Anda di halaman 1dari 21

PENGUKURAN PEMBANGKIT TEGANGAN TINGGI

Disusun Oleh :
MUHAMMAD AHDIYAT KAUTSAR
14 420 029

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALEMBANG
2016- 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
pengukuran pembangkit tegangan tinggi. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam mengikuti mata kuliah Pengukuran Pengajuan
Pembangkit Tegangan Tinggi. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca
dan penulis pada umunya. Dan untuk perbaikan makalah ini selanjutnya
diharapkan kritik dan saran yang membangun.

Muara Bungo, 09 Januari 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….… 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah …..……………………………………………........... 5

1.3 Manfaat Penelitian .……………………………………………………... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori Pengukuran Tegangan Tinggi …...……….............. 6

2.2 Teknik Pembangkitan dan Pengujian Dengan Tegangan Tinggi


Bolak-Balik Frekuensi Rendah ............................................................... 16

2.3 Teknik Pembangkitan Dan Pengujian Dengan Tegangan Tinggi


Bolak-Balik Frekuensi Tinggi ............................................................... 18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................... 20

3.2 Saran ............................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ..………………………...……………………………… 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Yang dimaksud dengan tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik
(elektrik power engineering) adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi
oleh kaum teknisi listrik sehingga diperlukan pengujian dan pengukuran tegangan
tinggi yang semuanya bersifat khusus dan memerlukan teknik-teknik tertentu
(sujektif), atau dmana gejala-gejala tegangan tinggi mulai terjadi (objektif).Batas
yang menyatakan kapan suatu tegangan dapat dikatakan tinggi H.V (high
Voltage), dan kapan sudah ahrus dsebut tinggi sekali E.H.V (Extra High Voltage)
serta Ultra tinggi U.H.V (Ultra High Voltage).Pengetahuan mengenai tegangan
tinggi telah mengalami perkembangan yang pesat.Terdapat tiga jenis tegangan
tinggi yaitu tegangan tinggi bolak-balik (AC), tegangan tinggi searah (DC), dan
tegangan tinggi impuls. Studi mengenai tegangan tinggi memiliki cakupan yang
cukup luas seperti pembangkitan tegangan tinggi, teknik isolasi, gejala tembus
listrik fenomena tegangan tinggi, medan listrik. Tegangan tinggi memiliki
berbagai manfaat dan aplikasi antara lain untuk sumber tenaga listrik untuk
mensuplai kebutuhan listrik, pengujian bahan isolasi, kebutuhan studi dan
penelitian di Laboratorium, penyerap elektrostatis, pembangkit plasma, dan lain –
lain. Untuk menghasilkan tegangan tinggi dapat menggunakan peralatan
pembangkit tegangan tinggi bolak-balik (AC), peralatan pembangkit tegangan
tinggi searah (DC) dan peralatan pembangkit tegangan tinggi impuls. Akan tetapi,
peralatan pembangkit tegangan tinggi yang ada sekarang ini masih dalam sistem
yang besar, susah dalam pengoperasiannya, dan memakan biaya yang mahal.
Selain itu pembangkit tegangan tinggi AC yang ada umumnya memiliki frekuensi
rendah (50 Hz).Untuk itu dibutuhkan sebuah alat pembangkit tegangan tinggi AC
frekuensi tinggi yang memiliki dimensi tidak terlalu besar, mudah dioperasikan,
dan tidak memakan biaya yang mahal.

4
1.2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana dasarteori Pengukuran Pembangkit Tegangan Tinggi ?
2) Bagaimana teknik Pembangkitan Tegangan Tinggi bolak-balik dengan
frekuensi rendah dan frekuensi tinggi?

1.3. Manfaat Penelitian


1) Untuk mengetahui dasar teori dari Pembangkit Tegangan Tinggi.
2) Untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai Teknik Pembangkitan
Tegangan
Tinggi AC.
3) Untuk mengetahui bagaimana Teknik Pembangkitan dan Pengujian Tegangan
Tinggi bolak-balik dari beberapa frekuensi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Dasar Teori Pengukuran Pembangkit Tegangan Tinggi

Yang dimaksud dengan tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik
(elektrik power engineering) adalah semua tegangan yang dianggap cukup
tinggioleh kaum teknisi listrik sehingga diperlukan pengujian dan pengukuran
tegangan tinggi yang semuanya bersifat khusus dan memerlukan teknik-teknik
tertentu (sujektif), atau dmana gejala-gejala tegangan tinggi mulai terjadi
(objektif).Batas yang menyatakan kapan suatu tegangan dapat dikatakan tinggi
H.V (high Voltage), dan kapan sudah ahrus dsebut tinggi sekali E.H.V (Extra
High Voltage) serta Ultra tinggi U.H.V (Ultra High Voltage).Tegangan ini
berbeda-beda untuk setiap negara atau perusahaan tenaga listrik dinegara-negara
tersebut, dan biasanya tergantung kepada kemajuan tekniknya masing-
masinng.Salah satu faktor yang menentukan ialah tingginya tegangan transmisi
yang dipakai. Sebagi mana diketahui, ini tegantung kepada besarnya tenaga yang
harus disalurkan dari pusat-pusat listrik kepusat beban (load centres) dan jarak
yang harus ditempuh untuk memindahkan tenaga tersebut secara ekonomis.
Dinegara –negara yang sudah maju H.V. dianggap mulai pada tegangan 20-30 kV,
E.H.V pada tegangan 220 kV, sedangkan U.H.V pada tegangan 765 kV.Tentu saja
harga-harga tersebut dapat berubah menurut keadaan setempat dan kemajuan –
kemajuan yang tercapai.
Besarnya tegangan pengujian yang harus diterapkan pada pengujian
tegangan tinggi tergantung pada tegangan nominal alat lisrik yang diuji pada
standar yang berlaku. Tegangan tinggi yang diterapkan atau yang dialami oleh
sistem tenaga dapat berupa :
Tegangan biasa (nominal) yaitu tegangan yang seharusnya dapat
ditahan oleh sistem tersebut untuk waktu yang tak terhingga.
Tegagan lebih (Over Voltage) yang hanya dapat ditahan untuk waktu
terbatas.

6
Pada pengujian tegangan tinggi tersebut terdapat pengujian yang bersifat
merusak dan tidak merusak alat yang diuji, pengujian ang sifatnya
merusak pada umumnya terdiri dari tahap yang tegantung pada tingkat
tegangan.

2.1.1.PENGUJIAN TEGANGAN TINGGI

Dikelompokkan kedalam :
a.Pengujian sifat-sifat dielektrik temuan baru.
b.Pengujian untuk memeriksa kualitas isolasi peralatan listrik.
c.Mengetahui ketahanan isolasi peralatan dalam memikul tegangan lebih yang
terjadi
2.1.2. JENIS-JENIS PENGUJIAN

Pengujian tidak merusak meliputi :


•Pengukuran tahanan isolasi
•Pengukuran faktor rugi-rugi dielektrik
•Pengukuran korona
•Pengukuran konduktivitas
•Pemetaan medan elektrik, dsb

Pengujian bersifat merusak meliputi :


•Pengujian ketahanan (Withstand Test)
•Pengujian Peluahan (Discharge Test)
•Pengujian Kegagalan (Breakdown Test)

a. Pengujian ketahanan (Withstand Test) : tegangan diberikan pada benda uji


bertahap sampai suatu nilai diatas tegangan normalnya. Kemudian tegangan
dipertahankan tetap dalam waktu terbatas, jika isolasi peralatan tidak tahan
memikul tegangan lebih tersebut,akan terjadi arus bocor yang besar.
b. Pengujian Peluahan (Discharge Test) : mengukur tegangan yang membuat
terjadinya peluahan pada benda uji. tegangan uji diberikan diatas tegangan
pengujian ketahanan dan dinaikkan secara bertahap sampai terjadi peluahan,
hasil pengukuran dinyatakan dalam keadaan standar.

7
c. Pengujian kegagalan (Breakdown Test) : mengukur tegangan tembus benda uji,
tegangan ini lebih tinggi dari tegangan peluahan dan dinaikkan secara bertahap
sampai benda uji tembus listrik.

Pengujian Tembus listrik dielektrik padat :

a. Tergantung durasi tegangan yang dipikul oleh dielektrik


tersebut,sehingga
tegangan tembusnya tergantung waktu pengujian. Dikenal tiga metode
pengujian berdasarkan ASTM D-149 yaitu :
b. Pengujian waktu singkat (short time test) : kenaikan tegangan
tertentu
dilakukan untuk waktu 10 – 20s.
c. Pengujian bertegangan (step by step test) :tegangan awal dipilih
50% nilai
taksiran tegangan tembus, dengan waktu tertentu secara bertahap tegangan
dinaikkan sampai terjadi tembus.
d. Pengujian dengan kenaikan tegangan perlahan (slow rate of rise
test) : hasil
uji awal diperoleh dari uji singkat, lalu tegangan dinaikkan perlahan
hingga
terjadi tembus listrik dengan syarat waktu tembus harus lebih dari 120s.

Kegagalan - kegagalan alat-alat listrik pada waktu sedang dipakai


disebabkan karena kegagalan isolasinya dalam menjalankan fungsinya sebagai
isolator tegangan tinggi.Kegagalan isolasi (insulation break down, insulation
failure) ini disebabkan karena beberapa hal antara lain isolasi tersebut sudah
dipakai untuk waktu yang lama, kerusakan mekanis, berkurangnya kekuatan
dielektrik, dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih.

Pengujian tegangan tinggi dimaksudkan untuk :


a. Menemukan bahan (di dalam atau yang menjadi komponen suatu alat
tegangan tinggi) yang kwalitasnya tidak baik atau yang cara membuatnya
salah.

8
b. Memberikan jaminan bahwa alat-alat listrik dapat dipakai pada tegangan
normalnya untuk waktu yang tak terbatas.

c.Memberikan jaminan bahwa isolasi alat-alat listrik dapat tahan terhadap


tegangan lebih (yang didapati dalam praktek operasi sehari-hari) untuk
waktu terbatas.
Pengujian tegangan tinggi meliputi :
a. pengujian dengan tegangan tinggi ac
b. pengujian dengan tegangan tinggi dc
c. pengujian dengan tegangan tinggi impuls

2.1.3 Persoalan-persoalan Tegangan Tinggi

Persoalan-persoalan dalam teknik tegangan tinggi merupakan persoalan yang


menyangkut segala hal yang ditimbulkan oleh adanya tegangan tinggi atau oleh
adanya perubahan dari tegangan yang relatif rendah ke tegangan tinggi dan
persoalan-persoalan teknis yang timbul karena adanya tegangan tinggi
tersebut.Persoalannya cukup luas sehingga kadang-kadang sukar diketahui
batasnya dimana persoalan transmisi berhenti dan persoalan teknik tegangan
tinggi mulai atau sebaliknya. Karena luasnya persoalan tegangan tinggi ini maka
persoalan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :
Medan Listrik dan kekuatan listrik, dengan semakin tingginya tegangan yang
dipakai, maka bahan isolasi semakin sulit untuk dibuat, isolasi dapat tembus dan
membuat peralatan rusak atau harus diperbaiki. Medan listrik E perlu diperhatikan
karena akibat medan listrik E ini partikel media isolasi mendapat energi ekstra
(kinetic energy) dan kalau energi ini cukup besar maka bahan isolasi menjadi
rusak dan menghantarkan arus listrik. Kekuatan listrik suatu bahan bisa dianggap
sebagai batas dimana bahan bila dikenai tegangan yang lebih dari itu akan rusak.
Kelihatannya ini tidak menimbulkan masalah tetapi kekuatan listrik ini untuk
tegangan tinggi dipengaruhi oleh tekanan, suhu, kuat medan, bentuk tegangan,
adanya ketidak murnian dalam isolasi (impuirities), gelembung udara dan lain-lain
faktor, untuk mengetahui parameter atau faktor-faktor inilah kita perlu
mempelajari bagaimana proses breakdown atau tembus suatu media isolasi.

9
Untuk mentest peralatan tegangan tinggi diperlukan peralatan-peralatan dan
teknik yang khusus.Perlu dipelajari bagaimana mensimulasikan keadaan yang
sebenarnya, misalnya akibat petir atau tegangan surja hubung (switching
surge).Pengujian tegangan tinggi meliputi tegangan AC, DC dan impulse yaitu
untuk surja hubung dan petir.

Masalah yang lain adalah koordinasi isolasi. Tegangan lebih tidak dapat
dihindarkan untuk ini perlu ada pengaman-pengaman dan juga koordinasi
peralatan (isolasi) sehingga peralatan yang ada tidak rusak akibat pulsa-pulsa
tegangan lebih (impuls).

Timbul juga gangguan-gangguan pada keadaan di sekitar transmisi tegangan


tinggi misalnya gangguan radio (radio interference) dan suara yang berisik.

Desain dari peralatan-peralatan tegangan tinggi harus diperhatikan agar tidak


terjadi medan listrik yang terlalu besar sehingga media isolasi tidak sanggup
untuk menahannya, Instrumentasi atau alat ukur. Ini juga dapat membuat masalah
tersendiri karena harus cukup aman dan cukup cermat.

2.1.4. Dasar-dasar Pengujian Tegangan Tinggi


Pengujian pada peralatan tegangan tinggi dapat bersifat merusak
(destructive) maupun tidak merusak (non destructive).Pengujian yang sifatnya
merusak, misalnya, pengukuran tahanan isolasi, pengukuran faktor daya dielektrik
(dielectric power factor), pengukuran korona, dan sebagainya.Pengujian yang
sifatnya merusak umumnya terdiri dari tiga tahap yang bergantung kepada tingkat
tegangan.

a. Pengujian ketahanan (withstand test) : tegangan tertentu diterapkan selama


waktu yang ditentukan, bila tidak terjadi lompatan (spark over), maka
pengujian memuaskan.
b. Pengujian pelepasan (discharge test) : tegangan dinaikkan sehingga terjadi
pelepasan pada benda yang diuji. Pengujian dilakukan dalam suasana
kering dan suasana basah.

10
c. Pengujian kegagalan (breakdown test) : tegangan dinaikkan sampai terjadi
kegagalan pada benda uji.

2.1.5. Pengujian dengan Tegangan Tinggi Arus Bolak-Balik

Adapun pokok-pokok pengujian tegangan tinggi ac pada peralatan tegangan tinggi


meliputi :

a. Pengujian Ketahanan dalam udara


b. Pengujian Ketahanan dalam minyak atau air
c. Pengujian ketahanan untuk tiap isolator
d. Pengujian lompatan (bunga api) dalam suasana kering
e. Pengujian lompatan (bunga api) dalam suasana basah (humidity tinggi)
f. Pengujian tembus atau breakdown

2.1.6. Pengujian Ketahanan dalam Udara

a. Pengujian ketahanan dalam udara diterapkan selama dua menit, dan


spesimen diperiksa apakah terjadi kerusakan atau hal yang abnormal.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengujian yang benar-benar perlu
diperhatikan adalah :
1.Tekanan udara.
2.Suhu (udara kering atau basah).
3.Kelembaban udara.

2.1.7. Faktor Koreksi Keadaan Udara

Berdasarkan standard IEC Recomendation, Publication 52 dinyatakan bahwa


untuk standard sela bola tertentu berlaku suatu tegangan lompatan api tertentu.
Dan berdasarkan Japanese Industrial Standard (JIS) C-3801 dan Japanese
Electrotechnical Committe, (JEC) standard 106, dinyatakan bahwa :

a. - Tekanan barometer ............................. 760 mm Hg / (1013 mbar)

b. - Suhu sekeliling ............................. 20 C

11
c. - Kelembaban mutlak ............................. 11 gram / m3

Mengingat pengujian dilakukan pada kondisi suhu, tekanan udara dan


kelembaban udara di ruangan yang berbeda-beda dengan standard tersebut di atas,
maka untuk dapat membandingkan hasil-hasil pengujian dengan tabel-tabel
normalisasi yang ada, diperlukan rumus-rumus yang dapat mengubah hasil-hasil
tersebut dalam keadaan standard. Hal ini diperlukan untuk dapat mengetahui
apakah spesimen yang akan diuji memenuhi syarat atau tidak.

2.1.8. Koreksi terhadap Tekanan Udara dan Suhu

Hasil pengujian tersebut harus dikoreksi terhadap keadaan standard, dengan


rumus:

VS = VB / d (1)

di mana : VS = tegangan loncatan api pada keadaan standard

VB = tegangan loncatan api yang diukur pada keadaan setempat


d= kepadatan udara relatif (relative air density)
= (bB /760)[(270 + 20) / (273 + tB)]
= 0,386 bB/(273 + tB)

Sedangkan, bB adalah tekanan udara pada waktu pengujian (mmHg) dan t B adalah
suhu sekeliling pengujian (C).

2.1.9. Koreksi terhadap Kelembaban Udara Mutlak

Hasil pengujian dikoreksi dengan menggunakan rumus empiris sebagai berikut :

VS = VB kH
di mana : kH = faktor koreksi kelembaban dicari
VS = VB kH hB=Xgram/m3

12
2.1.10. Pengujian Ketahanan dalam Minyak atau Air

a. Pengujian Ketahanan dalam Minyak


Untuk pengujian ketahanan dalam minyak harus dipastikan bahwa minyak
yang dipakai mempunyai ketahanan lebih dari 20 kV bila dipakai sela standar.
tegangan dinaikkan secara bebas sampai kira-kira 75 % dari tegangan yang
ditentukan, lalu dinaikkan sampai tegangan 100 % dari tegangan ketahanan
tersebut dengan kecepatan 1 kV/detik bila tegangan tersebut besarnya 100 kV atau
kurang, atau kira-kira 1 % dari tegangan ketahanan perdetik untuk tegangan lebih
dari 100 kV. tegangan tesebut diterapkan selama satu menit, dan spesimen
diperiksa kembali.

2.1.11. Pengujian Ketahanan dalam Suasana Basah

Pengujian suasana basah dimaksudkan untuk menirukan keadaan udara pada


waktu hujan, salju dan sebagainya.Oleh karena air hujan menghantarkan listrik
maka tegangan pelepasan dari alat-alat listrik yang dipasang di luar menjadi
berkurang pada waktu alat-alat tersebut basah karena hujan.Alat pengujian basah
mempunyai kontruksi khusus dengan pipa-pipa mendatar yang diberi lubang-
lubang (nozzles) guna memancarkan air yang digerakkan oleh sebuah pompa.
Lubang-lubang itu dapat diatur besarnya sehingga kwantitas air yang disiramkan
pada benda yang akan diuji tertentu. Rangkaian pipa mendatar dapat digerakkan
menurut sebuah busur sehingga sudut penyiramannya () dapat diatur pula.
Tegangan lompatan api basah dipengaruhi oleh sejumlah penyiraman permenit,
resistivitas air dan sudut penyiraman. Menurut standar jepang kwantitas air
penyiraman standar adalah 3 mm/menit, resistivitas standar 10000 ohm.cm dan
sudut penyiraman standar 450terhadap garis tegak, dengan ketentuan bahwa
penyiramannya merata. Harga-harga standar tersebut ditentukan menurut keadaan
udara, terutama keadaan hujan setempat. Oleh karena letaknya di daerah tropis,
kwalitas penyiraman standar untuk indonesia seharusnya lebih besar, tetapi karena
data yang representatif belum ada, maka untuk sementara standar dari Jepang
akan dipakai sebagai pegangan.
Sudut penyiramannya dapat diperiksa dengan 2 buah tabung gelas yang
terkena siraman. Bila kedua tabung itu setiap saat berisi air dalam jumlah yang

13
sama, maka sudutnya benar 450. Berdasarkan standar Jepang tersebut, untuk air
yang mempunyai resistivitas lain dipakai faktor koreksi.

2.1.12. Ketahanan Lapisan

Tujuan untuk mengetahui ketahanan isolasi yang mempunyai dua atau


lebih lapisan. Cara pengujian tiap lapisan adalah, pada tiap lapisan diterapkan
90% tegangan lompatan api yang berupa tegangan AC selama dua menit. Hasil
Pengujian adalah bila tegangan yang diterapkan melampaui ketahanan isolasi
maka akanterjadi kerusakan pada isolasi.

2.1.12. Pengujian Lompatan Api Kering

Tegangan lompatan api dari sebuah isolator sangat dipengaruhi oleh bentuk
elektroda dan benda yang ada disekelilingnya. Oleh sebab itu pada waktu
pengujian elektroda dan benda yang mengelilinginya harus diatur sedemikian rupa
sehingga keadaan yang sebenarnya ditirukan.
Tegangan pengujian dinaikkan secara bebas sampai harga 75 % dari
tegangan lompatan api yang diharapkan, sesudah itu tegangan dinaikkan sampai
lompatan api terjadi dengan kecepatan 1000 volt perdetik Tegangan lompatan
didefinisikan sebagai harga rata-rata dari lima harga lompatan yang diukur dengan
batas antara 15detik sampai 5 menit. Rumus koreksi harus digunakan.

2.1.13. Pengujian Lompatan Api Basah

Cara pengujian sama dengan pengujian kering. penyiraman air dilakukan


dengan cara standar, seperti telah diterangkan di atas. Tujuan dari pengujian
lompatan api basah adalah untuk mengetahui tegangan tembus isolator dalam
keadaan hujan. Sedangkan cara pengujian adalah isolator diberi tegangan uji yang
berupa tegangan AC. Tegangan pengujian dapat dinaikkan secara bebas sampai
mencapai harga 75% dari tegangan lompatan api yang diharapkan;sesudah itu
tegangan dinaikkan sampai lompatan api terjadi dengan kecepatan 1000 volt per
detik. Pada waktu dilakukan pengujian dilakukan penyiraman pada isolator secara

14
standar sehingga mewakili kondisi hujan.Hasil Pengujian adalah terjadinya
lompatan listrik pada saat tegangan tertentu.

2.1.14. Pengujian Tembus

Tegangan dinaikkan sampai tegangan lompatan standar dalam keadaan


kering secara bebas, lalu dinaikkan sampai terjadi penembusan (puncture) dengan
kecepatan 4 kV/detik. Tegangan tembus sangat dipengaruhi oleh kecepatan
menaikkan tegangan.

2.1.15. Pengujian dengan Tegangan Tinggi Arus Searah


Pengujiaan dengan menggunakan tegangan tinggi arus searah adalah untuk
mengetahui perbandingan antara penggunaan tegangan tinggi ac dan dc akibat
adanya efek mengulit pada tegangan arus bolak-balik.Karena itu, pengujian
dengan menggunakan tegangan tinggi dc harus menghasilkan tegangan ketahanan,
tegangan pelepasan dan tegangan kegagalan yang lebih tinggi dibanding tegangan
tinggi ac.

2.1.16. Pengujian dengan Tegangan Tinggi Impuls

Untuk mensimulasi tegangan lebih akibat pengaruh luar, maka digunakan


tegangan impuls. Tegangan akibat pelepasan muatan oleh petir atau akibat surja
hubung ini mempunyai bentuk gelombang aperiodik yang diredam (damped
aperiodic) seperti pada waktu pelepasan muatan sebuah kapasitor melalui sebuah
tahanan induktif. pada tempat yang terkena petir, gelombang berekor pendek dan
bermuka curam. Selama gelombang ini berjalan melewati transmisi, bentuknya
berubah (muka menjadi kurang curam, ekor bertambah panjang dan amplitudo
berkurang), oleh karena pengaruh penghantaran dalam tanah dan efek kulit dari
kawat.
Besarnya tegangan impuls yang harus diterapkan pada peralatan uji untuk
uji ketahanan terhadap petir ditetapkan standar. Hal ini tergantung pada tempatnya
dalam sirkuit, makin dekat ke “sumber petir”, maka makin besar kemungkinan
kena petir, maka makin tinggi tegangan yang diterapkan.Adapun bentuk tegangan
impuls yang digunakan untuk pengetesan mempunyai ukuran standar, yang

15
melambangkan ukuran waktu muka gelombang dan waktu ekor gelombang,
seperti 1,2 x 50 s, 1 x 50 s, 1,5 x 40 s. standar ukuran ini tergantung dari
negara ataupun komisi yang melakukan pengujian.Sebagai contoh, untuk
rekomendasi IEC, tegangan impuls yang digunakan adalah 1,2 x 50 s, sedangkan
negara jerman dan Inggris adalah 1 x 50 s, negara Amerika menstandarkan 1,5 x
40 s, serta Jepang 1 x 40 s

2.2. Teknik Pembangkitan Dan Pengujian Dengan Tegangan Tinggi Bolak-


Balik Frekuensi Rendah
2.2.1. Keperluan dan Fungsi Pengujian
Sebagai dinyatakan lebih dahulu, dalam praktek operasi system sehari-hari
mungkin terjadi tegangan lebih yang ditimbulkan oleh factor-faktor dalam system
itu sendiri. Tegangan lebih dalam ini dapat dibagi menjadi dua kategori :
a. Kenaikan amplituda tegangan bolak balik dengan frekuensi rendah, disebut
tegangan lebih stasioner.
b. Tegangan lebih peralihan (transien), Kenaikan tegangan dengan frekuensi
rendah dapat ditimbulkan, misalnya oleh putusnya kawat tegangan tinggi yang
panjangnya melebihi suatu batas tertentu, atau karena adanya hubungan singkat
pada kawat-kawat transmisi antara satu atau dua fasa dengan tanah.
Oleh Karena hal ini pengujian tegangan tinggi bolak balik yang
berfrekwensi rendah diperlukan, yaitu untuk menyelidiki apakah peralatan listrik
yang terpasang pada jaringan tegangan tinggi dapat menahan tegangan lebih
tersebut untuk waktu terbatas.
2.2.2. Transformator Pembangkit Tegangan Tinggi untuk Pengujian
Ciri-ciri Transformator penguji
1. Perbandingan lilitan besar
2. Kapasitas kVA kecil
3. Satu phasa (kecuali keperluan khusus perlu 3 Phasa)
4. Salah satu ujung lilitan di ketanahkan
5. Perencanaan isolasi hanya diperhitungkan sampai tegangan uji maksimum.
(Tidak diharapkan menerima OverVoltage)
6. Konstruksi sedemikian sehingga gradien tegangan (dV/dt) seragam dan
osilasi dapat diabaikan

16
b. Kontruksi Transformator Penguji
Oleh karena kapasitasnya yang rendah dan waktu pemakaiannya yang
pendek (50 menit sampai 1 jam), maka praktis tidak ada pendinginan trafo
tersebut seperti pada trafo tenaga.
Ciri-ciri Kontruksi trafo uji antara lain:
1. Pengoperasian singkat à tidak ada masalah pendinginan trafo
2. Sistem Isolasi Minyak
3. Inti umumnya Core Type
4. Lilitan berbentuk (50-60 kV)
Lilitan berbentuk “Polylayer Polyline Wound Disc Winding” dipakai untuk
trafo yang tegangannya kurang dari 50-60kV.Lilitan Primer digulung di Inti,
sedangkan lilitan sekundernya digulung di luar lilitan primernya. Distribusi
tegangan tidak linier, jadi ditambahkan perisai statis)
- Fortesque (100 kV). Untuk mendapatkan isolasi yang ekonomis dan
gradien tegangan yang seragam maka dililit cara Fortesque. Primer di
dekat inti, lilitan sekunder menjauh membentuk kerucut.
- Fischer Gulungan primer dililitkan dekat inti, sedangkan gulungan
sekunder dililtkan berturut-turut diluarnya sehingg tegang tertinggi yang
terjauh dari inti.
2.2.3. Karateristik Transformator Penguji
Karena lilitan banyak disebabkan perbandingan kumparan besar maka
kapasitansi tersebar (Distributed Capacitance) besar.Arus pemuat (excitasi) besar
maka hasinya adalah Arus Leading, akibatnya tegangan menjadi naik/tinggi
daripada tegangan yang ditentukan perbandingan lilitan.Cara mengatasinya yaitu
dengan membuat sela udara di dalam inti dan membesarkan arus
pembangkit.Berhubung dengan kapasitansi tersebar (Distributed Capacitance)
besar dan adanya reaktansi yang besar maka timbullah Resonansi yang
frekuensinya mempunyai kebesaran beberapa ratus Hertz. Jika bentuk gelombang
tidak sempurna, maka akan timbullah perubahan bentuk yang lebih besar lagi
yang ditimbulkan resonansi diatas. Hala ini berakibat bahwa tegangan yang
dihasilkan tidak lagi dapat diperkirakan dari perbandingan kumparan.dan cara

17
mengatasinya yakni dengan cara Pembangkit gelombang sinus dan meredam
resonansi atau dengan filter.
TABEL FREKUENSI RESONANSI
Tegangan Kapasitas (kVA) Frekuensi Catatan
Sekunder pada Resonansi (Hertz)
transformator
(kV)

500 300 315 sebuah terminal


255 dibumikan dengan
6 buah isolator
gantung paralel
150 2 340 Kedua terminal
220 tidak dibumikan
Sebuah terminal
dibumikan
77 (P.T) 0,2 1250 Kedua terminal
750 tidak dibumikan
Sebuah terminal
dibumikan
40 4 1000 Kedua terminal
tidak dibumikan
2.3. Teknik Pembangkitan Dan Pengujian Dengan Tegangan Tinggi Bolak-
Balik Frekuensi Tinggi
Frekuensi tinggi tegangan tinggi dibutuhkan untuk rectifier supply daya
d.c. dan menggunakan transformator frekuensi tinggi. Keuntungan transformator
frekuensi tinggi adalah tidak diperlukan inti besi pada transformer sehingga
menghemat biaya dan ukuran, output gelombang sinus murni, peningkatan
tegangan lambat melalui beberapa siklus sehingga tidak ada kerusakan karena
pergantian gelombang (sentakan), distribusi seragam tergangan melewati lilitan
koil karena pembagian koil stack menjadi sejumlah unit.

2.3.1. Keperluan dan Fungsi Pengujian


Untuk mengetahui adanya kerusakan-kerusakan mekanis (keretakan,
kantong udara, dsb) pada isolator terutama porselen, dipakai tegangan tinggi yang
berfrekuensi tinggi. Tegangan tinggi diperlukan untuk memungkinkan adanya
lompatan api, sedangkan frekuensi tinggi diadakan untuk menyelenggarakan
rambatan pada kulit isolator yang di uji (skin effect). Oleh karena frekuensinya

18
tinggi, maka penembusan tidak akan terjadi, sebab arus bocor yang timbul akan
melalui permukaan isolator tersebut. Untuk mudahnya dapat dikatakan bahwa
apabila apiny terlihat dari luar, maka isolator yang diuji tidak mempunyai
keretakan, sedangkan bila apinya tidak terlihat, maka isolator tersebut mempunyai
keretakan atau kantong udaradidalamnya, artinya tidak baik.
2.3.2. Gulungan Tesla
Alat yang dipakai untuk membangkitkan tegangan bolak-balik frekuensi
tinggi guna keperluan diatas disebut gulungan tesla.
Apabila L1C1 = L2C2, maka tegangan sekunder adalah:
V2 = Φ …….

Dimana: V2 = tegangan primer, L12 = “mutual coupling” gulungan sekunder


terhadap primer ,L21 = “mutual coupling” gulungan primer terhadap sekunder
L21 >L12

19
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari isi makalah ini telah dijelaskan tentang teknik pengukuran pembangkitan
tegangan tinggi maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: ·
1. tegangan tinggi dalam dunia teknik tenaga listrik (elektrik power
engineering) adalah semua tegangan yang dianggap cukup tinggi oleh
kaum teknisi listrik sehingga diperlukan pengujian dan pengukuran
tegangan tinggi yang semuanya bersifat khusus dan memerlukan teknik-
teknik tertentu (sujektif), atau dmana gejala-gejala tegangan tinggi mulai
terjadi (objektif).
2. Kenaikan tegangan dengan frekuensi rendah dapat ditimbulkan seperti
oleh putusnya kawat tegangan tinggi yang panjangnya melebihi suatu
batas tertentu, atau karena adanya hubungan singkat pada kawat-kawat
transmisi antara satu atau dua fasa dengan tanah.
3. Tegangan tinggi yang berfrekuensi tinggi dipakai untuk mengetahui
adanya kerusakan-kerusakan mekanis (keretakan, kantong udara, dsb)
pada isolator terutama porselen.

3.2. Saran

Kepada teman-teman mahasiswa diharapkan perlu banyak memahami


tentang teknik pembangkitan dan pengukuran serta pengujian tegangan tinggi
bolak-balik, searah maupun impuls dengan menggali dan mengembangkan

20
pengetahuan individu atau pengalaman yang dialami sendiri (kontekstual) melalui
belajar kelompok dan berdiskusi antar teman.Kepada dosen di harapkan
mengajarkan sifat berfikir dengan penerapan pendekatan kontekstual kepada
mahasiswa untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata seperti meninjau langsung ke lokasi ataupun dengan melakukan
praktikum untuk meningkatkan kualitas mahasiswa.

21

Anda mungkin juga menyukai