Muhamad Firmansyah
1704716
ABSTRAK
ABSTRACT
Organoleptic testing is testing based on the sensing process. Sensing is defined as a physio-
psychological process, namely awareness or recognition of the sense organs of the properties of
objects due to the stimuli received by sense organs that come from these objects. Sensing can
also mean a mental reaction (sensation) if the sense media gets a stimulus (stimulus).
Organoleptic test has a high relevance to the quality of the product because it is directly related to
consumer tastes and to test one's ability to judge food. In addition, this method is quite easy and
fast to do, the results of measurements and observations are quickly obtained. Weaknesses and
limitations of organoleptic testing due to some sensory properties cannot be described, humans
who are made panelists can sometimes be affected by physical and mental conditions so that the
panelists become saturated and sensitivity decreases, and communication can occur between
managers and panelists.
1
Muhamad Firmansyah - 1704716 / PENILAIAN SENSORI PANGAN (Praktikum ke-1) (2019)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penilaian indera banyak digunakan untuk menilai mutu suatu komoditi hasil
pertanian dan makanan. Penilaian cara ini sangat disenangi karena dapat
dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Kadang-kadang penilaian ini dapat
memberi hasil yang sangat teliti. Dalam hal penilaian, penggunaan indera bisa
lebih teliti dari pada alat yang paling sensitif sekalipun. Praktikum ini kali ini akan
melakukan pengujian organoleptik yang akan mengenal bermacam – macam
reaksi penginderaan dari beberapa produk.
Dalam pelaksanaan uji kesukaan tidak membutuhkan sampel standar atau
sampel yang telah diuji sebelumnya sebagai sampel pembanding. Dengan
demikian, cara penyajiannya dilakukan secara berurutan, tidak sekaligus.
Keputusan untuk memasarkan produk baru tergantung dari pimpinan, berdasarkan
hasil yang diperoleh dari uji kesukaan
1.3 Tujuan praktikum
1.3.1 Mengetahui kemampuan seseorang untuk menggunakan inderanya
dalam menilai sesuatu produk
1.3.2 Mengenal bermacam-macam reaksi penginderaan dari suatu produk
1.3.3 Menilai benda atau komoditas yang diuji berdasarkan sikap atau kesan
yang diperoleh.
2
Cara Mengenali Sifat Inderawi 3
II. METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 30 Oktober 2019, yang
dibertempatkan di Lab. TPHP. Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sendok,
piring, pisau, gelas, apel, dodol, koya, rengginang, jeli, saus cabe, minyak goreng, air
kopi, air teh dan air susu.
Prosedur kerja dibagi menjadi dua yaitu pengenalan makanan padat dan makanan
cair pada makanan padat dilakukan uji penglihatan, pembauan, perabaan (tangan dan
mulut), pencicipan dan makanan cair dilakukan sama seperti makanan padat namun pada
perabaan dipijat dan dimakan oleh mulut.
Karakteristik Kenampakan
B. Pembauan
Karakteristik Bau
Apel √
Dodol √
Koya √
Rengginang √
Muhamad Firmansyah - 1704716 / PENILAIAN SENSORI PANGAN (Praktikum ke-1) (2019)
Jeli √
Terigu √
C. Perabaan
- Menggunakan Jari Tangan
Karakteristik Perabaan
Apel √ √ √
Dodol √ √ √
Koya √
Rengginang √ √ √
Jeli √ √
Terigu √ √
Karakteristik Perabaan
Apel √
Dodol √ √ √
Koya √ √ √
Rengginang √ √
Jeli √ √ √
D. Pencicipan
Karakteristik Pencicipan
Apel √ Meninggalkan
rasa pahit
4
Cara Mengenali Sifat Inderawi 5
Karakteristik Kenampakan
Minyak Putih +2 +1 +1 +2 -
Goreng Kekuningan
B. Pembauan
Karakteristik Bau
Minyak √
Goreng
Saus Cabe √
Sari Buah √
Air Kopi √
Air Teh √
Muhamad Firmansyah - 1704716 / PENILAIAN SENSORI PANGAN (Praktikum ke-1) (2019)
Air Susu √
C. Perabaan
- Menggunakan Jari Tangan
Karakteristik Perabaan
Minyak √ √ √
Goreng
Saus Cabe √ √ √
Air Kopi √ √
Air Teh √
Air Susu √
Karakteristik Perabaan
Saus Cabe √ √ √
Air Kopi √ √
Air Teh √
Air Susu √
D. Pencicipan
Karakteristik Pencicipan
6
Cara Mengenali Sifat Inderawi 7
3.2 Pembahasan
Dodol
Pada sampel Dodol memiliki bentuk persegi panjang dengan warna agak hitam ini,
sebenarnya warna dodol tergantung dari dari apa dodol dibuat dan ditambahkan BTP
warna yang mempengaruhi warna dodol, namun pada umumnya dodol memiliki warna
coklat tua. Dodol memiliki aroma agak tajam, aroma alami ini diperoleh dari komposisi
bahan dasar dari masing-masing bahan dan biasanya tanpa adanya bahan tambahan
lain sehingga aroma yang dimiliki tidak terlalu kuat. Dodol tergolong dalam pangan
semi basah (Intermediate moisture food) yang bertekstur kenyal, memiliki cita rasa
manis sehingga dapat langsung dimakan. Komposisi dodol menghasilkan karaginan
untuk meningkatkan kekenyalan pada tekstur dodol (Winarno (2002). Selain itu dodol
memiliki rasa sedikit manis dengan after taste dodol memiliki rasa manis.
Koya
Koya adalah bubuk atau serbuk gurih yang digunakan sebagai taburan pelengkap
makanan (Handayani dan Marwanti, 2011). Pada sampel koya memiliki bentuk padat
bubuk serbuk dengan warna putih, sesuai dengan koya pada umumnya yaitu
berbentuk serbuk gurih. Koya memiliki aroma yang tidak terlalu tercium dengan
tekstur lunak dan apabila dicicip dengan indera mulut memiliki tekstur rapuh, lembut
dan halus karena pada awalnya memang memiliki tekstur yang lunak sehingga dapat
dimakan dengan mudah. Koya ini memiliki rasa manis yang tidak begitu manis ini
disebabkan karena penambahan gula atau bahan baku yang tidak terlalu signifikan
untuk koya ini sehingga menciptakan rasa manis yang pas dan tidak terlalu manis.
Rengginang
Pada sampel rengginang memiliki bentuk tidak beraturan, ukuran kecil, warna
putih kekuningan. Warna kekuningan dibagian tengah renggiang ini menunjukkan
ketidak merataan pada proses pemasakan. Berdasarkan aroma rengginang agak
tajam, teksturnya keras, sedangkan menggunakan apabila dicicip rengginang memiliki
tekstur renyah dan kasar dan memiliki rasa asin. Dari uji organoleptik diatas dapat
disimpulkan rengginang masih dapat dimakan (layak) dikarenakan memiliki tekstur
yang renyah apabila penyimpanan rengginang terlalu lama menyebabkan tekstur
rengginang lembek dan tidak dapat dimakan. Tekstur rengginang apabila diraba
menggunakan tangan kasar dan berminyak ini disebabkan tekstur rengginang itu
sendiri dan proses penggorengan.
Jeli
Pada sampel jelly memiliki mutu yang baik karena kenyal, memiliki aroma yang
agak tajam karena flavor yang ada didalamnya agak tinggi kandungannya dan dilihat
dari tingkat kesukaan yaitu biasa. Tekstur jelly ini kenyal apabila dilakukan perabaan
dengan menggunakan jari dan terasa lembut dan kenyal ketika menggunakan mulut.
Pembuatan jelly umumnya ditambahkan essence aroma buah – buahan pada jelly,
senyawa ester beraroma anggur biasanya adalah etil heptanoat (Saparinto dan
8
Cara Mengenali Sifat Inderawi 9
Hidayati, 2006).. Jelly yang diamati memiliki rasa manis dan meninggalkan rasa
aftertaste manis juga karena memiliki rasa yang manis.
Minyak Goreng
Minyak goreng memiliki warna putih kekuningan dengan warna yang jerih, sedikit
keruh, sedikit kental dan lumayan encer seperti minyak pada umumnya. Bentuk
kekentalan minyak disebabkan karena sifat fisik minyak sendiri yang merupakan
senyawa kimia yang berasal dari gabungan 3 mol gliserol dan 1 mol asam lemak yang
dipengaruhi oleh tingkat viskositas dari setiap jenis minyak. Dalam pembuatannya,
tampilan minyak goreng dapat berbeda, ada yang jernih dan ada yang keruh. Minyak
jernih salah satunya menunjukkan kandungan asam lemak jenuh yang terdapat dalam
minyak goreng lebih sedikit dibandingkan dengan yang keruh. Sehingga dalam
pemilihan minyak goreng lebih baik memilih minyak goreng yang jernih dibandingkan
dengan minyak goreng yang jenuh. Warna minyak dapat dipengaruhi oleh adanya
zat-zat yang terkandung secara alamiah dalam bahan makanan yang mengandung
minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada prosos ekstraksi. Zat warna tersebut
antara lain alfa dan beta karoten, xiantofil, klorofil dan anthosianin. Zat warna ini
menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan
kemerah-merahan.
Flavor pada minyak atau lemak selain terdapat secara alami, juga terjadi karena
pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek sebaga hasil penguraian
pada kerusakan minyak atau lemak. Biasanya Flavor ini disebabkan oleh komponen
bukan minyak, seperti bau khas minyak kelapa sawit dikarenakan terdapat beta
ionone, sedangkan bau khas dari minyak kelapa ditimbulakan oleh nonil metal keton.
Sedangkan minyak pada sampel praktikum tidak memiliki aroma yang tajam,
perabaan sedikit lengket dan tentu saja berminyak.
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas minyak seperti kandungan air,
kandungan kotoran, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida,
titik cair, kandungan gliserida, refining loss, plastisitas, spreadibitas, kejernihan,
kandungan logam berat, serta bilangan penyabunan.
Saus Cabai
Pada sampel saus cabai memiliki sifat inderawi warna merah muda dan memiliki
viskositas kental. Saus adalah sampel paling kental dari kedua sampel lainnya,
namun tidak jernih. Tekstur kental dapat disebabkan penambahan bahan pengental
(Suryadi, 2010).Warna merah yang timbul berasal dari pigmen merah yang terdapat
secara alami pada cabe atau mungkin berasal dari penambahan zat pewarna alami.
Kekentalan saus cabe dikarenakan pada saat pembuatannya ditambahkan maizena
yang akan meningkatkan kekentalan saus dan mencegah terjadinya pemisahan air
dengan padatan saus pada saat penyimpanan. Aroma cabe tersebut sangat tajam
setelah dilakukan pengamatan menggunakan indera penciuman yang hampir
menyerupai cabe asli. Setelah dilakukan pengamatan dengan menggunakan jari dan
mulut, teksturnya kasar, agak lengket, dan kental. Saus cabe memiliki rasa pedas dan
agak asam, rasa asam ini berasal dari cuka yang ditambahkan pada saat
pembuatannya. Selain itu penambahan cuka dapat memberikan efek pengawetan
karena sebagian mikroorganisme tidak tahan terhadap kondisi asam..
Air Kopi
Pada sampel kopi apabila diamati memiliki warna cokelat kehitaman. Warna ini
disebabkan karena bubuk kopi tidak larut secara sempurna. Aroma kopi sangat tajam.
Muhamad Firmansyah - 1704716 / PENILAIAN SENSORI PANGAN (Praktikum ke-1) (2019)
Kopi yang diraba dengan menggunakan jari tangan memiliki tekstur kasar, bebutir
karena bubuk kopi tidak larut secara sempurna dan encer. Hal tersebut juga didapat
ketika menggunakan indera mulut. Kopi memiliki rasa sangat pahit karena senyawa
kafein sangat tinggi yang terdapat didalam kopi dan kopi meninggalkan aftertaste
pahit karena kopi yang disajikan bukan kopi yang ditambahkan gula sebagai bahan
tambahan sampel. Konsentrasi aroma kopi dapat menentukan mutu yang dimilikinya,
semakin tajam aroma maka semakin baik mutu dari teh dan kopi tersebut. Aroma dan
rasa pada kopi ini terbentuk pada saat biji kopi mengalami roasting (Tjahjadi dan
Marta, 2014).
Air Teh
Pada praktikum ini sampel air teh yang digunakan adalah teh tawar sehingga
memiliki rasa yang pahit tidak diberi bahan tambahan seperti gula. Teh memiliki warna
kuning keruh dengan viskositas encer. Teh memiliki aroma khas yang tajam dengan
tekstur perabaan halus disebabkan oleh teh celup tawar tidak memiliki ampas dimana
ampasnya tidak keluar dari saringan teh itu sendiri. Hal ini sama seperti pada teh-teh
pada umumnya yang ada pada literatur teh tawar tidak memiliki rasa dan memiliki
rasa aftertaste yang pahit juga. Teh ini akan lebih bagus ditambahkan gula apabila
dilakukan uji kesukaan.
Susu
Susu segar yang berkualitas baik mempunyai ciri-ciri tidak memiliki aroma yang
kuat, ada sedikit rasa manis dari laktosa (gula susu), warnanya putih sampai sedikit
kekuningan (akibat larutan zat karoten dalam lemak susu), belum terpisahnya lemak
dengan bagian susu yang lain, tidak terdapat lendir, serta tidak ada penggumpalan
protein susu yang sering terjadi jika susu mulai mengalami proses pengasaman
(Gaman dan Sherrington, 1992). Pada pengujian sampel susu ini didapatkan susu
memiliki warna putih tulang dan encer. Aroma khas susu yang mencolok dengan
indera perabaan dari jari maupun mulut sama sama memiliki tekstur yang lembut ini
menandakan susu dalam keadaan homogen karena susu yang diambil sampelnya
susu bubuk. Susu memiliki rasa yang manis dengan aftertaste manis juga ini
menandakan susu tersebut bukan susu murni melainkan susu bubuk yang dijual
dipasaran.
IV. SIMPULAN
Kenampakan pada suatu makanan dilakukan oleh keenam indera yang masing-
masing indera memiliki peranannya sendiri dalam menentukan kualitas mutu suatu
makanan.
1. Kenampakan suatu produk sangat penting dalam menunjang kualitas atau mutu
produk
2. Uji organoleptik merupakan metode yang cukup mudah dan cepat untuk dilakukan, hasil
pengukuran dan pengamatan cepat diperoleh
3. Kelemahan dan keterbatasan uji organoleptik diakibatkan beberapa sifat inderawi tidak
dapat dideskripsikan, manusia yang dijadikan panelis terkadang dapat dipengaruhi
oleh kondisi fisik dan mental sehingga panelis menjadi jenuh dan kepekaan menurun,
serta dapat terjadi salah komunikasi antara manajer dan panelis.
10
Cara Mengenali Sifat Inderawi 1
1
DAFTAR PUSTAKA
Huse, Mochamad Anugerah., Wignyanto., Ika, A.D. 2009. Aplikasi Edible Coating dari
Karagenan dan Gliserol untuk Mengurangi Penurunan Kerusakan Apel Romebeauty.
Jurnal Alumni dan Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP.
Universitas Brawijaya
K Sutiah, Firdausi Soffan, Setia Wahyu, Studi kualitas minyak goreng dengan parameter
viskositas dan indeks bias, Jurnal Voll 11, no.2, Jurusan Fisika FMIPA UNDIP
Meilgaard, dkk, 2000. Sensory evaluation techniques. Boston: CRC.
Saparinto, Cahyo. dan D. Hidayanti. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Penerbit : Kanisius,
Yogyakarta.
Suryadi. 2010. Dodol Nanas. Available online at :http://bisnisukm.com/tips-membuat-
dodol-nanas.html
Suryadi. 2010. Dodol Nanas. Available online at :http://bisnisukm.com/tips-membuat-
dodol-nanas.html. Diakses pada tanggal 04 November 2019.
Susiwi, 2009. Handout Penilaian Organoleptik, FPMIPA Universita Pendidikan Indonesia.
Tjahjadi, C dan H. Marta. 2014. Pengantar Teknologi Pangan: Volume 1 & 2. Jurusan
Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas
Padjadjaran, Jatinangor.
Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.