Kisah Ubay ibn Ka'b RA - Salah seorang Sumber Ilmu dan Kebijaksanaan.
Ubay ibn Ka'b adalah penduduk Yatsrib yang sangat cerdas, gemar membaca dan pandai
menulis. Saat kedatangan Mush'ab ibn Umar yang diutus Rosulullah untuk mengajarkan
agama Islam kepada penduduk Yatsrib, ia langsung bergabung dan menyatakan
keislamannya, ikut dibai'at di Aqobah dan ikut menyambut Rosulullah ketika beliau hijrah ke
Yatsrib.
Karena kepandaiannya menulis, Ubay dipilih Rosulullah sebagai salah seorang pencatat dan
penulis ayat Al Qur'an yang diwahyukan Allah kepada RosulNya. Dia juga senantiasa berada
disamping Rasulullah ketika beliau berada di majlis ilmu atau masjid.
Karena perannya itu , suatu hari Rasulullah bersabda : "Wahai Ubay, Jibril menyuruhku untuk
membacakan ayat Al Qur'an kepadamu".
Dengan takjub Ubay menjawab : "Allah menyebutkan namaku kepadamu..?".
"Ya... Dia menisbahkanmu kepada malaikat tertinggi".
Lalu Rasulullah menyampaikan ayat Al Qur'an kepada Ubay untuk dicatatnya :
َ مومممما/ ب قمييممممةة اف يمتتتلوُ ت
صممتحةفاَ تم م
ففيهممماَ تكتتمم ة/ طههَمممرةة َ مرتسوُةل فممن ه/ ب مواتلتمتشفرفكيمن تمتنفميكيمن محتهَىى تمأتتفيمهتتم اتلبميينمةت لمتم يمتكفن الهَفذيمن مكفمتروا فمتن أمتهفل اتلفكمتاَ ف
َ صملةم مويتتؤتتوُا الهَزمكاَةم َصيمن لمهت اليديمن تحنممفاَمء مويتفقيتموُا ال ه ام تمتخلف ف َ مومماَ أتفمتروا إفهَل لفيمتعبتتدوا ه/ ب إفهَل فمتن بمتعفد مماَ مجاَمءتتهتتم اتلبميينمةت ق الهَفذيمن تأوتتوُا اتلفكمتاَ م تمفمهَر م
إفهَن الهَفذيمن آممنتمموُا مومعفملتمموُا/ ك هتتم مشرَر اتلبمفريهَفة ى
ب مواتلتمتشفرفكيمن ففيِ مناَفر مجهمنهَمم مخاَلففديمن ففيمهاَ َ تأولمئف م إفهَن الهَفذيمن مكفمتروا فمتن أمتهفل اتلفكمتاَ ف/ ك فديتن اتلقمييممفة موىمذلف م
ضموُا اتمم معتنتهمتم مومر ت َضمميِ ه ت معتدنن تمتجفريِ فمتن تمتحتفمهاَ اتلمتنمهاَتر مخاَلففديمن ففيمهاَ أممبمةدا مر ف مجمزاتؤهتتم فعتنمد مربيفهتم مجهَناَ ت/ ك هتتم مختيتر اتلبمفريهَفة ت تأو ىلمئف م
صاَلفمحاَ فَال ه
ك لفممتن مخفشميِ مربهَهت معتنهت َ ىمذلف م
"Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka)
tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,
(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang
disucikan (Al Quran), di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus.
Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka)
melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. Padahal mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. Sesungguhnya orang-orang yang kafir
yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka
kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ´Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun
ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada
Tuhannya". (QS 98 - Al-Bayyinaħ : 1-8)
Ubay menangis terharu dan bahagia saat mendengarkan wahyu yang disampaikan Rasulullah
kepadanya untuk dicatat. Dia merasa bangga atas keutamaan yang diberikan Allah melebihi
sahabat lainnya.
Sepeninggal Rasulullah, Ubay tetap setia kepada Khalifah Abu Bakar dan sering diminta
untuk berceramah serta membari nasihat.
Dia juga mengusulkan agar ayat-ayat Al Qur'an yang ditulis pada tulang, kulit dan pelepah
kurma dikumpulkan dan dibuat mushaf Al Qur'an. Namun pembuatan mushaf Al Qur'an ini
baru terlaksana pada saat kekhalifahan Utsman ibn Affan.
Ubay ibn Ka'b meninggal saat kekhalifahan Umar ibn Al Khathab. Semoga Allah merahmati
Ubay yang sangat bejasa dengan catatan-catatan ayat Al Qur'annya.
Isi pokok dari QS. al-Bayyinah di antaranya mengenai pernyataan Ahli Kitab dan orang-
orang kafir (Musyrik) bahwa mereka akan tetap dalam agamanya masing-masing sampai
datang Nabi yang telah dijanjikan oleh Tuhan. Setelah Nabi Muhammad SAW datang,
mereka berpecah belah, ada yang beriman dan ada yang tidak, pada hal Nabi yang datang itu
sifat-sifatnya sesuai dengan sifat-sifat yang mereka kenal pada kitab-kitab mereka dan
membawa ajaran yang benar yaitu ikhlas dalam beribadah, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat.
Pada ayat pertama mengandung artian bahwa kaum Kafir dan Ahlul Kitab tidak mau
meninggalkan agamanya sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata.
Ahli kitab adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dan yang dimaksud dengan orang-orang
musyrik adalah para penyembah berhala dan api, baik dari masyarakat Arab maupun non
Arab. Mujahid mengatakan bahwa mereka “mungfakkiina” (“tidak akan meninggalkan”)
artinya, mereka tidak akan berhenti sehingga kebenaran tampak jelas di hadapan mereka.
Maka pada ayat ke 2-3 Allah menegaskan kembali apa ucapan mereka yakni bahwa
bukti nyata yang meraka harapkan dan siapa yang mereka nantikan adalah seorang Rasul
yang merupakan utusan Allah yang membacakan kepada mereka lembaran-lembaran yang
disucikan dari segala najis dan kekotoran immaterial seperti syirik dan dosa yang di
dalamnya terdapat kitab-kitab yakni ketetapan hukum yang sangat lurus, menjadi pedoman
bagi kebahagiaan hidup pribadi dan masyarakat dunia akhirat.
Ayat 2-3 juga mengacu pada surat an-Nisaa: 174; bahwa Allah telah mendatangkan bukti
nyata kebenaran dengan diturunkannya Nabi Muhammad SAW. dengan mukjizat. Dengan
memandang keutamaan rasio yang tersirat dalam seruan “hai sekalian manusia”, maka seruan
itu diserukan pada orang-orang yang mengingkari kebenaran. Mereka berasal dari orang-
orang musyrik yang membantah ketuhanan dan kerasulan.
Ini merujuk pada surat an-Nisaa (174):
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang
benderang (Al Quran).
Kemudian pada ayat ke lima diartikan bahawa mereka enggan percaya serta berselisih
satu sama lain padahal mereka tidak diperintahkan yakni tidak dibebani tugas baik yang
terdapat dalam kitab-kitab maupun melalui Rasul yang menyampaikannya, kecuali supaya
mereka menyembah yakni beribadah dan tunduk kepada Allah SWT. dengan memurnikan
untuk-Nya dan juga mereka diperintahkan supaya mereka melaksanakan shalat secara baik
dan menunaikan zakat dengan sempurna sesuai ketentuan yang sudah ditetapkan.
Karena adanya perpecahan mereka kaum Kafir maka pada ayat yang ke lima dengan
nada mencerca, Allah menegaskan bahwa mereka tidak diperintah kecuali untuk menyembah
Allah. Perintah yang ditujukan kepada mereka adalah untuk kebaikan dunia dan agama
mereka, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang berupa ikhlas lahir batin dalam
berbakti kepada Allah dan membersihkan amal perbuatan dan syirik menjauhkan dirinya dari
kekufuran kepada agama tauhid dengan mengikhlaskan ibadah kepada Allah. Pada ayat yang
terakhir Allah juga menjanjikan adanya surga bagi mereka yang beriman kepada-Nya, dan
neraka bagi mereka yang mengingkari-Nya.