencintai sesungguhnya. Dengan
bercermin kepada kasih Kristus, yang rela berkorban di kayu salib, dia mampu mengasihi
istrinya tidak peduli bagaimana reaksi dari istrinya.
Film ini juga menunjukkan pentingnya peran orangtua dalam kehidupan anaknya. Dalam film
ini ditunjukkan bagaimana ayah Caleb lah yang “berhasil” memberitakan Injil bagi anaknya,
yang berimbas pada keberhasilan pernikahan anaknya. Seharusnya demikianlah tiap-tiap
ayah Kristen menjalankan perannya.
Pentingnya sebuah komunitas yang baik. Dalam film ini, ditunjukkan bahwa Caleb memiliki
seorang teman yang telah lebih dahulu percaya dan sampai sejauh ini mampu menjaga
kehangatan cinta (halah) dalam pernikahannya J
Film ini juga mengingatkan bahwa cinta romantic itu tidak selamanya ada. Cinta romantic juga
mengalami fluktuasi, kadang berada di puncak, kadang dibawah. Namun yang menjaga cinta
itu tetap bertahan adalah komitmen J
Dalam film ini ada beberapa quote yang bagus menurut saya, misalnya :
“Wanita itu seperti mawar, jika tidak tau merawatnya maka dia akan layu”
“Berhentilah berkata negatif pada pasangan, jika godaan itu muncul, tahan jangan katakan
apapun. Lebih baik tahan lidahmu daripada katakan hal yang akan kau sesali. Cepatlah
mendengar, lambatlah berkata dan jangan cepat marah”
“Sulit kemukakan cinta saat kau tak termotivasi. Tetapi cinta tak hanya berdasar pada
perasaan, melainkan niat untuk tunjukkan tindakan yang bermakna. Bahkan walau
tampaknya takkan ada timbal balik”
Well, I think that’s all. Kalau ada hal-hal yang kurang, mohon dimaklumi, aku tidak begitu lihai
dalam membuat tulisan (ini sedang belajar. Hehehe). Maaf juga kalo kepanjangan dan rada
membosankan, tapi ntah kenapa aku gak bisa menahan hasrat untuk berbagi tentang film ini.

Allport
Lebih optimistis tentangkodrat manusia daripada Freud, sifat-
sifatnya yang ditanamkan oleh keluarganya inimendorong Allport untuk mencari
jawaban- jawaban keagamaan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan masalah-
masalah kehidupan.Ia percaya bahwa kekuatan-kekuatantak sadar itu merupakan pengaruh
pentingpada tingkah laku orang dewasa yangneurotis. Akan tetapi individu yang sehatadalah
yang berfungsi pada tingkat rasionaldan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang
membimbing mereka dandapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.Kepribadian yang matang
tidakdikontrol oleh trauma dan konflik. Pandanganmereka adalah ke depan, bukan mundurkembali
kepada masa lalu.perjuangan ke arah masa depan inimempersatukan dan mengintegrasikanseluruh
kepribadian. Mereka tidak suka akanhal-hal yang rutin dan mereka mencari-caripengalaman baru.
Mereka mengambil resiko, berspekulasi, dan menyelidiki hal-hal baru.Semua aktivitas ini
menghasilkan tegangan.

Victor Frankl
Logoterapi ditopangoleh filsafat hidup dan insight mengenaimanusia yang mengakui
adanya dimensispiritual, selain dimensi somatis,
dimensi psikologis dan dimensi sosial padaeksistensi manusia, serta menekankan
padamakna hidup dan kehendak untuk
hidup bermakna sebagai potensi manusia. Dalamlogoterapi dimasukkan pula
kemampuankhas manusia, yaitu self-detachment danself-trancendence yang
keduanyamenggambarkan adanya kebebasan dan rasatanggung jawab. Karakteristik
eksistensimanusia menurut logoterapi adalah:keruhanian (spirituality), kebebasan(freedom),
dan tanggung jawab(responsibility).tiga asumsi dasar yang satu sama lainsaling
mempengaruhi, yaitu :

1.Fredom of will (kebebasan bersikapdan berkehendak)


Manusia harus menghargaikemampuannya dalam mengambil sikapuntuk mencapai
kondisi yangdiinginkannya. Manusia tidaksepenuhnya dikondisikan dan ditentukanoleh
lingkungannya, namun dirinyalahyang lebih menentukan apa yang akandilakukan terhadap
berbagai kondisi itu.Dengan kata lain manusialah yangmenentukan dirinya sendiri.
2.Will to Meaning (kehendak untukhidup bermakna)
Kehendak akan arti kehidupan maksudnyakebutuhan manusia untuk terus
mencarimakna hidup untuk eksistensinya. Semakinindividu mampu mengatasi dirinya
makasemakin ia mengarah pada suatu tujuansehingga ia menjadi manusia yangsepenuhnya.
3.Meaning of Life (makna hidup)
Pada dasarnya, manusia adalah makhlukyang selalu berusaha untuk
memaknaihidupnya. Pada beberapa orang, pencarianmakna hidup bisa berakhir
dengankeputusasaan. Keputusasaan dan kehilanganmakna hidup ini merupakan neurosis,
danFrankl menyebut kondisi ini noogenicneurosis.
Noogenic neurosis menggambarkan perasaan tidak bermakna, hampa, tanpatujuan
dan seterusnya. Orang-orang sepertiini berada dalam kekosongan eksistensial(existential
vacuum). Kaitannya dengankepribadian, menurut Frankl, suatukepribadian yang sehat
mengandung tingkattegangan tertentu antara apa yang telahdicapai dan apa yang harus
dicapai dimanaorang-orang yang sehat selalumemperjuangkan tujuan yang akanmemberikan
arti tersebut

Anda mungkin juga menyukai