Mikotoksin
Mikotoksin
MIKOTOKSIN
OLEH:
ASTI ARINI
DINAR PERIYANTI
FRININDA
HASTRIALING DWI YUNIAR
MUH. AMIRUDIN IDRIS
NUR SELMIATIN
SRI RAHAYU PUSPITA
1
KATA PENGANTAR
penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….4.
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………....5
1.3 Tujuan……………………………………………………………..5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mikotoksin……………………………………………..6.
2.2 Sejarah Mikotoksin………………………………………………...7
2.3 Jenis Mikotoksin…………………………………………………...8
2.4 Pemeriksaan mikotoksin……………….. …………………… .....16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………….…19
3.2 Saran……………………………………………………………...19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..20.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud mikotoksin?
2. Bagaimana sejarah mikotoksin?
3. Apa saja jenis mikotoksin?
4. Apa efek toksin pada hewan dan manusia?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah dapat diketahui jenis cendawan dan
mikotoksin yang berbahaya bagi manusia ,hewan dan tumbuhan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
menurunkan kadar glikogen pada darah sehinngga menyebabkan bertambahnya
kadar gluokosa serum (Anonim, 2012)
Pada kasus keracunan akut, fungsi mitokondria terganggu. Terganggunya
metabolisme lemak khususnya dalam sistem pengangkutan dan eksresi lemak
menyebabkan fatty liver syndrome (Anonim, 2012)
7
Diketahui pula bahwa 1 spesies fungi dapat menghasilkan lebih dari 1 jenis
mikotoksin. Jarang hanya ada 1 mikotoksin per jenis tanaman atau biji-bijian,
biasanya ada 2 atau lebih jenis mikotoksin (Anonim, 2013).
2.3 Jenis-jenis Mikotoksin
8
a. Aflatoksin
Gambar 1 : Aflatoksin B1
Toksin ini memiliki paling tidak 13 varian, yang terpenting adalah B1, B2,
G1, G2, M1, dan M2. Aflatoksin B1 dihasilkan oleh kedua spesies, sementara G1
dan G2 hanya dihasilkan oleh A. parasiticus. Aflatoksin M1, dan M2 ditemukan
pada susu sapi dan merupakan epoksida yang menjadi senyawa antara.
9
Pada keracunan akut oleh aflatoksin, di hati terjadi kegagalan metabolisme
karbohidrat dan lemak dan sintesa protein, sehingga terjadi penurunan fungsi hati
karena adanya perombakan pembekuan darah, icterus dan penurunan sintesis
protein serum. Sementara itu, pada keracunan kronik akan menyebabkan
imunosupresif yang diakibatkan penurunan akitivitas vitamin K dan penurunan
aktivitas fagositas (phagocytic) pada makrofak. Setiap spesies hewan mempunyai
kepekaan yang berbeda terhadap keracunan akut aflatoksin, dengan nilai LD50
yang bervariasi antara 0,3 hingga 17,9 mg/kg berat badan (Tabel 2) dan organ hati
merupakan target utama yang terserang. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa hewan
yang paling peka terhadap aflatoksin adalah kelinci dan itik .
b. Citrinin
Gambar 2 : Citrinin
Citrinin pertama kali diisolasi dari Penicillium citrinum Thom pada tahun
1931.Mikotoksin ini ditemukan sebagai kontaminan alami pada jagung, beras,
gandum, barley, dan gandum hitam (rye). Citrinin juga diketahui dapat dihasilkan
oleh berbagai spesies Monascus dan hal ini menjadi perhatian terutama oleh
masyarakat Asia yang menggunakan Monascus sebagai sumber zat pangan
tambahan. Monascus banyak dimanfaatkan untuk diekstraksi pigmennya
(terutama yang berwarna merah) dan dalam proses pertumbuhannya,
pembentukan toksin citrinin oleh Monascus perlu dicegah.
10
c. Ergot Alkaloid
11
d. Fumonisin
Gambar 4 : Fuminosin
12
makan mulai hari ke-4, dan pada hasil pemeriksaan histolopatologi terlihat adanya
kerusakan hati dan ginjal yang parah dan ketidakseimbangan fungsi hati, kenaikan
konsentrasi sphinganin dan sphingosindi hati, ginjal, jantung maupun paru-paru .
e. Ochratoxin
Gambar 5 : Ochratoxin
Berbagai dosis akut (LD50 ) dari OA pada berbagai rute dan hewan dapat
dilihat pada Tabel 3 yang memperlihatkan bahwa anjing dan babi merupakan
hewan yang paling peka terhadap OA.
13
f. Patulin
g. Trichothecene
14
Gambar 8 Trichothecene
h. Zearalenone
15
Zearalenone adalah senyawa estrogenik yang dihasilkan oleh cendawan
dari genus Fusarium seperti F. graminearum dan F. culmorum dan banyak
mengkontaminasi nasi jagung, namun juga dapat ditemukan pada serelia dan
produk tumbuhan.Senyawa toksin ini stabil pada proses penggilingan,
penyimpanan, dan pemasakan makanan karena tahan terhadap degradasi akibat
suhu tinggi. Salah satu mekanisme toksin ini dalam menyebabkan penyakit pada
manusia adalah berkompetisi untuk mengikat reseptor estrogen.
2. blender
3. timbangan
16
4. freeze dryer
1. standar
2. etil asetat
3. sodium karbonat
4. sodium anhidrous
5. asam asetat
6. benzene
7. alkohol
8. aquadest
c. Prosedur
17
ml/menit, dan detektor UV.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
Rawat, A. et. al. 2014. Detection Of Toxigenic Fungi And Mycotoxins In Some
Stored Medicinal Plant Samples. Department of Botany , School of Life
Sciences, Dr. B.R.Ambedkar University: Agra.
20