Anda di halaman 1dari 21

123

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

TB PARU
Kode : ICD.A15

1. Pengertian Tb Paru adalah infeksi kronik pada paru dan jaringan tubuh
(definisi) lainnya yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis,
ditandai dengan pembentukan granuloma dan adanya
reaksi hipersensitivitas tipe lambat

2. Anamnesis Batuk kronik (lebih dari 2 minggu) dapat disertai darah,


malaise (badan lesu, lemah, tidak semangat), nafsu makan
menurun, berat badan menurun, demam tidak terlalu tinggi,
keringat pada sore menjelang malam, rasa flu yang tidak
sembuh

3. Pemeriksaan Terutama ditemukan kelainan pada lapangan atas kedua


Fisik paru atau pada segmen apikobasalis, bila terdapat infiltrat
yang luas maka ditemukan stemfremitus meningkat, perkusi
redup, bunyi pokok vesikuler meningkat dan adanya bunyi
tambahan ronkhi halus nyaring dan krepitasi. Bila ada
kavitas dapat terdengar bunyi amphorik

4. Kriteria Diagnosis 1. Gejala klinis


- Gejala respiratorik : batuk lama(> 2 minggu) kering
atau produktif dengan atau tanpa disertai batuk darah,
sesak nafas, dan rasa nyeri dada
- Gejala sistemik : demam, keringat malam, malaise,
anoreksia dan penurunan berat badan
2. Pemeriksaan fisik
- Labaratorium : Rutin berupa LED meningkat, hitung
jenis dominan limfosit.
- Sputum BTA 3 kali, dapat dahak setiap pagi atau
dahak SPS (sewaktu, pagi & sewaktu). Dikatakan
BTA positif bila  2 sediaan memberikan hasil positif.
- Khusus : Tes mantoux (+), sputum BTA (+), biakan
dari M. Tbc (+), pemeriksaan PCR, ELISA, dll
5. Diagnosis Berdasarkan gejala klinik yang menyokong, foto toraks PA
relevans untuk Tb paru dan sputum BTA. Diagnosis
berdasarkan Kategori WHO (Depkes).
6. Diagnosis 1. Bronkitis kronis
Banding 2. Bronkiektasis
3. Tumor paru
7. Pemeriksaan 1. Foto toraks PA relevans untuk Tb paru seperti adanya
Penunjang infiltrat, eksudat, caseosa, cavitas dinding tipis (non
sklerotik), milier.
2. Untuk kasus lama perlu perbandingan serial foto.
124

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

8. Terapi 1. Istirahat kerja tergantung derajat lesi Tb dari ringan – lanjut,


perlu istirahat 1 – 3 bulan.
2. Diet tinggi kalori tinggi protein, kecuali ada penyakit penyerta
seperti diabetes dan lainnya. Konsistensi dari bubur sampai
dengan nasi biasa.
3. Obat anti tuberkulosa tergantung kategori
o Rifampisin 10 mg/kgBB
o NH 5 mg/kgBB
o Pyrazinamid 25 mg/kgBB
o Ethambutol 15 mg/kgBB
o Streptomisin 15 mg/kg/BB
3. Obat batuk hitam (oral).
4. Vitamin B Complex (oral)
Kategori OAT (WHO / Depkes):

Kategori Kriteria Penderita Pilihan regimen pengobatan


Fase awal Fase lanjutan
I - Kasus baru BTA 2 RHZE 6 EH
(+) (RHZS) 4 RH
- Kasus baru BTA 2 RHZE
(-) Ro” (+) sakit (RHZS)
berat 4 R3H3*
- Kasus TBEP
berat 2 RHZE
(RHZS)*
II Kasus BTA positif 2 RHZES / 1 5 RHE
- Kambuh RHZE
- Gagal 5 R3H3E3*
- Putus berobat 2 RHZES / 1
RHZE*
III - Kasus baru BTA 2 RHZ 6 EH
(-) 2 RHZ 4 RH
- TBEP ringan
2 RHZ* 4 R3H3*
IV - Kasus kronik Obat-obat sekunder

Note : * Diterapkan di Indonesia


 2 RHZE : diberikan RHZE setiap hari selama 2 bulan
 4 R3H3 : diberikan R dan H 3x/minggu selama 4 bulan

9. Edukasi 1. Tb paru merupakan penyakit menular, dapat disembuhkan


2. Makan obat secara teratur paling sedikit 6 bulan
3. Adanya efek samping obat
4. Bahaya terjadinya batuk darah

10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
125

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P, FINASIM
2. Dr. Zen Ahmad, SpPD, K-P, FINASIM
3. DR.dr. Joni Anwar, SpP
4. Dr. M. Yusuf Pohan, SpP
5. Dr. Sudarto, SpPD, K-P, FINASIM
14. Indikator Medis
15. Lama Perawatan
16. Kepustakaan 1. Aditama TY, Kamso S, Basri C, Surya A. Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi kedua.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI;2007

2. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Dalam: Sodoyo


AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K, Setiati S, editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2. Edisi keempat.
Jakarta: Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI;2006;998-1004
3. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
2011
4. American Thoracic Society. Diagnostic standarts and
Classificasion of tuberculosis in adult and children. Am J
Respir Crit Care Med 2000;161:1376-95

Mengetahui / Menyetujui Palembang,….. April 2014


Ka. Departemen Penyakit Dalam Ketua. Divisi Pulmonologi

Dr. H.A. Fuad Bakry, SpPD, K-GEH Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P
NIP. 1952060619790051001 NIP.195601041984031001
126

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

TB EKSTRA PARU
Kode : ICD.A15

1. Pengertian Tb ekstra Paru adalah infeksi kronik pada jaringan tubuh


(definisi) lain selain paru yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis.

2. Anamnesis TB extra paru melibatkan organ-organ tubuh selain paru-


paru, seperti : Pleura, kelenjar getah bening (KGB),
Genitourinaria, kulit, sendi dan tulang, meningen, lain-lain :
mata.
3. Pemeriksaan Limfadenitis TB  Aliran limfe pada abdomen bagian atas
Fisik dan mediastinum dapat menyebabkan: Obstruksi duktus
toraks dan chylothorax, asites chylous atau chyluria dan
ikterik obstruktif.
Tuberkulosis Tulang dan Sendi  Pott’s disease, Angka
kejadiannya semakin meningkat sejak tahun 1980 an, 13 -
25 % : Penderita HIV (+) pada beberapa penlitian, lokasi:
lumbalis (29.5%) > thorakalis (20.5%) > lutut (13.2%) >
pinggang (8.2%) > jaringan lunak atau otot(4.5%) (Los
Angeles, 1990-1995), diseminasi secara hematogen.
Patofisiologi : Invasi pada celah sendi: langsung (direk)
ataupun tidak langsung (indirek), preservasi pada kartilago,
abses dingin dan formasi aliran sinus, fibrosis dan ankilosis,
kalsifikasi.
TB Pleura  ujung jari tabuh, penurunan suara vesikuler,
perkusi dada redup, retraksi sela iga.
4. Kriteria Diagnosis Limfadenitis TB  Jenis TB extra paru yang paling umum
ditemui, Paling banyak pada umur anak-anak hingga umur
20-40 tahun, resiko tinggi pada Ras asia, wanita (resiko 2
kali pria), HIV. Mengenai kelenjar getah bening hilar,
paratrakeal dan leher, bersifat self limiting (> 90 %) dan
sebagian kecil dapat menyebabkan kalsifikasi pulmonal
Staging :
1. Nodul yang membesar,kenyal dan mobil dan
menunjukkan gambaran hiperplasia reaktif nonspesifik
2. Nodul besar yang kenyal dan terfiksasi pada jaringan
sekitar akibat adanya periadenitis
3. Perlunakan sentral karena adanya pembentukan abses
4. Pembentukan abses collar-stud
5. Pembentukan traktus sinus

Tuberkulosis Genitourinari  Berkembang : Negara


Maju, Pria / Wanita = 2:1 terbanyak dari usia 20 - 40 thn (45
- 55 thn), sering merasakan sakit pada saluran kemih,
Hematuri mikroskopi : 50%, infeksi E.Coli berulang, sakit
suprapubik, saluran kemih, hemospermia, pembengkakan
testis, dan lainnya.
127

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

Tuberkulosis SSP  Tuberkulosis meningitis (TBM), dapat


memicu kerusakan pembuluh darah, infeksi otak, edema,
fibrosis, Predileksi: basis cranii, Pada ODHA: tuberkuloma
dan abses otak, tanda: sakit kepala, kejang, paralisis,
gangguan kepribadian, defek saraf pusat, kaku kuduk,
papiledema.
TB syaraf  Diklasifikasikan dalam tiga kategori patologi
klinis
1. TB meningitis (TBM) (70-80% kasus) : Insidensi tertinggi
pada tiga tahun pertama kehidupan, tahapan penyakit
sekitar 2-6 minggu, gejala samar-samar-sehat, apatis,
perubahan perangai, anoreksia, selanjutnya sakit kepala,
muntah dan demam, gejala neurologi atau kejang fokal.
Meningitis tuberkulosa  peristiwa penting adalah
pecahnya subependymallyn yg terletak di tuberkulum
(Rich focus) yang mengakibatkan pelepasan bahan
infeksius ke dalam ruang subarachnoid. CNS
Tuberculosis  CSF : Jelas atau sedikitnya opalescent;
peningkatan protein dan penurunan glukosa (virus:
tinggi), AFB dan kultur : terbatas, Biopsi meningeal:
mungkin mencemari.
2. Tuberkuloma (5-10%)
3. Arachnoiditis (5-10%)
Tuberkulosis kulit  Tidak umum (<1% di negara barat)
tetapi meningkat dengan sangat cepat pada akhir-akhir ini,
mudah menular, penyebaran eksogen  tuberkulosis
chancre dan kutil, penyebaran endogen  scofuloderma,
penyebaran hematogen  lupus vulgaris (nodul jeli apel)
dan abses jaringan lunak multipel (kebanyakan pada
ODHA), tuberkulosis masitis: kebanyakan pada wanita umur
20-50 tahun.
Tuberkulosis urogenital 
• Ginjal: abses parekim kronik, kalsifikasi renal besar,
menyebar ke ureter, kandung kemih, dan vesikula
seminalis
• Kandung kemih: ganulasi bulosa dari orifisium uretra,
obstruksi; fistula ke rektum
• Epididimis: menyebar lewat hematogen, muncul dengan
cairan hidung, menyebar ke testis
TB Pleura  Penyakit akut, gejala selama beberapa hari-
minggu, nyeri dada pleuritik, batuk non-produktif, dyspnoe,
demam.
Abdominal TB  Non spesifik, anorexia, demam, keringat
malam hari, nyeri, diare, jaundice.
5. Diagnosis Diagnosis TB extra paru :
 Sedikitnya ada satu spesimen yang positif infeksi
M.tuberculosis atau memiliki temuan histologis atau klinis
yang menggambarkan TB extra paru aktif.
 . Definisi TB extra paru pada kasus dengan berbagai
situs terlibat bergantung pada situs dengan gambaran
EPTB yang paling berat.
 Pasien yang memiliki baik TB paru dan TB extra paru
harus diklasifikasikan sebagai TB paru.
128

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

 Tuberkulosis Tulang dan Sendi  Tuberkulosis


Spondilitis, Tuberkulosis Osteomielitis, Tuberkulosis
Arthritis, Tuberkulosis Tensinovitis, Tuberkulosis Miositis.
Diagnosis  gelajala awal : monoarthritis, sakit kronis
Tuberkulosis Spondilitis : paling sering terjadi, khususnya
pada negara maju, nyeri punggung dan kram, keterlibatan
bagian tulang belakang dan diskitis, kifosis dan paraplegia.
Tuberkulosis Osteomielitis : Awal : gumpalan yang
menempel pada tulang dengan pembengkakan jaringan
lunak, kecenderungan untuk metafisis tulang panjang, dapat
menyebar ke sendi atau tenosynovium, umumnya tunggal
pada orang dewasa, multiple pada anak-anak, orang tua,
imunosupresi dan infeksi HIV.
Tuberkulosis Arthritis : pembengkakan seperti bantalan
pada sendi di pinggir dan lutut, nyeri : ankilosis,
monoarthritis, keterbatasan gerak, pannus, granulasi,
nekrosis, penyempitan ruang sendi.
Tuberkulosis Miositis : lebih banyak terjadi pada
imunosupresi dan AIDS, paling banyak terjadi pada otot
psoas, pembengkakan, sedikit rasa sakit, nodul soliter
dengan abses, keterbatasan fungsi otot, nyeri fosa atau
rapuh pada beberapa kasus.
TB Pleura  Pathogenesis :
 Fokus subpleural kecil yang pecah ke dalam rongga
pleura.
 Interaksi antara basil tuberkel atau komponen khusus
basil terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat
 Pecahnya kavitas di rongga pleura akan menyebabkan
empiema
Abdominal TB  Tb dari saluran pencernaan, peritoneum,
omentum, mesenterium, dan kelenjar dan organ
intraabdominal padat lainnya seperti hati, limpa dan
pankreas. Pathogenesis :
• Penyebaran hematogen dari fokus paru primer pada
anak-anak, dengan reaktivasi.
• Ingesti basil dalam sputum.
• Penyebaran langsung dari organ-organ yang
berdekatan.
Penyebaran secara limfatik.

Tuberculosis Milier  Penyebaran limfahematogen, bayi


dan anak-anak: Primer, Orang tua atau infeksi HIV:
reaktivasi, demam, lemas, anorexia, berat badan turun,
batuk.

TB extra paru lain : Tuberkulosis telinga, Tuberkulosis


mata, Tuberkulosis kardiovaskular, Tuberculous Peritonitis,
Tuberculous Enteritis, Tuberculosis pada liver dan traktus
biliaris.
129

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

TB extra paru dan HIV :


• Imunosupresi meningkatkan risiko infeksi dan membuat
gejala menjadi atipikal
• TB: penyebab kematian terbanyak untuk penderita HIV
AIDS usia 24-44 tahun
• TB extraparu terjadi pada 40-80% pada penderita HIV(+)
dengan paling banyak pada kelenjar limfe, pada HIV(-)
paling banyak TB milier, SSP dan TB kutis.
• Kemoterapi, TST untuk pencegahan (jika > 5mm, lalu
INH kemoprofilaksis)
Multi Drug Resistent TB.
6. Diagnosis Tuberkulosis Tulang dan Sendi  Arthritis sarkoidosis
Banding dan seotic arthritis, infeksi jamur, neoplasma.
7. Pemeriksaan Limfadenitis TB  FNA: smear microscopy, kultur TB,
Penunjang histologi, GeneXpert, pemeriksaan radiologi
Tuberkulosis Tulang dan Sendi  Uji zat vaksin TBC,
Radiografi sederhana, biopsi, CT scan, MRI, biopsi aspirasi
jarum halus.

Meningitis tuberkulosa  Gambaran investigasi CSF,


jumlah hitung jenis leukosit, glukosa, protein, ADA,
mikroskopi TB / kultur (GeneXpert MTB / RIF).
CNS Tuberculosis  CT dan MRI

Tuberkulosis urogenital  Uji kulit tuberkulin,


pemeriksaan urin dan kultur, peningkatan LED, apusan tipis,
urografi IV dosis tinggi, pielografi perkutaneus anterograde,
penilaian terbatas  endoskopi, biopsi, USG, dan CT scan.

Tuberkulosis Kulit  Biopsi eksisional untuk kultur dan


pewarnaan AFB, ELISA dan PC.
TB Pleura  Gambaran ( Rontgen, sonar CT-scan), pleura
tap  Hitung jenis leukosit, semua jumlah protein, LDH,
glukosa, Adenosin deaminase (ADA), mikroskop smear,
budaya tb, (Genepert), biopsi pleura, thoracoscopy

Abdominal TB  Diagnosis  Imaging (Rontgen thorax,


Foto polos abdomen, barium enema, sonar, CT abdomen),
colonoscopy, laparoscopy, ascites. Hasil sonar pada gastro-
intestinal dan peritoneal TB  Cairan intra abdomen yang
bebas atau terlokalisasi, Sliced Bread Sign, Limfadenopati
(mixed, heterogen), penebalan dinding usus, Pseudokidney
sign.
Tuberculosis Milier  CXR, HRCT
8. Terapi Penyakit paru dan ekstraparu harus diterapi dengan
regimen yang sama. Beberapa ahli merekomendasikan
terapi selama 9-12 bulan untuk meningitis TB memberikan
risiko serius kecacatan dan kematian, dan 9 bulan pada TB
tulang dan sendi karena kesulitan untuk menilai respon
terapi. Ketika curiga terjadi resisten obat berikan
kortikosteroid adjuvant. Penelitian- penelitian membuktikan
bahwa pemberian INH dan rifampisin selama 6-9 bulan
efektif.
130

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

Monitoring terapi : Klinis, berat badan, Gambaran x-ray


adalah indikator dari respon klinis yg buruk, jika respon
buruk terhadap terapi:
1. Diagnosis alternatif ?
2. TB resisten obat
Limfadenitis TB  Kemoterapi anti-tuberkulosis selama 6
bulan (lini pertama: pyrazinamide, isoniazid, rifampin,
streptomycin), intervensi pembedahan (drainase dan insisi
tidak disarankan).
Tuberkulosis Tulang dan Sendi Obat anti TBC yang
diberikan minimal bisa mengatasi bengkak bernanah (86%
pulih), dekompresi (hindari laminektomi), artroplasti.
Tuberkulosis Kulit  kemoterapi (isoniazid yang utama)
dan bedah (biopsi eksisional dan debridemen)
CNS Tuberculosis  kemoterapi, operasi dan steroid.

Tuberkulosis urogenital  kemoterapi anti tuberkulosis


(efektif), pembedahan (80%) nefrektomi, nefroureterektomi,
epididimektomi, bedah rekonstruktif.
Tuberculosis Milier  Kemoterapi 9-12 bulan (HIV
sedikitnya 12 bulan) atau steroid (kontroversial, mencegah
reaktivasi dan infeksi).
Istirahat kerja selama 1 - 3 bulan.
1. Diet tinggi kalori tinggi protein, kecuali ada penyakit
penyerta seperti diabetes dan lainnya. Konsistensi dari
bubur sampai dengan nasi biasa.
2. Obat anti tuberkulosa tergantung kategori :
o Rifampisin 10 mg/kgBB
o INH 5 mg/kgBB
o Pyrazinamid 25 mg/kgBB
o Ethambutol 15 mg/kgBB
o Streptomisin 15 mg/kgBB
3. Vitamin B Complex (oral).
9. Edukasi 1. Tb extra paru merupakan penyakit menular, dapat
disembuhkan
2. Makan obat secara teratur paling sedikit 9 bulan
3. Adanya efek samping obat
4. Bahaya terjadinya batuk darah

10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
131

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

13. Penelaah Kritis 1. Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P, FINASIM


2. Dr. Zen Ahmad, SpPD, K-P, FINASIM
3. DR.dr. Joni Anwar, SpP
4. Dr. M. Yusuf Pohan, SpP
5. Dr. Sudarto, SpPD, K-P, FINASIM
14. Indikator Medis
15. Lama Perawatan
16. Kepustakaan 1. Aditama TY, Kamso S, Basri C, Surya A. Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi kedua.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI;2007
2. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Dalam: Sodoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K, Setiati S, editor.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2. Edisi keempat.
Jakarta: Pusat penerbitan Departemen Ilnu Penyakit
Dalam FKUI;2006;998-1004
3. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
2011
4. American Thoracic Society. Diagnostic standarts and
Classificasion of tuberculosis in adult and children. Am J
Respir Crit Care Med 2000;161:1376-95

Mengetahui / Menyetujui Palembang,….. April 2014


Ka. Departemen Penyakit Dalam Ketua. Divisi Pulmonologi

Dr. H.A. Fuad Bakry, SpPD, K-GEH Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P
NIP. 1952060619790051001 NIP.195601041984031001
132

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

TUMOR GANAS PARU (CA. PARU)


Kode : ICD. C34
1. Pengertian Tumor ganas paru adalah : tumor ganas dari saluran nafas,
(definisi) parenkim paru

2. Anamnesis Batuk khronik tanpa dahak, dapat disertai dahak, nyeri


dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise.
Kebiasaan merokok, zat-zat yang dikeluarkan dari pabrik,
industri yang menggunakan isotop radioaktif.

3. Pemeriksaan Ditemukan bendungan vena, stemfremitus melemah,


Fisik perkusi redup dan bising pokok vesikuler melemah bahkan
menghilang, khas adanya wheezing lokal pada daerah
tumor, gejala-gejala yang khas tergantung dari lokasi tumor
dan ada atau tidaknya invasi ke organ sekitar dan
penyebaran limfogen dan hematogen (metastasis)

4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis faktor risiko (rokok, jenis kelamin, genetik,


paparan karsinogen di lingkungan, faktor nutrisi, supresi
imun, adanya jaringan parut/fibrotic pada paru),
gambaran klinis (gejala intrathorakal dan ekstratorakal)
2. Foto Thorax : massa tumor > 1cm, tepi irreguler,
indentasi pleura, tumor satelit invasi ke dinding dada,
efusi perikard, metastasis intrapulmoner
3. CT Scan Thorax
4. Pemeriksaan Radiologi lain (Brain CT, Bone Survey,
USG Abdomen)
5. Pemeriksaan Khusus (Bronkoskopi, biopasi aspirasi
jarum, Transbronchial Lung Biopsy, Transthotasic Needle
Aspiration, Biopsi Trantorakal, Fine Needle Aspiration,
Biopsi lain, torakoskopi medik, sitologi sputum)
6. Petanda tumor (CEA< Cyfra 21-1, NSE), Biomolekuler

5. Diagnosis 1. Pneumonia
Banding 2. Fungus ball

6. Pemeriksaan 1. Foto toraks PA dan lateral


Penunjang 2. Tomography, CT Scan terlihat adanya lesi padat tanpa
kalsifikasi.
3. Patologi anatomi (PA) ditemukan adanya sel ganas dari
bahan sputum, Bronchial washing, biopsy.
4. Bronkhoskopi terlihat massa tumor berdungkul intra
bronchial, rapuh mudah bersarah. Untuk diagnosis
dilakukan : Bronchial washing, Brushing dan biopsi
(biopsy transtorakal, aspirasi jarum hilus transbronkhial
dan transkarinal)
133

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

7. Terapi 1. Pengobatan kanker paru adalah combined modality


therapy (multi-modaliti terapi).
2. Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk
KPKBSK (Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil)
stage I dan II
3. Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat kuratif atau
paliatif. Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian
dari kemoradioterapi neoadjuvan untuk KPKBSK stage
IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang
menjadi pilihan terapi kuratif.
4. Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker
paru
5. Syarat utama harus ditentukan jenis histologis tumor dan
tampilan harus lebih dari 60 menurut skala karnosfky
atau 2 menurut skala WHO.
Rejimen untuk KPKBSK adalah:
- CAP II (sisplatin, adriamisin, siklofosfamid)
- PE (sisplatin atau karboplatin+etoposid)
- Paklitaksel+sisplatin atau karboplatin
- Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin
- Doksetaksel + sisplatin atau karboplatin
- Gefitinib oral (digunakan sebagai terapi adjuvan)
6. Targeted therapi. Jenis yang mulai digunakan adalah
obat yang bekerja sebagai inhibitor pada reseptor
epidermal growth factor (EGFR), antara lain gefitinib,
erlotinib, cetuximab. Obat golongan ini di indikasikan
pemberiannya sebagai adjuvant yaitu diberikan setelah
pemberian terapi definitif selesai diberikan.
7. Imunoterapi
8. Hormonoterapi
9. Terapi gen

8. Edukasi 1. Menghindari faktor risiko


2. meneruskan jadwal pemberian obat sitostatika dan
radioterapi.

9. Prognosis
10. Tingkat Evidens
11. Tingkat
Rekomendasi
12. Penelaah Kritis 1. Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P, FINASIM
2. Dr. Zen Ahmad, SpPD, K-P, FINASIM
3. DR.dr. Joni Anwar, SpP
4. Dr. M. Yusuf Pohan, SpP
5. Dr. Sudarto, SpPD, K-P, FINASIM
13. Indikator Medis
14. Lama Perawatan
134

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

15. Kepustakaan 1. Ahmad Z. Tumor paru. Dalam: Halim H Rasyid A, Ahmad


Z, dkk. Naskah lengkap workshop pulmonologi
pertemuan ilmiah paru pulmonologi. Palembang: Penerbit
Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri. 2002. Hal 121-38
2. Ahmad Z. Tumor paru. Dalam: Ahmad Z. Buku panduan
subbagian pulmonologi. Palembang: Penerbit Ilmu
Penyakit Dalam FK UNSRI. 2011. Hal 42-50
3. Porta RR, Crowley JJ, Goldstraw P. The revised TNM
staging system for lung cancer. Am. Thorac Cardiovasc
Surg 2009;15(1): 4-8
4. James RJ, Miller YE. Update in Lung Cancer. Am J
Respir Crit Care Med. 2006;173:695-7
5. David G.Pfister. American Society of Clinical Oncology
Treatment of unresectable Non-Small-Cell Lung Cancer
Guideline; Update 2003. J of Clin Onc.2004, Vol 22.
6. Joan H. Schiller, MD. Comparison of Four Chemotherapy
Regimen For Advanced Non-Small Cell Lung Cancer. N
Eng J Med 2002; 346: 92-7
7. Tarhini AA. Argiris A. Maintenance therapy for advanced
non small cell lung cancer. The Open Lung Cancer
Journal 2010; 3:73:9.

Mengetahui / Menyetujui Palembang,….. April 2014


Ka. Departemen Penyakit Dalam Ketua. Divisi Pulmonologi

Dr. H.A. Fuad Bakry, SpPD, K-GEH Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P
NIP. 1952060619790051001 NIP.195601041984031001
135

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)


Kode : ICD. J.43
1. Pengertian PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati,
(definisi) ditandai dengan adanya hambatan aliran yang bersifat tidak
sepenuhnya reversibel yang biasanya bersifat progesif yang
dihubungkan dengan respon inflamasi yang abnormal paru
terhadap partikel atau gas berbahaya, terutama disebabkan
oleh asap rokok.
2. Anamnesis Batuk kronik, berdahak/tidak berdahak, sesak nafas, mengi,
Kebiasaan merokok, terpapar zat-zat iritan tempat kerja
atau yang dikeluarkan dari pabrik.
Riwayat empisema (PPOK) dalam keluarga.
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat
badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang,
lingkungan asap rokok dan polusi udara.
3. Pemeriksaan Ditemukan Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup
Fisik mencucu), bentuk dada barel chest, sela iga melebar, sudut
costoxipoideus tumpul, stemfremitus melemah, perkusi
hipersonor, hepar terdorong kebawah, vesikuler melemah/
normal, ekspirasi memanjang, dapat disertai wheezing dan
ronki basah sedang-kasar, bunyi jantung terdengar jauh,
dapat ditemukan clubbing finger (jari tabuh)
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis.
2. Pemeriksaan fisik.
3. Darah Rutin, dapat ditemukan polisitemia (Hb>18 gr%),
leukositosis bila ada infeksi sekunder.
4. Analisa gas darah bagi PPOK berat dan sangat berat.
5. Foto Thorax : empisemtus, parenkim hiperaerasi, sudut
kostofrenikus tumpul, sela iga melebar, diapragma
mendatar, jantung bentuk pendulum.
6. Pemeriksaan Spirometri, adanya gambaran obstruktif
(FEV1/FVC < 70%)
7. Kurtur dan resistensi mikro organisme sputum, bila ada
tanda-tanda infeksi.
8. Pemeriksaan khusus: α1 anti tripsin, pada PPOK usia <
45 tahun dan mempunyai riwayat keluarga menderita
PPOK.
5. Diagnosis 1. Asma bronkial
Banding 2. Bronkiektasis
3. Bronkitis kronis

6. Pemeriksaan 1. Darah Rutin (Hb, Ht, Trombosit, Leukosit, LED, Hitung


Penunjang jenis)
2. Kimia darah: albumin, globulin bila disertai malnutrisi.
3. Analisa gas darah pada PPOK berat dan sangat berat
4. Foto toraks PA
5. Spirometri.
6. Kultur dan resistensi mikro organisme sputum, bila ada
tanda-tanda infeksi.
7. Pemeriksaan khusus: α1 anti tripsin.
136

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

7. Terapi 1. Perawatan di ruang rawat inap bagi PPOK eksaserbasi


ringan sampai berat.
2. Perawatan di ICU bagi PPOK sangat berat dan PPOK
berat dengan ancaman gagal nafas.
3. Pengobatan dengan bronkodilator kerja cepat bagi PPOK
ringan.
Pengobatan no. 3 ditambah 1 atau lebih bronkodilator
kerja panjang dan dapat ditambahkan anti kolenergik
dan rehabilitasi pernafasan bagi PPOK sedang.
5. Pengobatan no. 4 ditambah dengan steroid inhalasi
dan/atau steroid sistemik bagi PPOK berat dan sangat
berat.
6. Bagi penderita PPOK sangat berat dapat diterapi dengan
terapi oksigen jangka panjang.
7. Mukolitik dan/atau ekspektoran.
8. Antibiotik dapat dierikan bita ada tanda-tanda infeksi.
8. Edukasi 1. Menghindari faktor risiko, seperti merokok.
2. Rehabilitasi pernafasan secara teratur, seperti melatih
otot-otot penafasan.
9. Prognosis
10. Tingkat Evidens
11. Tingkat
Rekomendasi
12. Penelaah Kritis 1. Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P, FINASIM
2. Dr. Zen Ahmad, SpPD, K-P, FINASIM
3. DR.dr. Joni Anwar, SpP
4. Dr. M. Yusuf Pohan, SpP
5. Dr. Sudarto, SpPD, K-P, FINASIM
13. Indikator Medis
14. Lama Perawatan
15. Kepustakaan 1. Rasyid A. PPOK. Dalam: Halim H, Rasyid A, Ahmad Z,
dkk. Naskah lengkap workshop pulmonologi pertemuan
ilmiah paru pulmonologi. Palembang: Penerbit Ilmu
Penyakit Dalam FK Unsri. 2002. Hal 121-38
2. Global initiative for chronic obstructive lung disease
(GOLD). Global strategy for the diagnosis, management,
and prevention of chronic obstructive pulmonary disease.
2009.
3. Senior RM and Atkinson JJ. Chronic obstructive
pulmonary disease: epidemiology, pathophysiology, and
pathogenesis. In: Fishman’s pulmonary diseases and
disorders. Fourth edition. Volumes 1 & 2. Medicine
University of Pennsylvania Medical Center Philadelphia,
Pennsylvania, 2008; 707-8.

Mengetahui / Menyetujui Palembang,….. April 2014


Ka. Departemen Penyakit Dalam Ketua. Divisi Pulmonologi

Dr. H.A. Fuad Bakry, SpPD, K-GEH Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P
NIP. 1952060619790051001 NIP.195601041984031001
137

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

PNEUMONIA KOMUNITAS
Kode. ICD J12 & ICD.J.15

1. Pengertian Infeksi pada parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis


(definisi) ditandai dengan gambaran konsolidasi baik klinis atau
radiologis yang didapatkan pada masyarakat di luar rumah
sakit.
Terminologi pneumonia dibagi berdasarkan
1. Kuman penyebab
- Pneumonia tipikal
- Pneumonia atipikal
2. Tingkat keparahan
- Pneumonia ringan
- Pneumonia sedang
- Pneumonia berat
3. Lokasi anatomis
- Pneumonia lobaris : yang mengenai satu lobus paru
- Bronkopneumonia : yang mengenai kumpulan alveoli
dan bronkus kecil
- Pleuropneumonia : yang mengenai pleura

2. Anamnesis Demam tinggi, batuk disertai dahak, sesak napas

3. Pemeriksaan Suhu tinggi, ada tanda-tanda konsolidasi paru (perkusi paru


Fisik yang pekak, ronkhi nyaring, suara pernapasan bronkial).
Dapat berbentuk manifestasi lain seperti efusi pleura,
pneumotorak atau hidropneumotorak.
4. Kriteria Diagnosis 1. Gejala klinis
- Demam tinggi
- Batuk yang berdahak yang perlu diperhatikan warna,
konsistensi dan jumlah
- Sesak napas
2. Pemeriksaan fisik
- Tanda-tanda konsolidasi paru seperti perkusi paru
pekak.
- Ronkhi nyaring
- Suara pernapasan bronkial
- Bisa dijumpai gambaran efusi pleura, pneumotorak
atau hidropneumotorak
3. Pemeriksaan penunjang
- Foto torak :
Ada infiltrat baru atau penambahan infiltrat. Infiltrat
dapat berupa bercak atau konsolidasi satu lobus
atau segmen paru.
Kavitas
Pembesaran kelenjar getah bening
Efusi pleura
- Darah rutin : biasanya menunjukkan gambaran
leukositosis, peningkatan neutrofil segmen dan laju
endap darah
Pemeriksaan sputum berupa pengecatan gram dan
kultur
138

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

5. Diagnosis Berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan fisik yang


menyokong, foto toraks PA relevan dengan gambaran
pneumonia
6. Diagnosis 1. Bronkiektasis
banding 2. Tb Paru
7. Pemeriksaan 1. Foto toraks PA
penunjang 2. Darah rutin, Kimia Darah (ureum, Na, Glukosa)
3. Analisa gas darah
4. Kultur dan resistensi sputum
8. Terapi 1. Istirahat.
2. Diet tinggi kalori tinggi protein, kecuali ada penyakit
penyerta seperti diabetes dan lainnya. Konsistensi dari
bubur sampai dengan nasi biasa.
3. Antibiotik tergantung kondisi :
 Pneumonia Komunitas rawat inap ruang biasa (non ICU):
- Respiratory fluroquinolone (Levofloksacin) atau
- Βeta-lactam ditambah makrolide
 Pneumonia Komunitas ICU :
- Beta-lactam ditambah azithromycin atau
- Beta-lactam ditambah respiratory fluroquinolone
(Levofloksacin)
9. Edukasi 1. Vaksinasi influenza dan pneumokokus pada orang yang
berisiko tinggi.
2. Program pengawasan dan pengontrolan infeksi untuk
pencegahan pneumonia nosokomial
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P, FINASIM
2. Dr. Zen Ahmad, SpPD, K-P, FINASIM
3. DR.dr. Joni Anwar, SpP
4. Dr. M. Yusuf Pohan, SpP
5. Dr. Sudarto, SpPD, K-P, FINASIM
14. Indikator Medis
15. Lama Perawatan
16. Kepustakaan 1. Pneumonia. Dalam: Sodoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata K, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid 3. Edisi ke-lima. Cetakan ke 2. Jakarta: Pusat
penerbitan Departemen Ilnu Penyakit Dalam FKUI;2010;
2196-2206
2. Ahmad Z. Buku Panduan Sub Bagian Pulmonologi.
Bagian Ilmu Penyakit dalam. FK Unsri/RSMH
Palembang. 2011
3. Ahmad Z, Sudarto, Nelda, Eva J. Editor. Buku Naskah
Kursus Penyegar Penyakit Paru. Edisi I. Lembaga
Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri. Palembang.
2013

Mengetahui / Menyetujui Palembang,….. April 2014


Ka. Departemen Penyakit Dalam Ketua. Divisi Pulmonologi

Dr. H.A. Fuad Bakry, SpPD, K-GEH Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P
NIP. 1952060619790051001 NIP.195601041984031001
139

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

PNEUMONIA NOSOKOMIAL
Kode. ICD J12 & ICD.J.15

1. Pengertian Infeksi pada parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis


(definisi) ditandai dengan gambaran konsolidasi baik klinis atau
radiologis yang didapatkan di dalam rumah sakit,
berdasarkan tempat perawatannya, pneumonia nosokomial
terbagi:
 Hospital acquired pneumonia (HAP) : pneumonia yang
terjadi setelah ≥ 48 jam dirawat, tidak diintubasi sewaktu
masuk rumah sakit
 Ventilator associated pneumonia (VAP) : pneumonia
yang terjadi setelah ≥ 48-72 jam setelah intubasi
endotrakea.
 Healthcare associated pneumonia (HCAP)

2. Anamnesis Demam tinggi, batuk disertai dahak, sesak napas

3. Pemeriksaan Suhu tinggi, ada tanda-tanda konsolidasi paru (perkusi paru


Fisik yang pekak, ronkhi nyaring, suara pernapasan bronkial).
Dapat berbentuk manifestasi lain seperti efusi pleura,
pneumotorak atau hidropneumotorak.
4. Kriteria Diagnosis 1. Gejala klinis
- Demam tinggi
- Batuk yang berdahak yang perlu diperhatikan warna,
konsistensi dan jumlah
- Sesak napas
2. Pemeriksaan fisik
- Tanda-tanda konsolidasi paru seperti perkusi paru
pekak.
- Ronkhi nyaring
- Suara pernapasan bronkial
- Bisa dijumpai gambaran efusi pleura, pneumotorak
atau hidropneumotorak
3. Pemeriksaan penunjang
- Foto torak :
Ada infiltrat baru atau penambahan infiltrat. Infiltrat
dapat berupa bercak atau konsolidasi satu lobus
atau segmen paru.
Kavitas
Pembesaran kelenjar getah bening
Efusi pleura
- Darah rutin : biasanya menunjukkan gambaran
leukositosis, peningkatan neutrofil segmen dan laju
endap darah
Pemeriksaan sputum berupa pengecatan gram dan
kultur
5. Diagnosis Berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan fisik yang
menyokong, foto toraks PA relevan dengan gambaran
pneumonia
140

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

6. Diagnosis 1. Bronkiektasis
Banding 2. Tb Paru
7. Pemeriksaan 1. Foto toraks PA
penunjang 2. Darah rutin, Kimia Darah (ureum, Na, Glukosa)
3. Analisa gas darah
4. Kultur dan resistensi sputum

8. Terapi 1. Istirahat.
2. Diet tinggi kalori tinggi protein, kecuali ada penyakit
penyerta seperti diabetes dan lainnya. Konsistensi dari
bubur sampai dengan nasi biasa.
3. Antibiotik tergantung kondisi :
 Pneumonia tanpa risiko MDR dan onset dini :
- Ceftriaxone atau
- Levofloksacin, Moxifloxcasin, ciprofloksacin atau
- Ampicillin/Sulbactam atau
- Ertapenem
 Pneumonia dengan risiko MDR atau onset lambat
- Sefalosporin antipseodomonas (cefemine ,
ceftazidime) atau
- Karbopenem antipseudomonas (imipenem atau
meropenem) atau
- Beta-lactam ditambah fluoroquinolone
antipseudomonas atau
- Aminoglikosida ditambah linezolid atau vancomycin
9. Edukasi 1. Vaksinasi influenza dan pneumokokus pada orang yang
berisiko tinggi.
2. Program pengawasan dan pengontrolan infeksi untuk
pencegahan pneumonia nosokomial
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P, FINASIM
2. Dr. Zen Ahmad, SpPD, K-P, FINASIM
3. DR.dr. Joni Anwar, SpP
4. Dr. M. Yusuf Pohan, SpP
5. Dr. Sudarto, SpPD, K-P, FINASIM
14. Indikator Medis
15. Lama Perawatan
141

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

16. Kepustakaan 1. Dahlan Z. Pneumonia. Dalam: Sodoyo AW, Setiyohadi


B, Alwi I, Simadibrata K, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid 3. Edisi ke-lima. Cetakan ke 2.
Jakarta: Pusat penerbitan Departemen Ilnu Penyakit
Dalam FKUI;2010; 2196-2206
2. Ahmad Z. Buku Panduan Sub Bagian Pulmonologi.
Bagian Ilmu Penyakit dalam. FK Unsri/RSMH
Palembang. 2011
3. Ahmad Z, Sudarto, Nelda, Eva J. Editor. Buku Naskah
Kursus Penyegar Penyakit Paru. Edisi I. Lembaga
Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri. Palembang.
2013

Mengetahui / Menyetujui Palembang,….. April 2014


Ka. Departemen Penyakit Dalam Ketua. Divisi Pulmonologi

Dr. H.A. Fuad Bakry, SpPD, K-GEH Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P
NIP. 1952060619790051001 NIP.195601041984031001
142

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

BRONKIEKTASIS
Kode : ICD. C34

1. Pengertian Penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (ektasis) dan


(definisi) distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan
kronik, persisten atau irreversibel. Kelainan bronkus itu
disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding
bronkusberupa destruksi elemen-elemen elastis, otot-otot
polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh-pembuluh
darah.

2. Anamnesis Batuk produktif yang berlangsung kronik dengan dahak


banyak terutama pagi hari. Jika ada infeksi sekunder
sputum berbau busuk. Sputum tampak terpisah menjadi 3
lapis.
Hemoptisis atau hemaptoe pada 50% kasus.
Sesak napas, kadang-kadang disertai mengi.
Demam yang sering berulang

3. Pemeriksaan Sianosis, jari tabuh.


Fisik Retraksi dinding dada dan berkurangnya gerakan dada
daerah yang terkena.
Ronkhi basah yang jelas pada lobus bawah paru yang
terkena.
Sering juga ditemukan wheeezing.
Pada kasus berat dijumpai tanda-tanda kor pulmonale
maupun payah jantung kanan.
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis
Batuk produktif berlangsung kronik, jumlah sputum
bervariasi, sesak napas, demam yang berulang
2. Pemeriksaan fisik
Sianosis, jari tabuh, ronkhi basah pada lobus bawah,
retraksi dinding dada, berkurangya gerakan dada,
kadang-kadang dijumpai wheezing.
3. Pemeriksaan penunjang
Foto dada : gambaran sarang tawon (honey comb
appereance)
5. Diagnosis 1. Pneumonia
Banding 2. Tb Paru

6. Pemeriksaan 1. Foto toraks PA


Penunjang 2. Spirometri
3. CT scan
143

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

7. Terapi 1. Pengelolaan umum


- membuat ruangan hangat, udara ruangan kering
- Mencegah/menghentikan merokok
- Mencegah/menghindari debu dan asap
- Melakukan drainase postural
- Mencairkan sputum yang kental
- Mengatur tempat tidur pasien
- Mengontrol infeksi saluran napas
2. Pengeloaan khusus
- Pemberian antibiotik empiris atau sesuai kultur
- Drainase sekret dengan bronkoskopi
- Pemberian bronkodilator jika ada tanda-tanda
obstruksi bronkus
- Pengobatan hipoksia : pemberian oksigen
- Pengobatan hemoptisis : obat-obat hemostatik
- Pengobatan demam
8. Prognosis Dubia

9. Edukasi  Menghindari faktor risiko


 Vaksinasi terhadap pertusis.

10. Prognosis
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P, FINASIM
2. Dr. Zen Ahmad, SpPD, K-P, FINASIM
3. DR.dr. Joni Anwar, SpP
4. Dr. M. Yusuf Pohan, SpP
5. Dr. Sudarto, SpPD, K-P, FINASIM
14. Indikator Medis
15. Lama Perawatan
16. Kepustakaan 1. Rahmatullah P. Bronkiektasis. Dalam Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati. Editor. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. 2010

Mengetahui / Menyetujui Palembang,….. April 2014


Ka. Departemen Penyakit Dalam Ketua. Divisi Pulmonologi

Dr. H.A. Fuad Bakry, SpPD, K-GEH Dr. Ahmad Rasyid, SpPD, K-P
NIP. 1952060619790051001 NIP.195601041984031001

Anda mungkin juga menyukai