Anda di halaman 1dari 3

NAMA : CITRA MAWAR INDAH RHAMSY

STAMBUK : 196602061

PENGERTIAN IMAN MENURUT PARA AHLI

1. Ahlus Sunnah wal Jama’ah


Ahlus Sunnah wak Jama’ah adalah golongan-golongan orang yang
mengikuti apa yang pernah ditempuh oleh Rasulullah SAW dan para
sahabatnya.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah menyatakan bahwa iman mencakup tiga hal yaitu:

 Berikrar dengan hati.


 Pengucapan dengan lisan.
 Pengamalan dengan anggota badan.
2. Ali Bin Abi Thalib
Menurut Ali bin Abi Talib Khalifah ke-4 umat muslim didunia
mengatakan “iman adalah ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar
dengan hati dan perbuatan dengan anggota.”

3. Aisyah r.a.
Menurut istri Nabi Muhammad SAW yang mendapat gelar ibunya para
orang-orang mukmin Aisyah r.a., beliau mengatakan bahwa “Iman kepada
Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan
mengerjakan dengan anggota.”

4. Imam al-Ghazali
Menurut pendapat Imam al-Ghazali iman merupakan suatu Pengakuan
dengan lidah (lisan) dan membenarkan pengakuan itu dengan hati serta
mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota).

5. Imam Malik, Asy Syafi’I Ahmad

Menurut pendapat Imam iman Malik, Asy Syafi’I Ahmad merupakan


pengakuan yang melahirkan sikap menerima dan tunduk. Kata beliau makna
ini cocok dengan makna iman dalam istilah syari’at. Dan beliau mengkritik
orang yang memaknai iman secara bahasa hanya sekedar pembenaran hati
(tashdiq) saja tanpa ada unsur menerima dan tunduk. Kata ’iman’ adalah fi’il
lazim (kata kerja yang tidak butuh objek), sedangkan tashdiq adalah fi’il
muta’addi (butuh objek) (Lihat Syarh Arba’in, hal. 34)
DEFINISI TAQWA MENURUT PARA ULAMA

1. Ibnu Qayyim
Menurut pendapat Ibnu Qayyim “Hakikat takwa adalah menaati Allah atas
dasar iman dan ihtisab, baik terhadap perkara yang diperintahkan atau pun
perkara yang dilarang. Oleh karena itu, seseorang melakukan perintah itu
karena imannya, yang diperintahkan-Nya disertai dengan pembenaran
terhadap janji-jani-Nya. Dengan imannya itu pula, ia meninggalkan yang
dilarang Allah dan takut terhadap ancaman-Nya.

2. Imam Ar-Raghib Al-Asfahani


Menurut Imam Ar-Raghib Al-Asfahani “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari
perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang
dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang
dihalalkan”

3. Imam An-Nawawi
Menurut Imam An-Nawawi mendenifisikan taqwa “Menta’ati perintah
dan laranganNya”. Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah
Subhanahu wa Ta’ala .

4. Imam Al-Jurjani
Menurut Imam Al-Jurjani “ Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Allah
dengan menta’atiNya. Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan
siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya”

5. Syekh Nashar Abadzi


Menurut Syekh Nashar Abadzi yang merupakan salah seorang sufi
ternama di zamannya, mendefinisikan taqwa “taqwa adalah seorang hamba
yang tidak takut kepada apapun kecuali hanya kepada Allah swt.”. Barangkali
takut yang dimaksudkan oleh imam Nashr bukanlah seseorang yang takut
terhadap binatang buas, yang memiliki kecendrungan untuk menjauhi atau
menghindari binatang buas tersebut. Namun takut kepada Allah justru
semakin mendekatkan diri kepadaNya.

6. Imam Sahal 
Menurut Imam Sahal berpendapat bahwa taqwa itu adalah meninggalkan
perbuatan dosa. Menurut beliau “Barangsiapa yang menginginkan agar
takwanya benar, maka dia harus meninggalkan segala perbuatan dosa.”
7. Al-washiti 
Al-washiti berkata : “Yang dimaksud takwa adalah orang yang selalu
memelihara kepatuhannya terhadap Allah.”

8. Ulama sufi
Sebagian Ulama sufi berpendapat : “orang yang mampu mewujudkan
ketaatannya, maka Allah akan memudahkan hatinya untuk berpaling dari
kemewahan duniawi.”

9. Abu Bakar Muhammad Ar-Rudzabari 


Abu Bakar Muhammad Ar-Rudzabari : “Yang dimaksud takwa adalah
meninggalkan sesuatu yang dapat menjauhkan diri dari Allah swt.”

10. Dzun Nun Al-Misri 


Dzun Nun Al-Misri : “Orang yang bertakwa adalah orang yang tidak
mengotori jiwa lahirnya dengan hal-hal yang bertentangan dan tidak
mengotori jiwa batinnya dengan interaksi sosial. Dalam kondisi demikian,
orang itu akan mengadakan hubungan dengan Allah, dan dapat berinteraksi
secara sosial.”

11. Ibnu Athoilah 


Ibnu Athoilah : “Takwa itu dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yakni
takwa lahir dan takwa batin. Takwa lahir adalah menjauhkan diri dari hal-hal
yang dilarang. Sedangkan takwa batin ialah niat dan ikhlas.”

12. Imam Abu Hafsh 


Imam Abu Hafsh : “Takwa itu harus ditanamkan pada perbuatan yang
halal murni, bukan pada yang lain.”

13. Imam Abul Husain Al-Zunjani


Imam Abul Husain Al-Zunjani : “Barangsiapa yang mempunyai modal
takwa, maka berbagai ungkapan sifat buruk akan tertolak.”

Anda mungkin juga menyukai