Diajukan untuk memenuhi laporan kasus untuk syarat dalam menempuh Program
Pendidikan Kepaniteraan Umum Ilmu Penyakit Dalam
Disusun oleh:
Siti Nurfaizah
H3A019020
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing,
-
1. Dengue Hemorrhagic Fever
17 Oktober 2019
Grade 2
BAB I
STATUS PASIEN
a. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn.H
Umur : 39 tahun
Alamat : Semarang Indah blok XIX Tawang Semarang
Pekerjaan :-
Agama : Kristen
Status : belum menikah
Pendidikan :-
Bangsal : Dahlia 4
No. RM : 5883XX
Tanggal Masuk RS : 17 Oktober 2019
Tanggal Pemeriksaan : 17 Oktober 2019
b. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di Bangsal Dahlia 4, tanggal 18 Oktober 2019 secara
autoanamnesis.
1. Keluhan Utama : Demam tinggi 6 Hari SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang hari Kamis,
tanggal 17 Oktober 2019 pukul 13.41 WIB dengan keluhan demam
sejak 6 hari SMRS. Awal mula pasien mengeluhkan demam mendadak
di siang hari saat sedang bekerja. Demam dirasakan terus menerus.
Demam sangat mengganggu aktifitas, tidak ada faktor yang
memperberat dan memperingan demam. Demam disertai dengan badan
lemas, menggigil,. Demam dirasa memuncak di hari ketiga lalu pasien
membawa berobat ke puskesmas. Setelah meminum obat dari
puskesmas tersebut demam hanya turun bila diminumi obat, dan nanti
akan naik lagi setelah beberapa jam. Lalu pasien merasa badanya
semakin sakit tidak enak dan pasien memriksakan ulang ke klinik dan
dilakuka cek laboratorium didapatkan dan didapatkan hasil Hemoglobin
15,0 gr/dL, leukosit 8000 mm3, trombosit 103.000/ mm3. Pasien juga
mengeluhkan perut nyeri di ulu hati, mual serta muntah apabila bila
diberi makan, serta sakit kepala hingga terasa berat, pasien juga
mengeluhkan kulit terdapat bercak kemerahan pada bagian tangan dan
kaki. Pasien tidak ada mimisan maupun gusi berdarah
BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien mengakui bahwa
disekitar rumah serta tempat bekerja banyak genangan air yang menjadi
sarang nyamuk.
5. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : disangkal
b. Riwaya alkohol : disangkal
c. Riwayat kurang konsumsi air minum : disangkal
d. Lingkungan rumah cukup bersih : diakui
e. Lingkungan banyak genangan air : diakui
f. Lingkungan banyak saramg nyamuk : diakui
g. Sanitasi, ketersediaan air bersih cukup: diakui
h. Konsumsi makanan : Asin (-), Pedas (+), Asam (-)
7. Anamnesis Sistemik:
a. Sistem indera : bibir biru (-), penglihatan berkurang (-),
telinga berdenging (-), hidung mimisan (-),
lidah kotor (-)
b. Sistem neuropsikiatri : pusing (-), kepala berat (+), cemas (-)
c. Sistem respirasi : batuk (-), sesak nafas (-), pilek (-)
d. Sistem kardiovaskuler: Sesak nafas (-) , nyeri dada (-), berdebar –
debar (-)
e. Sistem gastrointestinal : Mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (+),
diare (-), sulit BAB (-), perut kembung (-)
f. Sistem muskuloskeletal: nyeri otot (-), nyeri sendi (-)
g. Sistem genitourinaria : Sering kencing (-), nyeri saat kencing
(-), anyang- anyangan (-), panas saat
BAK (-)
h. Ekstremitas:
1) Atas: bengkak (-), Luka (-), gemetar (-), kesemutan(-),sakit
sendi (-), bercak kemerahan / ptekie (+/+).
2) Bawah: bengkak (-), Luka (-), gemetar (-), jari dingin (-),
kesemutan di kaki (-), sakit sendi (-), bercak
kemerahan / ptekie (+/+).
i. Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), Kulit
bercak kemerahan (+)
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di Bangsal Dahlia 4, tanggal 17 Oktober 2019
1. Keadaan Umum : Lemas
2. Kesadaran : Compos mentis
3. GCS : E4M6V5 = 15
4. Vital sign : TD : 101/54 mmHg
Nadi : 102 x/menit, reguler
RR : 18 x/menit
T : 38,3C (axiler)
Status Gizi :TB : 150 cm
BB : 45 kg
IMT : 19,39 (normoweight)
5. Skala nyeri :0
6. Risiko jatuh : 20 (Risiko ringan)
7. Status Generalis
a. Kepala : mesocephal
b. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil
anisokor (-/-)
c. Telinga : deformitas (-/-), nyeri (-/-), darah (-/-)
d. Hidung : deformitas (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
e. Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), gusi berdarah
(-)
f. Leher : pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-), penggunaan otot
bantu pernafasan strenocleidomastoideus
g. Thoraks
1) Jantung
a) Inspeksi : Ictus codis tidak tampak
b) Palpasi : ictus cordis teraba (-), pulsus epigastrium (-),
pulsus parasternal (-), thrill(-), sternal lift (-)
c) Perkusi
o Atas jantung : ICS 2 linea parasternal
sinistra
o Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis
sinistra
o Kiri bawah jantung : ICS 5 linea midclavicularis
sinistra 2 cm ke medial
o Kanan bawah jantung : ICS 5 linea parasternalis
dextra
Auskultasi : BJ ireguler (-)
Bising jantung / murmur (-)
2) Pulmo
1. Inspeksi
2. Palpasi
4. Auskultasi
Suara tambahan
Belakang
1. Inspeksi
2. Palpasi
Stem Fremitus Tidak ada pengerasan dan Tidak ada pengerasan dan
pelemahan pelemahan
3. Perkusi
Lapang paru sonor seluruh lapang paru sonor seluruh lapang paru
4. Auskultasi
Suara tambahan
Wheezing - -
Ronki kering - -
Ronki basah - -
Stridor - -
8. Abdomen
1) Inspeksi : Datar, warna kulit tampak kemerahan, massa (-)
2) Auskultasi : bising usus (+) 10x/menit
3) Perkusi : tympani seluruh lapang abdomen pekak sisi (+),
Pekak alih (-)
4) Palpasi : nyeri tekan (-), Hepar dan Lien teraba (-)
9. Ekstremitas
Superior Inferior
c. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap (17 Oktober 2019)
d. DAFTAR ABNORMALITAS
Pemeriksaan
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Penunjang
e. DAFTAR MASALAH
1. Dengue Hemorrhagic Fever grade 2 : (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12)
Initial plan
a. Diagnosis: -
b. Terapi
1) Non medikamentosa
Bedrest
2) Medikamentosa =
infus RL 30 tpm
Paracetamol 3 x 500 mg
Vitamin B Complek tab 2x1
c. Monitoring
Keadaan Umum
Tanda-tanda vital
Cek darah rutin pagi-sore
d. Edukasi
Anjurkan makan perlahan
Anjurkan banyak minum air putih
I. PROGRES NOTE
Tanggal Follow up
18/ 10/ 2019 S Pasien mengatakan mual berkurang,
pusing
O KU: Cukup
Kesadaran compos mentis
TD: 88/64 mmHg
N: 85x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,7ºC
A DHF
P Monitoring KU, TTV
Inf.RL 20 tpm
Paracetamol tab 3 x 500mg
Sucralfat Syr 3x15cc
19/ 10/ 2019 S Pasien mengatakan mual muntah
O KU: baik
Kesadaran compos mentis
TD: 90/54 mmHg
N: 94x/menit
RR: 22x/menit
Suhu: 36,5 ºC
A DHF
P Monitoring KU, TTV
Inf.RL 20 tpm
Inj. Ondansentron 2x1
Paracetamol tab 3 x 500mg
Sucralfat Syr 3x15cc
20/ 10/ 2019 S Pasien mengatakan mual berkurang
O KU: baik
Kesadaran compos mentis
TD: 1590/59mmHg
N: 81x/menit
RR: 22x/menit
Suhu: 36,5 ºC
A DHF
P Monitoring KU, TTV
Inf.RL 20 tpm
Paracetamol tab 3 x 500mg
Sucralfat Syr 3x15cc
BAB II
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
A. DEFINISI
DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue tipe 1-4, dengan manifestasi klinis demam
mendadak 2-7 hari disertai gejala perdarahan dengan atau tanpa syok,
disertai pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia (trombosit
kurang dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih dari
nilai normal.
B. EPIDEMIOLOGI
Sejak 20 tahun terakhir, terjadi peningkatan frekuensi infeksi virus
dengue secara global. Di seluruh dunia 50-100 miliyar kasus telah
dilaporkan. Setiap tahunnya sekitar 500.000 kasus DBD perlu perawatan di
rumah sakit, 90% diantaranya adalah anak – anak usia kurang dari 15
tahun. Angka kematian DBD diperkirakan sekitar 5% dan sekitar 25.000
kasus kematian dilaporkan setiap harinya.
C. ETIOLOGI
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4x106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-
1 , DEN-2, DEN 3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam
dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotipe ditemukan di
Indonesia dengan DEN- 3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi
silang antara serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever,
Japanese encephalitis dan West Nile virus. Dalam laboratorium virus dengue
dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus , kelinci , anjing ,
kelelawar dan primata. Survei epidemilogi pada hewan
ternak didapatkan antibodi terhadap virus dengue pada hewan kuda , sapi
dan babi. Penelitian pada artropoda menunjukkan virus dengue dapat
bereplikasi pada nyamuk genus Aedes {Stegomyia) dan Toxorhynchites.
D. FAKTOR RESIKO
1. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, misalnya: timbunan sampah,
timbunan barang bekas, genangan air yang seringkali disertai di
tempat tinggal pasien sehari-hari.
2. Adanya jentik nyamuk Aedes aegypti pada genangan air di tempat
tinggal pasien sehari-hari.
3. Adanya penderita demam berdarah dengue (DBD) di sekitar pasien.
E. TRANSMISI
DBD diketahui disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue
merupakan RNA virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan
dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus ini termasuk
kedalam kelompok arbovirus B, famili Flaviviridae, genus
Flavivirus. Flavivirus merupakan virus yang berbentuk sferis,
berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA positif sense yang
terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi
oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70oC.
Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN2, DEN 3,
DEN 4.
1. Fase demam
Pada kasus ringan semua tanda dan gejala sembuh seiring
dengan menghilangnya demam. Penurunan demam terjadi secara
lisis, artinya suhu tubuh menurun segera, tidak secara bertahap.
Menghilangnya demam dapat disertai berkeringat dan perubahan
pada laju nadi dan tekanan darah, hal ini merupakan gangguan
ringan sistem sirkulasi akibat kebocoran plasma yang tidak berat.
Pada kasus sedang sampai berat terjadi kebocoran plasma yang
bermakna sehingga akan menimbulkan hipovolemi dan bila
berat menimbulkan syok dengan mortalitas yang tinggi.
E. DIAGNOSIS
Kriteria untuk mendiagnosis dengue (dengan atau tanpa
warning sign) dan severe dengue dapat dilihat pada
Gambar2.6.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
menunjang diagnosis DBD adalah pemeriksaan darah lengkap, urine,
serologi dan isolasi virus. Yang signifikan dilakukan adalah
pemeriksaan darah lengkap, selain itu untuk mendiagnosis DBD
secara definitif dengan isolasi virus, identifikasi virus dan serologis.
Darah Lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar
hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai
hematokrit yang selalu dijumpai pada DBD merupakan indikator
terjadinya perembesan plasma, Selain hemokonsentrasi juga
didapatkan trombositopenia, dan leucopenia.
Isolasi Virus
Ada beberapa cara isolasi dikembangkan, yaitu:
Identifikas Virus
Adanya pertumbuhan virus dengue dapat diketahui dengan
melakukan fluorescence antibody technique test secara langsung atau
tidak langsung dengan menggunakan cunjugate. Untuk identifikasi
virus dipakai flourensecence antibody technique test secara indirek
dengan menggunakan antibodi monoclonal.
Uji Serologi
1. Uji hemaglutinasi inhibasi (Haemagglutination Inhibition Test =
HI test)
Diantara uji serologis, uji HI adalah uji serologis yang
paling sering dipakai dan digunakan sebagai baku emas pada
pemeriksaan serologis. Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam uji HI ini :
2. Pemeriksaan Radiologi
Kelainan yang bisa didapatkan antara lain:
e. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastik. Pada
leukemia demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak
sangat anemis. Pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang akan
memperjelas diagnosis leukemia. Pada anemia aplastik anak sangat
anemik, demam timbul karena infeksi sekunder.3
H. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan panduan WHO 2009, pasien dengan infeksi dengue
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu Grup A, B, dan C.5 Pasien
yang termasuk Grup A dapat menjalani rawat jalan. Sedangkan pasien
yang termasuk Grup B atau C harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Sampai saat ini belum tersedia terapi antiviral untuk infeksi dengue. Prinsip
terapi bersifat simptomatis dan suportif.
1. Grup A
Grup A adalah pasien yang tanpa disertai warning signs dan
mampu mempertahankan asupan oral cairan yang adekuat dan
memproduksi urine minimal sekali dalam 6 jam. Sebelum diputuskan
rawat jalan, pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan. Pasien dengan
hematokrit yang stabil dapat dipulangkan. Terapi di rumah untuk
pasien Grup A meliputi edukasi mengenai istirahat atau tirah baring dan
asupan cairan oral yang cukup, serta pemberian parasetamol. Pasien
beserta keluarganya harus diberikan KIE tentang warning signs
secara jelas dan diberikan instruksi agar secepatnya kembali ke rumah
sakit jika timbul warning signs selama perawatan di rumah.
2. Grup B
Grup B meliputi pasien dengan warning signs dan pasien
dengan kondisi penyerta khusus (co-existing conditions). Pasien dengan
kondisi penyerta khusus seperti kehamilan, bayi, usia tua, diabetes
mellitus, gagal ginjal atau dengan indikasi sosial seperti tempat tinggal
yang jauh dari RS atau tinggal sendiri harus dirawat di rumah sakit.
Jika pasien tidak mampu mentoleransi asupan cairan secara oral dalam
jumlah yang cukup, terapi cairan intravena dapat dimulai dengan
memberikan larutan NaCl 0,9% atau Ringer’s Lactat dengan kecepatan
tetes maintenance. Monitoring meliputi pola suhu, balance cairan
(cairan masuk dan cairan keluar), produksi urine, dan warning signs.
Kelainan Ginjal
Oedema Paru
J. PENCEGAHAN
Demam berdarah dapat dicegah dengan memberantas jentik-jentik
nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti) dengan cara melakukan PSN
(Pembersihan Sarang Nyamuk) Upaya ini merupakan cara yang terbaik,
ampuh, murah, mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat, dengan cara
sebagai berikut:
K. PROGNOSIS
Prognosis DHF ditentukan oleh derajat penyakit, cepat tidaknya
penanganan diberikan, umur, dan keadaan nutrisi. Prognosis DBD derajat I
dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila dapat dideteksi secara
cepat maka pasien dapat ditolong. Angka kematian pada syok yang tidak
terkontrol sekitar 40-50 % tetapi dengan terapi penggantian cairan yang
baik bisa menjadi 1-2 %. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, dan
Jakarta memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit DHF
pada orang dewasa umumnya lebih ringan daripada anak-anak. Pada
kasus- kasus DHF yang disertai komplikasi dan ensefalopati prognosisnya
buruk.
DAFTAR PUSTAKA
10. Lanciotti RS. Rapid detection and typing of dengue viruses from
clinical samples by using reverse transcriptase-polymerase chain reaction.
J Clin Microbiol 2008;30:545-51.