Anda di halaman 1dari 9

TOPOGRAFI AKUNTANSI PAJAK: SELF ASSESSMENT

PENDAHULUAN

Dalam buku An
buku An Inguiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations yang ditulis
oleh Adam Smith tentang asas-asas pemungutan pajak (Suandy, 2011:27), yaitu :
kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya dibawah perlindungan
 pemerintah. Dalam hal equality, tidak diperbolehkan suatu Negara mengadakan diskriminasi
diantara sesama wajib pajak. Setiap wajib pajak membayar pajak kepada pemerintah harus
sebanding dengan kepentingan dan manfaatnya

1. Certainly.
Certainly. Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak harus jelaas dan tidak mengenal
kompromi. Dalam asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah mengenai subyek
 pajak, obyek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya.
2. Convenience of Payment. Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi
Wajib Pajak, yaitu saat yang paling dekat dengat saat diterimanya
 penghasilan/keuntungan yang dikenakan pajak
3.  Economic of Collection. Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat dan seefisien
mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu
sendiri, karena pemungutan pajak tidak akan ada artinya jika biaya yang dikeluarkan
lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh.

Sistem pemungutan pajak adalah suatu sistem yang mengatur bagaimana pajak tersebut
dipungut oleh Negara. Menurut Pudyatmoko (2009:80) terdapat 3 sistem pemungutan pajak yaitu
1. O fficial Assessment System, adalah sistem pengenaan pajak yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiscus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
 pajak. Ciri-ciri sistem ini adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang ada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif, dan utang pajak timbul stelah
dikeluarkannya Surat Ketetapan Pa jak oleh fiskus;
2. Self Assessment System, adalah sistem pengenaan pajak yang memberi wewenang kepada
wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri sistem ini

1
adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
sendiri, wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang, dan fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi; dan
3. With Holding System, adalah sistem pengenaan pajak yang member wewenang kepada
 pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak bersangkutan) untuk menentukan
 besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-ciri sistem ini adalah wewenang
menentukan besarnya pajak terutang berada pada pihak ketiga selain fiskus dan wajib
 pajak.

Permasalahan

Bagaimanakah pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap peningkatan penerimaan
 pajak penghasilan badan?

2
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Self assessment


Self Assessment tercantum dalam pasal 12 UU KUP yang berbunyi :
1. setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan
 peraturan perundangundangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada
adanya surat ketetapan pajak;
2.  jumlah pajak yang terutang menurut surat pemberitahuan yang disampaikan o leh
Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan
 perundang-undang perpajakan; dan
3. apabila Direktur Jendral Pajak mendapatkan bukti bahwa jumlah pajak yang
terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
tidak benar, maka Direktur Jendral Pajak menetapkan jumlah pajak terutang yang
semestinya.

Dari bunyi Pasal 12 UU KUP tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penghitungan
 pajak yang terutang (untuk Pajak Penghasilan {PPh}, PPNn danPPnBM), pembayarannya ke Kas
 Negara, dan pelaporannya diserahkan sepenuhnya kepada Wajib Pajak serta tidak didasarkan
 pada SKP yang diterbitkan administrasi pajak. Perhitungan, pembayaran dan pelaporan yang
dilakukan WP tersebut dianggap benar (sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
 perpajakan) sepanjang Dirjen Pajak tidak dapat membuktikan sebaliknya. SKP hanya diterbitkan
oleh fiskus apabila perhitungan wajib pajak tersebut tidak benar berdasarkan pada suatu
 pembuktian oleh fiskus.
Sarana dalam perhitungan, pelaporan, serta penyetoran pajak antara lain adalah :
1. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau
 bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
 peraturan perundang-undangan perpajakan;

3
2. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke
kas Negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Mentri Keuangan;
3. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi
administrasi berupa bunga dan atau denda;
4. Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan
Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
5. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan
tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam menerapkan ketentuan tertentu
dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat
ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan
Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuan Kelebihan Pajak, atau
Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga; dan
6. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat
ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga
yang diajukan oleh Wajib Pajak.

Penagihan Pajak Dalam Sistem Self A ssessmen t 

Penagihan pajak dalam  sistem self assessment dilaksanakan sedini mungkin sejak timbulnya
utang pajak dan sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak.

1.  Penagihan Pasif . Penagihan pajak pasif lebih diarahkan untuk mengingatkan Wajib Pajak
untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Penagihan pajak pasif bukan hanya ditunjukkan
untuk menagih pajak itu sendiri, melainkan juga untuk memberikan pendidikan
mengenai tanggung jawab perpajakan kepada rakyat seperti mengadakan seminar,
diskusi, dan pelatihan.

4
2.  Penagihan Aktif . Tidak semua Wajib Pajak mempunyai kesadaran dan kemampuan yang
sama. Dalam penagihan aktif ini Direktur Jendral Pajak akan melakukan penagihan aktif
dengan prosedur sebagai berikut:
a. untuk pelaksaan penagihan pajak, diawali dengan penerbitan Surat Teguran oleh
Pejabat atau kuasa yang ditunjuk oleh Pejabat tersebut setelah tujuh hari sejak saat
 jatuh tempo pembayaran;
 b. surat teguran itu tidak diterbitkan dalam hal Penanggung Pajak telah disetujui
untuk melakukan pembayaran pajak secara angsuran maupun menunda
 pembayaran pajaknya;
c. ketika jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh
Penanggung Pajak setelah lewat waktu dua puluh satu hari terhitung sejak
diterbitkannya Surat Teguran, maka Pejabat yang berwenang segera menerbitkan
Surat Paksa;
d. apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar ternyata tidak dilunasi oleh
 penanggung pajak setelah lewat waktu dua kali dua puluh empat jam, terhitung
sejak saat Surat Paksa diberitahukan kepadanya, Pejabat segera menerbitkan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP);
e. apabila terhadap Penanggung Pajak dilakukan penagihan seketika, sekaligus,
maka kepada Penanggung Pajak yang bersangkutan dapat diterbitkan surat paksa
tanpa menunggu jatuh tempo atau tanpa menunggu lewat tenggang waktu dua
 puluh satu hari sejak surat teguran diterbitkan;
f. ketika utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar, tidak dilunasi
oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu empat belas hari setelah pelaksanaan
 penyitaan, maka Pejabat yang berwenang segera melaksanakan pengumuman
lelang; dan
g. apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yang masih harus dibayar, ternyata
tidak juga dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu empat belas hari
sejak tanggal pengumuman lelang, maka Pejabat tersebut segera melakukan
 penjualan barang sitaan Penanggung Pajak melalui Kantor Lelang Negara.

5
Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak memiliki pengertian yaitu:
1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan
 perundang-undangan perpajakan.
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Pengertian kepatuhan pajak (tax compliance) adalah wajib pajak mempunyai kesediaan
untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Pemenuhan kewajiban perpajakan tersebut harus sesuai
dengan aturan yang berlaku tanpa perlu ada pemeriksaan, investigasi seksama (obtrusive
investigation), peringatan, ancaman, dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.
Kepatuhan wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakkannya akan meningkatkan penerimaan
negara dan pada gilirannya akan meningkatkan besarnya rasio pajak 

Permasalahan Penggunaan Sel f A ssessmen t 

Pelaksanaan Self Assessment System di Indonesia masih banyak menimbulkan masalah


mulai dari pendaftaran NPWP hingga pelaporan SPT. Fenomena yang terjadi yaitu kesulitan
menghitung pajak, merupakan salah satu yang sering dikeluhkan masyarakat bila berhubungan
dengan kantor pajak. Bukan hanya wajib pajak (WP) orang pribadi, wajib pajak badan juga
mengalami hal yang sama. Berdasarkan pengakuan beberapa wajib pajak KPP Pratama Bandung
Cibeunying, ditemukan keluhan lain yang bisa dikatakan merupakan pangkal masalah dalam
 pelaksanaan Self Assessment System, yaitu kurangnya sosialisasi kewajiban perpajakan yang
sesuai ketentuan. Masyarakat merasakan bahwa mereka tidak tahu berbuat apa untuk melakukan
kewajibannya karena tidak punya pengetahuan yang cukup tentang perpajakan.

6
PEMBAHASAN

Self Assesment system sangat berpengaruh bagi Wajib Pajak, sat u sisi Wajib Pajak diberi
kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang
seharusnya terutang, tetapi di sisi lain masih banyak Wajib Pajak yang tidak patuh dalam
 pemenuhan kewajiban perpajakannya, sehingga mengharuskan Wajib Pajak untuk siap
menghadapi pengujian kepatuhan atas pajak yang dilaporkan melalui pemeriksaan pajak.

Berdasarkan Jurnal “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap


Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan”, didapatlah kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kepatuhan wajib pajak badan, pemeriksaan pajak, dan pajak penghasilan terutang
 berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada
kantor pelayanan pajak wilayah Jakarta.

2. Antara tingkat kepatuhan wajib pajak badan terdapat pengaruh positif terhadap
 peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada kantor pelayanan pajak. Jadi
semakin semakin patuh wajib pajak badan dalam melaporkan dan melunasi kewajiban
 perpajakannya maka akan semakin meningkatkan penerimaan pajak pada kantor
 pelayanan pajak.
3. Antara pajak penghasilan terutang sebagai variabel kontrol terdapat pengaruh positif
terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan pada kantor pelayanan pajak
wilayah Jakarta.

Sistem  self-assessment   penetapan besarnya jumlah pajak yang seharusnya terutang


menjadi tanggung jawab Wajib Pajak itu sendiri, sehingga segala resiko pajak yang timbul
menjadi tanggung jawab Wajib Pajak itu sendiri pula. Di sini terlihat adanya pergeseran
tanggung jawab dari Fiskus kepada Wajib Pajak, yang tanpa disadari Wajib Pajak bahwa hal ini
akan menjadi beban berat dalam melaksanakan kewajban perpajakannya. Namun dengan adanya
self assessment ini, akan membantu wajib pajak dalam melakukan tax avoidance  (perencanaan
 pajak) untuk dapat meningkatkan pendapatannya.

7
Tidak lepas dari penggunaan tax avoidance, perlu diperhatikan tax avoidance
menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dapat dilakukan dengan cara menguasai
 peraturan perpajakan yang berlaku. Fiskus dalam sistem  self-assessment   hanya bertugas
mengawasi pelaksanaannya saja yaitu dengan melakukan pemeriksaan atas kepatuhan Wajib
Pajak terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dengan kepatuhan
wajib pajak, akan menghindari kesalahan seperti denda dan hukuman di bidang perpajakan.
Wajib Pajak dapat memanfaatkan avoidance dengan baik guna menghindari pengenaan pajak
secara legal dan tetap dianggap patuh oleh fiskus
Sebaliknya, dengan Wajib Pajak yang patuh, peningkatan penerimaan perpajakan pun
tidak terhambat sehingga penerimaan pajak pun meningkat. Hal ini berarti kedua belah pihak
dapat mendapatkan keuntungan masing-masing dengan adanya kepatuhan wajib pajak.

Kesimpulan
Dengan patuhnya wajib pajak, akan menguntungkan pihak pajak serta wajib pajak itu
sendiri. Dalam hal self assessment, wajib pajak dapat menggunakan perencanaan pajak yang
dapat meningkatkankan penerimaannya dengan mengurangi beban pajak secara legal. Dalam
 perencanaan pajak tidak diperbolehkan tidak patuh pada peraturan, sehingga dengan ini dapat
membantu penerimaan pajak yang lancar dan tidak mengganggu penerimaan pemerintah. Hal ini
 berarti kepatuhan wajib pajak dapat membantu wajib pajak serta fiskus itu sendiri.

8
Daftar Pustaka

Harinurdin, Erwin. 2009. Perilaku Wajib Pajak Badan. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi
vol 16, no 2. Universitas Indonesia

 Nursanti, Ika.2013.Pengaruh Self Assessment System dan Surat Tagihan Pajak Terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi Vol 1, No.1,
Januari 2013

Kunantiyorini, Anik. 2003. Pelaksanaan System Self Assessment dalam Pemungutan Pajak Hotel
Guna Mewujudkan Keadilan Pajak di Kabupaten Batang

Suhendra, Euphrasia Susy. 2010. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap
Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Jurnal Ekonomi Bisnis No 1,
Volume 15, April 2010

Suwandhi, Rezki Suhardi. 2010. Persepdi Wajib Pajak Orang Pribadi atas Pelaksanaan Self
Assessment System dalam Keterkaitannya dengan Tindakan Tax Evasion pada KPP
Pratama Bandung Cibeunying. Universitas Komputer Utama

Anda mungkin juga menyukai