Anda di halaman 1dari 88

Chapter 7

Cost Theory and Estimation

Sumber:
1. Diktat Dr. Benny Budiawan Tjandrasa
2. PPT Chandra Kuswoyo, S.E., M.T.
Economic Cost & Accounting Cost
• Accounting cost: biaya-biaya yang benar-
benar dikeluarkan dan dicatat sebagai
historical cost, biasanya digunakan untuk
laporan keuangan perusahaan dan dasar
pembayaran pajak.
• Economic cost (opportunity cost): biaya yang
relevan dalam pengambilan suatu keputusan
Explicit & Implicit Cost
• Explicit cost: biaya yang benar-benar
dikeluarkan untuk membayar faktor produksi
tenaga kerja dan lainnya yang diperlukan oleh
suatu perusahaan dalam berproduksi.
• Implicit cost: menunjukkan nilai input yang
dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan
dalam berproduksi, besarnya nilai ini adalah
sama dengan nilai alternatif terbaik bila input
tersebut digunakan di tempat lain.
Sifat Biaya
• Opportunity cost mencakup implicit dan
explicit cost yang akan digunakan oleh
perusahaan untuk berproduksi.
• Incremental cost: besarnya penambahan total
cost yang dikarenakan pengambilan keputusan
seperti penambahan mesin baru.
• Sunk cost: biaya yang sudah dikeluarkan dan
tidak bisa dihindari karena tidak bisa diganti
walaupun sudah dilakukan perbaikan.
Short-run Cost Function
• Fixed cost: biaya yang tidak dipengaruhi oleh
volume produksi
• Variable cost: biaya yang besarnya bervariasi
tergantung dari volume produksi
• Variable cost adalah fungsi dari volume
produksi
Rumus dalam Teori Biaya
Total Cost = TC = f(Q)
Total Fixed Cost = TFC
Total Variable Cost = TVC
TC = TFC + TVC
Average Total Cost = ATC = TC/Q
Average Fixed Cost = AFC = TFC/Q
Average Variable Cost = AVC = TVC/Q
ATC = AFC + AVC
Marginal Cost = TC/Q = TVC/Q
Cost-Volume-Profit (BEP) Analysis
• Analisis yang menunjukkan hubungan antara
TR, TC & total (profit) pada berbagai tingkat
produksi.
• Titik impas dalam satuan mata uang dan unit

FC FC
BEPRp  BEPQ 
1
VC P  VC
P
Grafik BEP
Operating Leverage
• pengaruh dari penggunaan Fixed Operating
Cost yang melipatgandakan perubahan EBIT
yang disebabkan oleh perubahan sales
Leverage dalam Laporan Laba Rugi
Degree of Operating Leverage
• ukuran yang menunjukkan seberapa besar
perubahan tertentu volume penjualan
berpengaruh terhadap laba operasi bersih (net
operating income atau EBIT).
• Atau dengan kata lain, bila penjualan berubah
1%, maka EBIT berubah sebesar DOL.
=
Degree of Operating Leverage
=

Q = Jumlah penjualan dalam unit


P = Harga jual per unit
VC = biaya variabel per unit
FC = biaya tetap
Contoh Soal
Misalkan diketahui:
Harga jual sebuah produk = $10/unit
Biaya variabel per unit = $5/unit
Biaya tetap total = $2,500

1.Bila penjualan produk meningkat 50% berapakah DOLnya?


2.Bila penjualan produk menurun 50% berapakah DOLnya?
3.Gunakan rumus untuk menghitung DOL.
4.Gambarkan grafiknya dengan menggunakan Y adalah jumlah
uang dan X adalah Quantity.
Penjabaran dalam bentuk tabel
Sales 500 1.000 1.500
Sales Revenue 5.000 10.000 15.000
Fixed operating cost -2.500 -2.500 -2.500
Variable operating cost -2.500 -5.000 -7.500
EBIT 0 2.500 5.000
Grafik
Chapter 8
Struktur Pasar: Persaingan Sempurna,
Monopoli, dan Persaingan Monopolistik

Sumber:
1. Diktat Dr. Benny Budiawan Tjandrasa
2. PPT Chandra Kuswoyo, S.E., M.T.
Struktur Pasar
• Struktur pasar mengacu pada
lingkungan/suasana persaingan dimana
pembeli dan penjual suatu produk beroperasi.
• Terdapat 4 tipe struktur pasar:
1. Persaingan Sempurna
2. Monopoli
3. Persaingan Monopolistis
4. Oligopoli
Persaingan Sempurna
• Keleluasaan untuk masuk maupun keluar dari
industri yang bersangkutan
• pembeli dan penjual produk yang jumlahnya
besar
• produk bersifat homogen
• masing-masing pelaku transaksi kuantitasnya
relatif kecil sehingga tidak dapat
mempengaruhi harga
Monopoli, Monopolistis, Oligopoli
• Monopoli, yaitu struktur pasar yang dicirikan
dengan adanya hanya satu produsen.
• Persaingan monopolistis, hampir sama dengan
pasar persaingan sempurna tetapi konsumen
menganggap adanya perbedaan antara
produk/jasa satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya.
• Oligopoli adalah struktur pasar dimana jumlah
produsen yang melayani pasar sedikit.
Keputusan Output dan Harga
• Keputusan tentang jumlah output pada
tingkat perusahaan didasarkan pada optimasi
keuntungan dengan menetapkan output
sehingga MC = MR.
• Karena pada pasar persaingan sempurna ini
MR = P maka output optimal adalah pada MC
= P.
Keseimbangan Pasar pada Tingkat Industri dan
Kurva Permintaan Perusahaan
Short Run Analysis of a Perfectly
Competitive Firm
• Laba perusahaan:
ABCE = (P-AC)xQ*
• Jangka panjang:
1. menarik tumbuhnya
perusahaan lain
2. merangsang perusahaan lain
menaikkan output.
3. penurunan harga pasar
4. mungkin kenaikan biaya
5. Tidak ada insentif bagi
perusahaan baru untuk
memasuki industri
Monopoli
Barrier to Entry: berbagai Contoh:
hambatan dapat 1. Peraturan pemerintah
terbentuk secara sengaja 2. Teknologi
ataupun alamiah yang 3. Besarnya investasi
mengakibatkan 4. Economics of Scale
perusahaan baru tidak 5. Penguasaan atas Input
dapat menembus industri utama
6. Hak Patent
Short Run Price & Output
Determination by a Monopolist

Karena monopolis adalah penjual produk tanpa ada substitusinya, monopolis


menghadapi kurva demand yang negative. Ini artinya monopolis dapat menjual
lebih banyak unit produk hanya dengan menurunkan harganya
Contoh Soal
• Diketahui fungsi demand untuk sebuah
perusahaan monopoli adalah:
a. Q = 90 – 2P
b. TC = Q3 – 8Q2 + 57Q + 2
• Carilah profit maksimum yang bisa diperoleh
perusahaan.
Q = 90 – 2P → P = 45 – 0.5Q
TR = P x Q → TR = 45Q – 0.5Q2
TC = Q3 – 8Q2 + 57Q + 2

π = TR – TC = 45Q – 0.5Q2 – (Q3 – 8Q2 + 57Q + 2)


π = 45Q – 0.5Q2 - Q3 + 8Q2 - 57Q – 2
π = -Q3 + 7.5Q2 -12Q-2
π ‘ = -3Q2 + 15Q -12 = 0
π ‘ = (-3Q + 3)(Q-4) = 0
Q = 1 dan Q = 4

π“ = -6Q + 15
Pada Q = 1 → π“ = -6(1) +15 = 9 (titik minimum)
Pada Q = 4 → π“ = -6(4) +15 = -9 (titik maksimum)

π = -Q3 + 7.5Q2 -12Q-2


π = -43 + 7.5(4)2 -12(4)-2
π = $6
Chapter 9
Monopolistic Competition and Oligopoly

Sumber:
1. Diktat Dr. Benny Budiawan Tjandrasa
2. PPT Chandra Kuswoyo, S.E., M.T.
Persaingan Monopolistik
• Pasar dimana terdapat banyak penjual dengan
produk terdiferensiasi
• Pasar persaingan monopolistic memiliki asumsi
yang hampir sama dengan pasar persaingan
sempurna, hanya berbeda pada karakteristik
produk, yaitu:
1. Jumlah pembeli dan penjual amat banyak
2. Terdapat keleluasaan untuk masuk atau keluar dari
industri tersebut
3. Produk tidak lagi homogen karena terdapat persepsi
di kalangan konsumen bahwa produk itu berbeda
Oligopoli
• Pasar yang terdapat beberapa penjual dengan
banyak pembeli
• Karena persaingan harga dapat memicu
perang harga maka para pemain oligopoli
lebih bersaing pada diferensiasi, iklan dan
jasa. Hal ini disebut non-price competition
Jenis Oligopoli
1. Duopoli: hanya ada dua penjual.
2. Pure oligopoly: Penjual memiliki produk
homogen
3. Differentiated oligopoly: Penjual memiliki
produk yang terdiferensiasi (beragam).
Misalnya rasa, bentuk, warna.
Barrier to Entry dari Oligopoly
1. Peraturan pemerintah
2. Teknologi
3. Besarnya Investasi
4. Economics of scale
5. Penguasaan sumber daya
6. Patent
7. Limit Pricing: perusahaan menerapkan harga jual
yang rendah sehingga menyulitkan pesaing
untuk masuk ke bisnis tsb.
Pengukuran Oligopoli
1. Concentration Ratio: tingkat dimana industri didominasi oleh
sedikit perusahaan. Suatu industri dimana 4 perusahaan memiliki
concentration ratio mendekati 100 persen menggambarkanpasar
oligopoly, dan jika rationya lebih besar dari 50% atau 60% juga
dikategorikan sebagai pasar oligopoly.
2. Herfindahl Index: Semakin besar Herfindahl Index (H) makin besar
juga tingkat konsentrasi dalam suatu industri. Misalkan jika hanya
ada 1 perusahaan maka market sharenya=100%, jadi H=1002 =
10’000. Jika ada 2 perusahaan dengan persentase 90% dan 10%
maka H= 902 + 102 = 8200
3. Contestable Market: Jika suatu industri bersifat free entry dan
free exit (meskipun disana hanya ada 1 perusahaan ataupun
sedikit perusahaan) masih dikategorikan sebagai contestable.
KESEIMBANGAN OLIGOPOLI
 Keseimbangan terjadi pada saat laba maksimum tercapai.
Analisis keseimbangan oligopoli tidak mempertimbangkan
dimensi waktu tetapi kompetisi
 Perusahaan seimbang atau tidak terlihat pada
kemampuan mengatur output dan harga, serta
kemampuan memprediksi perilaku pesaing
 Ada beberapa model yang dikembangkan untuk
menganalisis perilaku oligopolis, di antaranya:
1. Model permintaan terpatah
2. Model kartel
3. Model kepemimpinan harga
Model permintaan terpatah (kinked demand model)
 Dikembangkan oleh Paul Sweezy pada tahun 1939

 Dua pemikiran penting yang dikemukakan oleh beliau adalah:


1. Hanya bersifat kaku atau infleksibel
2. Oligopolis mengambil keputusan berdasarkan sikap pesimis,
permintaan sangat elastis bila harga dinaikkan dan in-elastis
bila harga diturunkan
 Konsekuensi:
Perusahaan menghadapi 2 skenario permintaan:
1. AB yaitu permintaan dengan asumsi perusahaan pesaing
tidak bereaksi terhadap kenaikan harga
2. FC yaitu permintaan dengan asumsi perusahaan pesaing
bereaksi terhadap penurunan harga
KURVA PERMINTAAN PERUSAHAAN OLIGOPOLI
Keterangan Gambar:

• Kurva permintaan yang relevan bagi perusahaan adalah ABC


(garis tidak putus-putus). Sampai batas harga P = $6, kurva
yang relevan adalah AB

• Karena posisinya hanya sebagai penerima harga,


perusahaan-perusahaan lain menetapkan jumlah produksi
berdasarkan harga yang ditetapkan perusahaan dominan (Pd)
Model Kartel
• Collusion
– Cooperation among firms to restrict
competition in order to increase profits
• Market-Sharing Cartel
– Collusion to divide up markets
• Centralized Cartel
– Formal agreement among member firms to set
a monopoly price and restrict output
– Incentive to cheat
Centralized Cartel
Model Kepemimpinan Harga (Price Leadership Model)

 Kepemimpinan harga merupakan keadaan dimana


perusahaan akan mengikuti pemimpinnya, baik pada waktu
harga naik maupun harga turun.

 Bila harga naik, perusahaan lain juga akan mengikuti


sebagaimana bila harga turun, maka hal tersebut akan
menghapus ‘patah’nya kurva permintaan
Kinked Demand Curve Model
Diketahui fungsi demand yang dihadapi pada
pasar oligopolist adalah:
Q1 = 280 - 40P1
Q2 = 100 - 10P2
TC = 2Q + 0,025Q2
Tentukan Q dan P pada saat perpotongan kurva
demand serta total profit yang bisa diperoleh.
Persamaan Q1 dan Q2 diubah menjadi P1 dan P2
P1 = 7 – 0,025Q1
P2 = 10 – 0,1Q2

TR1 = P1Q1 = 7Q1 – 0,025Q12


MR1 = TR1‘= 7 – 0,05Q1
TR2 = 10Q2 – 0,1Q22
MR2 = TR2‘= 10 – 0,2Q2
MC = TC/Q = 2 + 0,05Q

Pada saat perpotongan kurva demand, Q1 = Q2 = Q


7 – 0,025Q1 = 10 – 0,1Q2
0,075Q = 3
Q = 40
P = $6

π = TR – TC
π = (P x Q) – [2Q + 0,025Q2]
π = (P x Q) – 2Q – 0,025Q2
π = $6 x 40 – 2 x 40 – 0,025(40)2= $120
Chapter 10
Penetapan Harga

Sumber:
1. Diktat Dr. Benny Budiawan Tjandrasa
2. PPT Chandra Kuswoyo, S.E., M.T.
Produksi pada Kondisi Laba Maksimum
• Kondisi umum: MR = MC
• Pasar persaingan sempurna: MR = MC = P

• Produk homogen
• Bagaimana untuk produk heterogen
(multiproduk)?
Penetapan harga produk yang saling
berhubungan
• Produk saling berhubungan:
– Substitusi
– Komplementer
• Harga produk akan berpengaruh pada harga
subsitutsi/komplementernya
∆𝑇𝑅𝐴 ∆𝑇𝑅𝐵 Mengukur pengaruh pendapatan
𝑀𝑅𝐴 = + untuk produk B karena ada
∆𝑄𝐴 ∆𝑄𝐴
tambahan penjualan produk A

∆𝑇𝑅𝐵 ∆𝑇𝑅𝐴 Jika hasilnya positif: produk komplementer satu sama lain
𝑀𝑅𝐵 = +
∆𝑄𝐵 ∆𝑄𝐵 Jika hasilnya negatif: produk substitusi satu sama lain
Diskriminasi Harga
• Penentuan harga yang berbeda-beda, pada
– kuantitas yang berbeda dari suatu produk
– waktu yang berbeda untuk kelompok pelanggan yang
berbeda
– pasar yang berbeda
• tetapi bukan berdasarkan perbedaan biaya
• Misalnya:
– harga beli di bawah 10 unit dibedakan dengan di atas
10 unit
– Harga weekday dan weekend
– Harga di bandara
Faktor Diskriminasi Harga
1. Perbedaan wilayah geografis
2. Penggunaan produk : listrik, air, telepon
untuk industri & rumah tangga
3. Waktu konsumsi : penggunaan telepon
4. Karakteristik pembeli : potongan harga karcis
untuk pelajar
Syarat utama penerapan diskriminasi
harga
1. Perusahaan harus dapat memisahkan pasar
ke dalam segmen yang berbeda
2. Transfer antar segmen harus dapat dicegah
3. Permintaan pada segmen pasar itu harus
memiliki elastisitas harga yang berbeda.
Tanpa adanya elastisitas maka diskriminasi
harga tak akan menghasilkan laba lebih besar
(tak ada gunanya diskriminasi)
Jenis Diskriminasi Harga
1. First degree price discrimination: Menjual unit
produk secara terpisah dan menetapkan harga
setinggi mungkin untuk tiap produk yang dijual
2. Second degree price discrimination: Menetapkan
harga tertentu untuk sejumlah kuantitas produk
yang dijual pada setiap konsumen (tarif listrik
dan air untuk rumah tangga dan industri)
3. Third degree price discrimination: Menetapkan
harga yang berbeda untuk produk yang sama
pada pasar yang berbeda (tarif transportasi
untuk pelajar dan umum)
Transfer Pricing
• Transfer pricing terjadi ketika divisi A (dari
sebuah perusahaan) menjual produknya pada
divisi B (perusahaan yang sama).
• Besarnya harga transfer itu amat penting
karena :
1. Mempengaruhi output setiap profit center
2. Menentukan keuntungan yang dilaporkan
masing-masing profit center
Cost-plus Pricing
• Terjadi karen pada kenyataannya, perusahan
mungkit terlalu sulit atau terlalu mahal untuk
mengumpulkan data MR dan MC
• Jalan pintas: cost-plus pricing atau dikenal:
– Markup pricing
– Full-cost pricing
Keunggulan Cost-plus Pricing
1. Memerlukan lebih sedikit informasi dan data
rinci daripada cara lainnya
2. Mudah digunakan
3. Harga relatif stabil ketika biaya sedikit
bervariasi
4. Dapat menyediakan penentuan harga yang
jelas ketika biaya meningkat.
Kritik Cost-plus Pricing
1. Berbasis pada accounting dan historical
bukan pada opportunity cost (replacement
cost)
2. Berbasis pada average cost, bukan pada
marginal cost
3. Mengabaikan kondisi demand
Strategi Harga
• Prestige Pricing: menetapkan harga tinggi
untuk menarik konsumen yang prestige
oriented. Contoh : minyak wangi, mantel bulu
• Price Lining: menetapkan harga sesuai target
perusahaan dan kemudian mengembangkan
produk yang memungkinkan perusahaan
memaximasi laba. Contoh : mobil VW
Strategi Harga
• Skimming Price: menetapkan harga tinggi saat
produk pertama kali diperkenalkan kemudian
berangsur-angsur menurunkannya. Contoh :
produk TV media.
• Value Pricing: menjual produk berkualitas pada
harga yang jauh lebih rendah dari sebelumnya.
Perusahaan mendesain ulang produk untuk
menjaga atau mempertinggi kualitas, sementara
biaya ditekan sehingga perusahaan masih
memiliki laba. Contoh :mobil-mobil buatan Korea.
Contoh Perhitungan Joint Product
PT NICHOLAS mengolah susu sapi lebih lanjut
sehingga menjadi keju dan yoghurt.
Permintaan untuk produk keju memiliki persamaan
Pk = 300 – Qk.
Permintaan untuk produk yoghurt memiliki
persamaan Py = 150 – Qy.
Biaya rata-rata untuk memproduksi keju dan
yoghurt tersebut adalah AC = 250 – Q + 100/Q
Tentukan harga dan output masing-masing produk
yang menghasilkan profit terbesar.
TC = AC x Q TRk = 300Qk – Qk2
TC = 250Q – Q2 + 100 MRk = 300 – 2Qk
MRk = 300 – 200 > 0
Pk = 300 – Qk → TRk = 300Qk – Qk2 → MRk = Jadi Qk = 100 & Pk= 200
300 – 2Qk
Py = 150 – Qy → TRy = 150Qy – Qy2 → MRy = TRy = 150Qy – Qy2
150 – 2Qy MRy = 150 – 2Qy
MRy = 150 – 200 < 0
TRtotal = 300Qk – Qk2 + 150Qy – Qy2
Profit maximum saat Qk = Qy = Q , jadi Maximum MRy = 0, jadi
TRtotal = 300Q – Q2 + 150Q – Q2 MRy = 150 – 2Q = 0
TRtotal = 450Q – 2Q2 2Q = 150

π = 450Q – 2Q2 – 250Q + Q2 – 100 Jadi Qy = 75 & Py = 75


π = 200Q – Q2 –100
π’ = 200 – 2Q = 0
2Q = 200
Q = 100
Chapter 11
Analisis Risiko

Sumber: Diktat Dr. Benny Budiawan Tjandrasa


Kondisi Keputusan Manajerial
1. Certainty mengacu pada situasi dimana hanya
ada satu hasil yang mungkin dari suatu
keputusan dari hasilnya diketahui secara pasti.
2. Risk mengacu pada situasi dimana terdapat
lebih dari satu hasil yang mungkin dari suatu
keputusan dan probabilitas dari setiap hasilnya
dapat diperkirakan.
3. Uncertainty adalah suatu kasus dimana terdapat
lebih dari satu hasil yang mungkin dari suatu
keputusan dan probabilitas dari setiap hasilnya
tidak diketahui.
Konsep Pengambilan Keputusan
Manajerial
1. Strategy mengacu pada satu atau beberapa
alternatif tindakan yang dapat diambil oleh
pengambil keputusan untuk pencapaian sasaran.
2. States of nature mengacu pada kondisi di masa
depan yang memiliki pengaruh yang berarti
pada tingkat kesuksesan atau kegagalan dari
strategi. Decision maker tak memiliki kendali
(sangat kecil kendalinya).
3. Payoff matrix adalah tabel yang menunjukkan
hasil yang mungkin dari setiap strategi pada tiap
state of nature.
Contoh distribusi kemungkinan
perekonomian suatu negara

State of the Economy Probability of Occurrence


Boom 0,25
Normal 0,50
Recession 0,25
Total 1,00
Contoh perhitungan perkiraan laba
dengan distribusi probabilitas
State of Probability of Outcome of
Project Expected Value
Economy Occurence Investment
Boom 0,25 600 150
Normal 0,50 500 250
A
Recession 0,25 400 100
Expected Profit 500
Boom 0,25 800 200
Normal 0,50 500 250
B
Recession 0,25 200 50
Expected Profit 500
Decision Tree
• menunjukkan urutan dari keputusan
managerial yang mungkin dan hasil yang
diharapkannya dalam tiap kelompok situasi
yang mungkin terjadi.
• □ menandakan simpul keputusan
• ○ menunjukkan simpul kejadian tak pasti
Decision Making under Uncertainty
• Maximin: pengambil keputusan harus
menentukan kemungkinan terburuk dari
setiap strateginya lalu mengambil yang terbaik
dari semua kemungkinan terburuk.
• Minimax regret: pengambil keputusan harus
menentukan strategi yang meminimasi
maximum regret atau opportunity cost dari
kesalahan keputusan.
• Maximum regret: penyesalan terbesar
Contoh Soal
Nona Yuli berencana untuk membuka usaha, kebetulan nona
Ana tetangganya (calon pesaingnya) juga mempunyai rencana
yang sama. Nona Yuli memiliki 3 pilihan usaha:
1.Membuka Salon dengan tarif rata-rata Rp50.000 per
pelanggan. Usaha ini memiliki total biaya Rp10 juta per bulan
2.Membuka Spa dengan tarif rata-rata Rp100.000. Usaha ini
memiliki total biaya Rp18 juta per bulan
3.Membuka Salon dan Spa sekaligus dengan tarif rata-rata
Rp120.000.
Usaha ini memiliki total biaya Rp60,8 juta per bulan (total biaya
meningkat dengan drastis karena faktor pemeliharaan dan gaji
pegawai meningkat pesat)
Catatan: Biaya renovasi dan pembangunan gedung dianggap
sama pada ketiga pilihan usaha.
Bila nona Yuli membuka Salon saja, kemungkinan
pesaing ikut membuka Salon adalah 60%,
sehingga diperkirakan jumlah pelanggan adalah
200 orang per bulan. Bila pesaing tidak ikut
membuka Salon maka diperkirakan jumlah
pelanggan nona Yuli adalah 400 orang per bulan.

Bila nona Yuli membuka Spa saja, kemungkinan


pesaing tidak membuka Spa adalah 20% lebih
kecil dibanding kemungkinan pesaing tidak
membuka Salon, sehingga diperkirakan jumlah
pelanggan adalah 600 orang per bulan. Bila
pesaing ikut membuka Spa maka diperkirakan
jumlah pelanggan nona Yuli adalah 300 orang per
bulan
• Sedangkan bila nona Yuli membuka Salon & Spa,
kemungkinan pesaing ikut membuka Salon & Spa
adalah 40% lebih kecil dibanding kemungkinan
pesaing ikut membuka Spa, sehingga diperkirakan
jumlah pelanggan adalah 400 orang per bulan.
Bila pesaing tidak ikut membuka Salon & Spa
maka diperkirakan jumlah pelanggan nona Yuli
adalah 800 orang per bulan

• Berdasarkan data di atas, buatlah pohon


keputusan dan bantulah nona Yuli mengambil
keputusan piihan usaha mana yang sebaiknya
dipilih. (Petunjuk: ambil profit terbesar).
Capital Budgeting

Faculty of Economics
Maranatha Christian University
Prepared by Surya Setyawan, S.E. ,M.Si.
Dasar Penilaian Investasi
•Risko
•Biaya Kesempatan
Laporan Keuangan:
•Laporan Neraca
•Laporan Laba/Rugi

•Laporan Arus Kas Metode Penilaian Investasi


(Capital Budgeting)

Nilai waktu dari uang


(time value of money)
Metode Capital Budgeting
1. Payback Period (PP)
2. Net Present Value (NPV)
3. Internal Rate of Return (IRR)
4. Profitability Index (PI)
Payback Period (PP)
• Metode ini mengukur berapa lama suatu
investasi dapat kembali menjadi uang kas.
• Keunggulan:
– konsep yang paling sederhana untuk memahami
capital budgeting
• Kelemahan:
– Mengabaikan nilai waktu dari uang
– Mengabaikan aliran kas setelah PP
Kriteria Penerimaan PP
• Kriteria penerimaan:
– Semakin cepat semakin baik,
– Lebih cepat dari harapan investor.
Net Present Value (NPV)
• Metode ini menghitung selisih antara nilai
investasi sekarang dengan nilai arus kas masuk
yang akan datang.
• NPV negatif menunjukkan investasi yang tidak
layak.
• NPV positif menunjukkan investasi yang layak.
• Semakin besar nilai NPV, semakin layak suatu
investasi.
Net Present Value (NPV)
Rumus NPV

CFt= Cash flow tahun t


k = discount factor atau cost of capital
n = umur investasi
I0= initial outlay atau investasi awal
Kriteria Penerimaan NPV
• Kriteria penerimaan:
– NPV ≥ 0
– Semakin besar semakin baik,
Internal Rate of Return (IRR)
• Metode ini menghitung tingkat bunga yang
menyamakan nilai investasi sekarang dengan
nilai arus kas di masa mendatang.
• Investasi yang layak diindikasikan dengan nilai
IRR yang lebih tinggi daripada tingkat bunga
yang disyaratkan.
• Rumus IRR
n
CFt
I0   t
t 1 (1  IRR )

o Rumus IRR: Interpolasi


IRR = K1 + (NPVk1/(NPVK2-NPVK1)) x (K2-K1)
atau
IRR = K2 - (NPVk2/(NPVK2-NPVK1)) x (K2-K1)
Kriteria Penerimaan IRR
• Kriteria penerimaan:
– IRR ≥ COC
Profitability Index (PI)
• Metode ini menghitung perbandingan antara
nilai arus kas bersih yang akan datang dengan
nilai investasi sekarang.
• Investasi yang layak diindikasikan dengan nilai
PI yang lebih besar daripada satu.
• Disebut juga Benefit Cost Ratio (BCR)
Profitability Index (PI)

• Rumus Profitability Index


n
CFt

t 1 (1  k )
t
PI 
I0

• Kriteria Penerimaan:
PI ≥ 1
Kriteria Penerimaan IRR
• Kriteria penerimaan:
– IRR ≥ COC
Contoh Kasus
• Suatu investasi ditanam pada awal tahun 2020
sebesar Rp15.000.000. Cash flow yang diperoleh
untuk enam tahun ke depan adalah sebagai berikut.
– 2020 900.000
– 2021 2.000.000
– 2022 2.600.000
– 2023 2.500.000
– 2024 3.200.000
– 2025 3.300.000
• Apakah investasi ini layak?
Payback Period (PP)
Tahun Cash Flow Akumulasi
1 2020 900.000 900.000
2 2021 2.000.000 2.900.000
3 2022 2.600.000 5.500.000
4 2023 2.500.000 8.000.000
5 2024 3.200.000 11.200.000
6 2025 3.300.000 14.500.000

o Modal sudah kembali pada tahun ke-5


o Lebih tepat lagi? Bandingkan kekurangan tahun ke-4
dengan cash flow tahun ke-5.
o (2.000.000/3.200.000) x 12 bulan = 7,5 bulan
Net Present Value (NPV)
Tahun Cash Flow DF 12% PV
1 2020 900.000
2 2021 2.000.000
3 2022 2.600.000
4 2023 2.500.000
5 2024 3.200.000
6 2025 3.300.000
Total
Investasi Awal
NPV

o Investasi layak?
Present Value Interest Factor

n 1% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14%


1 0.9901 0.9804 0.9615 0.9434 0.9259 0.9091 0.8929 0.8772
2 0.9803 0.9612 0.9246 0.8900 0.8573 0.8264 0.7972 0.7695
3 0.9706 0.9423 0.8890 0.8396 0.7938 0.7513 0.7118 0.6750
4 0.9610 0.9238 0.8548 0.7921 0.7350 0.6830 0.6355 0.5921
5 0.9515 0.9057 0.8219 0.7473 0.6806 0.6209 0.5674 0.5194
6 0.9420 0.8880 0.7903 0.7050 0.6302 0.5645 0.5066 0.4556
7 0.9327 0.8706 0.7599 0.6651 0.5835 0.5132 0.4523 0.3996
8 0.9235 0.8535 0.7307 0.6274 0.5403 0.4665 0.4039 0.3506
9 0.9143 0.8368 0.7026 0.5919 0.5002 0.4241 0.3606 0.3075
10 0.9053 0.8203 0.6756 0.5584 0.4632 0.3855 0.3220 0.2697
Net Present Value (NPV)
Tahun Cash Flow DF 12% PV
1 2020 900.000 0,8929
2 2021 2.000.000 0,7972
3 2022 2.600.000 0,7118
4 2023 2.500.000 0,6355
5 2024 3.200.000 0,5674
6 2025 3.300.000 0,5066
Total
Investasi Awal
NPV

o Investasi layak?
Profitability Index (PI)
• Dikenal pula dengan nama Benefit-Cost Ratio
(B/C).
• Perbandingan antara total PV dengan investasi
awal
• Gunakan tabel NPV
• Layak?
Simpulan
• Kesimpulan dijabarkan berdasarkan metode yang
digunakan
1. Menurut metode payback period, investasi ini akan kembali
dalam jangka waktu … tahun … bulan.
2. Menurut metode net present value, investasi ini layak/tidak layak
karena bernilai positif/negatif.
3. Menurut metode profitability index, investasi ini layak/tidak layak
karena nilainya lebih besar/kecil daripada satu.

Anda mungkin juga menyukai