TEGANGAN PERMUKAAN
Di susun oleh :
Semester II
Tahun 2018/2019
1. Mengenal dan membiasakan diri dengan konsep dan pengukuran tegangan permukaan
Alat :
1. Viskometer Ostwald
2. Braket glasses
3. Gelas ukur
4. Pump
5. Penggaris
Bahan :
1. Aquadest
2. Parrafin cair
..
III. DASAR TEORI
Viskositas adalah gesekan interval, gaya viskos melawan gerakan sebagai fluida relatif
terhadap yang lain. Viscositas adalah alasan diperlukannya usaha untuk mendayung perahu
melalui air yang tenang, tetapi juga merupakan suatu alasan mengapa dayung bisa bekerja. Efek
viskos merupakan hasil yang penting dalam pipa aliran darah. Pelumasan bagian dalam mesin
fluida viskos cenderung melekat pada permukaan zat yang bersentuhan dengannya.
Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara
molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan inilah
yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan
suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair. Hukum viskositas Newton
menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu maka tegangan geser
berbanding lurus dengan viskositas.
Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang
bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya gesekan ini biasa juga
disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas zat cair, maka semakin
susah benda padat bergerak didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan
adalah gaya kohesi antar partikel zat cair (Martoharsono, 2006)
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar
lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk
mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat. Besarnya viskositas
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta
jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki
tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi
(gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan
oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang
merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan
yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-
bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo, 2009).
Cairan yang mudah mengalir, misalnya air atau minyak tanah, tegangan luncur itu relatif
kecil untuk cepat perubahan regangan luncur tertentu, dan viskositasnya juga relatif kecil, dan
begitu pula sebaliknya(Lutfy, 2007).
Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang
rendah, dan sebaliknya bahan – bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang
tinggi. Pada hukum aliran viskositas, Newton menyatakan hubungan antara gaya – gaya
mekanika dari suatu aliran viskos sebagai geseran dalam (viskositas) fluida adalahkonstan
sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana
perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah
yang disebut dengan viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar
yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang
tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang
bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada
lapisan fluida dibawahnya, maka tidak ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu
gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan
kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan – lapisan yang
saling bergeseran. Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A yang
seragam dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan lapisan fluida
paling bawah sama dengan nol, maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat
pada jarak y dari bidang tetap dengan tidak adanya tekanan fluida (Kanginan, 2006).
Lapisan-lapisan gas atau zat cair yang mengalir saling berdesakan karena itu terdapat
gaya gesek yang bersifat menahan aliran yang besarnya tergantung dari kekentalan zat cair. Gaya
gesek tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus: G = ŋ A (Ginting, 2011).
Adapun jenis cairan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu cairan newtonian dan non newtonian.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas antara lain:
1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan
turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-
partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun
kekentalannya.
2. Konsentrasi Larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula.
4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.
5. Ikatan Hidrogen
Cairan dengan ikatan hidrogen yang kuat mempunyai viskositas lebih tinggi
karena peningkatan ukuran dan massa molekul. Sebagai contoh, gliserol dan asam
sulfat mempunyai viskositas yang lebih tinggi daripada air karena adanya ikatan
hidrogen yang lebih kuat.
ɳp d p. t p
=
ɳa da. t a
ɳ dp . t p
p= ɳ
da . ta a
1. Aquadest
Π = 3,14 r = 2 t= ...s p = 1 atm � = 3cm v = 10cm³
Hasil perhitungan :
4
πr t p
ɳ a=
8l v
3,14 .2 4 .0,89 . 1
1. ɳ a=
8 3 . 10
44,7136
=
240
= 0, 186
4
3,14 .2 .0,77 . 1
2. ɳ a= 3
8 . 10
38,6848
=
240
= 0, 161
4
3,14 .2 .0,84 .1
3. ɳ a=
83 . 10
42,2016
=
240
= 0, 175
3,14 .2 4 .0,94 .1
4. ɳ a= 3
8 . 10
47,2256
=
240
= 0, 196
4
3,14 .2 .0,81 . 1
5. ɳ a= 3
8 . 10
40,6944
=
240
= 0, 169
2. Paraffin Cair
Hasil perhitungan :
ɳ dp . t p
p= ɳ
da . t a a
0,8. 11,80
1. ɳp = 0,186
1 . 0,89
9,44
= 0,186
0,89
= 1,972
0,8. 12,44
2. ɳp= 0,161
1. 0,89
9,952
= 0,161
0,89
= 2,080
0,8. 12,06
3. ɳp = 0,175
1. 0,89
9,648
= 0,175
0,89
= 2,010
0,8. 12,02
4. ɳp = 0,196
1 . 0,89
0,8. 12,02
= 0,196
0,89
= 2,005
0,8. 12,96
5. ɳp = 0,169
1. 0,89
0,8. 12,96
= 0,169
0,89
= 2,163
VI . Pembahasan
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya
gesekan didalam fluida. Semakin besar viskositas suatu fluida maka makin sulit suatu
fluida mengalir dan makin sulit suatu benda begerak didalam fluida tersebut.
Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar partikel zat cair.
Oleh karena itu, semakin besar viskositas zat cair maka semakin susah benda padat
bergerak di dalam zat cair tersebut. Akibat adanya kekentalan zat cair di dalam pipa maka
besarnya kecapatan gerakpartikel pada penampang melintang tersebut tidak sama, hal ini
disebabkan adanya gesekan antar molekul pada cairan kental. Besaran viskositas
berbanding terbalik dengan perubahan temperatur karena kenaikan temperatur akan
melemahkan ikatan antar molekul suatu jenis cairan sehingga akan menurunkan nilai
viskositasnya. Penentuan viskositas larutan dilakukan dengan menggunakan viskometer
Ostwald dan juga menggunakan piknometer.
Percobaan ini menggunakan viskometer Ostwald, yang mana pada metode ini
dilakukan dengan mengukur waktu alir yang dibutuhkan oleh suatu cairan (fluida) pada
konsentrasi tertentu untuk mengalir antara dua tanda pada pipa viskometer. Keunggulan
dari metode ini adalah lebih cepat, lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya
lebih sederhana. Prinsip dari penentuan viskositas dengan metode viskometer Ostwald ini
dilakukan dengan memasukkan cairan (gliserin) ke dalam alat viskometer melalui pipa A
kemudian dengan cara menghisap cairan dibawa ke B sampai garis atas. Selanjutnya
cairan dibiarkan mengalir bebas dan waktu yang diperlukan untuk mengalir dari garis
atas ke bawah diukur. Masing-masing perlakuan di ulangi tiga kali, hal ini dilakukan
karena untuk mendapatkan nilai yang mendekati benar sebab alat yang digunakan tidak
dapat menentukan hasilnya secara pasti. Dari ketiga hasil tersebut kemudian dirata-
ratakan.
Pada percobaan ini pertama-tama, diletakkan viskometer pada posisi vertikal.
Dipipet sejumlah tertentu (10ml) cairan (akuades dan parafin cair). Lalu di masukkan
larutan ke dalam reservoir A sehingga jika cairan ini dibawa ke reservoir B dan
permukaannya melewati garis m, reservior A kira-kira masih terisi setengahnya. Jangan
sampai terisi terlalu penuh karena cairan dapat tumpah ketika di hisap. Dengan dihisap,
cairan B dibawa sampai sedikit diatas garis m, kemudian dibiarkan cairan mengalir
secara bebas. Dicatat waktu yang diperlukan untuk mengalirkan dari m ke n. Setiap
variasi suhu, dilakukan tiga kali pengaliran air secara bebas, jadi waktu yang diperoleh
ada tiga untuk lebih menambah keakuratan.
Setelah didapat waktunya, dapat ditentukan massa cairan pada suhu yang
bersangkutan dengan piknometer. Dilakukan semua pengerjaan untuk cairan pembanding
(akuades). Larutan sampel yang digunakan adalah parafin cair, penggunaan kedua larutan
tersebut karena memiliki viskositas (kekentalan) yag tidak jauh berbeda. Dalam
percobaan digunakan viskometer yang sama. Harus menggunakan piknometer dan
viskometer yang sama karena setiap alat itu berbeda-beda massanya.
Pada percobaan ini kita menggunakan akuades sebagai pembanding. Hal ini
dilakukan karena akuades sudah memiliki ketetapan untuk nilai viskositasnya Hasil yang
didapat dari grafik yaitu semakin besar suhu maka akan semakin kecil massa jenis zat-
nya. Hal ini karena ketika suhu meningkat, molekul pada zat cair akan bergerak cepat
diakibatkan oleh tumbukan antar molekul, akibatnya molekul dalam zat cair akan
meregang dan massa jenis akan semakin kecil. Selain itu dapat pula diketahui bahwa
semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositas semakin menurun. Hal ini karena
pada suhu tinggi, gerakan partikel dalam larutan lebih cepat sehingga viskositasnya
menurun. Molekul semakin merapat sehingga molekul-molekul pada tiap bahan
berkumpul dan menyebabkan m a s s a memadat karena suhu yang
d i g u n a k a n k e c i l . Selain itu juga terjadi interaksi di antara molekul-molekul
zat yang melibatkan ikatan hidrogen yang menyebabkan jarak antar molekul juga
semakin kecil.
Dari perhitungan yang dilakukan dapat dibuktikan bahwa semakin banyak waktu
yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir, maka viskositas cairan tersebut
semakin besar pula. Hasil ini berarti waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk
mengalir sebanding atau berbanding lurus dengan viskositasnya.
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya
gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang
membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat
cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul
sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya,
fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dll.
Tingkat kekentalan fluida dinyatakan dengan koefisien viskositas (h). Kebalikan dari
Koefisien viskositas disebut fluiditas, , yang merupakan ukuran kemudahan mengalir
suatu fluida.
Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip rheologi di aplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi,
emulsi, lotion, pasta, penyalut tablet dan lain-lain. Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga
untuk karakteristik produk sediaan farmasi sebagai penjamin kualitas yang sama untuk setiap
batch. Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube
atau pelewatan jarum suntik.
VII. Kesimpulan
Martin, Alfield dkk. 2008. Dasar-Dasar Farmasi Fisika Dalam Ilmu Farmasi. Jakarta UI press
Attwood, D. 2008. Physical Pharmacy London. Pharmaceuticall press
Widodo, W. 2018. Diktat Kuliah Farmasi II. Bekasi. Bani Saleh press
Tim Farmasi Fisika. 2019. Panduan Praktikum
Farmasi Fisika. Bekasi. Bani Saleh press
https://www.academia.edu/23021505/LAPORAN_PRAKTIKUM_FARMASI_FISIKA_Viskositas_Ostw
ald?auto_download=true