Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG

AJAL

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF


GAGAL GINJAL KRONIK

Dosen pengampu :

Nurhikmah ,SST.,MPH

Disusun oleh :
Kelompok 7 Kelas A
1. Arika Noviriana 1714201110005
2. Dellya Novita 1714201110008
3. Muhammad Dony Akbar 1714201110028
4. Muhammad Fikri 1714201110029
5. Nelly Andreani 1714201110033

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
BANJARMASIN
2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala


yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas makalah
Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal yang berjudul Asuhan Keperawatan
Paliatif Penyakit Gagal Ginjal Kronik .
Makalah ini disusun dengan maksud untuk menambah wawasan
serta memberikan informasi kepada Mahasiswa untuk lebih mengenal studi
tentang Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal , khususnya bagaimana itu
Asuhan Keperawatan Paliatif Penyakit Gagal Ginjal Kronik.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih memiliki kekurangan yang
disebabkan oleh kemampuan Kami. Untuk itu Kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat menyempurnakan Makalah ini.

Banjarmasin , 2 Desember 2019

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
A. Pengkajian Gagal Ginjal Kronik ............................................................................ 2
B. Diagnosa Keperawatan Gagal Ginjal Kronik ......................................................... 8
C. Intervensi Gagal Ginjal Kronik .............................................................................. 8
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 15
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 15
B. Saran..................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan fungsi ginjal yang progresif yang
berakhir fatal pada uremia (kelebihan urea dalam darah).

Gagal Ginjal Kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana keseimbangan tubuh gagal mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan
uremia.

2. Rumusan masalah
1. Bagaimana Pengkajian Gagal Ginjal Kronik ?
2. Apa Diagnosa Keperawatan Gagal Ginjal Kronik?
3. Bagaimana Intervensi Gagal Ginjal Kronik ?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengkajian Gagal Ginjal Kronik
2. Untuk mengetahui Diagnosa Keperawatan Gagal Ginjal Kronik
3. Untuk mengetahui Intervensi Gagal Ginjal Kronik

1
BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK

A. Pengkajian Gagal Ginjal Kronik

Pengkajian focus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita gagal


ginjal kronik ada berbagai macam, meliputi :

1. Identitas Umum Pasien

2. Demografi
Lingkungan yang tercemar, sumber air tinggi kalsium beresiko untuk
gagal ginjal kronik, kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun, jenis
kelamin lebih banyak perempuan, kebanyakan ras kulit hitam.

3. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan, vaskuler
hipertensif, gangguan saluran penyambung, gangguan kongenital dan
herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik dan neropati obstruktif.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit metabolik, riwayat
menderita penyakit gagal ginjal kronik.

5. Pola kesehatan fungsional

2
5.1 Pemeliharaan kesehatan

Personal hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi makanan


tinggi kalsium, purin, oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minum
suplemen, kontrol tekanan darah dan gula darah tidak teratur pada
penderita tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.

5.2 Pola nutrisi dan metabolik

Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia, intake cairan


inadekuat, peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat
badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak sedap pada
mulut (pernafasan amonia), penggunanan diuretic, demam karena
sepsis dan dehidrasi.

5.3 Pola eliminasi

Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut),


abdomen kembung, diare konstipasi, perubahan warna urin.

5.4 Pola aktivitas dan latihan

Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise, keterbatsan gerak sendi.

5.5 Pola istirahat dan tidur

Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)

5.6 Pola persepsi sensori dan kognitif

Rasa panas pada telapak kaki, perubahan tingkah laku, kedutan


otot, perubahan tingkat kesadaran, nyeri panggul, sakit kepala,
kram/nyeri kaki (memburuk pada malam hari), perilaku berhati
hati/distraksi, gelisah, penglihatan kabur, kejang, sindrom “kaki
gelisah”, rasa kebas pada telapak kaki, kelemahan khususnya
ekstremitas bawah (neuropati perifer), gangguan status mental,

3
contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau.

5.7 Pola Persepsi diri dan konsep diri

Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,


menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian, kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran.

5.8 Pola Psikologis

Psikologis merupakan hal yang merupakan kepribadian atau


kejiwaan dan kemampuan individu dalam memanfaatkannya
menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan
5.9 Pola reproduksi dan seksual

Penurunan libido, amenorea, infertilitas, impotensi dan atropi


testikuler.

5.10 Pola kebutuhan spiritual

Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang


Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang
percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa.
Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan
Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat,
puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya.

Kebutuahn spiritual pasien gagal ginjal kronik penting sebagai


salah satu cara untuk meningkatkan makna dan harapan hidup,
memperbaiki kualitas hidup, dan meningkatkan kepercayaan diri
pasien meskipun dalam kondisi kesehatan yang tidak mendukung

4
serta mengurangi kecemasan dan rasa takut akan kematian
dengan aktifitas spitual seperti sholat dan berdoa. Sholat dan
berdoa Merupakan aktivitas yang dapat memperbaiki pasien dan
membantu mengurangi kecemasan dan rasa takut akan kematian.

6. Pengkajian Fisik

6.1 Keluhan umum : lemas, nyeri pinggang.

6.2 Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.

6.3 Pengukuran antropometri : beratbadan menurun, lingkar lengan atas


(LILA) menurun.

6.4 Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah,
disritmia, pernapasan kusmaul, tidak teratur.

6.5 Kepala

6.5.1 Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan


kabur, edema periorbital.

6.5.2 Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.

6.5.3 Hidung : pernapasan cuping hidung.

6.5.4 Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia,


mual,muntah serta cegukan, peradangan gusi.

6.6 Leher : pembesaran vena leher.

6.7 Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan,pernafasan


dangkal dan kusmaul serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis,
edema pulmoner, friction rub pericardial.

6.8 Abdomen : nyeri area pinggang, asites.

6.9 Genital : atropi testikuler, amenore.

5
6.10 Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam
serta tipis, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,
foot drop, kekuatan otot.

6.11 Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat


atau hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar
(purpura), edema.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik adalah :

7.1 Urine
7.1.1 Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria)
atau urine tidak ada (anuria).
7.1.2 Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan
oleh pus, bakteri, lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat.
7.1.3 Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat).
7.1.4 Klirens kreatinin, mungkin menurun
7.1.5 Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak
mampu mereabsobsi natrium.
7.1.6 Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus.
7.2 Darah

7.2.1 Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb


biasanya kurang dari 7-8 gr.

7.2.2 Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin


seperti azotemia.
7.2.3 GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2)
terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk

6
mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil akhir
katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2 menurun.
7.2.4 Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan)
7.2.5 Magnesium fosfat meningkat.
7.2.6 Kalsium menurun.
7.2.7 Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat
menunjukkan kehilangan protein melalui urine,
perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau sintesa
karena kurang asam amino esensial.
7.2.8 Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering
sama dengan urin.
7.3 Pemeriksaan radiologik
7.3.1 Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter
dan bladder/KUB): menunjukkan ukuran ginjal, ureter,
kandung kemih, dan adanya obstruksi (batu).
7.3.2 Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskuler, masa
7.3.3 Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran
kandung kemih, refluks kedalam ureter dan retensi.
7.3.4 Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan
adanya masa, kista, obstruksi pada saluran perkemuhan
bagian atas.
7.3.5 Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik,
untuk menentukan seljaringan untuk diagnosis
hostologis.
7.3.6 Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk
menentukan pelis ginjal (keluar batu, hematuria
danpengangkatan tumor selektif).

7
7.3.7 Elektrokardiografi (EKG): mungkin abnormal
menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa.
7.3.8 Fotokaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan, dapat
menunjukkan demineralisasi, kalsifikasi.
7.3.9 Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan
dan posisi ginjal, ukuran dan bentuk ginjal.
7.3.10 CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal
(seperti penyebararn tumor).
7.3.11 Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mendeteksi
struktur ginjal, luasnya lesi invasif ginjal.

B. Diagnosa Keperawatan Gagal Ginjal Kronik

Diagnosa keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik adalah :

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran


urine, diet berlebihan dan retensi cairan dan natrium.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake in adekuat, mual, muntah, anoreksia, pembatasan
diet dan penurunan membrane mukosa mulut.

3. Ansientas berhubungan dengan Perubahan besar (mis., status


kesehatan.
.

C. Intervensi Gagal Ginjal Kronik

3.1 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran


urine,diet berlebihan dan retensi cairan dan natrium.

Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.


Kriteria hasil:
a. Menunjukkan perubahan-perubahan berat badan yang lambat.

8
b. Mempertahankan pembatasan diet dan cairan.
c. Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema.
d. Menunjukkan tanda-tanda vital normal.
e. Menunjukkan tidak adanya distensi vena leher.
f. Melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi
nafas pendek.
g. Melakukan hygiene oral dengan sering.
h. Melaporkan penurunan rasa haus.
i. Melaporkan berkurangnya kekeringan pada membrane mukosa
mulut.

Intervensi:

a. kaji status cairan.

1)Timbang berat badan harian.


2)Keseimbangan masukan dan haluaran.
3)Turgor kulit dan adanya edema
4)Distensi vena leher.
5)Tekanan darah, denyut dan irama nadi.
Rasional: Pengkajian merupakan dasar berkelanjutan untuk
memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.

b. Batasi masukan cairan

Rasional : Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal,


haluaran urine dan respons terhadap terapi.
c. Identifikasi sumber potensial cairan
1) Medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan, oral dan
Intravena.
2) Makanan
Rasional : Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat
Diidentifikasi.
d. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan.

9
Rasional : Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga
dalam pembatasan cairan.

e. Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan


cairan.
Rasional : Kenyamanan pasien meningkatkan kepatuhan terhadap
pembatasan diet.
f. Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan sering.
Rasional : Hygiene oral mengurangi kekeringan membran mukosa
mulut.
g. Insruksikan Pasien berdoa
Rasional : Aktivitas yang dapat memperbaiki keadaan pasien.

3.2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake.inadekuat, mual, muntah, anoreksia, pembatasan diet dan
penurunanmembrane mukosa mulut.

Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

Kriteria hasil :

a. Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis tinggi

b. Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam

pembatasan diet.

c. Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan

tidak menimbulkan rasa kenyang.

d. Menjelaskan dengan kata-kata sendiri rasional pembatsan diet dan

hubungannya dengan kadar kreatinin dan urea.

e. Mengkonsulkan daftar makanan yang dapat diterima.

f. Melaporkan peningkatan nafsu makan.

g. Menunjukkan tidak adanya perlambatan atau penurunan berat badan

yang cepat.

10
h. Menunjukkan turgor kulit yang normal tanpa edema, kadar albumin

plasma dapat diterima

Intervensi :

a. Kaji status nutrisi

1) perubahan berat badan

2) pengukuran antropometrik

3) nilai laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein,

transferin dan kadar besi).

Rasional : Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan

mengevaluasi intervensi.

b. Kaji pola diet dan nutrisi pasien

1) riwayat diet

2) makanan kesukaan

3) hitung kalori.

Rasional : Pola diet sekarang dan dahulu dapat dipertimbangkan

dalam menyusun menu.

c. Kaji faktor-faktor yang dapat merubah masukan nutrisi:

1) Anoreksia, mual dan muntah

2) Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien

3) Depresi

4) Kurang memahami diet

Rasional : Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat

diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan

diet.

d. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.

11
Rasional : Mendorong peningkatan masukan diet.

e. Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi:

telur, produk susu, daging.

Rasional: Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan

nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

penyembuhan.

f. Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium,

diantara waktu makan.

Rasional : Mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan

menyediakan kalori untuk energi, membagi protein untuk

pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.

g. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan.

Rasional : Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam

menimbulkan anoreksia.

h. Timbang berat badan harian.

Rasional : Untuk memantau status cairan dan nutrisi.

i. Insruksikan Pasien berdoa

Rasional : Aktivitas yang dapat memperbaiki keadaan pasien.

3.3 Ansientas berhubungan dengan Perubahan besar (mis., status


kesehatan.

Tujuan : Anxiety self Control dan cemas berkurang

Kriteria hasil :

1. Klien mampu tenang


2. Tingkat aktivitas menunjukan berkurang nya kecemasan

Intervensi

a. Gunakan pendekatan yang menenangkan

12
Rasional : Klien supaya tenang

b. Dorong Pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

Rasionl : Supaya perawat bisa membantu menjadi lebih kuat dan tidak
cemas lagi.

c. Instruksikan Pasien Relaksasi Spiritual Dzikir

Rasional : Memberikan efek terhadap kesehatan jangka panjang dan


perasaan bahagian dan tidak cemas.

d. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

Rasional : Untuk mengurangi Cemas.

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang irreversible dan
berlangsung lambat sehingga ginjal tidak mampu mempetahankan metabolism
tubuh dan keseimbangan cairan elektolit dan mebabkan uremia.

Kebutuahn spiritual pasien gagal ginjal kronik penting sebagai salah satu
cara untuk meningkatkan makna dan harapan hidup, memperbaiki kualitas hidup,
dan meningkatkan kepercayaan diri pasien meskipun dalam kondisi kesehatan
yang tidak mendukung serta mengurangi kecemasan dan rasa takut akan kematian
dengan aktifitas spitual seperti sholat dan berdoa.

Relaksasi spiritual dzikir adalah salah satu ritual yang biasa dilakukan oleh
umat Islam yang dapat menimbulkan respon relaksasi dan memberikan efek
terhadap kesehatan jangka panjang dan perasaan bahagia.

Saran :

1. Apabila dalam makalah ini ada penulisan kata yang tidak sesuai, mohon
dimaafkan.

2. Jika materi yang kami paparkan kurang lengkap kami mohon sarannya.

3. Apabila dalam pembuatan makalah ini masih ada kekurang kami mohon
kritik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck.dkk.(2016).Nursing Interventions Classfication (NIC) Edisi


Keenam.Singapore : Elsevier.

Cahyaningsih, D Niken. (2011). Panduan Praktis Perawatan Gagal


Ginjal. Mitra Yogyakarta: Cendekia Press.

Fransisca, Kristina. (2011). 24 Penyebab Ginjal Rusak. Jakarta: Penerbit


Cerdas Sehat.

Hutagaol Emma Veronika. (2017). Peningkatan kualitas hidup pada


Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Melalui Interensi di unit Hemodialisa RS
Prima Medan Tahun 2016, Jurnal JUMANTIK Volume 2
nomor 1, Mei 2017.Medan : Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Prima Indonesia Medan. Diakses 28
November 2019.

Keliat,Anna.Budi.(2018). Diagnosis Keperawatn Definisi&Klasifikasi Edisi


11. Jakarta : EGC.

O’callaghan, C(2009) At a Glance : Sistem Ginjal Edisi Kedua. Jakarta:


Erlangga.

Suwitra, K. 2010. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi V. Jakarta: FKUI.

15

Anda mungkin juga menyukai