Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

“DEMAM BERDARAH DAN CHIKUNGUNYA”

OLEH :

KELOMPOK 1

NAMA : 1.ANGELUS F.W. KUKUN (1807010317)

2. CELINE M. WADOE (1807010195)

3. ERLIN Y.E.N. KLAKIK (1807010170)

4. KONSTANTINUS F. TAPO (1807010167)

5. MARIA M.R NELE (1807010057)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada kami semua sehingga akhirnya tugas makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk kedepannya memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 23 september 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................................

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................

C. Tujuan......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A Pengertian Demam Berdarah.......................................................................


B sejarah Demam Berdarah ...........................................................................
C penyebab demam berdarah ..........................................................................
D penularan Demam Berdarah ........................................................................
E gejala Demam Berdarah ..............................................................................
F faktor resiko Demam Berdarah ...................................................................
G pencegahan Demam Berdarah .....................................................................
H contoh kasus Demam Berdarah ...................................................................
I pengertian Chikungunya..............................................................................
J sejarah Chikungunya ..................................................................................
K penyebab Chikungunya ...............................................................................
L penularan Chikungunya ...............................................................................
M gejala Chikungunya .....................................................................................
N faktor resiko Chikungunya ..........................................................................
O pencegahan Chikungunya............................................................................
P pengobatan dari Chikungunya .....................................................................
Q contoh kasus Chikungunya ..........................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................

B. Saran ........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di musim penghujan, penyebaran penyakit yang disebabkan infeksi bakteri atau virus perlu
diwaspadai. Misalnya saja penyakit demam berdarah dan chikungunya. Kedua penyakit ini
dibawa oleh nyamuk siang, yakni Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Baik chikungunya atau
DBD sama-sama diawali dengan demam. Meskipun berasal dari nyamuk yang sama,
chikungunya dan DBD memiliki gejala serta penanganan yang berbeda.

Chikungunya berasal dari virus chikungunya, sedangkan DBD berasal dari virus dengue.
Namun virus dengue terdiri dari empat jenis yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.

Serangan chikungunya diawali dengan gejala pusing, meriang, demam, bintik-bintik merah
pada kulit, dan mual. Selanjutnya, penderita merasa nyeri pada persendian sehingga merasa tidak
dapat bergerak. Sebagian warga menganggap mereka mengalami lumpuh sememntara dan hanya
bisa berbaring di tempat tidur.

Biasanya rasa nyeri menyerang sendi lutut, pergelangan, jari kaki, tangan, dan tulang belakang.
Penyakit ini jarang menyebabkan kematian. Karena disebabkan oleh virus, biasanya setelah 7
hari penderitanya sembuh, tetapi bergantung juga pada daya tahan tubuh pasien. Tidak ada
vaksin atau obet khusus untuk chikungunya. Penderita cukup minum obat penurun panas dan
penghilang rasa sakit yang bisa dibeli di toko obat.

Berbeda dengan chikungunya, penderita DBD akan mengalami siklus yang terbagi dalam tiga
fase. Tiga fase tersebut ialah fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan.

Fase demam dimulai sejak hari pertama hingga ketiga. Gejalanya ditandai dengan demam
tinggi hingga 40-41 derajat Celcius, sakit kepala nyeri pada otot, tulang, dan sendi, serta nyeri di
belakang mata. Penderita juga akan mengalami mual dan muntah, ruam pada kulit, hingga
pendarahan kecil di gusi atau hidung.

Pada fase kritis, penderita akan mengalami penurunan suhu badan, tetapi disinilah titik kritis
DBD. Dalam beberapa kasus, gejala memburuk dan dapat mengancam jiwa karena adanya syok
dan perdarahan.
Terakhir, selama fase pemulihan, akan ada perbaikan klinis secara keseluruhan. Kondisi
penderita akan mulai membaik, seperti suhu tubuh normal dan tubuh bisa kembali aktif.

Kedua penyakit ini membutuhkan penanganan yang tepat serta asupan cairan yang cukup.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa yang dimaksud dengan Demam Berdarah?

b. Bagaimana sejarah perkembanagan penyakit Demam Berdarah?

c. Apa penyebab demam berdarah?

d. Bagaimana penularan dari Demam Berdarah?

e. Apa saja gejala dari penyakit Demam Berdarah?

f. Apa saja yang merupakan faktor resiko dari Demam Berdarah?

g. Bagaimana cara pencegahan dari Demam Berdarah?

h. Apa contoh kasus Demam Berdarah?

i. Apa yang dimaksud dengan Chikungunya?

j. Bagaimana sejarah perkembanagan penyakit Chikungunya ?

k. Apa penyebab Chikungunya?

l. Bagaimana penularan dari Chikungunya?

m. Apa saja gejala dari penyakit Chikungunya?

n. Apa saja yang merupakan faktor resiko dari Chikungunya?

o. Bagaimana cara pencegahan dari Chikungunya?

p. Bagaimana cara pengobatan dari Chikungunya?

q. Apa contoh kasus Chikungunya?

C. TUJUAN

Untuk mengetahui dan menanbah wawasan mengenai penyakit DBD dan Chikungunya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI DBD
Penyakit dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh Arbovirus
(Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes. Sampai sekarang telah di
kenal 4 jenis virus dengue yang dapat menimbulkan penyakit, baik demam dengue maupun
demam berdarah.

Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti:


1. Warna hitam dengan belang-belang putih di seluruh badannya.
2. Berbadan kecil.
3. Biasanya menggigit pada siang hari (pukul 09.00-10.00) dan sore hari (pukul 16.00-17.00).
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung, kelambu dan ditempat yang gelap dan
lembab.
5. Jentik nyamuk berperan aktif di dalam bak air.
6. Posisi jentik nyamuk tegak lurus dengan permukaan air.
7. Gerakan jentik nyamuk naik turun ke atas permukaan air untuk bernafas.Kemampuan terbang
kira-kira 100 meter.
8. Hidup dan berkembang biak di dalam rumah (bak mandi, kaleng bekas, kolam ikan, ban
bekas, pot tanaman air dan lain sebagainya).

Virus dengue menurut Danny (1999) memiliki 3 jenis antigen yang menunjukkan reaksi
spesifik terhadap antibodi yang sesuai yaitu:
1. Antigen yang dijumpai pada semua virus dalam genus Flavivirus dan terdapat di dalam
kapsid.
2. Antigen yang khas untuk virus dengue saja dan terdapat pada semua tipe 1-4 di dalam
selubung.
3. Antigen yang spesifik untuk virus tipe tertentu saja terdapat di dalam selubung.
Penyakit DBD lebih sering menyerang anak-anak yang menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah sehingga mengakibatkan perdarahan.
DBD tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai
penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk.
Virus dengue berukuran 35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam
tubuh manusia dan nyamuk. Nyamuk dapat mengambil virus dengue dari manusia yang
mempunyai virus (viremia) tersebut. Masa viremia adalah masa dimana virus berada di dalam
aliran darah sehingga dapat ditularkan kepada orang lain melalui gigitan nyamuk. Virus masuk
ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya, virus memperbanyak diri dalam tubuh nyamuk dan
menyebar ke seluruh jaringan tubuh, termasuk kelenjar air liurnya. Jika nyamuk yang tercemar
virus ini menggigit orang sehat maka akan mengeluarkan air liurnya dan virus tersebut
ditularkan.
Hanya nyamuk Aedes Aegypti betina yang menggigit dan menularkan virus dengue.

B. SEJARAH DBD
Pada tahun 1906, para ilmuwan membuktikan bahwa manusia terkena infeksi dari nyamuk
Aedes. Pada tahun 1907, para ilmuwan menunjukkan bahwa viruslah yang menyebabkan dengue.
Ini adalah penyakit kedua yang ditunjukkan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus.
Penyakit pertama yang ditemukan adalah sakit kuning. Setelah itu, John Burton Cleland dan
Joseph Franklin meneliti virus dengue dan mengetahui cara dasar bagaimana virus ini menyebar.
Dengue mulai menyebar dengan jauh lebih cepat selama dan setelah Perang Dunia II. Ini
diperkirakan karena perang tersebut mengubah lingkungan dengan cara berbeda. Bentuk
penyakit yang parah pertama kali dilaporkan di Filipina pada tahun 1953. Pada tahun 1907an,
DBD telah menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak. Penyakit tersebut juga mulai
terjadi di wilayah Pasifik dan Amerika.

Joseph Franklin Siler John Burton Cleland


C. PENYEBAB DBD
Penyebab penyakit DBD pada seseorang adalah virus dengue termasuk dalam family
Flaviviridae dan genus Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4. Keempat serotipe ini ada di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotipe virus DEN-3
sering menimbulkan wabah (Syahruman, 1988). Virus DEN termasuk dala kelompok virus yang
relatif labil terhadap suhu dan faktor kimiawi lain serta masa viremia yang pendek. Virus DEN
virionnya tersusun oleh genom RNA dikelilingi oleh nukleokapsid, ditutupi oleh suatu selubung
dari lipid yang mengandung 2 protein yaitu selubung protein E dan protein membran M.
DBD banyak ditemukan di daerah tropis yang curah hujannya cukup tinggi. Sebab nyamuk
akan mudah bekembang biak di daerah yang tergenang air. Umumnya sering terjadi di daerah
Asia Tenggara, khususnya Indonesia yang saat ini menjadi masalah utama di negeri kita.

D. PENULARAN VIRUS BDB


Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu
manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lainnya dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam
waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia
pada saat gigitan berikutnya.
Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap
masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan menyebar ke
seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva. Kira-kira satu minggu setelah
menghisap darah penderita (extrinsic incubation period), nyamuk tersebut siap untuk
menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang
hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi
penular (infektif) sepanjang hidupnya.
Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan
transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk
dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, maka nyamuk tersebut akan dapat menularkan
virus selama hidupnya (infektif).
Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan sumber
penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari, mulai 1-2 hari sebelum demam
(intrinsic incubation period). Di dalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas
selama 4-6 hari sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya
dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari
sebelum masa panas sampai 5 hari setelah timbul demam.

Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus
dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. Oleh karena
itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne diseases. Virus dengue berukuran
35-45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.
Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu manusia, virus,
dan vektor perantara. Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia
yang sedang mengalami viremia, kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang infektif.
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum menghisap
darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis), agar darah yang
dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue ditularkan dari nyamuk ke orang
lain. Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat menularkan virus dengue.

Nyamuk betina sangat menyukai darah manusia (anthropophilic) dari pada darah binatang.
Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-10.00 dan sore hari jam 16.00-
18.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berkali-kali dari satu individu ke
individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena manusia pada siang hari dalam keadaan
aktif sering bergerak, sehingga nyamuk tidak dapat menghisap darah dengan tenang sampai
kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang berpotensi mengakibatkan mudahnya terjadi
penularan penyakit DBD.
E. GEJALA DBD
Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh dengan
faktor yang mempengaruhi virulensi virus. Dengan demikian infeksi virus dengue dapat
menyebabkan keadaan yang bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam
ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile illness). Demam Dengue (DD) atau bentuk
yang lebih berat yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Syok Syndrome (DSS).
Masa tunas atau masa inkubasi selama 3-15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,
selanjutnya penderita menampakkan berbagai tanda dan gejala dari penyakit tersebut:

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38ºC-40 ºC).


2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagia dalam (konjungtiva), mimisan (epitaksis),
buang air besar dengan kotoran (peaces) berupa lendir bercampur darah (melena) dan lain-
lain.
4. Terjadi pembesaran hati (hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu
makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
7. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan pada gusi.
8. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal atau sakit pada persendian.
9. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

Masa inkubasi 4-6 hari (rentang 3-14 hari). Setelahnya akan timbul gejala prodromal yang
tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah.
F. FAKTOR RESIKO DBD
Demam berdarah dengue merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Asia
tropik termasuk Indonesia. Di Indonesia, penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan
karena masih banyak daerah endemik. Daerah endemik pada umumnya merupakan sumber
penyebaran penyakit ke wilayah lain.
Kelompok paling berisiko terkena DBD adalah kelompok usia balita sampai usia 15 tahun,
baik laki-laki maupun perempuan.
Alasan mengapa kelompok balita dan anak-anak lebih mudah berisiko terkena DBD karena
respon imun anak terhadap infeksi virus dengue belum sempurna.
Distribusi atau kelompok berisiko terkena DBD :
a Distribusi Berdasarkan Orang
1) Umur
Penderita DBD yang tercatat selama ini, tertinggi pada kelompok umur > 15 tahun
(95%), sekarang mengalami pergeseran dengan adanya peningkatan proporsi penderita
DBD pada kelompok 15-44 tahun, sedangkan proporsi penderita kelompok umur > 45
tahun sangat rendah.
2) Jenis kelamin
Bila dilihat distribusi kasus berdasarkan kelamin, pada tahun 2008, persentase laki-
laki dan perempuan hampir sama. Hal ini menggambarkan bahwa resik terjadinya DBD
tidak tergantung pada jenis kelamin.
3) Status gizi
Status gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan manusia karena zat gizi
mempengaruhi kinerja berbagai sistem dalam tubuh. Status gizi yang rendah akan lebih
memudahkan seseorang terkena penyakit DBD.
b Distribusi Berdasarkan Tempat
Penyakit DBD dapat meyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan
ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan suhu
yang rendah perkembangbiakan Aedes Aegypti tidak sempurna. Dalam kurum waktu 30
tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta pada tahun 1968, angka
kejadian sakit infeksi cirus dengue meningkat dari 0.5 per 100.000 penduduk menjadi 35.19
per 100.000 penduduk pada tahun 1998. Sampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh
provinsi di Indonesia.
Meningkatnya kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena
semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru dan terdapatnya
vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanak air.
c Distribusi Berdasarkan Waktu
Berdasarkan pengamatan terhadap Indeks Curah Hujan (ICH) yang dihubungkan
dengan kenaikan jumlah kasus DBD, maka daerah yang ICH yang tinggi perlu waspada
sepanjang tahun, sedangkan daerah yang terdapat musim kemarau maka kewaspadaannya
terhadap DBD dimulai saat masuk musim hujan, namun jika faktor-faktor lain telah
dihilangkan atau tidak ada.

G. PENCEGAHAN DBD
Hingga kini, belum ada vaksin atau obat anti virus bagi penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD). Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan
mengontrol keberadaan vektor nyamuk pembawa virus dengue. Pencegahan yang efektif dan
efisien untuk terhadap nyamuk Aedes adalah dengan cara 3M, yaitu menguras, menyikat dan
menutup tempat-tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling
tidak seminggu sekali, karena nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi
dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari. Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari
benda-benda yang dapat menampung air bersih, terutama pada musim hujan. Pintu dan jendela
rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar
matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan masuknya cahaya. Dengan
demikian, tercipta lingkungan yang tidak kondusif bagi nyamuk tersebut.
Berbagai usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian DBD di antaranya yaitu
dengan menggunakan obat anti nyamuk. Jenis dari obat anti nyamuk yang banyak beredar
dimasyarakat yaitu obat nyamuk bakar (Fumigan), obat nyamuk semprot (Aerosol), obat nyamuk
listrik (Electrik) dan zat penolak nyamuk (Repellent).
Bagi masyarakat yang bermukim di daerah endemis dapat melakukan upaya perlindungan
diri dengan menggunakan repellents nyamuk, seperti lotion anti nyamuk, menanam
tumbuhan/bunga lavender dan memakai kelambu untuk menghindari kontak dengan nyamuk.
Fogging atau pengasapan dengan menggunakan insektisida yang bertujuan untuk membunuh
nyamuk Aedes yang mungkin berkeliaran di sekitar rumah. Fogging dapat dilakukan pada radius
100-400 meter dari rumah penderita. Sebelum dilakukan fogging terlebih dahulu, harus
dipersiapkan secara matang dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat sasaran. Hal ini
dimaksudkan agar seluruh peralatan yang ada di dalam rumah dapat diamankan.
Selain itu, seluruh penampungan air yang ada di dalam rumah harus disikat, dikuras,
dibersihkan, dan ditutup rapat agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes.
Demikian pula semua penampungan air yang ada di luar rumah harus dibersihkan serta
memperlancar saluran-saluran air. Oleh karena itu, upaya fogging tidak sekadar menyemprot,
tetapi harus disesuaikan dengan sasaran yang akan dicapai dan keamanan insektisida yang
digunakan, serta tidak menjadi beban berat bagi masyarakat. Upaya pengendalian nyamuk Aedes
seharusnya menjadi tanggung jawab secara bersama. Masyarakat dapat melakukan pencegahan
dengan mudah melalui pola hidup bersih dan sehat. Fogging hanya berdampak sementara,
kecuali diikuti dengan upaya 3M dan pola hidup bersih dan sehat.
Pengendalian nyamuk Aedes dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan,
biologi dan kimiawi.

Ketiga aspek ini dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut.

1. Lingkungan
Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain
dengan menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu;
mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali; menutup dengan
rapat tempat penampungan air; mengubur kaleng-kaleng bekas; aki bekas dan ban bekas di
sekitar rumah; dan perbaikan desain rumah.
2. Biologis
Secara khusus, rumah yang memiliki kolam dan terdapat genangan air yang tetap,
disarankan memelihara ikan kepala timah (panchx). Hal ini dimaksudkan agar ikan tersebut
dapat memakan jentik nyamuk Aedes yang terdapat dalam genangan air. Secara umum
pencegahan dapat pula dilakukan dengan menanam tumbuhan bunga lavender (lavendula
agustifolia). Hal ini dimaksudkan untuk mengusir nyamuk, nyamuk tidak menyukai aroma
bunga tersebut, karena mengandung zat linalool.

3. Kimiawi
Pengasapan (fogging) dapat membunuh vektor DBD sedangkan pemberian bubuk abate
pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik nyamuk. Selain itu, dapat juga
digunakan larvaside. senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau minyak
lemon eucalyptus.
Terdapat pula cara mencegah penyakit DBD dengan metode pengontrolan atau
pengendalian vektor, dengan cara sebagai berikut.
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang digalakkan pemerintah. Hal lainnya adalah
dengan pengelolaan sampah padat dengan baik, dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk misalnya ikan adu/ikan cupang pada tempat air
kolam.
3. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat hidup dan berkembang biaknya
jentik nyamuk misalnya pada penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan
sebagainya.
4. Melakukan pengasapan / fogging. Dan biasanya dilaksanakan dengan petugas kesehatan dari
dinas kesehatan atau puskesmas terdekat.
5. Melakukan 3 M yaitu menguras, mengubur, menutup.

H. CONTOH KASUS DBD


Ditemukannya kasus DBD di berbagai daerah dikhawatirkan akan menyebar ke seluruh
wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, diharapkan agar masyarakat lebih proaktif dalam
melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit DBD.
Di beberapa daerah terjadi peningkatan kasus DBD seperti di Kabupaten Kuala Kapuas
Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi NTT, Sulawesi Utara dan
daerah lainnya di Indonesia.
Kasus DBD di Provinsi NTT dalam periode 4 tahun terakhir mengalami fluktuasi sejak
tahun 2014-2017, pada tahun 2014 sebesar 487 kasus, pada tahun 2015 meningkat menjadi 665
kasus, pada tahun 2016 meningkat lagi menjadi 1.213 kasus dan pada tahun 2017 mengalami
penurunan jumlah kasus DBD sebanyak 542 kasus. Rincian kasus DBD pada tahun 2017 dapat
dilihat pada gambar di bawah.

TREND PENDERITA DBD DI PROVINSI NTT TAHUN 2014-2017


Pada gambar diatas menunjukkan bahwa penderita kasus DBD selama 5 tahun terjadi
fluktuaasi. Yang paling banyak terjadi pada tahun 2013, sedangkan yang paling rendah terjadi
pada tahun 2014 dan tahun 2017.
Pada tahun 2015, jumlah pasien BDB di Kabupaten Sumba Timur sebanyak 32 kasus
dengan angka kesakitan (IR) sebesar 13,24/100.000 penduduk.
Penyakit DBD saat ini telah menyebar luas ke seluruh wilayah Kabupaten Sumba Timur
sejak tahun 2012-2015 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2012 kasus DBD mulai muncul
sebanyak 111 kasus atau 37,97/100.000 penduduk. Kemudian tahun 2013 kasus DBD menurun
menjadi 19 kasus dengan angka kesakitannya sebesar 8,10/100.000 penduduk menyebar di
wilayah perkotaan yaitu di Puskesmas Waingapu 10 kasus, Puskesmas Kambaniru 5 kasus,
Puskesmas Kawangu 2 kasus dan Puskesmas Kanatang 2 kasus. Tahun 2014 menurun drastis
menjadi 2 kasus yaitu 1 kasus di Puskesmas Waingapu dan 1 kasus di Puskesmas Kanatang.
Sedangkan tahun 2015 mengalami peningkatan sebanyak 32 kasus, mulai menyebar tidak hanya
di wilayah perkotaan tetapi sudah mencapai wilayah pedesaan yaitu Puskesmas Waingapu 10
kasus, Puskesmas Kambaniru 15 kasus, Puskesmas Kawangu 2 kasus, Puskesmas Melolo 1
kasus, Puskesmas Malahar 2 kasus, Puskesmas Lewa 1 kasus dan Puskesmas Kanatang 1 kasus,
dengan angka kematian sebanyak satu orang atau CFR (Case Fatality Rate) sebesar 0,90%. Dari
jumlah kasus yang ada terdapat satu orang yang meninggal pada tahun 2012 atau CFR sebayak
0%. Cakupan kasus DBD per Puskesmas tahun 2015 dapat dilihat pada lampiran tabel Profil
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur di bawah ini:
JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN

PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA SUMBA TIMUR

TAHUN 2015

Demam Berdarah Dengue (DBD)


No Kecamatan Puskesmas Jumlah Meningg CFR (%)
Kasus al
L P L+P L P L+P L P L+P

1 Kota Waingapu 8 2 10 0 0 0 0,0 0,0 0,0

Waingapu
2 Kambera Kambaniru 5 10 15 0 0 0 0,0 0,0 0,0

3 Pandawai Kawangu 2 0 2 0 0 0 0,0 #DIV/0! 0,0

4 Kembata Mb Kambata Mb 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

5 Kahaungu Eti Kalaka 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

6 Melolo Melolo 0 1 1 0 0 0 #DIV/0! 0,0 0,0

7 Rindi Tanaraing 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

8 Pahunga Lodu Mangili 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

9 Wula Waijelu Baing 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

10 Matawai Lapau Tanarara 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!


11 Paberiwai Kananggar 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
12 Mahu Mahu 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
13 Karera Nggongi 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
14 Ngadu Ngala Ngadu Ngala 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
15 Pinu Pahar Lailunggi 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
16 Tabundung Malahar 1 1 2 0 0 0 0,0 0,0 0,0
17 Katala Kombapari 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Hamulimu
18 Lewa Tidahu Lewa Tidahu 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
19 Lewa Lewa 0 1 1 0 0 0 #DIV/0! 0,0 0,0

20 Nggoa Nggoa 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!


21 Kanatang Kanatang 1 0 1 0 0 0 0,0 #DIV/0! 0,0

22 Haharu Rambangaru 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Jumlah (KAB KOTA) 17 15 32 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

/
IR per 7,0 6,2 13,2

100.000
Sedangkan IR (Insiden Rate) kasus DBD Kabupaten Sumba Timur dapat dilihat pada
gambar di bawah:

Grafik Insiden Rate Kasus DBD

Kabupaten Sumba Timur Tahun 2012-2015


I. DEFINISI CHIKUNGUNYA

Chikungunya adalah infeksi virus yang ditandai dengan serangan demam dan nyeri sendi secara
mendadak. Virus ini menyerang dan menulari manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
atau Aedes albopictus, dua jenis nyamuk yang juga dikenal sebagai penyebab demam berdarah.

Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti
“posisi tubuh meliuk atau melengkung” (that which contorts or bends up), mengacu pada postur
penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Gejala penyakit ini termasuk
demam mendadak yang mencapai 39 derajar C, nyeri pada persendian terutama sendi lutut,
pergelangan, jari tangan dan kaki serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-
bintik kemerahan) pada kulit.

J. SEJARAH CHIKUNGUNYA

Pada tahun 1928 di Cuba pertama kali digunakan istilah “dengue”, ini dapat diartikan bahwa
infeksi chikungunya sangat mirip dengan Dengue. Istilah “Chikungunya” berasal dari bahasa
suku Swahili yang berarti “orang yang jalannya membungkuk dan menekuk lututnya”, suku ini
bermukim di dataran tinggi Makonde Provinsi Newala, Tanzania (yang sebelumnya bernama
Tanganyika). Istilah Chikungunya juga digunakan untuk menamai virus yang pertama kali
diisolasi dari serum darah penderita penyakit tersebut pada tahun 1953 saat terjadi KLB di
negara tersebut. Pada demam Chikungunya adanya gejala khas dan dominan yaitu nyeri sendi.

Dari tahun 1952 sampai kini virus telah tersebar luas di daerah Afrika dan menyebar ke
Amerika dan Asia. Virus Chikungunya menjadi endemis di wilayah Asia Tenggara sejak tahun
1954. Pada akhir tahun 1950 dan 1960 virus berkembang di Thailand, Kamboja, Vietnam,
Manila dan Burma. Tahun 1965 terjadi KLB di Srilanka.
Di Indonesia, KLB penyakit Chikungunya pertama kali dilaporkan dan tercatat pada tahun 1973
terjadi di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan di DKI Jakarta, tahun 1982 di Kuala
Tungkal Provinsi Jambi dan tahun 1983 di Daerah Istimewa Yogyakarta. KLB Chikungunya
mulai banyak dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di Muara Enim (1999), Aceh (2000), Jawa Barat
(Bogor, Bekasi, Depok) pada tahun 2001, yang menyerang secara bersamaan pada penduduk di
satu kesatuan wilayah (RW/Desa).

Pada tahun 2002 banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya seperti Oalembang,
Semarang, Indramayu, Manado, DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur dan lain-lain. Pada tahun
2003 KLB Chikungunya terjadi di beberapa wilayah di pulau Jawa, NTB, Kalimantan Tengah.
Tahun 2006 dan 2007 terjadi KLB terjadi KLB di Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Selatan.

Dari tahun 2000-2007 di Indonesia terjadi KLB Chikungunya pada hampir semua provinsi
dengan 18.169 kasus tanpa kematian.

K. PENYEBAB CHIKUNGUNYA

Chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV). Chikv termasuk keluarga


Togaviridae, Genus alphavirus, dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes
albopictus. Nyamuk tersebut mendapatkan virus chikungunya saat menggigit seseorang yang
telah terinfeksi sebelumnya. Penularan virus terjadi bila orang lain digigit oleh nyamuk pembawa
virus tadi. Perlu diketahui bahwa virus chikungunya tidak menyebar secara langsung dari orang
ke orang.virus chikungunya dapat menyerang siapa saja. Namun, risiko terserang penyakit ini
lebih tinggi pada bayi yang baru lahir, lansia 65 tahun ke atas, dan individu sengan kondisi medis
lain, seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.

L. PENULARAN VIRUS CHIKUNGUNYA

Penularan demam chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk
penular, kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Virus menyerang semua usia,
baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Selain manusia, primata lainnya diduga
dapat menjadi sumber penularan. Selain itu, pada uji hemaglutinasi inhibisi, mamalia, tikus,
kelelawar, dan burung juga bisa mengandung antibodi terhadap virus chikungunya.

Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakit itu kepada orang
lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk pembawa. Masa inkubasi
dari demam chikungunya berlaku di antara satu hingga tujuh hari, biasanya berlaku dalam waktu
dua hingga empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai sepuluh hari.
M. GEJALA CHIKUNGUNYA

Gejala penyakit ini sangat mirip degan demam berdarah. Hanya saja kalau chikungunya akan
membuat semua persendian terasa ngilu.

a) Demam

Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan.
Demam penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mencapai 39-40 derajar C. Secara
mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima hari, sehingga dikenal
pula istilah demam lima hari.

b) Sakit persendian

Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat
bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita “merasa lumpuh” sebelum berobat.
Sehingga ada beberapa orang yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang.
Sendi yang sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang
belakang.

c) Nyeri otot

Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang terjadi
pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.

d) Bercak kemerahan (ruam) pada kulit

Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-
5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan dan kaki, terutama badan dan
lengan. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi.

e) Sakit kepala

Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival injection dan sedikit
fotophobia.

f) Kejang dan penurunan kesadaran

Kejang biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung
oleh penyakitnya.
g) Gejala lain

Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian
leher dan kolaps pembuluh darah kapiler. Selain itu, kadang dijumpai mata merah yang
diikuti dengan gejala flu.

Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri sendi tidak terlalu nyata
dan berlangsung singkat.

Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat,
renjatan(shock) maupun kematian. Pada virus DBD akan ada produksi racun yang
menyerang pembuluh darah dan menyebabkan kematian. Sedangkan pada virus penyebab
chikungunya akan memproduksi virus yang menyerang tulang.

N. FAKTOR RESIKO CHIKUNGUNYA

Chikungunya tidak membahayakan nyawa penderitanya sebab chikungunya, tidak


menyebabkan kematian atau kelumpuhan, hanya saja akan terasa nyeri sendi, nyeri sendi ini
terjadi pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki.

Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue. Meski masih
bersaudara dengan demam berdarah, penyakit ini tidak mematikan.

Memang, sewaktu virus berkembang biak di dalam darah, penderita merasa nyeri pada tulang-
tulangnya terutama di seputar persendian sehingga tidak berani menggerakan anggota tubuh.
Namun, bukan berarti terjadi kelumpuhan.

Distribusi atau kelompok beresiko terkena Chikungunya

a) Distribusi Menurut Orang

Chikungunya dapat menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa, laki-laki dan

perempuan terutama di daerah endemis.


Pekerjaan seseorang berhubungan dengan tingkat pendapatan seseorang, dan seringkali
berkaitan dengan lamanya beraktivitas di luar rumah. Nyamuk Aedes memiliki tempat
perindukan utama yaitu tempat-tempat berisi air bersih yang berdekatan letaknya dengan rumah
penduduk dan menggigit pada siang hari. Hasil penelitian, menunjukkan bahwa ada hubungan
kejadian chikungunya dengan pekerjaan, karena sebagian penderita chikungunya bekerja sebagai
buruh pabrik industri tekstil dan orang-orang beraktivitas tinggi yang lebih cenderung
bersinggungan dengan vektor penyebab chikungunya.

Daerah dimana kepadatan penduduknya tinggi mempunyai resiko untuk terjadinya penularan
chikungunya, karena jarak antara rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke
rumah yang lain. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 m maksimal 100 m secara
pasif karena terbawa angin dari kendaraan, nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh ke daerah
tropis atau subtropis.

b) Distribusi Menurut Tempat

Penyebaran penyakit chikungunya biasanya terjadi pada daerah endemis demam berdarah
dengue. Di Indonesia telah terjangkit penyakit chikungunya termasuk Jawa Tengah. Nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus dapat hidup pada daerah dengan ketinggian 1.000 meter di
atas permukaan air laut.Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering berhubungan dengan
peningkatan kejadian penyakit chikungunya. Saat ini hampir seluruh provinsi di Indonesia
potensial untuk terjadinya KLB chikungunya (Kemenkes RI, 2012). Demam chikungunya
dijumpai terutama di daerah tropis/subtropis dan sering menimbulkan epidemik. Chikungunya
tersebar di daerah yang berpenduduk padat seperti Afrika, India, dan Asia Tenggara. Di Afrika,
virus ini dilaporkan menyerang di Zimbabwe, Kongo, Angola, Kenya, dan Uganda. Negara
selanjutnya yang terserang adalah Thailand pada tahun 1958, Kamboja, Vietnam, Sri Lanka, dan
India pada tahun 1964. Pada tahun 1973, chikungunya dilaporkan menyerang di Philiphina dan
Indonesia (Widoyono, 2008 : 68).

Dalam lima tahun terakhir (2001-2005), penyakit ini telah tersebar di 11 provinsi, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat.
Profil Ditjen PP-PL Depkes menyebutkan bahwa pada tahun 2004 dilaporkan kasus di 5 provinsi
dengan jumlah 1.266, pada tahun 2005 dilaporkan di 4 provinsi dengan 340 kasus, dan pada
tahun 2006 dilaporkan di 5 provinsi dengan 1.544 kasus, dan tidak pernah dilaporkan adanya
kematian. Dalam kurun waktu 2001-2007 sebanyak 13 provinsi.
c) Distribusi Menurut Waktu

Pada musim hujan populasi Aedes sp akan meningkat karena telur-telur yang tadinya belum
sempat menetas akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya (TPA bukan keperluan
sehari-hari dan alamiah) mulai terisi air hujan. Kondisi tersebut akan meningkatkan populasi
nyamuk, sehingga dapat menyebabkan peningkatan penularan penyakit demam chikungunya
(Kemenkes, 2012). Laju penyebaran penyakit akan ditentukan oleh jenis populasi nyamuk.
Semakin banyak jenis nyamuk dan semakin tinggi populasinya, penyebaran penyakit ini akan
semakin cepat. Wabah penyakit chikungunya lebih mudah menyebar daripada demam berdarah,
dan gampang berkembang di satu daerah dengan cakupan luas, baik daerah perkotaan maupun
pedesaan. KLB sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan (Dantje T Sembel, 2009 : 73).

O. PENCEGAHAN CHIKUNGUNYA

satu-satunya cara mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya,
termasuk memusnahkan sarang pembiakan larva untuk menghentikan rantai hidup dan
penularannya. Caranya sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:

 Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk tersebut
berkembang biak dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.

 Menutup tempat penyimpanan air

 Mengubur sampah

 Menaburkan larvasida

 Memelihara ikan pemakan jentik

 Pengasapan

 Pemakaian anti nyamuk

 Pemasangan kawat kasa di rumah

 Selain itu, nyamuk juga menyenangi tempat yang gelap, lembab, dan pengap. Pintu dan
jendela rumah dibuka setiap hari mulai dari pagi hingga sore, agar udara segar dan sinar
matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat.
 Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan
malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai
dengan cara pengapasan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini dikarenakan
nyamuk Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda
yang bergantung.

 Pencegahan individu dapat dilakukan dengan cara khusus seperti penggunaan obat oles
kulit (insect repellent) yang mengandung DEET atau zat aktif EPA lainnya. Penggunaan
baju lengan panjang dan celana panjang juga dianjurkan untuk dalam keadaan daerah
tertentu yang sedang terjadi peningkatan kasus.

P. PENGOBATAN CHIKUNGUNYA

Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk chikungunya. Pengobatan terhadap penderita
ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan penyakit ini umumnya cukup
baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu.
Tetapi apabila kecurigaan penyakit adalah termasuk campak atau demam berdarah dengue, maka
perlu kesiapsiagaan tatalaksana yang berbeda, penderita perlu segera dirujuk apabila terdapat
tanda-tanda bahaya.

Chikungunya tidak menyebabkan kematian atau kelumpuhan. Dengan istirahat cukup, obat
demam, kompres, serta antisipasi terhadap kejang demam, penyakit ini biasanya sembuh sendiri
dalam tujuh hari.

Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama
protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak mungkin untuk
menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar.vitamin peningkat
daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk menghadapi penyakit ini, karena daya tahan tubuh yang
bagus dan istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu pada persendian cepat hilang.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

penyakit demam berdarah dan chikungunya ini dibawa oleh nyamuk siang, yakni Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Baik chikungunya atau DBD sama-sama diawali dengan demam.
Meskipun berasal dari nyamuk yang sama, chikungunya dan DBD memiliki gejala serta
penanganan yang berbeda.

Penyakit Chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus Chikungunya. Virus
ini termasuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus atau ’’group A’’ antropho borne viruses.
Sedangkan Penyebab penyakit DBD pada seseorang adalah virus dengue termasuk dalam family
Flaviviridae dan genus Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe, yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4.

Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk
penular, kemudian nyamuk penular tersebut mengigit orang lain. Sedangkan Virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Bila penderita DBD digigit
nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk.
Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan
juga dalam kelenjar saliva.

Gejalanya dari chikungunya adalah demam, sakit persendian, nyeri otot, bercak kemerahan pada
kulit, dan sakit kepala. Sedangkan gejala DBD adalah demam tinggi yang mendadak 2-7 hari
(38ºC-40 ºC), Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagia dalam (konjungtiva), mimisan
(epitaksis), buang air besar dengan kotoran (peaces) berupa lendir bercampur darah (melena),
terjadi pembesaran hati (hepatomegali), tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok,
timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan
(anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala, mengalami perdarahan pada
hidung (mimisan) dan pada gusi, demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal
atau sakit pada persendian, munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh
darah.
Pencegahan DBD dan chikungunya dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk,
antara lain dengan menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu;
mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali; menutup dengan
rapat tempat penampungan air; mengubur kaleng-kaleng bekas; aki bekas dan ban bekas di
sekitar rumah; dan perbaikan desain rumah dll.

B . SARAN

Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan
terutama protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak mungkin
untuk menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar (sebaiknya
minum jus buah segar).

Cara mencegah kedua penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya, termasuk
memusnahkan sarang pembiakan larva untuk menghentikan rantai hidup dan penularanya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkes.go.id/index.php?optionarticles&task=viewarticle&artid=171&ltemid=3

http://www.indonesiaindonesia.com/f/gaya-hidup-kesehatan/

http://ms.wikipedia.org/wiki/Demam_Chikungunya

http://mikrobia.wordpress.com/2007/05/17/alphavirus-penyebab-chikungunya/

http://gading05.blogspot.com/2008/06/demam-berdarah-dan-chikungunya.html

Ardanty Nuary Kasih, 2013, Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku Terhadap Kejadian
Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungpati Tahun 2013, Skripsi : Universitas Negeri
Semarang
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit chingunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus chikungunya. Virus ini
termasuk keluarga togaviridae, genus alphavirus atau ’’group A’’ antropho borne viruses. Virus
ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di indonesia. Sejarah chukungunya di indonesia
penyakit ini berasal dari daratan Afrika dan mulai di temukan di indonesia tahun 1973.

Virus chikungunya termasuk kelompok virus RNA yang mempunyai selubung, merupakan salah
satu anggota grop A dari arbovirus, yaitu alphavirus dari famili togaviridae .

Penularan demam chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk penular,
kemudian nyamuk penular tersebut mengigit orang lain. Virus menyerang semua usia, baik anak-
anak maupun dewasa di daerah endemis [berlaku dengan kerap di suatu kawasan atau populasi
dan senantiasa ada].

Gejalanya adalah demam, sakit persendian, nyeri otot, bercak kemerahan pada kulit, dan sakit
kepala.

Untuk memperoleh diagnosis akurat perlu beberapa uji serelogik antara lain uji hambatan
aglutinasi [HI], serum netralisasi, dan igM capture ELISA.

Pengobatanterhadap penderita ditunjukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan
penyakit ini umumnya cukup baik, kaana bersifat ’’self limited disease’’, yaitu akan sembuh
sendiri dalam waktu tertentu.

Chikungunya tidak menyebabkan kematian atau kelumpuhan. Dengan istirahat cukup, obat
demam, kompres, serta antisipasi terhadap kejang demam, penyakit ini bisanya sembuh sendiri
dalam tujuh hari.
B . SARAN

Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama
protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak mungkin untuk
menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar[sebaiknya minum
jus buah segar].

Cara mencegah penyakit ini adalah membasmi nyamuk pembawa virusnya, termasuk
memushahkan sarang pembiakan larva untuk menghentikan rantai hidup dan
penularanya.carasederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:

- Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk tersebut berkembang
biak dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.

- Menutup tempat penyimpanan air

- Mengubur sampah

- Menaburkan larvasida

- Memelihara ikan pemakan jentik

- Pengasapan

- Pemakaian anti nyamuk

- Pemasangan kawat kasa di rumah

Insektisida digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation,
sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan cara
pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes
aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.

Anda mungkin juga menyukai