Anda di halaman 1dari 58

GAMBARAN PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING

DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT


UMUM PINDAD BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai


Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:
MULYADI
NPM.AK.217.007

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
BHAKTI KENCANA UNIVERSITY
BANDUNG
2019
ABSTRAK

Pelaksanaan discharge planning merupakan suatu bentuk prilaku perawat dalam pelayanan
keperawatan. Sering dijumpai pelaksanaan discharge planning diberikan pada saat pasien akan
pulang dari rumah sakit. Studi pendahuluan mengenai pelaksanaan discharge planning didapatkan
belum lengkapnya pendokumentasian dalam pelaksanaan proses discharge planning pasien yang
menunjukan adanya kekurangan dalam pelaksanaan discharge planning di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Pindad Bandung.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan discharge planning di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pindad Bandung.

Jenis penelitian ini menggunanakan metode deskriptif kuantitatif, sampel pada penelitian ini
adalah perawat Instalasi Rawat Inap dengan jumlah sampel sebanyak 55 orang. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan berupa
cheklist tentang pelaksanaan discharge planning sesuai dengan standar prosedur oprasional di
Rumah Sakit Umum Pindad Bandung dalam bentuk skala Gutman yang terdiri dari 15 pernyataan,
dengan skor “0” tidak dilakukan dan “1” dilakukan. Analisa yang digunakan univariat yang
bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi pelaksanaan discharge planning secara umum maupun
sub variabelnya.

Hasil penelitian pelaksanaan discharge planning di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Pindad Bandung menunjukan sebagian besar perawat (61,8%) tidak dilakukan dalam
pelaksanaan discharge planning, dan sebagian kecil perawat (38,2 % ) sudah melakukan. Semakin
sering discharge planning diberikan, maka tingkat pengetahuan pasien dan keluaga akan semakin
baik. Maka penulis sarankan kepda manajemen rumah sakit untuk dapat melakukan pembinaan
dan sosialisasi mengenai pentingnya pelaksanaan discharge planning bagi pasien maupun rumah
sakit.

Kata Kunci : Discharge planning, Instalasi rawat inap, Pelaksanaan


Daftar Pustaka : 22 buku (2004 – 2016)
7 jurnal (2008 – 2015)

iv
ABSTRACT

The implementation of discharge planning is a form of a nurse behavior in


nursing services. Discharge planning is often found when the patient discharge
will leave the hospital. The preliminary studies on the implementation of
discharge planning obtained the incomplete documentation in the implementation
of the discharge planning process of patients that showed the lack of
implementation of discharge planning in the Inpatient Installation of Rumah Sakit
Umum Pindad Bandung. The purpose of this study was to determine the
description of the implementation of discharge planning in the Inpatient
Installation of Rumah Sakit Umum Pindad Bandung.
This type of research used a quantitative descriptive method. The sample in
this research was inpatient nurses with a total sample as many as 55 people. The
sampling technique used was total sampling. The instruments used in the form of
a checklist about the implementation of discharge planning in accordance with
standard operating procedures at Rumah Sakit Umum Pindad Bandung. It is in
the form of Gutman scale which consisting as many as 15 statements with a score
of "0" means not done and "1" means done. The analysis used was univariate with
the category of optimal and less optimal.
The results of the research showed that most nurses (61.8%) were less
optimal in implementing of discharge planning, and some others (38.2%) had
done it optimally. The more frequent discharge planning given the more level of
patient and family knowledge will be better. Therefore, the author suggests to the
management of hospital to be able to conduct coaching and socialization about
the importance of discharge planning for patients and hospitals.

Keywords : Discharge planning, Inpatient Installation, Implementation


Bibliography : 22 books (2004 - 2016) 7 journals (2008 - 2015)

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat dan karunia serta pertolonganNya jugalah penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Gambaran Pelaksanaan Discarge

Planning di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pindad Bandung tahun

2019” untuk memenuhi salah syarat mencapai gelar Sarjana keperawatan pada

Program Sarjana Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, telah banyak

mendapat bimbingan, arahan, dan nasehat serta petunjuk-petunjuk yang sangat

berguna baik yang berbentuk moril, maupun materi, untuk itu pada kesempatan ini

dengan tulus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. H. Mulyana SH., M.Pd., MH.Kes sebagai Ketua Yayasan Adhi Guna

Kencana Bandung.

2. Dr. Entris Sutrisno, MH. Kes., APT selaku Rektor Universitas

Bhakti Kencana Bandung

3. Siti Jundiah S.Kp., M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana Bandung.

4. Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners. M.Kep Sebagai Ketua Prodi S1

Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung.

5. Bagus Aninidito, dr.SPPD selaku Kepala Rumah Sakit Umum

Pindad yang telah memberikan izin untuk di laksanakannya

penelitian ini.

vi
6. Sri Wulan Megawati S.Kep., M.Kep selaku pembimbing I yang

selalu sabar dan telah banyak meluangkan waktu serta tenaga juga

memberikan petunjuk, arahan, motivasi yang sangat berguna bagi

penulis selama penyusunan skripsi ini.

7. Rayhani S.M, S.Kep., Ners,. M.Kep selaku pembimbing II yang

selalu sabar dan telah banyak meluangkan waktu serta tenaga juga

memberikan petunjuk, arahan, motivasi yang sangat berguna bagi

penulis selama penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Staf Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pindad

Bandung yang bersedia menerima penulis dalam melaksanakan

pengumpulan data dan informasi untuk penyusunan skripsi ini.

9. Istriku tercinta yang mendukung penuh kesabaran, serta anak-anakku

tercinta yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis.

10. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan S1 Keperawatan Non Reguler

angkatan Tahun 2019, yang selalu bikin semangat dan semua pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan dan banyak membantu penulis.

11. My family yang selalu ada di laptop, yang selalu memberikan

semangat lebih untuk penulis.

12. Serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga dengan keterbatasan yang ada, penulisan skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak, pembaca umumnya dan penulis sendiri

pada khususnya.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Penelitian ini

vii
masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu peneliti

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Atas

perhatiannya peneliti ucapkan terimakasih.

Bandung, Agustus 2019

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Abstrak ............................................................................................................... iv
Abstrac ............................................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................... vi
Daftar Isi............................................................................................................. ix
Daftar Tabel ....................................................................................................... xi
Daftar Bagan ..................................................................................................... xii
Daftar Singkatan................................................................................................ xiii
Daftar Lampiran ................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6
1.3 Tujuan ........................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 8
2.1 Kajian Pustaka............................................................................ 8
2.1.1 Konsep Rumah Sakit ....................................................... 8
2.1.2 Konsep Discharge Planning ........................................... 12
2.1.3 Konsep Pelaksanaan ....................................................... 18
2.2 Kerangka Konseptual ................................................................ 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 22
3.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 22
3.2 Paradigma Penelitian ................................................................. 22
3.3 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional .......................... 24
3.3.1 Definisi Konseptual......................................................... 24
3.3.2 Definisi Operasional ........................................................ 24

ix
3.4 Populasi dan Sample ................................................................. 25
3.5 Pengumpulan Data .................................................................... 26
3.5.1 Lngkah-langkah Penelitian….................................. 26
3.5.2 Teknik Pengumpulan data ....................................... 27
3.5.3 Instrumen Penelitian................................................ 28
3.5.4 Uji Validitas ............................................................ 29
3.5.5 Uji Reliabilitas ........................................................ 29
3.6 Pengolahan dan Analisa data .................................................... 29
3.6.1 Pengolahan Data ..................................................... 29
3.6.2 Analisa Data ........................................................... 31
3.7 Etika Penelitian ......................................................................... 32
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 34
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 34
4.2 Pembahasan .................................................................................. 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 43
5.1 Simpulan ...................................................................................... 43
5.2 Saran ............................................................................................. 43
Daftar Pustaka
Lampiran

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................... 24
Tabel 3.2 Waktu Penelitian ............................................................................... 33
Tabel 4.1 Gambaran Pelaksanaan Discharge Planning Fase 1 ........................ 35
Tabel 4.2 Gambaran Pelaksanaan Discharge Planning Fase 1I ....................... 35
Tabel 4.3 Gambaran Pelaksanaan Discharge Planning Fase III ...................... 36
Tabel 4.4 Gambaran Pelaksanaan Discharge Planning Fase 1V ...................... 36
Tabel 4.5 Gambaran Pelaksanaan Discharge Planning Total .......................... 37

xi
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Konseptual ....................................................................... 21
Bagan 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 23

xii
DAFTAR SINGKATAN

Standar Prosedur Oprasional : SPO


World Health Organization : WHO
Profesional Pemberi Asuhan : PPA
Rumah Sakit Umum : RSU
Manajer Pelayanan Pasien : MPP
Sumber Daya Manusia : SDM
Length Of Stay : LOS

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian


Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen penelitian dan Instrumen Penelitian
Lampiran 3 Rekapitulasi Hasil Penelitian
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5 Surat Rekomendasi Terjemahan Bahasa Inggris
Lampiran 6 Lembar Oponen
Lampiran 7 Standar Prosedur Oprasional Discharge Planning Rumah Sakit
Umum Pindad Bandung
Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan manusia

sehingga dalam era globalisasi ini kesehatan sangat diperhatikan agar dapat

melangsungkan hidup yang optimal. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari

badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang yang hidup produktif

secaara sosial dan ekonomis (WHO, 2009). Oleh karena itu dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan di Indonesia diperlukan suatu sistem pelayanan

kesehatan yang mana dalam pelayanan keperawatan oleh sebuah rumah sakit

bertujuan dalam pembangunan kesehatan yang dapat tercapai dengan cara

efisien.

Rumah sakit merupakan salah satu sistem pemberian pelayanan kesehatan,

dimana dalam memberikan pelayanan menggunakan konsep multi disiplin.

Kolaborasi multidisiplin yang baik antara medis, perawat, gizi, fisioterapi,

farmasi, dan penunjang diharapkan mampu memberikan pelayanan terbaik

kepada masyarakat (Hariyati, 2008). Salah satu bentuk pelayanan itu sendiri

adalah pelayanan keperawatan professional dimana salah satunya adalah

discharge planning/perencanaan pulang.

Kebutuhan kesinambungan asuhan pasien bukan hanya selama dirawat di

rumah sakit tetapi juga pada saat pasien di luar rumah sakit, untuk memastikan

bahwa kesinambungan asuhan dikelola dengan baik diperlukan proses yang

1
2

terorganisir yaitu dengan Discharge planning. Discharge planning merupakan

bagian dari proses keperawatan dan fungsi utama dari perawatan. Discharge

planning harus dilaksanakan oleh perawat secara terstruktur dimulai dari

pengkajian saat pasien masuk ke rumah sakit sampai pasien pulang (Potter &

Perry, 2010). Pelaksanaan discharge planning, sebagian besar belum

dilaksanakan oleh perawat di rumah sakit. Kendatipun dilakukan, belum

dilaksanakan sesuai dengan standar dan prosedur pelaksanaan. Kurangnya

pemahaman tentang mekanisme pelaksanaan discharge planning dan

tingginya beban kerja menyebabkan perawat cenderung tidak melakukan

discharge planning kepada pasien (Zees, 2010) selama di rumah sakit sampai

dengan pasien persiapan untuk pulang.

Perawat mempunyai peran penting dalam pelaksanaan discharge planning

pasien, oleh karena itu diperlukan komunikasi yang baik dan terarah yang

dapat dimengerti dan berguna dalam proses perawatan di rumah. Selama ini

peran perawat dalam pelaksanaan discharge planning pasien belum optimal,

peran keperawatan terbatas pada rutinitas saja yaitu informasi kontrol ulang,

keluarga atau pasien tidak di bantu dalam keperawatan kesehatan di rumah,

tidak diberikan konseling kesehatan atau penyuluhan, dan tidak dibantu

tentang pelayanan komunitas yang dibutuhkan saat keluar rumah sakit dapat

mengakibatkan kunjungan kembali ke ruang gawat darurat dengan masalah

minor dalam waktu 24 jam sampai 48 jam ( Nursalam, 2016)

Pengelolaan asuhan di luar rumah sakit dapat dilakukan secara mandiri

dirumah oleh pasien dan keluarga, atau praktisi kesehatan lain. Rumah Sakit
3

bertanggung jawab terhadap perencanan dan kesiapan pasien keluar rumah

sakit mulai awal masuk rumah sakit secara terintegrasi dengan melibatkan

professional pemberi asuhan (PPA) terkait/relevan serta yang difasilitasi oleh

manajer pelayanan pasien (MPP) dengan melibatkan keluarga sesuai dengan

kebutuhan. (Komite Akreditasi Rumah Sakit, 2017).

Menurut penelitian yang pernah di lakukan Lindo, et all. (2016) tentang

pelaksanan discharge planning menunjukan 1,7 % di berikan 24 jam setelah

pasien masuk dan 15 % di berikan dalam waktu 72 jam setelah pasien masuk

Rumah Sakit, hal tersebut mengakibatkan keterlambatan dalam proses

perencanaan pulang pasien dan kerugian pembiayaan biaya karena tidak sejak

dini dilakukan dan dapat menikatkan lama hari perawatan. Hasil penelitian

yang dilakukan Hardivianty (2017) tentang evaluasi pelaksanaan discharge

planning di Rumah Sakit Yogyakarta menunjukkan bahwa perawat kurang

memahami tentang discharg planning dan sikap serta pengendalian emosi

perawat dalam memberikan pelayanan didapatkan 36,4% masih menyatakan

kurang baik. Rumah sakit tidak memiliki SOP khusus pelaksanaan dan form

discharge planning sesuai form yang di keluarkan oleh Discharge Planinng

Association 2008.

Discharge planning yang kurang dalam pelaksanaan ini mengakibatkan

faktor readmision pada pasien yaitu dari 11 pasien yang readmisi didapatkan 6

pasien (54,5%), hal ini terkait proses dari penyakit sebelumnya dan 5 pasien

yang bukan dari proses penyakit sebelumnya, serta di pengaruhi pemahaman

pasien dan keluarga dalam perawatan lanjutan pasien masih kurang baik.
4

Kelengkapan form discharge planning pasien readmision pada form bagian

depan kurang lengkap dalam pengisiannya (15,7%) namun pada lembar

bagian belakang terisi dengan lengkap (90,5%), dan hambatan pelaksanan

berasal dari faktor perawat; pasien dan keluarga penerima pelayanan

discharge planning. Pelaksanaan Discharge planning dapat juga menurunkan

Length Of Stay (LOS) dan Hospital Cost merupakan indikator mutu Rumah

Sakit (Angraini, 2017).

Rumah Sakit Umum Pindad Bandung adalah merupakan salah satu

Rumah Sakit Umum swasta Tipe C yang berlokasi di Kota Bandung dengan

jumlah total tenaga perawat yang tercatat di bagian SDM Keperawatan sampai

bulan maret 2019 sebanyak 123 orang, yang terdistribusi di beberapa ruangan

diantaranya: di Instalasi rawat inap tenaga keperawatan sebanyak 68 orang, di

instalasi rawat jalan 13 orang perawat, di Instalasi Gawat Darurat 12 orang

perawat, di Instalasi OK 10 orang, di Hamodialisa 11 orang perawat dan

sebagai menejerial 9 orang perawat dengan jumlah tempat tidur 70 tempat

tidur. Data lain juga menunjukan lebih dari separuh perawat berusia ≤ 35

tahun ( dewasa awal), sebagian besar perawat adalah perempuan, dengan

tingkat pendidikan sebagian besar lulusan D3 Keperawatan, dengan Model

Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) yang mana Perawat

Pelaksana, Ketu Tim dan Kepala Ruangan berpendidikan D3 Keperawatan.

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pindad Bandung khususnya

Perawat sudah mempunyai standar model discharge planning pasien. Untuk

panduan discharge planning dan SPO (Standar Prosedur Operasional) tentang


5

discharge planning sudah ada, tetapi belum lengkapnya pendokumentasian

proses perencanaan pulang pasien dalam tahapan kegiatan dalam waktu

kewaktu sebelum pasien pulang menunjukkan ada kekurangan pelaksanaan

discharge planning di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung..

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti saat studi

pendahuluan terhadap 5 orang perawat pada tanggal 15 Maret 2019 di

Instalasi Rawat inap Rumah Sakit Umum Pindad Bandung mengatakan bahwa

perawat sudah melakukan discharge planning dari awal pasien dengan

melakukan pengkajian awal perencanaan masuk rumah sakit, menentukan

diagnosa keperawatan, perencanan, implementasi, evaluasi pada pasien

pulang. Perawat dalam melaksanakan discharge planning dengan pemberian

informasi hanya tentang waktu kontrol, aturan minum obat, lanjutan

perawatan setelah pulang, diet pasien, alat bantu dan istirahat, serta. Informasi

ini diberikan dengan sangat terbatas pada saat pasien akan pulang, belum

dilaksanakan dalam bentuk discharge planning dan pendidikan kesehatan

yang memadai.

Hasil wawancara dengan 5 orang pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Pindad Bandung, pasien mengatakan bahwa pasien tidak

mengetahui rencana perawatan yang akan di jalani selama di rumah sakit dan

saat keluar dari rumah sakit, perawat jarang menjelaskan tindakan

keperawatan yang akan dilakukan, pasien hanya mengetahui tindakan

keperawatan dan pengobatan yang akan dilakukan pada saat tim kesehatan

akan melakukan tindakan tersebut. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik


6

untuk melakukan penelitian tentang gambaran pelaksanaan discharge

planning di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : “Bagaimanakah gambaran pelaksanaan discharge

planning di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung”

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran pelaksanaan discharge planning di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pindad Bandung pada tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1) Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

memperkuat teori yang sudah ada mengenai discharge planning.

2) Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan informasi bagi ilmu keperawatan, serta sebagai

perbandingan antara teori yang ada dengan kenyataan yang ada

di lapangan mengenai discharge planning.


7

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

dan dapat diterapkannya proses pelaksanaan discharge planning.

2) Bagi Perawat

Dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan

perawat, mengembangkan ilmu pengetahuan tentang discharge

planning.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini bermanfaat sebagai data dasar untuk penelitian

selanjutnya, dan menambah literatur tentang pelaksanaan

discharge planning.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kosep Rumah Sakit

A. Pengertian

Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

(komprehensif), penyembuhan penyakit, (kuratif) dan pencegahan

penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah Sakit juga merupakan

pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. (World

Health Organization)

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

(Undang-undang RI No 44 Tahun 2009)

Rumah sakit berasal dari kata latin Hospitium yang berarti suatu

tempat tamu diterima. Dilihat dari konsep fungsi rumah sakit yang

tradisional yaitu sebagai tempat pengobatan di luar tempat tinggal

pasien.2 Rumah Sakit menurut para ahli diantaranya adalah sebagai

berikut :

a. Rumah Sakit adalah pusat di mana pelayanan kesehatan masyarakat,

pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan.

8
9

b. Rumah Sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri dari tenaga

medis professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang

permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan

keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan

penyakit yang diderita oleh pasien.

c. Rumah Sakit adalah tempat di mana orang sakit mencari dan menerima

pelayanan kedokteran serta tempat di mana pendidikan klinik untuk

mahasiswa kedokteran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lainnya

diselenggarakan.

d. Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan menyelenggarakan

kegiatan pelayanan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga

kesehatan dan penelitian.

B. Fungsi Rumah Sakit

Fungsi rumah Sakit dapat meliputi aspek Menurut Permenkes RI

No. 159b/Men Kes/Per/1998, fungsi rumah sakit adalah :

a. Menyediakan dan menyelanggarakan pelayanan medik, penunjang

medik, rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan.

b. Menyediakan tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan

paramedik

c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi

bidang kesehatan.

C. Kualitas pelayanan Kesehatan


10

Kualitas pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan

rumah sakit untuk memenuhi permintaan konsumen akan pelayanan

kesehatan yan sesuai dengan standart profesi dan standart pelayanan

dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di Rumah Sakit

dengan wajar, efisien dan eektif serta diberikan secara aman dan

memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya dengan

memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan konsumen.

Kualitas pelayanan adalah merupakan fungsi harapan pasien pada

saat sebelum melakukan keputusan atas pilihan yang dilakukan, pada

proses penyediaan kualitas yang diterima pada dan pada kualitas output

yang diterima. Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pasien

dan berakhir dengan kepuasan pasien. Dua faktor utama yang

mempengaruhi kepuasan pasien terhadap kualitas jasa yaitu jasa yang

diharapkan (expected service) dan jasa yang dirasakan atau dipersepsikan

(perceived service). Apabila perceived service sesuai dengan expected

service, maka kualitas jasa akan dipersepsikan baik atau positif. Jika

perceived serviced melebihi expected service, maka kualitas jasa

dipersepsikan sebagai kualitas ideal atau excellence. Apabila perceived

service lebih jelek dibandingkan expected service, maka kualitas jasa

dipersepsikan negatif atau buruk.

D. Pelayanan Tenaga Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawa baik

di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-


11

undangan yang berlaku. Pelayanan perawatan di rumah sakit merupakan

bagian integral dari pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang

sekaligus merupakan tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan rumah

sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah sakit di mata

masyarakat. Keperawatan sebagai suatu profesi di rumah sakit yang

cukup potensial dalam menyelenggarakan upaya mutu, karena selain

jumlahnya yang dominan juga pelayanannya menggunakan metode

pemecahan masalah secara ilmiah melalui proses keperawatan. Asuhan

keperawatan meliputi :

a. Pelayanan keperawatan (Nursing Service ) adalah seluruh fungsi,

tugas, kegiatan dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh seorang

perawat dalam praktek profesinya.

b. Asuhan keperawatan (Nursing Care) adalah suatu pelayanan

keperawatan langsung berupa bantuan, bimbingan, penyuluhan,

pengawalan atau perlindungan yang diberikan oleh seorang perawat

untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Menurut Doenges (2000) menyebutkan proses keperawatan adalah

proses yang terdiri dari 5 tahap yang spesifik, yaitu :

a. Pengkajian adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan

pasien secara sistematis, meliputi fisik, psikologi, sosiokultural,

spiritual, kognitif, kemampuan fungsional, perkembangan ekonomi

dan gaya hidup. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan

melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan


12

fisik, laboratorium dan diagnosa serta melihat kembali catatan

sebelumnya

b. Identifikasi Masalah/Diagnosa Keperawatan adalah analisa data

yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan

mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah

aktual dan resiko tinggi.

c. Perencanaan adalah proses dua bagian yaitu pertama adalah

identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk

memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji,

hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik, dapat diukur,

menunjukkan kerangka waktu yang pasti, mempertimbangkan

keinginan dan sumber pasien. Kedua adalah pemilihan intervensi

keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam mencapai

hasil yang diharapkan.

d. Implementasi adalah melakukan tindakan dan mendokumentasikan

proses keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan.

e. Evaluasi adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian

hasil yang diharapkan dan respon pasien terhadap keefektifan

intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana keperawatan

jika diperlukan
13

2.1.2 Konsep Discharge planning

A. Pengertian

Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan

proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang di tujukan untuk

memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan

(Rosyidi, 2013). Discharge planning keperawatan merupakan

komponen yang terkait dengan rentang keperawatan atau di sebut

dengan keperawatan yang berkelanjutan, dimana perawatan yang

di butuhkan pasien harus diberikan dimanapun pasien berada.

Kegagalan untuk memberikan dan medokumentasikan perencanaan

pulang akan beresiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup,

dan disfungsi fisik. Dalam pelaksanaan discharge planning di

perlukan komunikasi yang baik dan terarah sehingga apa yang di

sampaikan dapat di mengerti dan berguna untuk proses

keperawatan di rumah.

B. Tujuan Discharge planning

Tujuan dari discharge planning menurut Jipp dan Siras adalah

sebagai berikut:

1. Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan

Sosial

2. Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga


14

3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada klien;

4. Membantu rujukan klien pada sistem pelayanan yang lain;

5. Membantu klien dan keluarga memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan sikap dalam memperbaiki serta

mempertahankan status kesehatan klien.

6. Melaksanakan rentang perawatan antar-rumah sakit dan

masyarakat.

C. Prinsip Discharge planning

Adapun prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam perencanaan

pulang antara lain (Nursalam, 2008):

1. Pasien merupakan fokus dalam perencanan pulang dimana

perawat perlu mengkaji dan mengevaluasi nilai keinginan dan

kebutuhan pasien;

2. Identifikasi kebutuhan pasien dimana kebutuhan berkaitan

dengan masalah yang mungkin muncul pada saat pulang,

sehingga dapat mengantisipasi masalah yang mungkin muncul

di rumah;

3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif dimana

perencanaan pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan

setiap tim saling bekerja sama;


15

4. Sesuai dengan sumber daya dan fasilitas dimana tindakan atau

rencana ketika pasien berada di rumah disesuaikan dengan

keadaan yang ada di lingkungan rumah;

5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan

kesehatan Setiap pasien masuk pelayanan kesehatan maka

perencanaan pulang juga dilakukan.

D. Komponen Discharge planning

Adapun komponen discharge planning meliputi:

1. Pada saat pasien memasuki ruangan; menyambut kedatangan

pasien, memperkenalkan pasien pada teman sekamar perawat

dokter dan tenaga kesehatan lainnya, melakukan pengkajian

keperawatan, menyampaikan kepada keluarga perkiraan lama

masa perawatan, orientasi ruangan peraturan dan denah

ruangan;

2. Selama masa perawatan: pemeriksaan klinis dan penunjang

lainnya, melakukan asuhan keperawatan berdasarkan masalah

yang muncul sampai dengan evaluasi perkembangan pasien

selama di rawat, penyuluhan kesehatan tentang penyakit

perawatan pengobatan dan diet.


16

E. Persiapan Discharge planning

Persiapan yang dilakukan pada saat akan melakukan discharge

planning yaitu :

1. Pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan mengenai

uturan diet, akivitas istirahat waktu dan tempat control.

Pembelajaran di laksanakan sesuai tingkat pemahaman klien

dan keluarga mengenai perawatan selama klien di rumah nanti;

2. Penjelasan mengenai Obat-obatan yang masih di konsumsi

klien seperti dosis, cara pemberian, waktu yang tepat untuk

minum obat dan efek samping yang muncul;

3. Penjelasan mengenai obat obatan yang di hentikan.

4. Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan seperti hasil ronsen;

5. Surat surat seperti surat keterangan masuk rumah sakit, surat

control, surat rujukan dan lain lain.

F. Alur Discharge planning

Discharge planning menunjukkan beberapa proses formal

yang melibatkan team atau memiliki tanggung jawab untuk

mengatur perpindahan sekelompok orang ke kelompok lainnya

(RCP,2001). Adapun team yang terlibat adalah perawat, dokter

ataupun tim kesehatan lainnya. Mereka melakukan discharge

planning dari awal pasien masuk, selama pasien dirawat sampai

pasien keluar. Hal tersebut harus di lakukan secara berurutan


17

karena discharge planning merupakan keperawatan yang

berkelanjutan dimana perawatan pasien harus diberikan dimanapun

pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

mendokumentasikan discharge planning akan beresiko terhadap

beratnya penyakit, ancaman hidup dan disfungsi fisik. Dalam

discharge planning perlu komunikasi yang baik dan terarah

sehinga apa yang di sampaikan dapat disampaikan dan dimengerti

dan berguna untuk proses keperawatan di rumah.

Adapun alur discharge planning dimulai dari pasien

masuk rumah sakit, perawat harus menyambut datangnya pasien

dan langsung memberikan orientasi tentang ruangan, peraturan,

denah ruangan, setelah itu perawat memperkenalkan teman

sekamar, dokter ataupun tim kesehatan yang terkait dan yang

terkahir melakukan pengkajian keperawatan. Selama pasien di

rawat perawat melakukan pemeriksaan klinis dan penunjang,

melakukan asuhan keperawatan dan melakukan penyuluhan

kesehatan (penyakit, perawatan, pengobatan, diet dan aktivitas

control). Pada saat pasien keluar, perawat harus melakukan

program HE (health education) yaitu pengobatan / control nutrsi,

aktivitas dan istirahat dan perawatan di rumah. Tidak hanya itu

perawat juga harus membantu pasien untuk mengurus surat surat

yang terkait proses pemulangan pasien. Semua alur discharge

planning tidak hanya di lakukan oleh perawat, tapi tim kesehatan


18

yang lainpun harus membantu proses discharge planning agar

resiko kembalinya pasien semakin menurun.

2.1.3 Konsep Perawat

1) Definisi Perawat

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang

mempunyai kontribusi besar dalam meningkatkan pelayanan

kesehatan. Perawat merupakan ujung tombak pelayanan di rumah

sakit, karena perawat mempunyai waktu yang terlama dalam

berinteraksi dengan pasien dan keluarga. Perawat sebagai tuan

rumah di ruang perawatan dan selama 24 jam perawat berada di

dekat pasien dan keluarga. Seorang perawat dapat dipengaruhi oleh

keadaan social baik dari profesi keperawatan maupun dari luar

profesi keperawatan yang bersifat konstan. Dalam tugasnya

perawat berperan sebagai: kolabolator, konslor, change agent,

peneliti, dan pendidik (Nursalam, 2009).

2) Peran Perawat

Perawat sebagai pendidik kesehatan merupakan gambaran

penting dalam bagian dari peran perawat yang professional dalm

upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit (preventif)

yang telah dilakukan sejak jaman Florence Nightingle pada tahun

1995. (Nursalam, 2009).


19

2.1.4 Konsep Pelaksanaan

1) Definisi Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari

sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci,

implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah

dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan

penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan

sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa

Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata

pelaksanaan bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau

mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti

bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan

yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh

berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan

(Syukur, 2005)

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang

dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan

kebijaksanaan yang telah dirimuskan dan ditetapkan dengan

dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang

melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan

bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian

kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan


20

ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang

strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi

kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan

semula.

2) Faktor-faktor yang dapat menunjang program pelaksanaan

adalah sebagai berikut:

(1) Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat

dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana.

Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan

informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan;

(2) Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat

komponen yaitu terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu,

informasi yang diperlukan guna pengambilan keputusan atau

kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas sebagai

tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan;

(3) Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap

program khususnya dari mereka yang menjadi implementasi

program khususnya dari mereka yang menjadi implementer

program;

(4) Struktur Birokrasi, yaitu SPO (Standar Prosedur Operasional),

yang mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal


21

ini tidak sulit dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena

penyelesaian khusus tanpa pola yang baku.

2.2 Kerangka Konseptual

Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

PROSES
INPUT OUTPUT
- Kapan?
- SDM (Perawat - Siapa? - Faktor readmisi
yang membuat - Bagaiman proses - Pemahaman
discharge pelaksanaan? pasien/keluarga
- Kelengkapan Form
planning)  Pada saat
- Form discharge pasien pertama - Hambatan
planning kali masuk pelaksanaan
ruangan rawat
inap
 Persiapan
sebelum hari
kepulangan
pasien
 Pada hari
kepulangan
pasien

(Perry & Potter, 2005 dan Kozier, 2009.


Keterangan :

: Variabel yangi tidak di teliti

: Variabel yang di teliti


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu penelitian

deskripsi dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk

melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu

populasi tertentu (Notoatmodjo, 2012). Dimana penelitian ini untuk mengetahui

gambaran pelaksanaan discharge planning di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Pindad Bandung.

3.2 Paradigma Penelitan

Proses pelaksanaan discharge planning yang dilakukan oleh perawat

yang mana dalam proses pelaksanaan discharge planning diawali dengan

mengumpulkan dan menggunakan data yang berhubungan untuk

mengidentifikasi masalah actual dan potensial, menentukan tujuan dengan

atau bersama pasien dan keluarga, memberikan tindakan khusus untuk

mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam mempertahankan atau

memulihkan kembali kondisi pasien secara dilakukan dan mengevaluasi

kesinambungan asuhan keperawatan (Nursalam, 2009).

Discharge planning didapatkan dari suatu proses interaksi dimana

perawat professional dapat memberikan perawatan dengan baik. Discharge

planning merupakan bagian penting dari program keperawatan klien yang

22
23

dimulai segera setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan suatu

proses yang menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan,

keluarga, klien, dan orang yang penting bagi klien (Nursalam, 2009).

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Gambaran Pelaksanaan Discharge planning
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pindad Bandung 2019

ProsesPelaksanaan discharge planning

- Kapan?
- Siapa?
- Bagaiman proses pelaksanaan?
1. Fase I Pada saat pasien
pertama kali masuk ruangan
rawat inap
2. Fase II Pada saat diagnostic
3. Fase III Pada saat stabilisasi
4. Fase IV Pada hari sebelum
kepulangan pasien.

Sumber : SPO Pelaksanaan discharge planning di Rumah Sakit Umum Pindad


Bandung.

Keterangan :

yang diteliti

yang tidak diteliti


24

3.3 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

3.3.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel

yang dijadikan pedoman dalam penelitian sehingga akan memudahkan dalam

mengoperasionalkannya di lapangan. Untuk memahami dan memudahkan dalam

menafsirkan banyak teori yang ada dalam penelitian ini, maka akan ditentukan

beberapa definisi konseptual yang berhubungan dengan yang akan diteliti, antara

lain: pelaksanaan pada awal saat pasien masuk rumah sakit, pada saat di ruangan

rawat inap, dan saat persiapan pemulangan pasien yang telah menjalani masa

perawatan di Rumah Sakit Umum Pindad Bandung.

3.3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Sub variabel Definisi Cara ukur Alat Skala Hasil Ukur
operasional ukur
1 Pelaksanaa a. Fase 1 Tindakan Dengan cara Form Nominal a. Dilakukan
n Asesme keperawatan checlisht discharg = 15
discharge nt awal yang discharge e b. Tidak
planning saat mengenai planning planning dilakukan
pasien perencanaan < 15
masuk pasien
rumah pulang sejak
sakit pasien
b. .Fase II masuk ke
Fase Rumah Sakit
diagnost sampai
ic saat pasien
di ruang pulang yang
rawat dilakukan
inap oleh perawat
c. Fase III sesuai
Fase dengan SPO
Stabilisa rumah sakit
si yang berlaku
d. Fase IV meliputi fase
25

Fase 1 yaitu fase


Akhir (awal
sebulum masuk),
kepulan sampai
gan dengan fase
pasien 4(fase akhir
sebelum
kepulangan)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Semua elemen yang

ada dalam wilayah penelitian disebut penelitian populasi (Arikunto, 2013).

Menurut Sugiyono (2010) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari kemudian di tarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah perawat yang

melaksanakan discharge planning di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Pindad Bandung yang bekerja pada saat penelitian sebanyak 68

orang.

3.4.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik Total Sampling. Total sampling adalah teknik

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi

(Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut

Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi

dijadikan sampel penelitian seluruhnya.


26

3.4.3 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah karateristik yang di memiliki oleh

populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, waktu,

dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu (Sugiyono, 2017). Peneliti melakukan pemilihan sampel dengan

membuat suatu kriteria. Sampel yang diambil berdasarkan pada kriteria

inklusi,yaitu karakteristik sampel yang dapat dimasukan untuk diteliti.

Kriteria dalam penelitian ini yaitu:

1. Kriteria Inklusi:

1) Perawat yang melaksakaan discharge planning mulai

pengkajian sampai dengan evaluasi di ruang rawat inap dengan

kategori perawat klinis 2 (PK2) dan Perawat Klinis 3 (PK3).

2) Perawat yang bersedia menjadi responden

2. Kriteria eklusi:

1) Perawat yang menjadi Kepala Ruangan

2) Perawat yang sedang cuti

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh perawat

yang melaksanakan discharge planning di Instalasi Rawat Inap pada waktu

penelitihan sesuai dengan kreteria inklusi yaitu sebanyak 55 orang .


27

3.5 Pengumpulan Data

3.5.1 Langkah –langkah penelitian :

a. Tahap pra penelitian

1. Menentukan masalah dan judul penelitian

2. Pemilihan lahan penelitian

3. Izin penelitian

4. Studi pendahuluan

5. Studi pustaka

6. Menyusun proposal penelitian serta instrumen penelitian

7. Menyusun usulan penelitian

8. Seminar usulan penelitian

b. Tahap pelaksanaan penelitian

1. Mengurus surat izin untuk pelaksanaan penelitian

2. Mendapatkan izin dari lahan untuk melakukan penelitian

3. Melakukan seleksi responden sesuai dengan kriteria sampel

4. Responden mengisi kuesioner tentang pelaksanaan orientasi pasien

baru.

5. Pengolahan data dan analisa data

6. Menarik kesimpulan

c. Tahap akhir

1. Penyusunan hasil laporan penelitian

2. Penyalinan hasil penelitian


28

3. Perbaikan hasil penelitian

3.5.2 Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu :

a. Izin pelaksanaan penelitian, dimana peneliti meminta izin kepada kepala

ruangan.

b. Memohon bantuan kepada kepala ruangan rawat inap, untuk menunjuk CI

atau satu perawat perwakilan dari ruang rawat inap sebagai apersepsi

enumerator untuk menyamakan persepsi dalam membantu penulis

membagikan kuesioner, sehubungan dengan banyaknya sampel penelitian

yang tidak mungkin dilakukan oleh peneliti sendiri.

c. Peneliti / perwakilan menentukan responden.

d. Peneliti / perwakilan membagikan keuseioner kepada responden untuk

diisi, dengan memberikan tanda checklist pada lembar kuesioner yang

disediakan.

3.5.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan di gunakan untuk

mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2012). Kuesioner adalah suatu cara

pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang

umum atau orang banyak, kuesioner ini dilakukan dengan cara mengedarkan

suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara

tertulis pada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi serta

jawaban dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).


29

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi Checklist tentang SPO pelaksanaan discharge planning, dengan

pengukuran data yang digunakan yaitu skalla Gutman. Berdasarkan tingkat

kemampuan perawat dalam melaksanakan tindakan pemberian dischsrge

planning dengan hasil “Tidak dilakukan” mendapatkan skor 0 (nol) dan

“dilakukan” mendapatkan skor 1 (satu).Hasil berupa prosentase untuk

menilai prosedur pemberian tindakan discharge planning.

3.5.4 Uji Validitas

Validitas adalah keadaan yang mengambarkan tingkat instrumen yang

bersangkutan mampu mengukur apa yang akan di ukur (Arikunto, 2013).

Validitas menurut Azwar (2012) adalah ketepatan dan kecermatan skala

dalam menjalankan fungsi ukurannya, artinya sejauh manakah sekala itu

mampu mengukur atribut yang dirancang untuk pengukurannya. Validitas

menunjukkan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang di

tanyakan atau apa yang ingin di ukur dalam penelitian. Peneliti tidak

melakukan uji validitas terhadap instrument pelaksanaan discharge planning

karena sudah seusai dengan SPO / kebijakan rumah sakit.

3.5.5 Uji Reliabilitas

Uji reabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat di percaya untuk di

gunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik

(Arikunto, 2013). Peneliti tidak melakukan uji reliabilitas terhadap


30

instrumen pelaksanaan discharge planning karena sudah seusai dengan SPO

/ kebijakan rumah sakit.

3.6 Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1 Pengolahan Data

Data dikumpulkan untuk dilakukan pengolahan data, menurut

Hastono (2016) agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang

benar paling tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus

di lalui yaitu :

a. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir

atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner lengkap, jelas,

relevan dan konsisten.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan memberi kode berbentuk angka

merubah data huruf menjadi data berbentuk angka, bilangan untuk

mempermudah pada saat analisa data dan juga mempercepat saat entry

data dan mempermudah dalam proses pengolahan data (Stiadi, 2007) Kode

yang digunakan dalam pelaksanaan discharge planning oleh perawat

• Tidak dilakukan : diberi skor “0”

• Dilakukan : diberi skor “1”

c. Processing

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah

melewati pengkodingan maka langkah berikutnya adalah memproses data


31

agar dapat di analisa. Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry

data dari kuesioner ke perangkat lunak komputer.

d. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah di-entry apakah terdapat kesalahan atau tidak.

1) Mengetahui missing (hilang) data

2) Mengetahu variasi data

3) Mengetahui konsistensi data.

e. Data Analyzing

Data Analyzing merupakan suatu proses lanjutan dari proses

pengolahan data untuk melihat menginterprestasikan data, kemudian

menganalisis data dari hasil pengolahan data

3.6.2 Analisa Univariat

Analisa univariat yang dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil

penelitian, yaitu gambaran pelaksanaan discharge planning. Pada umumnya

dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap

variabel (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini variabel diteliti adalah

dengan rumus : (Arikunto, 2013)

𝑝
𝑝= 𝑝100%
𝑝
dimana :

p = persentase proporsi kategori

f = frekuensi kategori

n = jumlah sampel
32

Selanjutnya hasil perhitungan diinterpretasikan dengan

menggunakan skala kategori dari Arikunto (2013).

0% : tidak seorangpun dari responden

1% - 19% : sangat sedikit responden

20% – 39% : sebagian kecil responden

40% – 59% : sebagian responden

60% - 79% : sebagian besar responden

80% - 99% : hampir seluruh responden

100% : seluruh responden

3.7 Etika Penelitian

Untuk mencegah timbulnya masalah etik maka dilakukan hal sebagai

berikut :

1. Autonomy (otonomi )

Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah bersedia

menjadi subjek penelitian tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Peneliti memberikan penjelasan yang meliputi tujuan penelitian dan

manfaat penelitian (penjelasan penelitian) kepada perawat yang berjaga

pada jadwal dinas saat peneliti datang. Peneliti memberikan lembar

persetujuan (informed consent) kepada kepala Instalasi Rawat Inap.

2. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasian informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. Setelah peneliti


33

mendapatkan data secara lengkap kemudian penelitian selesai, file data

disimpan ditempat yang hanya peneliti yang mengetahuinya. Berkas-

berkas yang didapat tidak diletakkan di sembarang tempat.

3. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberi kode. Peneliti tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar observasi dan hanya

menuliskan kode pada pengumpulan data atau hasil penelitian

3.8 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di lakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Pindad Bandung, dengan waktu penelitian dilakukan dari bulan

Maret 2019 sampai dengan Juli 2019.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian tentang gambaran pelaksanaan discharge planning di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pindad Bandung dari tangagl 2

sampai dengan 30 juli 2019, bertujuan untuk mengetahui gambaran

pelaksanaan discharge planning di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Pindad Bandung. Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Inap

RSU Pindad Bandung menurut data dari bagian SDM Keperawatan

sebanyak 68 orang, 11 orang perawat laki-laki dan 44 orang perawat

perempuan, yang seluruhnya lulusan pendidikan D3 Keperawatan. Rumah

Sakit Umum Pindad Bandung dalam pelaksanaan discharge planning

memiliki panduan berupa SPO discharge planning yang di tetapkan oleh

Direktur Rumah Sakit Umum Pindad Bandung pada tanggal 31 Mei 2017.

Sampel yang memenuhi standar inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak

55 responden dengan menggunakan metode total sampling. Dengan hasil

penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Discharge planning di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Pindad Bandung, Juli 209 (n=55)

Gambaran pelaksanaan discharge Frekuensi Prosentase


planning (%)
Tidak dilakukan 34 61,8%
Dilakukan 21 38,2%
Total 55 100%

34
35

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Discharge planning berdasarkan fase di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pindad Bandung, Juli 209 (n=55)

1. Gambaran pelaksanaan discharge Frekuensi Prosentase


planning fase I (%)
Tidak dilakukan 32 58,2%
Dilakukan 23 41,8%
Total 55 100%

2. Gambaran pelaksanaan discharge Frekuensi Prosentase


planning fase II (%)
Tidak dilakukan 22 40,0%
Dilakukan 33 60,0%
Total 55 100%

3. Gambaran pelaksanaan discharge Frekuensi Prosentase


planning fase III (%)
Tidak dilakukan 33 60,0%
Dilakukan 22 40,0%
Total 55 100%

4. Gambaran pelaksanaan discharge Frekuensi Prosentase


planning fase IV (%)
Tidak dilakukan 58,2 58,2%
Dilakukan 41,8 41,8%
Total 55 100%

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui hasil pelaksanaan discharge planning secara

keseluruhan dari mulai fase I sampai fase IV yaitu dari mulai saat pasien masuk

sampai dengan persiapan hari kepulangan pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Pindad Bandung, menunjukan dalam kategori tidak dilakukan

sebanyak (61,8%) dan yang dilakukan sebanyak (38,2%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan discharge planning di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Pindad Bandung sebagian besar responden masih tidak

dilakukan.
36

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian terlihat pada tabel 4.2 pelaksanaan discharge

planning yaitu dari fase I yaitu awal saat pasien masuk rumah sakit yang

mencakup asuhan keperawatan dan pengkajian kebutuhan pasien sebanyak 58,2%

tidak dilakukan dalam pelaksanaannya, masih sering diabaikan atau jarang

dilakukan karena perawat hanya melakukan pada tahap-tahap yang panting saja.

Dalam proses discharge planning pengkajian awal sangat penting untuk

mendukung pengambilan keputusan intervensi yang dibutuhkan pasien secepat

mungkin, kategori masalah yang harus dilaporkan terutama mobilitas, kegiatan

rumah tangga, dan perawatan mandiri yang konsisten setelah rawat inap dan

pasien yang dirujuk ke pelayananan kesehatan disekitar rumah.

Mengidentifikasi pasien sejak awal dengan banyak masalah akan

memudahkan rumah sakit memaksimalkan waktu yang tersedia dalam

melaksanaan discharge planning untuk mengidentifikasi sumber daya yang

tersedia dan mampu memenuhi kebutuhan perawatan dan menjamin kelangsungan

perawatan (Holland, 2013). Hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap

peningkatan jumlah resiko kekambuhan dan kembalinya pasien kerumah sakit

(Pemila, 2011). Menurut teori yang dikemukakan oleh Perry & Potter (2005),

sejak pasien masuk harus mengkaji kebutuhan pemulangan pasien dengan

menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien, pada pengkajian

berkelanjutan terhadap kesehatan fisik pasien, status fungsional, system


37

pendukung sosial, sumber-sumber financial, nilai kesehatan, latar belakang

budaya dan etnis serta hambatan selama perawatan.

Berdasarkan tabel 4.2 pada sub variabel fase 1 gambaran pelaksanaan

discharge planning yang paling sering dilakukan adalah peninjauan ulang rekam

medis pasien (anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis dan tata laksana). Hal

tersebut merupakan hal penting sebagai data awal pasien ketika masuk kerumah

sakit serta memudahkan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang

tepat dansesuai dengan kebutuhan pasien. Pada tahap pengkajian seperti kegiatan

menilai ketergantungan klinis merupakan tahap pengkajian awal untuk

melanjutkan tindakan keperawatan selanjutnya. Apabila tahap pengkajian ini tidak

dilakukan secara keseluruhan, maka akan berdampak terhadap tindakan

keperawatan selanjutnya, begitupun sebaliknya apabila dilakukan baik akan

memudahkan dalam tahap kegiatan yang akan diberikan selanjutnya (Dedi, dkk ,

2013)

Tindakan yang paling jarang dilakukan adalah mengientifikasi pendamping

utama, asesmen mengenai kondisi rumah atau tempat tinggal, asesmen mengenai

kemampuan fungsional pasien saat ini misalnya fungsi kognitif, mobilisasi juga

jarang dilakukan sehingga pelaksanaan discharge planning untuk tahap awal

masih tidak dilakukan. Sejalan dengan hasil penelitian penelitian yang dilakukan

Shofiana (2014) perencanaan pulang sejak awal pasien masuk masih kadang-

kadang atau sering dilakukan perawat. Hasil penelitian lain juga menunjukkan

bahwa perencanaan pulang yang dilaksanakan perawat di RSUP dr. Hasan Sadikin

Bandung masih tidak dilakukan (Setyowati, 2011).


38

Berdasarkan tabel 4.2 pada sub variabel fase II pelaksanaan discharge

planning didapatkan hasil sebagian besar (60%) sudah dilakukan dalam

menetapkan priotas mengenai hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga

serta melakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya

perdarahan, syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan sesuai dengan clinical

pathway. Clinical pathway merupakan suatu konsep perencanaan pelayanan

terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien

berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti

dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.

Menurut Potter & Perry (2002) bahwa pada tahap perencanaan perawat

harus mempersiapkan pasien atau keluarga untuk mampu menjelaskan bagaimana

pelayanan kesehatan di rumah, pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas

perawatan diri (atau keluaga mampu melakukan perawatan), dan hambatan

terhadap pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah sesuai keadaan rumah

sehingga tidak membahayakan pasien. Memberikan sumber-sumber dan informasi

tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan. Selain itu penatalaksanaan

penjelasan manfaat minum obat, efek samping yang timbul bila tidak minum obat

sesuai aturan, waktu pemberian obat dan pentingnya kontrol ulang setelah pulang

dari rumah sakit.

Berdasarkan tabel 4.2 pada sub variabel fase III pelaksanaan discharge

planning di dapatkan hasil sebagian besar (60%) perawat tidak dilakukan.

Pelaksanaan discharge planning yang jarang dilakukan pada tahap ini adalah

memberikan edukasi tentang modifikasi gaya hidup seperti aktifitas fisik,


39

merokok, penggunaan alcohol dan obat-obatan, sedangkan edukasi pengaturan

diet pasien sudah dilakukan oleh petugas ahli gizi rumah sakit. Pelaksanaan yang

tidak dilakukan tersebut akan meningkatkan resiko jumlah pasien yang kembali ke

rumah sakit dengan keluhan yang sama atau kekambuhan akan meningkat

(Purnamasari, 2012).

Berdasarkan tabel 4.1 pada subvariabel fase IV pelaksanaan discharge

planning pada hari pemulangan menunjukan sebagian responden tidak melakukan

karena pada fase ini detil-detil kecil perencanaan pulang kadang terabaikan oleh

perawat seperti menanyakan alat transpotasi apa yang akan di gunakan saat

pulang, yang sering dilakukan perawat menyiapakn surat pulang, mengingatkan

kontrol, surat cuti sakit.

Berdasarkan tabel 4.1 Hasil penelitian ini menunjukkan dari beberapa fase

discharge planning pelaksanaannya menunjukan hasil sebagian besar eesponden

(61%) tidak dilakukan. Tidak dilakukannya pelaksanaan discharge panning dapat

terjadi karena kurangnya motivasi kerja dan masih minimnya manajemen

keperawatan di rumah sakit. Menurut Emery dan Darragh (2011) faktor yang

mempengaruhi tidak dilakukannya pelaksanaan discharge planning adalah

personil pelaksanaan discharge planning, sejalan dengan penelitian yang

dilakukan (Rofii, 2013) terdapat hubungan antara personil discharge planning

dengan pelaksanaan discharge planning karena tanggung jawab pada discharge

planning di rumah saki adalah tanggung jawab staff keperawatan dan bertanggung

jawab untuk bekerja sama dengan pasien dan penyedia layanan kesehatan di

masyarakat.
40

Selain itu faktor lain yang mempengaruhi belum dilakukannya pelaksanaan

discharge planning adalah motivasi kerja, manajemen keperawatan, dan beban

kerja yang dilakukan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Riayanti,2015)

bahwa perawat membutuhkan motivasi kerja yang tinggi untuk mendukung kerja

yang baik serta mempengaruhi kualitas kerja dan perorma perawat.sehingga

discharge planning tidak dilakukan kepada pasien dengan dilakukan.

Menurut Notoadmodjo (2003) faktor yang berasal dari perawat yang

mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian pendidikan kesehatan adalah sikap,

emosi, pengetahuan dan pengalaman masa lalu. Dimana sikap yang baik akan

mempengaruhi penyampaian informasi kepada pasien, pengendalian emosi juga

mempengaruhi karena dengan pengendalian emosi yang baik baik akan

mengarahkan perawat untuk lebih bersikap sabar, hati-hati dan telaten.

Dengan demikian informasi yang disampaikan lebih mudah diterima pasien

dan perawat harus memiliki pengetahuan yang baik juga akan mengarahkan

perawat pada kegiatan pembelajaran pasien dengan memberikan informasi-

informasi. Selain dari pada itu, pengalaman masa lalu perawat berpengaruh

terhadap gaya perawat dalam memberikan informasi sehingga informasi yang

diberikan akan lebih terarah sesuai dengan kebutuhan pasien. Perawat juga lebih

dapat membaca situasi pasien berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini tentang gambaran pelaksanaan discharge planning di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pindad Bandung, bertujuan untuk mengetahui

gambaran pelaksanaan discharge planning di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Pindad Bandung. Penelitian ini dilakukan terhadap 55 orang perawat yang

dijadikan sebagai responden di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pindad

Bandung, didapatkan kesimpulan bahwa pelaksanaan discharge planning

sebagian besar perawat (61,8%) menunjukan tidak dilakukan dan sebagian kecil

(38,%) sudah dilakukan.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti :

1. Bagi Rumah Sakit

1) Disarankan melakukan pembinaan dan sosialisasi tentang pentingnya

pelaksanaan discharge planning bagi pasien maupun bagi rumah sakit.

2) Melakukan pelatihan khusus tentang discharge planning

2. Bagi Keperawatan

Disarankan lebih menggali Evidence Based Practice (EBP) tentang

discharge planning

41
42

3. Bagi peneliti selanjutnya

Agar peneliti berikutnya meneliti fakto-faktor lain yang

mempengaruhi pelaksanaan discharge planning serta melakukan penelitian

dengan metode penelitian lain, sehingga mutu pelayanan rumah sakit yang

optimal dapat dicapai dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz, 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik

Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Anggraini, W. 2017. Efektifitas Penerapan Ideal (Include, Discuss, Educate,

Asses, Listen) Discharge Planning terhadap Average Length Of Stay

(AvLOS), Hospital Cost pada Pasien Congestive Heart Failure

(CHF). Jurnal Keperawatan Soedirman, Volume 12, No.3

Arikunto, 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.Edisi Revisi V.

Rhineka Cipta. Jakarta.

, 2010 Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.Edisi Revisi.

Rhineka Cipta. Jakarta.

, 2013 Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.Edisi Revisi.

Rhineka Cipta. Jakarta.

Azwar, Saifuddin, 2015. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Data Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pindad Bandung, 2019

Departemen Kesehatan RI. 2018. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di

Rumah Sakit, Jakarta: Depkes RI.

Discharge Planning Association 2008. Discharge Planning. (Online).

http://www.dichargeplanning.org.au/index.htm diakses tanggal 20 Juli

2019

43
44

Doengoes, Moorhouse & Murr. 2016. Nursing Diagnosis Manual: Planning,

Individualizing and Documenting Client Care. Fith Edition.

Philadelpia PA; Fa. Davis Company.

Dewi L.Purnamasari, dkk 2012 Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pulang.

Jurnal Nursing studies. Diakses 10 juli 2019.

Haryati Lina, dkk 2013. Pevalens dan Faktor Resiko Insfeksi Luka Oprasi Pasca

bedah.Sari Pediatri. Vol. 15, No 4.

Holland, D.E 2013. Dkk Targeting Hospitalize Patients for Early Discharge

Planning intervention. Natonal institutes of health.

Kozier, B, et al 2004 Fundamental of Nursing Consepts Prosess and P Ractice. 1

st volume 6 th edition New Jersey; Person/prentice Hall.

Komite Akreditasi Rumah Sakit. 2017. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit

edisi 1. Jakarta: KARS RI

Lindo, et all. 2016. An Audit of Nursing Documentation at Three Public Hospital

in Jamaica, Journal of Nursing Scholarship.

Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu prilaku.

Yogyakarta: Andi Offset.

, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Reinka Cipta

, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Reinka Cipta

, 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Reinka Cipta

Nursalam, 2000. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba medika


45

, 2009.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta: Salemba medika.

, 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Jakarta: Salemba medika.

Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Euculapcius UI.

Pemila U. 2006 Konsep Discharge Planning. Diakses pada tanggal 13 Juli 2019

melalui : http://www.fik.ui.ac.id/.

Perry & Potter. 2005. Fundamental Keperawatan. Volume 1. Jakrta: Buku

Kedokteran EGC.

Purnama, S. D. dkk. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pulang. Jurnal

Nursing Studies. http://portalgaruda.org/article. Php.articl

e=74198&val=4707

Radiatul, 2017. Analisis Pelaksanaan Discharge Planning dan Faktor-faktor

Diterminannya pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Jambak

Kabupaten Pasman Barat.

Rofi’I Muhamad dkk, 2013. Faktor Personil Dalam Pelaksanaan Discharge

Planning Pada Perawat Rumah Sakit di Semarang. Jurnal Manajemen

Keperawatan. Volume 1, No. 2, November 2013

Rosidi, Kholid. 2013. Manjemen Kepemimpinan dalam Keperawatan. Jakarta: CV

Stiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung

Alfabeta
46

, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung

Alfabeta

, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung

Alfabeta

, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung

Alfabeta.

Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Wijayanti, Y. 2015. Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien

Dalam Menghadapi Pemulangan di Rumah Sakit Daerah Balung

Jember.

World Health Organization Tentang Rumah Sakit.

Zuhara, P. 2017. Gambaran Pelaksanaan Discharge Planning Pasien Pasca

Oprasi Apendiktomi di RS PKU Muhamadiah Gamping Yogyakarta.

Ejurnal Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai