OLEH :
I. TUJUAN
1. Menentukan sifat fisika senyawa unknown yaitu titik didih, dan indeks bias.
2. Menganalisis unsur-unsur penyusun senyawa unknown yang meliputi unsur
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, belerang, dan unsur-unsur halogen.
3. Mendeteksi gugus fungsional pada senyawa unknown yang meliputi mendeteksi
ketidakjenuhan, mendeteksi alifatis atau aromatis, mendeteksi gugus aldehida,
mendeteksi gugus hidroksil senyawa alcohol, mendeteksi gugus fenolat,
mendeteksi gugus keton, mendeteksi gugus karboksil, mendeteksi ester,
mendeteksi eter, dan mendeteksi gugus nitro.
4. Membuat derivat senyawa unknown dari zat yang dianalisis yang meliputi derivat
aldehida dan keton, derivat asam karboksilat, derivat dari ester, dan derivat dari
fenol.
B. Analisis Unsur
Terdapat beberapa metode analisis yang digunakan dalam menganalisis unsur pada
senyawa organik. namun pada prinsipnya metode-metode tersebut tidak jauh berbeda. Unsur-
unsur yang umumnya terkandung dalam senyawa organik carbon, hidrogen,
oksigen,belerang, nitrogen, dan halogen diubah menjadi ion-ion anorganiknya dengan cara
membakar atau mereaksikannya dengan logam tertentu, misalnya natrium. Kemudian, ion-ion
anorganik ini dianalisis secara kualitatif dengan metode sederhana, seperti pembentukan
endapan, perubahan warna, dan sebagainya yang memiliki karakteristik tersendiri (Mudianta,
2004).
Mendeteksi Karbon dan Hidrogen
Pada pengujian kandungan unsur karbon dan hidrogen dilakukan dengan memanaskan
sampel cair yang akan diidentifikasi kemudian mengalirkan gas hasil pemanasan tersebut ke
dalam larutan tembaga kering CuO, yang mana serbuk CuO dicampurkan dengan air akan
menghasilkan Cu(OH)2 yang sering disebut air kapur. Air kapur yang telah terbentuk ini
dialirkan gas hasil pemanasan cairan sampel. Jika gas yang dialirkan tersebut merupakan gas
CO2 maka akan merubah air kapur bening menjadi keruh, yang mana hal tersebut disebabkan
karena terbentuknya CaCO3. Berikut ini persamaan reaksi yang terjadi pada pengujian
karbon dioksida.
CuO(s) + H2O(l) Cu(OH)2 (aq)
air kapur
Cu(OH)2 (aq) + CO2(g) CaCO3(s) + H2O(l)
O O
R O R' R OH R' OH
C C NH
+ H2N-OH +
hidroksilamina asam hidroksamat
Asam hidroksamat terbentuk kuat, kompleks berwarna dengan ion feri
O R O
3R OH + FeCl3 C + 3 HCl
C NH
Fe
NH
3
O
Mendeteksi Alkohol
Alkohol merupakan senyawa yang memiliki gugus OH dengan rumus umum (R –
OH). Identifikasi senyawa alkohol dapat dilakukan dengan melakukan tes serat amonium
nitrat. Senyawa organik yang diuji ditetesi dengan larutan serat amonium nitrat, apabila
muncul warna merah maka senyawa tersebut mengandung gugus alkohol. Hal tersebut
disebabkan karena serat amonium nitrat yang berperan sebagai pengoksidasi alkohol.
Berikut ini persamaan reaksi yang terjadi antara alkohol dengan serat anomium nitrat.
asam
R-COOR’ + H2O R-COOH + R’OH
HCl
basa
R-COOR’ + H2O R-COONa + R’OH
NaOH
1. Digunakan pipa kapiler yang salah Penutupan ujung pipa kapiler dilakukan
satu ujungnya ditutup. Pipa kapiler dengan membakar salah satu ujungnya.
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kecil dengan ujung yang tertutup
menghadap ke atas.
2. Sebanyak 0,25 – 0,5 mL zat cair Sampel cair bening tak berwarna
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dimasukkan kedalam tabung reaksi
kecil
3. Tabung reaksi kecil diikatkan pada Tabung reaksi dan thermometer diikat
ujung termometer kemudian dan dimasukkan ke dalam penangas
dimasukkan ke dalam penangas minyak
minyak
4. Dicatat suhu pada saat uap sampel Suhu yang teramati pada saat cairan
dalam pipa kapiler mengalami tersedot naik ke dalam pipa kapiler
kondensasi yang mana cairan tersedot adalah 82oC
naik ke dalam pipa kapiler.
2. Analisis Unsur
Mendeteksi Unsur Karbon dan Hidrogen
No Prosedur Kerja Hasil pengamatan
1. Zat dilarutkan dalam 0,5 mL larutan Sampel ditambahkan larutan jenih jenuh
jenuh hidroksilaminhidroklorida hidroksilaminhidroklorida dalam
dalam metanol methanol menghasilkan larutan bening
tak berwarna
Mendeteksi Alkohol
No Prosedur Kerja Hasil pengamatan
IV. PEMBAHASAN
A. Penentuan Sifat Fisika Titik Didih
Pada identifikasi senyawa unknow sampel yang dianalisis adalah sampel B berupa
cairan bening tak berwarna. Pada pangujian titik didih ini cairan sampel dimasukkan
kedalam tabung reaksi dan kemudia dimasukkan juga pipa kapiler yang salah satu
ujungnya telah tertutup. Pipa kapiler ditempatkan dengan posisi ujung yang tertutup
berada diatas. Kemudian tabung reaksi diikatkan dengan termometer dan dimasukkan
kedalam penangas minyak. Ujung pipa kapiler yang tertutup berada diatas bertujuan
agar pada saat cairan memasuki pipa tidak keluar kembali. Sampel cairan yang diuji
dipanaskan di dalam penangas minyak. Berdasarkan hasil pengamatan suhu yang
teramati pada saat cairan memasuki pipa kapiler adalah 82oC sehingga dapat
diperkirakan sampel yang dianalisis memiliki rentang titik didih 77oC-87oC. pada
rentangan suhu tersebut terdapat tiga kandidat senyawa yaitu elit asetat, butanon, dan
propanol.
B. Analisis Unsur
Mendeteksi unsur karbon dan hidrogen
Langkah selanjutnya dilakukan pengujian unsur-unsur yang terkandung pada
sampel. Pada pengujian unsur karbon dan hidrogen yang pertama dilakukan adalah
membuat campuran air kapur Ca(OH)2. Air kapur yang terbentuk berwarna bening
keruh. Selanjutnya sampel cair yang akan diuji dimasukkan kedalam tabung reaksi
dan dipanaskan. Pada saat pemanasan dihasilkan gas tak berwarna dan tak berbau,
yang kemudian disalurkan kedalam campuran air kapur. Berdasarkan pengamatan
hasil yang diperoleh adalah air kapur menjadi semakin keruh. Hal tersebut disebabkan
karena di dalam gas tersebut terkandung gas karbon dioksida (CO 2) yang mana ketika
bereaksi dengan air kapur Ca(OH)2 akan membentuk CaCO3 yang menyebabkan air
kapur menjadi semakin keruh. Berikut ini merupakan persamaan reaksi yang terjadi
antara gas karbon dioksida dengan air kapur.
Cu(OH)2 (aq) + CO2(g) CaCO3(s) + H2O(l).
Pengujian unsur yang lain tidak dilakukan pada praktikum ini karena berdasarkan
kandidat senyawa yang diperkirakan tidak mengandung unsur lain seperti sulfur,
nitrogen, dan halogen.
asam
R-COOR’ + H2O R-COOH + R’OH
HCl
Setelah didiamkan 15 menit dilakukan pengujian alcohol untuk uji konfirmasi bahawa
benar terbentuk alcohol pada proses tersebut. Uji alcohol yang dilakukan
menggunakan serat ammonium nitrat yang mana serat ammonium nitrat diteteskan
pada sampel cair yang nantinya akan membentuk cairan berwarna merah karena serat
ammonium nitrat mengoksidasi alcohol dan membentuk ceri ammonium yang
berwarna merah. Berikut ini persamaan reaksi antara alcohol dengan serat ammonium
nitrat.
Namun berdasarkan hasil percobaan tidak diperoleh warna merah hal tersebut
kemungkinan disebabkan karena waktu inkubasi yang kurang sehingga hidrolisis
belum terjadi dengan baik dan alcohol yang terbentuk terlalu sedikit sehingga tidak
bereaksi dengan serat ammonium nitrat.
Setelah melakukan beberapa uji dari sifat fisika, unsur, gugus fungsi dan pembuatan
derivat . Senyawa yang terindikasi pada sampel tersebut adalah senyawa golongan
ester. Bersadarkan tiga kandidat senyawa yang diperkirakan yang termasuk dalam
golongan ester adalah etil asetat. Setelah dikonfirmasi dengan dosen pengampu mata
kuliah benar bahwa senyawa pada sampel tersebut adalah
etil asetat dengan titik didih 77oC.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas makan dapat disimpulkan:
1. Titik didih senyawa dapa sampel B cair 77oC.
2. Unsur yang terkandung dalam sampel tersebut adalah C, H, dan O.
3. Gugus fungsi yang terdapat pada sampel tersebut adalah ester.
4. Senyawa pada sampel B cair adalah etil asetat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Diakses pada tanggal 26 Februari
2020 dari situs http://www.scrib.com/doc/36166088/PRAKTIKUMKOKIMIA-I
Anwar, Chairil., Bambang Purwono., Harno Dwi Pranowo., Tutik Dwi Wahyuningsih.
1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Depdikbud
Frieda Nurlita, I Wayan Suja. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja:
IKIP Negeri Singaraja
I Wayan Muderawan, I Wayan Suja. 2020. Praktikum Kimia Organik. Singaraja:
Universitas Pendidikan Singaraja
Ralp J. Fessenden, Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Erlangga
Ralp J. Fessenden, Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid II. Jakarta: Erlangga
Stanley H. Pine, James B. Hendrickson, Donald J.Cram, George S. Hammond. 1988.
Kimia Organik I. Bandung: Institut Teknologi Bandung