BLOK UROREPRO I
NIM : 018.06.0009
Kelas :B
Kelompok : 1 (satu)
Modul : Urorepro I
FAKULTAS KEDOKTERAN
MATARAM
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak, atau melakukan
reproduksi. Reproduksi melibatkan suatu sistem dalam tubuh, yaitu sistem
reproduksi. Sistem reproduksi melibatkan organ reproduksi. Tujuan utama makhluk
hidup melakukan reproduksi adalah untuk melestarikan jenisnya agar tidak punah.
Apa yang akan terjadi dengan manusia misalnya, jika tidak bisa melakukan
reproduksi? Tentu lama kelamaan manusia akan punah.
1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT
a. Memahami jaringan pada sistem genitalia maskulina.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem reproduksi pria terdiri atas sepasang testis, banyak duktus eksretorius, dan
berbagai kelenjar tambahan yang menghasilkan berbagai macam sekresi yang
ditambahkan ke sperma untuk membentuk semen. Testis mengandung sel induk
spermatogenik yang secara terus menerus membelah untuk menghasilkan generasi sel
baru yang akhirnya berubah menjadi spermatozoa, atau sperma (spermatozoon). Dari
testis, sperma bergerak melalui duktus ekskretorius menuju epididimis untuk
disimpan dan dimatangkan. Selama rangsangan seksual dan ejakulasi, sperma
meninggalkan epididimis melalui duktus (vas) deferens dan keluar dari sistem
reproduksi melalui uretra penis. Kelenjar tambahan terdiri dari prostat, vesikula
seminalis, dan kelenjar bulbouretra.
2.1.1 Testis
Setiap testis dikelilingi oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen, yaitu tunica
albuginea. Tunica albuginea menebal pada permukaan posterior testis dan
membentuk mediastinum testis, tempat septa fibrosa mempenetrasi organ tersebut
dan membagi kelenjar menjadi sekitar 250 kompartemen piramid atau lobulus
testis. Septa ini tidak kontinu, dan sering terbentuk hubungan antar lobulus.
Setiap lobulus dihuni oleh satu sampai empat tubulus seminiferus yang dikelilingi
jaringan ikat longgar interstisial yang banyak mengandung pembuluh darah dan
limfe, saraf, dan sel interstisial (sel Leydig) endokrin yang menyekresi
testosteron. Tubulus seminiferus menghasilkan sel reproduksi pria, yaitu
spermatozoa, sedangkan sel interstisial menyekresikan androgen testis. Testis
berkembang secara retroperitoneal pada dinding dorsal rongga abdomen
embrional. Testis bergerak selama perkembangan fetus dan akhirnya tertahan di
kedua sisi skrotum pada ujung funiculus spermaticus. Karena bermigrasi dari
rongga abdomen, setiap testis membawa serta suatu kantong serosa, yakni tunica
vaginalis, yang berasal dari peritoneum. Tunika ini terdiri atas lapisan parietal di
luar dan lapisan viseral di sebelah dalam, yang membungkus tunica albuginea
pada sisi anterior dan lateral testis.
Sperma dihasilkan dalam tubulus seminiferus dengan laju sekitar 2 x 108 per
hari pada pria dewasa. Setiap testis memiliki 250-1000 tubulus seminiferus di
lobulusnya, dengan setiap tubulus seminiferus yang berdiameter sekitar 150-250
µm dan panjang 30-70 cm. Panjang gabungan seluruh tubulus pada satu testis
mencapai sekitar 250 m. Setiap tubulus ini merupakan suatu gelung berkelok
yang dihubungkan oleh suatu segmen pendek dan sempit, yaitu tubulus rektus,
dengan rete testis, yakni suatu labirin saluran berlapis-epitel yang tertanam di
mediastinum testis. Sepuluh hingga dua puluh ductulus efferen menghubungkan
rete testis dengan caput epididymidis.
Setiap tubulus seminiferus dilapisi oleh suatu epitel berlapis khusus dan
kompleks yang disebut epitel germinal atau epitel seminiferus. Membran basal
epitel ini dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa, dengan suatu lapisan terdalam yang
mengandung sel-sel mioid gepeng dan menyerupai otot polos yang
memungkinkan kontraksi lemah tubulus Sel-sel interstisial berada pada iaringan
ikat di antara tubuli seminiferus.
Epitel tubulus seminiferus terdiri atas dua jenis sel: sel penyokong atau
sustentakular (sel Sertoli) dan sel-sel proliferatif dari garis keturunan
spermatogenik. Sel-sel turunan spermatogenik membentuk empat sampai delapan
lapisan konsentris sel dan fungsinya adalah menghasilkan sel yang menjadi
sperma. Bagian produksi sperma yang mencakup pembelahan sel melalui mitosis
dan meiosis disebut spermatogenesis. Diferensiasi akhir sel benih pria haploid
disebut spermiogenesis.
a. Spermatogenesis
Spermatogenesis dimulai saat pubertas dengan se1 benih primitif, yaitu
spermatogonium (Yun. sperma + gone, generasi), relatif merupakan sel bulat
kecil dengan diameter sekitar 12 µm. Sel ini berada di bagian basal epitel dekat
membran basal dan berbagai tahap perkembangannya dikenali terutama dari
bentuk dan sifat pulasan intinya. Pada saat terjadinya pematangan sistem
kelamin, sel ini mulai mengalami mitosis, dan menghasilkan generasi sel-sel
yang baru. Spermatogonia dengan inti ovoid dan gelap bertindak sebagai sel
punca, yang tidak sering membelah dan membentuk sel punca baru dan se1
dengan inti ovoid yang terpulas lebih pucat, yang membelah lebih cepat sebagai
sel transit (progenitor) penguat. Spermatogonia tipe A masing-masing mengalami
sejumlah pembelahan klonal khusus yang tetap saling terhubung sebagai suatu
syncytium, dan membentuk spermatogonia tipe B yang memiliki inti pucat yang
lebih sferis.
b. Spermiogenesis
Sistem reproduksi wanita terdiri dari sepasang ovarium, sepasang tuba uterina
(fallopiian tube), dan satu uterus. Di sebelah inferior dari uterus dan dipisahkan oleh
serviks yaitu vagina. Selama masa subur, organ reproduksi wanita memperlihatkan
perubahan siklis bulanan dalam struktur dan fungsinya. Perubahan-perubahan ini
membentuk daur haid (siklus menstruasi). Munculnya daur haid pertama pada wanita
yang beranjak dewasa disebut menarke. Ketika siklus menjadi tidak teratur dan
akhirnya berhenti, fase ini disebut menopause. Daur haid terutama dikontrol oleh dua
hormon yang disekresi oleh adenohipofisis di kelenjar pituitaria, follicle-stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing honnone (LH), dan oleh dua hormon steroid ovarium,
estrogen dan progesteron. Pengeluaran FSH dan LH dari kelenjar hipofisis dikontrol
oleh hormon pelepas yang disekresi oleh neuron-neuron di hipotalamus. Masing-
masing organ sistem reproduksi wanita melakukan banyak fungsi penting, meliputi
pengeluaran hormon seks wanita (estrogen dan progesteron) untuk perkembangan
karakteristik seks wanita, pembentukan oosit, penyesuaian lingkungan untuk
pembuahan oosit di tuba uterina, pengangkutan embrio ke uterus dan implantasinya,
nutrisi dan perkembangan janin selama kehamilan, dan nutrisi bayi baru lahir. Pada
manusia, folikel ovarium matang mengeluarkan sel telur imatur yang disebut oosit ke
dalam tuba uterina kira-kira setiap 28 hari. Oosit tetap hidup di dalam saluran
reproduksi wanita sekitar 24 jam, yang oosit selanjutnya mengalami degenerasi jika
tidak dibuahi. Perubahan atau pematangan oosit imatur menjadi sel telur matang atau
ovum terjadi pada saat pembuahan, ketika sperma menembus oosit.
2.1.1 Ovarium
Ovarium adalah struktur lonjong yang rata berada jauh di dalam rongga
panggul. Satu bagian ovarium melekat pada ligamentum latum uteri melalui
lipatan peritoneum yang disebut mesovarium dan bagian lainnya ke dinding
uterus melalui ligamentum ovarii proprium. Permukaan ovarium dilapisi oleh
satu lapisan sel yaitu epitel germinal yang terletak di atas jaringan ikat padat tidak
teratur tunika albuginea. Di bawah tunika albuginea terdapat korteks ovarium.
Jauh di dalam korteks yaitu bagian tengah jaringan ikat ovarium dengan banyak
pembuluh darah, medula. Tidak terdapat batas yang jelas antara korteks dan
medula, dan kedua bagian ini menyatu.
Selain itu, ovarium mengandung korpus luteum yang besar dari folikel yang
mengalami ovulasi dan korpus albikans dari korpus luteum yang mengalami
degenerasi. Folikel ovarium dalam berbagai tahap perkembangan (primordial,
primer, sekunder, dan matur) juga dapat mengalami suatu proses degenerasi yang
disebut atresia, dan sel degeneratif atretik kemudian ditelan oleh makrofag.
Atresia folikel terjadi sebelum lahir dan berlanjut selama masa subur.
2.1.3 Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: perimetrium di sebelah luar yang
dilapisi oleh serosa atau adventisia; lapisan otot polos yang tebal yaitu
miometrium (myometrium); dan endometrium di sebelah dalam. Endometrium
dilapisi oleh epitel selapis yang turun ke dalam lamina propria untuk membentuk
banyak keleniar uterus (glandulae uterinae).
Sebelum pubertas, kelenjar mammae pada kedua jenis kelamin terdiri atas sinus
lactiferi di dekat puting, dengan cabang duktus kecil dari sinus ini. Pada gadis yang
mengalami pubertas dan kadar estrogen sirkulasi yang lebih besar, payudara membesar
akibat akumulasi adiposit di jaringan ikat dan meningkatnya pertumbuhan dan
percabangan sistem duktus. Puting membesar seiring pertumbuhan sinus lactiferi.
Pada wanita dewasa yang tidak hamil, struktur parenkim khas pada kelenjar, lobus,
terdiri atas banyak lobulus, yang terkadang disebut unit lobular ductus terminalis. Setiap
lobulus memiliki sejumlah duktus bercabang kecil tetapi unit sekretoris yang melekat
berukuran kecil dan rudimenter. Sistem duktus terbenam dalam jaringan ikat vaskular
longgar dan jaringan ikat padat yang lebih sedikit mengandung sel dan memisahkan
lobus. Sinus lactiferi dilapisi oleh epitel kuboid berlapis dan lapisan ductus lactiferi dan
ductus terminalis adalah epitel kuboid selapis yang dilapisi oleh sel mioepitel yang
berhimpitan erat. Sebaran serat otot polos juga mengelilingi duktus yang lebih besar. Sel
epitel duktus menjadi sedikit lebih kolumnar pada saat kadar estrogen mencapai puncak
di sekitar ovulasi dan pada fase pramenstruasi siklus, jaringan ikat payudara menjadi agak
edematosa, yang membuat payudara agak lebih besar.
Kulit yang melapisi puting membentuk areola dan merupakan kulit yang cukup tipis
dengan kelenjar sebasea. Epidermis berlanjut dengan lapisan sinus lactiferi. Areola
mengandung lebih banyak melanin ketimbang kulit di bagian lain payudara dan
bertambah gelap selama kehamilan. Kulit puting banyak disuplai ujung saraf sensorik.
Jaringan ikat puting kaya akan serabut otot polos yang berjalan sejajar dengan sinus
lactiferi dan menimbulkan ereksi puting ketika berkontraksi.
Pada kehamilan lanjut, alveoli dan duktus kelenjar melebar oleh tumpukan
kolostrum, suatu cairan yang kaya akan protein, vitamin A, dan elektrolit tertentu yang
dihasilkan dalam pengaruh prolaktin. Antibodi disintesis dalam jumlah banyak oleh sel
plasma dan diangkut ke dalam kolostrum; dari kolostrum ini, neonatus yang menyusui
memperoleh kekebalan pasif.
Setelah kelahiran, kadar estrogen dan progesteron dalam darah menurun dan alveoli
kelenjar payudara menjadi sangat aktif memproduksi air susu, yang terutama dipengaruhi
oleh prolaktin dari hipofisis anterior. Sel epitel alveoli membesar dan berperan aktif pada
sintesis protein dan lipid untuk disekresi. Sejumlah besar protein dibentuk dalam RE
kasar, yang diproses melalui apparatus Golgi dan dikemas ke dalam vesikel sekretoris,
yang mengalami eksositosis selama sekresi merokrin ke dalam lumen. Droplet lipid
sferis, yang terutama mengandung trigliserida netral dan kolesterol, terbentuk di
sitoplasma sel alveolar, tumbuh pesat melalui pertambahan lipid, dan akhirnya
menghantarkan sel ke dalam lumen melalui proses sekresi apokrin; selama sekresi ini,
droplet menjadi terselubungi oleh sebagian membran sel apikal.
Selama laktasi, sekresi protein, droplet lipid terikat membran dan komponen lain
berlangsung dengan produk yang menumpuk sebagai air susu di lumen sistem duktus.
Protein normalnya membentuk sekitar 1,5% air susu manusia dan mencakup berbagai
kasein yang menggumpal sebagai misel, dan B-laktoglobulin serta a-laktoalbumin yang
larut; kesemuanya dicerna sebagai sumber asam amino oleh bayi. Protein yang lebih
sedikit dalam air susu mencakup protein yang membantu pencernaan dan kegunaan
nutrien air susu lain imunoglobulin dan sejumlah protein dengan aktivitas antimikroba,
dan berbagai faktor pertumbuhan mitogenik. Lipid normalnya membentuk sekitar 4% air
susu manusia, sementara gula utama, laktosa, membentuk sebanyak 7-8% dan merupakan
sumber utama
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
Mikroskop Cahaya
3.2.2 Bahan
Sediaan preparat
Genitalia Maskulina
a. Penis
b. Bulbouretralis
c. Epididimis
d. Testis
e. Glandula prostat
f. Ampula vas deferens
g. Glandula vasiculosa
h. Kelenjar seminalis
Genitalia Femina
i. Glandula mamae inaktif
j. Glandula mamae gravid
k. Glandula mamae laktasi
l. Tuba fallopi
m. Ovarium
n. Uterus activate
o. Vagina
p. Mamae active
Pensil warna
Jangka
3.3 Cara Kerja
1. Siapkan mikroskop cahaya.
2. Siapkan masing-masing preparat yang akan diamatai dibawah mikroskop
sesuai caranya.
3. Amati bentuk, struktur, dan jenis jaringan.
4. Gambar hasil pengamatan.
5. Lengkapi gambar dengan keterangan yang jelas.
6. Buat pembahasan hasil pengamatan serta kesimpulannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
No.
GAMBAR
KETERANGAN
GENITALIA MASCULINA 1. Lumen uretra penis
1. Penis 2. Coerpus spongiosum
3. Kelenjar uretralis
4. Epitel silindris
5. Lamina propria
6. Sinus cavernosum
2. Bulbouretralis
3. Glandula prostat
4. Vas deferens
5. Ampula
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Mescher, AL. (2011). Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.