Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU REPRODUKSI TERNAK


ACARA I
ANATOMI ORGAN REPRODUKSI JANTAN

Disusun oleh :
Wahyu Suratman
18/430708/PT/07863
Kelompok XXXI

Asisten : Megawati Andi

LABORATORIUM REPRODUKSI DAN FISIOLOGI TERNAK


DEPARTEMEN PEMULIAAN DAN REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
ANATOMI ORGAN REPRODUKSI JANTAN

Tinjauan Pustaka

Reproduksi ternak merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari


tentang proses menghasilkan kembali individu atau makhluk hidup baru
sebagai usaha untuk perkembangbiakan ternak. Organ reproduksi pada
ternak jantan meliputi testis, epididymis, ductus deferens, urethra, penis,
praeputium dan kelenjar tambahan yaitu kelenjar vesicularis, kelenjar
cowperi dan kelenjar prostata (Ihsan, 2010). Prayogo et al. (2013)
menyatakan bahwa testis merupakan tempat pembentukan spermatozoa.
Testis dibungkus oleh scrotum yang mencerminkan ukuran testis dan
menyatakan banyaknya tubuli seminiferi yang berfungsi memproduksi
spermatozoa (Prayogo et al. 2013).
Epididymis berfungsi untuk pengatur konsentrasi, penyimpanan,
transportasi, dan maturasi spermatozoa (Mentari et al. 2014). Tamrin
(2014) menyatakan bahwa ductus deferens merupakan saluran yang
menghubungkan epididymis dengan urethra, berwarna putih yang masuk
ke rongga tubuh melalui saluran inguinal dan berakhir di ampula. Urethra
merupakan saluran tunggal yang memanjang dari persimpangan ampula
ke ujung penis dan Penis merupakan organ kopulasi yaitu organ untuk
memindahkan sperma ke dalam organ reproduksi betina dan berfungsi
sebagai penetrasi. Kelenjar vesicularis berfungsi untuk menyekresikan
cairan kental pada sperma yang mengandung senyawa-senyawa organik.
Kelenjar prostata merupakan kelenjar yang tersebar dan menghasilkan
getah putih yang mengandung ion-ion anorganik. Kelenjar cowperi
merupakan kelenjar penghasil getah berupa lendir yang berfungsi untuk
melumasi dan membersihkan saluran repsoduksi jantan (Lasmaya 2016).
Ulum et al. (2013) menyatakan bahwa praeputium merupakan kulit
pembungkus yang berfungsi untuk melindungi penis. Commented [a1]: ringkes
Materi dan Metode

Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum anatomi organ
reproduksi jantan yaitu plastik sebagai alas, pita ukur, lembar kerja, lateks,
dan kamera.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum anatomi organ
reproduksi jantan yaitu preparat basah organ reproduksi kambing Bligon
jantan umur 1,5 tahun dengan bobot 30 kg.

Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum anatomi organ reproduksi
jantan yaitu bagian-bagian dari organ reproduksi jantan diamati secara
langsung. Panjang dari tiap organ diukur. Bagian dari tiap organ
reproduksi jantan difoto. Hasil pengukuran dicatat pada lembar kerja.
Hasil dan Pembahasan

Pengukuran anatomi organ reproduksi menggunakan bangsa


kambing bangsa Bligon. Umur kambing yang digunakan 1,5 tahun. Bobot
badan kambing yang digunakan sebesar 30 kg. Hasil pengukuran organ
reproduksi jantan kambing Bligon yang dilakukan pada saat praktikum
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil pengukuran organ reproduksi jantan
Nama organ Panjang Lebar Tinggi Keliling
(cm) (cm) (cm) (cm)
Testis 8 6,5 - 46
Epididymis 16 2,5 - -
Ductus deferen 12 0,4 - -
Ampulla ductus 5 0,8 - -
deferen
Urethra - - - -
Kelenjar vesicularis 3 1 - -
Kelenjar prostata - - - -
Kelenjar cowperi - - - -
Penis 25 1,5 - -
Testis
Hasil yang diperoleh dari pengukuran testis pada saat praktikum
menunjukkan bahwa panjang testis kambing Bligon adalah 8 cm, lebar 6,5
cm dan keliling testis 46 cm. Yudi et al. (2009) menyatakan bahwa pada
ukuran panjang testis adalah 10 cm sampai 13 cm dengan lebar 5 cm
sampai 6,5 cm dan berat 300 gram sampai 400 gram. faktor-faktor yang
mempengaruhi ukuran testis yaitu umur, pakan, hormon dan genetik.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan literatur. Mentari et al. (2014) menyatakan bahwa faktor- Commented [a2]: faktor menurutmu

faktor yang mempengaruhi ukuran testis antara lain umur, pakan, hormon
dan faktor genetik.
Testis memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai penghasil sel
sperma atau spermatozoa dan penghasil hormon testosteron dan
androgen. Testis digantung oleh organ yang disebut dengan funiculus
spermaticus. Testis juga terbagi menjadi dua bagian yaitu mediastinum
testis yang terletak ditengah-tengah testis berbentuk seperti bintang dan
rete testis yang terletak disekitar mediastinum testis. Destri (2013)
menyatakan bahwa testis terletak menggantung di daerah prepubis dan
digantung oleh funiculus spermaticus yang menggantung unsur-unsur
yang terbawa oleh testis. Fungsi testis ada dua, yaitu penghasil
spermatozoa dan penghasil hormon-hormon jantan atau androgen dan
testosteron. Sudut posterior testis terbungkus oleh selaput atau kapsula
yang disebut dengan mediastinum testis dan daerah di sekitar
mediastinum testis disebut dengan rete testis. Berdasarkan hasil
pengamatan yang diperoleh pada saat praktikum sudah sesuai dengan
literatur.
Lapisan pembungkus testis ada empat yaitu scrotum, tunica dartos,
tunica vaginalis propia dan tunica albuginea. Scrotum juga berperan
dalam mengatur termoregulasi testis agar temperatur tetap pada 4°C
sampai 7°C. Tunica dartos berfungsi sebagi saraf simpatis yang membuat
scrotum mengerut pada kondisi dingin atau mengendur pada kondisi
panas. Tunica vaginalis propia merupakan lapisan terluar testis yang
tersusun atas selaput peritonium. Tunica vaginalis terdiri atas parietal
yang berperan pada scrotum dan visceral pada tunica albuginea. Tunica
albuginea berfungsi pembuluh darah dan tersusun atas jaringan ikat dan
sel otot polos serta melindungi dari sinar ultraviolet. Destri (2013)
menyatakan bahwa testis dibungkus oleh scrotum, tunica dartos, tunica
vaginalis propia dan tunica albuginea. Scrotum merupakan kantong
pembungkus yang tediri dari kulit, tunica dartos dan sebagian funiculus
spermaticus. Tunica dartos terletak sangat rapat dengan kulit. Lapisan Commented [a3]: apa

tunica dartos terdiri dari urat daging licin dan tenunan pengikat. Tunica
vaginalis mempunyai dua lapisan yaitu lapisan viseral yang membungkus
testis dan epididymis dan lapisan parietal yang bersatu dengan rongga
scrotum. Tunica vaginalis mengeluarkan cairan pelicin. Tunica albuginea
merupakan jaringan ikat padat berwarna putih yang terdiri atas serabuat
fibrosa dan serabut-serabut otot licin. Berdasarkan hasil praktikum sudah
sesuai dengan literatur.
Temperatur testis dan epididymis supaya tetap pada temperatur
4°C sampai 7°C lebih rendah dari temperatur tubuh maka perlu adanya
mekanisme termoregulasi. Mekanisme termoregulasi dikerjakan oleh
musculus cremaster externa, musculus cremaster interna, tunica dartos,
dan plexus pampiniformis. Musculus cremaster interna berperan dalam
memanjangkan funiculus spermaticus saat kondisi panas. Musculus
cremaster externa berperan dalam memendekkan funiculus spermaticus
pada kondisi dingin. Tunica dartos memiliki saraf simpatis yang membuat
scrotum mengerut pada kondisi dingin atau mengendur pada kondisi
panas. Plexus pampiniformis berperan dalam memindahkan panas dari
arteri ke vena pada testis. Termoregulasi juga diatur oleh plexus
pampiniformis, dimana vena dan arteri saling menjalin secara kompleks
dengan darah dalam vena yang meninggalkan testis menuju ke tubuh
untuk mendinginkan darah arteri yang menuju testis sehingga energi yang
dikeluarkan dalam mempertahankan suhu normal dalam testis. Himam
(2008) menyatakan bahwa musculus cremaster berfungsi untuk
mengangkat dan menurunkan scrotum pada proses termoregulasi testis.
Suhu pada lingkungan dingin, musculus cremaster interna akan
mengangkat mendekati rongga perut untuk mengurangi kehilangan panas
pada testis, sedangkan jika udara lingkungan panas musculus cremaster
externa akan mengendur sehingga kondisi testis tetap stabil. Pampiniform
plexus merupakan jaringan pembuluh darah testis yang mempunyai
beberapa jari seperti pembungkus yang dan dikelilingi oleh arteri sperma.
Jaringan pembuluh darah ini yang mengatur pertukaran panas pada testis
dengan arteri testis. Musculus dartos (dartos muscle) adalah musculus di
bawah kulit di bagian bawah dari scrotum. Musculus dartos tersebut
berfungsi sebagai pengatur suhu testis, apabila cuaca dingin maka testis
akan mendekati tubuh dan apabila suhu lingkungan panas maka testis
akan menjauhi tubuh (Tamrin 2014). Berdasarkan hasil praktikum sudah
sesuai dengan literatur.
Organ reproduksi pada ternak juga dapat mengalami kelainan,
salah satunya yaitu cryptorchid. Cryptorchid merupakan kodisi kegagalan
penurunan testis ke dalam rongga scrotum. Cryptorchid ada dua yaitu
uniteral dan multilateral. Cryptorchid uniteral merupakan kelainan dimana Commented [a4]:

salah satu testis tidak turun dan masih bisa menghasilkan sperma
sedangkan cryptorchid bilateral merupakan gangguan dimana kedua testis
tidak turun sehingga tidak bisa menghasilkan sperma. Testes sebelumnya
bukan terletak di bawah, melainkan berada di daerah rongga perut.
Tamrin (2014) menyatakan bahwa testes terletak di dekat ginjal kemudian
turun melalui canalis inguinalis lalu masuk ke dalam scrotum. Turunnya
testes terjadi karena memendeknya gubernaculum yaitu sebuah ligamen
yang memanjang dari daerah inguinalis kemudian bertaut pada caput
epididymis. Gangguan testis jika hanya satu saja yang turun, maka
namanya adalah unilateral cryptorchidism, dan apabila kedua-duanya
yang tidak turun disebut bilateral cryptorchidism. Unilateral cryptorchidism
dapat mengakibatkan kelainan dalam efisiensi reproduksi sedangkan
bilateral cryptorchidism menyebabkan keadaan yang lebih berat yaitu
seekor hewan jantan menjadi steril. Berdasarkan hasil praktikum sudah
sesuai dengan literatur.
Kastrasi merupakan metode yang dilakukan untuk menghilangkan
testis yaitu dengan melakukan pemotongan pada testis. Kastrasi
merupakan usaha untuk menghilangkan fungsi reproduksi dengan cara
menghambat proses pembentukan dan pengeluaran sperma. Kastrasi
dapat dilakukan dengan cara mengikat atau memasukkan cairan tertentu
ke dalam organ tertentu. Kastrasi dilakukan dengan tujuan untuk
menggemukkan ternak jantan dan mengurangi agresivitas ternak. Proses
kastrasi dapat dilakukan dengan alat yang bernama burdizzo tang.
Kuswati et al. (2015) menyatakan bahwa kastrasi merupakan manajemen
rutin yang dilakukan untuk menghilangkan fungsi alat reproduksi dengan
cara mematikan sel kelamin jantan. Kastrasi bertujuan untuk menjinakkan
sapi dan sifat jinak sapi diharapkan dalam usaha penggemukan karena
membantu konversi pakan menjadi daging. Berdasarkan hasil praktikum
sudah sesuai dengan literatur.

Mediastinum testis
Rete testis
rete testis

Gambar 1. Anatomi testis


Epididymis
Hasil pengukuran panjang epididymis yang didapat saat praktikum
yaitu 15 cm dan lebarnya 2,5 cm. Mentari et al. (2014) menyatakan bahwa
ukuran panjang epididymis berkisar antara 35 cm sampai 40 cm. Hasil
pengukuran panjang epididymis saat praktikum berbeda dengan literatur
yang ada. Faktor yang mempengaruhi perbedaan ukuran epididymis
adalah umur, bobot tubuh, bangsa ternak, pakan dan faktor genetik.
Mentari et al. (2014) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
ukuran epididymis yaitu umur, hormon, pakan, dan genetik.
Epididymis terbagi menjadi tiga bagian yaitu caput epididymis,
corpus epididymis dan cauda epididymis. Epididymis menempel pada
bagian testis dan berfungsi sebagai saluran transport spermatozoa,
pemekatan spermatozoa, pendewasaan, dan penyimpanan spermatozoa.
Caput atau bagian kepala epididymis memiliki fungsi sebagai tempat
pengangkutan dan pemadatan sperma tahap awal. Corpus atau bagian
badan epididymis memiliki fungsi untuk transport dan tempat pemasakan
spermatozoa. Cauda atau bagian ekor epididymis berfungsi sebagai
tempat penimbunan dan pemekatan spermatozoa. Sakir (2017)
menyatakan bahwa caput epididymis membentuk suatu tonjolan dasar
dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis,
pada umunya berbentuk U, namun berbeda-beda dalam ukurannya, dan
menutupi seluas satu per tiga dari bagian testis. Caput epididymis
merupakan saluran tunggal yang tersambung dengan cauda epididymis
yang memanjang dari apeks menurun sepanjang sumbu memanjang
testis. Cauda epididymis merupakan bagian terbawah dari epididymis
yang terletak di bawah testis. Epididymis mempunyai empat fungsi yaitu
pengangkutan, penyimpanan, pemasakan dan pengentalan (konsentrasi)
sperma. Pemasakan dicapai karena ekskresi sel, dan sperma disimpan
terutama pada epididymis bagian ekor (cauda epididymis). Berdasarkan
hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur.

Caput
Corpus

Cauda

Gambar 2. Anatomi epididymis


Ductus deferens
Hasil pengukuran panjang ductus deferens yang diperoleh saat
praktikum yaitu 16 cm dan ampulla ductus deferens sepanjang 12 cm dan
lebar 0,2 cm. Sakir (2017) menyatakan bahwa panjang ductus deferens
adalah 50 cm dan ampulla ductus deferens berkisar antara 10 sampai 14
cm dengan lebar diameter 2 cm sampai 2,5 cm. Hasil yang diperoleh pada
pengukuran panjang dan lebar ampulla ductus deferens telah berada
pada kisaran normal, namun hasil pengukuran panjang ductus deferens
berada di atas kisaran normal. Faktor yang mempengaruhi panjang ductus
deferens adalah umur, pakan, bobot badan dan jumlah materi penelitian.
Kuswahyuni (2009) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi ukuran
testis pada ternak diantaranya adalah ukuran tubuh, umur ternak, dan
jenis ternak.
Ductus deferens terletak di sepanjang cauda epididymis hingga
uretra. Ductus deferens berperan sebagai saluran sel sperma. Fungsi
ductus deferens yaitu menyalurkan spermatozoa dari epididymis menuju
urethra. Pelebaran pada ductus deferens disebut ampulla ductus
deferens. Sakir (2017) menyatakan bahwa ductus deferens berfungsi
untuk mengangkut sperma dari ekor epididymis ke urethra. Ductus
deferens terletak di sebelah atas vesica urinaria kemuadian akan
membesar dan menebal membentuk ampulla ductus deferen.
Berdasarkan hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Katup pada ductus deferens adalah colliculus seminalis yang
merupakan tempat pemisah antara saluran urin dengan semen yang ada
pada ductus deferens. Akmal et al. (2014) menyatakan bahwa colliculus
seminalis merupakan saluran yang memisahkan jalur urin dan
spermatozoa pada ductus deferens. Colliculus seminalis juga berperan
dalam proses penyaluran spermatozoa menuju uretra. Berdasarkan hasil
praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Vasektomi adalah pemotongan di bagian ductus deferens pada
sistem pemeliharaan dengan tujuan untuk mendeteksi adanya birahi pada
ternak betina. Cara vasektomi dilakukan dengan cara pengikatan ductus Commented [a5]: Cara vasektomi

deferens Susetyarini (2009) menyatakan bahwa vasektomi adalah suatu


tindakan pengikatan ductus deferens yaitu mengeluarkan buluh dengan
pembedahan istimewa pada ductus deferens untuk menghambat
pertemuan sperma dengan ovum pada hewan betina sehingga tidak
terjadi fertilisasi. Vasektomi dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pada sistem imun (immunoglobin). Berdasarkan hasil praktikum sudah
sesuai dengan literatur.

Ductus
deferens

Gambar 3. Anatomi ductus deferens


Urethra
Berdasarkan kegiatan praktikum tidak ditemukan panjang urethra.
faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran urethra yaitu umur, pakan,
hormon dan genetik. Sari (2016) menyatakan bahwa pada urethra
pejantan panjangnya berkisar 13,7 sampai 16,2 cm. Mentari et al. (2014) Commented [a6]: Faktor menurutmu

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran urethra


antara lain umur, pakan, hormon dan faktor genetik.
Urethra adalah saluran dari tempat bermuaranya ampulla ductus
deferens sampai ujung penis. Urethra merupakan saluran urogenitalis
yang bermanfaat sebagai saluran lewatnya urin dan semen. Urethra
memiliki tiga bagian, yaitu pars pelvis, pars penis dan pars bulbourethralis.
Pars pelvis merupakan bagian yang berada di dalam ruang pelvis berupa
pipa yang diselubungi urat daging licin dan terletak di atas simfisis pelvis.
Pars bulbouretralis merupakan bagian yang membengkok dan
meninggalkan simfisis pelvis sampai ke pangkal penis. Pars penis
merupakan bagian yang terdapat mulai dari pangkal penis ke ujung penis.
Tamrin (2014) menyatakan bahwa urethra adalah saluran tunggal yang
memanjang dari persimpangan ampula ke ujung penis. Urethra berfungsi
sebagai saluran sekresi baik urin maupun semen. Campuran lengkap
konsentrasi spermatozoa dari vas deferens dan epididymis dengan cairan
dari kelenjar aksesoris pada bagian pelvis urethra untuk membentuk
semen selama ternak ejakulasi. Wahyuni et al. (2013) menyatakan urethra
dibagi menjadi tiga bagain yaitu pars pelvis, pars bulbourethralis dan pars
penis. Pars pelvis merupakan bagian dari penis yang tertetak di bagian
dalam penis yang berupa saluran yang dilapisi oleh urat daging yang licin
dan tebal dan terletak di atas simfisis pelvis. Pars bulbourethralis
merupakan bagian dari penis yang mengandung sedikit urat daging,
dimulai dari simfisis pelvis hingga ke pangkal penis. Pars penis
merupakan bagian pada penis yang dimulai dari pangkal penis ke ujung
penis. Bagian pelvis (pars pelvina) merupakan suatu saluran silindrik
dengan panjang 15 sampai 20 cm dan diselubungi oleh otot urethra yang
kuat dan terletak pada lanati pelvis. Bagian bulbourethralis (pars
bulbourethralis) adalah bagian yang melengkung seputar arcus
ischiadicus. Bagian penis (pars penis) merupakan termasuk dari
kelengkapan penis. Berdasarkan hasil praktikum sudah sesuai dengan
literatur.

Urethra

Gambar 4. Anatomi Urethra

Kelenjar Tambahan
Kelenjar vesicularis
Vesikula seminalis merupakan sepasang kelenjar yang umumnya
terletak dibalik prostat dan dibagian dorsal vesika urinaria. Berdasarkan
pengukuran hasil praktikum kelenjar vesicularis mempunyai panjang 3 cm
dan lebar 1 cm. Lasmaya (2016) menyatakan bahwa kelenjar vesicularis
memiliki panjang 15 cm, lebar 4 cm, dan tinggi 3 cm. Berdasarkan hasil
praktikum tidak sesuai dengan literatur. Faktor yang mempengaruhi
perbedaan ukuran kelenjar vesicularis adalah umur, ukuran tubuh, dan
bangsa ternak. Lasmaya (2016) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhinya ialah umur ternak, bangsa ternak, dan berat ternak.
Kelenjar vesikularis berbentuk mirip anggur dan terletak mengapit
ampulla ductus deferens di sebelah kanan dan kiri. Kelenjar vesikularis
berfungsi untuk menghasilkan zat organik yang mengandung protein,
potasium, asam sitrat, fruktosa, dan enzim dengan pH 5,7 sampai 6,2. Zat
organik yang ada pada kelenjar vesikularis dimanfaatkan sebagai nutrisi
ternak. Manik (2011) menyatakan bahwa kelenjar vesikularis berada di
kedua belah sisi luar ampula. Hasil sekresi kelenjar vesikularis
mengandung asam sitrat, fruktosa dan heksosa dengan konsentrasi tinggi.
Hasil sekresi selanjutnya akan diekskresikan menuju koliculus seminalis. Commented [a7]: konsisten

Lasmaya (2016) menyatakan bahwa kelenjar vesicularis berfungsi


menghasilkan cairan tambahan yang bersifat asam untuk memperbesar
volume sperma dan banyak mengandung fruktosa sebagai sumber energi
spermatozoa. Berdasarkan hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Kelenjar prostata.
Berdasarkan kegiatan praktikum tidak ditemukan kelenjar prostata.
Lasmaya (2016) menyatakan bahwa badan prostata berukuran lebar 2,5
sampai 4 cm dan tebal 1,0 sampai 1,5 cm. Kelenjar prostata dapat
dipalpasi per rektal sebagai suatu penonjolan lonjong melintang pada
ujung cranial urethra pelvis. Bagian dorsal ukurannya mencapai tebal 1
sampai 1,5 cm, panjang 10 sampai 12 cm dan tertutup oleh otot urethra.
Kelenjar prostata dibagi menjadi dua bagian, yaitu corpus prostata
yang kelihatan dari luar bentuk bulat dan pars disseminate prostata yang
letaknya tersebar ke belakang sampai kelenjar cowperi. Kelenjar prostata
berfungsi untuk menghasilkan cairan encer yang mengandung ion
anorganik (Na, Cl, Ca, dan Mg) dengan pH 7,5 sampai 8,2. Manik (2011)
menyatakan bahwa kelenjar prostata merupakan kelenjar yang tidak
berpasangan dan mengelilingi pelvis urethra. Kelenjar prostata
menghasilkan sekreta yang bersifat alkalis dan berperan sebagai buffer
saat berada di saluran reproduksi betina yang bersifat asam. Lasmaya
(2016) menyatakan bahwa prostata merupakan kelenjar tunggal yang
umumnya terletak diantara pertemuan antara vesika urinaria dan
musculus urethralis. Letak kelenjar prostata bervariasi pada setiap
spesies. Kelenjar prostata pada spesies tersebut terletak pada bagian
ventral vesika urinaria dan sebagian juga melekat pada musculus
urethralis. Prostata menghasilkan cairan prostata dan disimpan di bagian
dalam untuk dikeluarkan selama ejakulasi.
Kelenjar cowperi
Berdasarkan kegiatan praktikum tidak ditemukan kelenjar cowperi.
Kelenjar cowperi berjumlah sepasang dan berfungsi untuk membersihkan
saluran reproduksi dari sisa-sisa urin sebelum ejakulasi. Faktor yang
mempengaruhi yaitu pakan, bangsa, iklim, dan cara pemeliharaan Manik
(2011) menyatakan bahwa kelenjar cowperi merupakan sepasang kelenjar
yang terletak pada sisi pelvis urethra di sebelah kranial dari arcus
ischiadicus. Kelenjar cowperi dilapisi oleh musculus bulbospongiosus
yang tebal dan kuat. Kelenjar cowperi berfungsi dalam membersihkan dan
menetralisir urethra dari bekas urin dan kotoran-kotoran lainnya sebelum
terjadi ejakulasi. Prayogo (2013) menyatakan bahwa faktor yang
mepengaruhi ukuran kelenjar cowperi adalah perbedaan umur, ukuran,
dan bangsa ternak. Berdasarkan hasil praktikum sudah sesuai dengan
literatur.

Gambar 5. Kelenjar tambahan


Penis
Hasil pengukuran panjang penis pada saat praktikum yaitu 25 cm
dan lebar 1,5 cm. Ulum et al. (2013) menyatakan bahwa anterior dari
gland penis memiliki panjang 8 cm atau lebih dan biasanya terletak di
dalam selubung atau preputium. Berdasarkan literatur tersebut, diketahui
bahwa ukuran penis berada di atas kisaran normal. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan ukuran penis adalah umur, berat badan, dan
bangsa ternak. Ulum et al. (2013) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi ukuran gland penis antara lain bangsa, umur, berat badan,
pakan, dan genetik.
Penis merupakan organ kelamin luar yang ada pada ternak jantan.
Penis memiliki fungsi sebagai alat kopulasi dan jalur keluarnya urin.
Lasmaya (2016) menyatakan bahwa penis merupakan organ kopulasi
Hasanah (2009) menyatakan bahwa penis memiliki fungsi sebagai alat
kopulasi yang akan menyalurkan spermatozoa ke saluran reproduksi
betina. Penis memiliki bagian berupa corpus carvenosum penis, corpus
karvenosum urethra dan preputialis. Berdasarkan hasil praktikum sudah
sesuai dengan literatur.
Flexura sigmoidea merupakan keadaan dari penis yang ketika relaks
membengkok membentuk huruf S. Lasmaya (2016) menyatakan bahwa
penis agian badan penis berada dalam ruang tubuh dan berbentuk seperti
huruf “S”, oleh karena itu disebut flexura sigmoidea. Organ ini
dipertahankan dalam bentuk “S” atau flexura sigmoidea ini oleh adanya
kerja dua buah otot retraktor yang juga berfungsi menjaga agar penis
tetap berada dalam praeputium pada waktu tidak ereksi. Proses ereksi,
flexura sigmoidea akan menjadi lurus seperti tongkat sehingga
memungkinkan untuk menembus vagina hewan betina. Berdasarkan
praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Processus urethralis merupakan perpanjangan dari urethra (glans
penis). Processus urethralis terdapat pada kambing atau domba yang
berfungsi untuk memposisikan semen agar sampai ke serviks. Ulum et al.
(2013) menyatakan bahwa processus urethralis merupakan bagian dari
penis, tepatnya terletak pada ujung gland penis. Processus urethralis
tersusun atas jaringan spongiosa yang banyak mengandung pembuluh
darah. Processus urethralis yang melipat akan menyebabkan batas antara
Processus urethralis dengan gland penis terlihat anekhoik. Berdasarkan
hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Penis memiliki dua tipe penis, yaitu fibroelastis dan cavernosa.
Fibroelastis memiliki sifat dapat memanjang dan memendek seperti pada
sapi, kerbau dan babi. Cavernosa memiliki sifat menegang dan membesar
seperti pada kuda dan anjing. Perbedaan antara fibroelastis dengan
cavernosa adalah cavernosa memiliki rongga yang besar untuk mengisi
darah dalam jumlah besar. Novelina et al. (2014) menyatakan bahwa
penis memiliki dua tipe yaitu fibroelastis dan cavernosum. Penis bertipe
cavernosa memiliki corpus cavenosum dengan celah besar. Celah pada
cavernosa akan terisi darah dalam jumlah besar saat terjadi ereksi
dibandingka dengan tipe fibroelastis. Nuralfianti (2017) menyatakan
bahwa tipe gland penis sangat bervariasi dari spesies ke spesies.
Berdasarkan bentuknya, tipe gland penis ada dua yaitu tipe vascular
(cavernosa) dan tipe fibroelastic. Glad penis tipe cavernosa (vascular)
antara lain sapi, kambing dan domba. Tipe gland penis fibroelastic
contohnya kuda dan babi. Tipe penis fibroelastic mempunyai jaringan otot,
tetapi tidak mempunyai flexura sigmoidea. Penis ketika keadaan biasa
tetap lemas, tetapi pada saat ereksi penis akan dapat menampung banyak
sekali darah sehingga ukurannya meningkat baik panjang maupun
diameternya. Berdasarkan hasil praktikum sudah sesuai dengan literatur.

Gland
penis

Gambar 6. Anatomi penis


Praeputium
Praeputium adalah lapisan pembungkus yang berfungsi untuk
melindungi kepala penis. Ulum et al. (2013) menyatakan bahwa
praeputium adalah kulit pembungkus yang melindungi penis. Praeputium
berfungsi untuk melindungi bagian luar luar penis dari pengaruh luar dan
kekeringan. Yudi et al. (2009) menyatakan bahwa praeputium merupakan
alat yang melindungi dari pengaruh luar terhadap kekeringan. Dinding
praeputium dilapisi oleh epitel kelenjar yang berbentuk tabung. Sekresi
bersifat cairan kental berlemak. Preputii akan bertautan dengan penis dari
glans penis pada daerah tertentu yang disebut sebagai fornix preputii.
Preputii akan bertautan dengan penis dari glans penis pada daerah
tertentu yang disebut sebagai fornix preputii. Berdasarkan hasil praktikum
sudah sesuai dengan literatur.
Fornix preputii merupakan batas yang terdapat di praeputium yang
membatasi gland penis dengan praeputium. Fornix preputii memiliki warna
yang berbeda dengan gland penis dan praeputium. Ulum et al. (2013)
menyatakan bahwa fornix preputii adalah daerah dimana preputii bertaut
dengan penis tepat caudal dari gland penis. Berdasarkan hasil praktikum
sudah sesuai dengan literatur.

Fornix
preputii
Praeputium

Gambar 7. Anatomi praeputium

Penyakit Organ Reproduksi Jantan


Orchitis merupakan penyakit yang menyebabkan peradangan pada
testis, disebabkan karena Brucella abortus atau Bovine herpes virus.
Penanganan orchitis dilakukan sesuai dengan mikroorganisme yang
diinfeksi untuk diobati dengan kloromisetin atau aureomisindan dan
pengistirahatan kelamin sementara pada ternak. Epididimitis merupakan
penyakit yang menyebabkan peradangan pada epididymis, disebabkan
karena bakteri E. Coli dan Pseudomonas aeroginosa. Penanganan rasa
sakit diobati dengan antiseptik dan pengistirahatan ternak. Ampuliltis
merupakan penyakit yang menyebabkan peradangan pada ampulla yang
disebabkan karena Brucella dan Pseudomonas. Penanganan penyakit
ampulitis diobati dengan antiseptik dan pengistirahatan ternak. Adifta
(2016) menyatakan bahwa epididimitis adalah respon peradangan
epididymis akibat infeksi atau trauma. Orcitis adalah peradangan testis,
yang jika bersama dengan epididymis menjadi epididimoorkitis dan
merupakan komplikasi dari epididymistis. Septiningtyas (2017)
menyatakan bahwa gejala klinis Brucellosis pada domba yang disebabkan
oleh B. melitensis hampir sama dengan gejala klinis Brucellosis pada sapi
yang disebabkan oleh B. abortus. Gejala klinis berupa keguguran
(abortus), tertahannya plasenta di dalam rahim (retensio secundinae),
radang kantong zakar (orchitis), radang saluran sperma (epididymitis) dan
terkadang menyebabkan radang persendian (arthritis). Berdasarkan hasil
praktikum sesuai dengan literatur.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa organ reproduksi jantan terdiri dari testis, epididymis,
ductus deferens, urethra, penis, praeputium dan kelenjar-kelenjar
tambahan yaitu kelenjar vesicularis, kelenjar prostata dan kelenjar
cowperi. Hasil pengukuran panjang dan lebar ductus deferens sesuai
dengan literatur sedangkan panjang dan lebar testis, epididymis, penis,
kelenjar vesicularis Ukuran organ reproduksi jantan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti umur, bobot badan, hormon, spesies ternak
(bangsa), manajemen pakan dan faktor genetik.
Daftar Pustaka
Adifta, M. B. 2016. Perbedaan efektivitas penyuluhan kesehatan
reproduksi antara metode ceramah dan focus group discussion.
Other thesis. Universitas Sebelas Maret.
Akmal, M., D. Masyitah, Hafizuddin, Fitriani. 2015. Epididymis dan
perannya pada pematangan spermatozoa. JESBIO. 4(2): 1-9.
Destri, W. 2013. Studi Hepatologi Respon Organ Testis Mencit (Mus
musculus) terhadap Potensi Adioprotektif Tanaman Rosela dalam
Radiasi Ionisasi Radiodiagnosis. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Hewan. Institut Pertanian Bogor.
Hasanah, I. W. 2009. Pengaruh Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica)
Terhadap Spermatogenesis Mencit (Mus musculus). Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Himam, S. 2008. Thermoregulasi (Pengatyran Suhu) pada Testis. Skripsi.
Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya.
Kuswati., Ravenska., N. Hapsari., A. P. A. Yekti dan T. S. Iawati.
Pengaruh kastrasi terjadap performan produksi sapi persilangan
wagyu berdasarkan umur yang berbeda. Jurnal IlmU-Ilmu
Peternakan. 26(3) : 53-58.
Lasmaya, N. D. 2016. Peningkatan Motivasi Hasil Belajar Biologi Siswa
Kelas XI IPA Melalui Penerapan Metode Course Review Horay
Disertai Majalah Biore (Biologi Reproduksi) di MA Ibnul Qoyyim
Putri. Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Sunan Kalijaga.
Manik, L. E. M. 2011. Anatomi Organ Reproduksi Muncak (Muntiacus
muntjak muntjak) Jantan Pada Tahap Ranggah Keras. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Pertanian Bogor. Bogor.
Mentari, F. K., Y. S. Ondho dan Sutiyono. 2014. Pengaruh umur terhadap
ukuran epididymis, abnormalitas spermatozoa dan volume seme
pada sapi simmental di balai inseminasi buatan Ungaran. Animal
Agriculture Journal. 3(4) : 523-528.
Novelina, S., S. M. Putra, C. Nisa, H. Setijanto. 2014. Tinjauan
makroskopik organ reproduksi jantan musang luak (Paradoxurus
hermaphroditus). Acta Veterinaria Indonesiana. 2(1):26-30.
Nuralfianti. 2017. Pengaruh Pemberian Moringa oleifera Multinutrient
Block Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Bali. Skripsi. Fakultas
Sains dan Teknologi. Universitas Negri Islam Alauddin Makasar.
Prayogo, K. U. E., T. R. Tagama, dan Maidaswar. 2013. Hubungan ukuran
lingkar scrotum dengan volume semen, konsentrasi dan motilitas
spermatozoa pejantan sapi Limousin dan Simmental. Jurnal Ilmiah
Peternakan. 1(3) : 1050-1056.
Sakir, N. 2017. Pengaruh Pemberian Moringa oliefera Multinutrisi Block
Terhadap Kualitas Semen Segar Sapi Persilangan. Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Septiningtyas, W. 2017. Domba seropositif brucellosis yang dipotong di
tempat pemotongan hewan ruminansia kecil rakyat di kabupaten
bogor. Tesis. IPB. Bogor.
Susetyarini, Rr. Eko. 2009. Efek senyawa aktif aaun beluntas terhadap
kadar testoteron tikus putih (Ratus norwegicus) jantan. Jurnal
Gamma. 5(1): 21-27.
Tamrin, A. M. N. 2014. Pengaruh Penambahan Ekstrak Kopi Pada
Medium Pengencer Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Simental.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin Makassar.
Ulum, M. F., D. Paramitha., Z. Muttaqin., N. F. Utami., N. D Utami.,
Gunanti dan D. Noviana. 2013. Pencitraan ultrasonografi organ
reproduksi domba jantan ekor tipis di Indonesia. ACTA Veterinaria
Indonesiana. 19(2):51-56.
Wahyuni, S., S. Agungpriyono, M. Agil., dan T. L. Yusuf. 2012. Histologi
dan histomorfometri testis dan epididymis muncak (Muntiacus
muntjak) pada periode ranggah keras. Jurnal Veteriner. 13(3): 211-
219.
Yudi., T. L. Yusuf, B. Purwantara, D. Sajuthi, S. Mulyono, J. Manansang.
2009. Biometri organ reproduksi bagian luar dan karakteristik
ejakulat anoa (Bubalus sp.) yang dikoleksi menggunakan
elektroejakulator setelah diinjeksi hCG. Media Peternaka. 32(1): 1-
11.

Anda mungkin juga menyukai