Anda di halaman 1dari 5

PENGAMATAN KROMOSOM RAKSASA (KROMOSOM POLITEN)

Drosophila melanogaster

Reny Guspratiwi*, A. R. Junaid, D.C. Wahluyo, D. Oktavia, F.A. Murobby, N. Nikita, N. M.


Pertiwi, R.A.S. Utami

Universitas Indonesia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Departemen Biologi

Maret 2011

Abstrak

Kromosom politen adalah kromosom yang struktur dan ukurannya lebih besar dari kromosom
normal. Kromosom politen sering ditemukan pada tumbuhan, mamalia, protozoa, dan serangga
ordo diptera. Kromosom politen bisa ditemukan diberbagai tempat salah satunya di kelenjar
ludah. Dilakukan pengamatan pada larva instar III Drosophila melanogaster untuk melihat
struktur kromosom politen yang terletak pada kelenjar ludah, memahami perbedaan kromosom
politen dengan kromosom biasa, dan memahami bagian-bagian dari kromosom politen. Hasil
pengamatan kromosom politen Drosophila melanogaster yaitu ditemukan dua bagian dari lima
bagian yang ada pada kromosom politen, yaitu band dan interband.

Kata kunci: Drosophila melanogaster; kromosom politen; kelenjar ludah; band; interband

1. Pendahuluan

Adanya kromosom politen menunjukkan ada perbedaan yang timbul dari kromosom biasa. Hal
ini disebabkan salah satunya oleh ukuran kromosom politen yang lebih besar dibandingkan
ukuran kromosom normal. Praktikum pengamatan kromosom politen pada Drosophila
melanogaster ini dilakukan untuk mempelajari kromosom politen berdasarkan teori yang ada.

Kromatin adalah benang-benang halus yang tersusun atas deoksiribonukleat acid (DNA) dan
protein yang terdiri dari histon dan nonhiston, sehingga membentuk nukleoprotein (Suryo 1995:
18). Dalam setiap inti sel , moleku DNA dikemas dalam struktur sepeti benang yang disebut
kromosom. Setiap kromosom memiliki titik penyempitan yang disebut sentromer yang membagi
kromosom menjadi dua bagian atau disebut lengan. Lengan pendek disebut lengan “P” dan
lengan panjang disebut lengan “Q”. Lokasi sentromer memberikan karakteristik pada masing-
masing kromosom dan dapat digunakan untuk menggambarkan lokasi gen tersebut
(May dkk 2011:1).

Macam-macam kromosom berdasarkan letak sentromernya, pertama, metasentris yaitu


kromosom yang memiliki sentromer di tengah, sehingga kromosom dibagi atas dua lengan yang
sama panjang. Kedua, submetasentris, yaitu kromosom yang memiliki sentromer tidak di tengah,
sehingga kedua lengan kromosom tidak sama panjang. Ketiga, akrosentris, yaitu kromosom yang
memiliki sentromer dekat dengan salah satu ujungnya, sehingga kedua lengan tidak sama
panjangnya. Keempat, telosentris, yaitu kromosom yang memiliki sentromer di salah satu
ujungnya sehingga kromosom tetap lurus dan tidak terbagi atas dua lengan (Suryo 1995: 60).

Ada beberapa kromosom kadang-kadang masih dapat dilihat adanya lekukan ke arah dalam
sehingga memisahkan bagian kecil dari lengan kromosom, yang dinamakan satelit. Di lekukan
sekunder seringkali dibentuk nukleus, oleh karena itu lekukan ini disebut juga pengatur nukleus.
Setiap lengan kromosomterdiri dari dua bagian yang serupa dan dinamakan kromatid. Dalam
kromatid tampak dua pita spiral disebut kromonema (jamak: kromonemata). Penebalan yang
terdapat pada kromonema disebut kromomer. Bagian dari ujung-ujung kromomer disebut
telomer yang fungsinya menghalangi bersambungnya kromosom satu dengan yang lainnya
(Suryo 1995; 58).

Pada tahun 1928, Emil Heitz menemukan beberapa bagian pada kromosom yang sangat tebal dan
gelap dan diberi nama heterokromatin, sedangkan bagian yang tidak menebal dan tidak gelap
yang terlihat pada tahap telofase dan interfase disebut euterokromatin. Study selanjutnya
menunjukkan Heterokromatin mengandung sedikit atau tidak ada gen aktif, sedangkan
eukromatin mengandung gen aktif (Eberhard 2007:180).

Kromosom raksasa disebut kromosom politen, ditemukan pada sel nukleus kelenjar ludah dan
pada beberapa jaringan larva Drosophila melanogaster dan pada serangga ordo diptera lainnya.
Struktur kromosom politen dibentuk dari pengulangan replikasi DNA tanpa pemisahan dari
replikasi helaian kromatin. Bagian-bagian kromosom politen pada kromosom betina (X) yaitu
kanan dan kiri pada kromosom 2 dan 3 dan kromosom pendek (kromosom 4) pada bagian
kromosenter (Harth 2005: 272 & 273). Kromosenter adalah bagian block besar pada
heterokromatin yang terdapat di dekat sentromer. Pada kromosom politen, selain terdapat
kromonemata dan kromosenter, ditemukan jugaband dan interband. Band adalah bagian gelap
pada kromosom dan interband adalah bagian terangnya. Band yang terurai
membentuk puff. Puff adalah gen aktif pada transkripsi RNA (Wolfe 1993: 737).

Kromosom politen sering ditemukan pada kromosom kelenjar ludah, karena seirng dilakukan
penelitian dari kelenjar ludah larva diptera. Kromosom politen juga ditemukan pada organ lain
seperti tubulus malphigi dan kantong lambung. Pada beberapa lalat dewasa juga dapat ditemukan
sedikit kromosom politennya (Wolfe 1993:736).

Digunakannya kromosom kelenjar ludah karena kelenjar ludah tersusun dari sel-sel yang sangat
besar selama perkembangan larva. Sel-sel itu tidak lagi membelah, namun semakin besar
mengikuti perkembangan larva. Painter menduga, membelah nya kromosom kelenjar ludah
karena pada tahap S dari interfase, baik kromosom maupun kromomer membelah, sedangkan
pada kromosom biasa, pembelahan seperti itu hanya terjadi pada tahap mitosis. Kromosom
kelenjar ludah tidak pernah mengalami pemendekan, sehingga terlihat sangat panjang dan besar.
Kromosom kelenjar ludah mengandung 1000 kali lebih banyak DNA dibanding kromosom biasa
( Suryo 1995: 78 & 84).

Kromosom Drospohila melanogaster dijadikan objek dalam berbagai penelitian karena


perkembangan larva Drosophila melanogaster dibedakan atas tiga instar, dan pada instar ketiga,
larva mempunyai ukuran panjang kira-kira 4,5 milimeter (Suryo 1995: 78).

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami sturktur kromosom
politen Drosophila melanogaster. Kedua, untuk mengetahui dan memahami bagian bagian
kromosom politen Drosophila melanogaster. Ketiga, untuk mengetahui dan memahami
perbedaan antara kromosom politen dan kromosom biasa.

2. Metodologi

Alat yang digunakan pada praktikum pengamatan kromosom politen Drosophila


melanogaster adalah mikroskop cahaya, mikroskop elektron, kaca objek, kaca penutup, jarum
sonde, kertas penghisap, dan tisu. Bahan yang digunakan adalah larva instar III Drosophila
melanogaster, larutan ringer, dan pewarna asetokarmin.

Cara kerja pengamatan kromosom politen Drosophila melanogaster yaitu larva instar III diambil
dari wadah pembiakan, lalu diletakkan di atas kaca objek yang sudah ditetesi larutan ringer.
Larva ditusuk di bagian kepala dan tubuh lalu bagian tubuh ditarik ke arah yang berlawanan, hal
ini dilakukan di bawah mikroskop stereo. Setelah bagian kepala berpisah dengan tubuh,
dilakukan isolasi kelenjar ludah dan dibersihkan dari lemak-lemak yang masih menempel pada
kelenjar ludah tersebut. Kelenjar ludah yang telah bersih dari lemak diberi pewarna asetokarmin
dan didiamkan selama 10-15 menit. Setelah menunggu selama 10-15 menit, kaca penutup
diletakkan di atas kaca objek lalu ditekan agar kelenjar ludah hancur dan sel-sel nya tersebar
merata. Sisa asetokarmin dibersihkan dengan kertas penghisap lalu diamati dibawah mikroskop
cahaya.

3. Hasil dan Pembahasan


Pada gambar kromosom politen yang ditemukan oleh kelompok 5, hanya bisa
diamati band daninterband saja. Bagian lain dari kromosom tidak bisa diamati dengan baik, hal
ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya, kesalahan praktikan dalam membuat
preparat. Berdasarkan literatur seharusnya bagian-bagian kromosom itu ada lima, yaitu band,
interband, kromosentris, kromonemata, dan puff.

Digunakannya kelenjar ludah Drosophila melanogaster karena lalat tersebut merupakan salah
satu dari ordo diptera yang memiliki kromosom homolog kebanyakan selalu berpasangan. Oleh
karena itu kromosom-kromosom interfase dalam sel-sel kelenjar ludah selalu berpasangan.
Dalam inti sel interfase dari embrio lalat Drosophila melanogaster, kromosom homolog tampak
sebagai benang-benang berpasangan yang memiliki kromomer (Suryo 1995: 84).

Digunakannya larva instar III Drosophila melanogaster karena umur dan kondisi larva sangat
menentukan untuk melihat pola band pada kromosom politennya. Larva yang sudah hampir
menjadi pupa juga menurun kualitas pola band nya. Larva instar III Drosophila
melanogaster digunakan juga karena larva tersebut sudah cukup makan dan beradaptasi dengan
lingkungannya (Henderson 2004: 251 & 266).

Terbentuknya pola gelap dan terang karena kromatid yang bersinaps. Band berupa struktur
kompak yang memiliki lebih banyak DNA dibandingkan interband. Kromatin yang menggulung
merupaka salah satu alasan terbentuknya band dan kromatin yang tidak menggulung
membentukinterband. Gulungan tersebut akan terlihat seperti pita gelap karena mengandung
banyak DNA (Henderson 2004: 26).

4. Kesimpulan

Kromosom politen adalah kromosom raksasa yang mengandung 1000 kali DNA lebih banyak
dari kromosom biasa. Terbentuknya kromosom politen karena pengulangan replikasi DNA tanpa
pemisahan dari replikasi helaian kromatin. Kromosom politen sering ditemukan pada kelenjar
ludahDrosophila melanogaster.

Struktur kromosom politen terdiri dari lengan kanan dan kiri dari kromosom 2 dan 3 dan
kromosom pendek (kromosom 4) pada bagian kromosenter. Bagian-bagian dari kromosom
politen yaitu adanya kromosenter, kromonemata, band, interband, dan puff.

Kromosom politen terlihat berbeda dengan kromosom biasa karena pasangan kromosom
homolognya bersinaps.

Selain pada kelenjar ludah, kromosom politen juga bisa ditemukan di tubulus malphigi dan
kantong lambung. Kromosom politen pada kelenjar ludah terlihat besar karena tidak terjadi
pemendekan kromatin pada tahap interfase nya. Dilakukannya pengamatan pada larva instar
IIIDrosophila melanogaster karena larva tersebuta sudah besar dan sudah mendapatkan makanan
yang cukup serta sudah beradaptasi dengan lingkungannya.

Daftar Pustaka

Eberhard P. 2007. Color atlas of genetics. Thieme Stuttgart. New York: 497 hlm

Henderson, D.S. 2004. Drosophila cytogenetics protocols. Humana Press. United States:468 hlm

May, dkk. 2011. What is a chromosome?.

http://ghr.nlm.nih.gov/handbook/basics/chromosome 14 Maret 2011 (23:13)

Suryo, 1995. Sitogenetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta: xii + 531 hlm

Wolfe, Stephen L. 1993. Molecular and cellular biology. Wadsworth, Inc. California: xviii +
1145 hlm

Harth, Daniel L., Jones E. 2005. Genetics: Analysis of genes & genomes. Jane Bartlett
Publishers, Inc. Canada: 763 hlm

Anda mungkin juga menyukai