Anda di halaman 1dari 15

Critikal Book Report

MK Linguistik Mikro

PRODI S1 PBI - FBS

Skor Nilai :

Nama : Vita Rosari Sinurat

Nim : 2193111036

Dosen Pengampu : Dr. Wisman Hadi, S.Pd., M.Hum.

Mata Kuliah : Linguistik Mikro

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

DESEMBER 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-nya saya
dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report ini dengan baik. Adapun tugas dari Critikal Book Report
ini dilakukan untuk melengkapi 6 tugas KKNI yang telah ada.

[Type text]
Saya berterimakasih kepada Bapak Dosen yang bersangkutan dimana Bapak telah memberikan
bimbingannya salaam proses pembelajaran perkuliahan. Saya menyadari bahwa tugas ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu saya minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnan tugas ini. Akhir kata saya ucapkan
terimakasih semoga dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Desember 2019

Vita Rosari Sinurat

[Type text]
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................
BAB I..............................................................................................................................................................
PENDAHULUAN.............................................................................................................................................
A.Pentingnya Rasionalisasi CBR.................................................................................................................
B.Tujuan Penulisan CBR.............................................................................................................................
C.Manfaat CBR
D.Identitas Buku
BAB II.............................................................................................................................................................
RINGKASAN ISI BUKU.....................................................................................................................................
RINGKASAN ISI BUKU UTAMA...................................................................................................................
RINGKASAN BUKU PEMBANDING..............................................................................................................
BAB III............................................................................................................................................................
ANALISIS BUKU..............................................................................................................................................
A. Kelebihan Isi Buku.................................................................................................................................
B. Kekurangan Buku...................................................................................................................................
BAB IV............................................................................................................................................................
PENUTUP.......................................................................................................................................................
A. Kesimpulan 14
B. Rekomendasi/Saran...............................................................................................................................

[Type text]
BAB I

PENDAHULUAN

A.Pentingnya Rasionalisasi CBR


Crirical Book Review adalah kegiatan menelaah atau mengkaji sebuah buku. Critical Book
Review yang di telaah pada saat ini adalah buku yang berjudul “Lingusitik Mikro” dimana kegiatan ini di
lakukan juga untuk menentukan keunggulan dan kelemahan dari sebuah buku yang di telaah.

Critical Book Review merupakan salah satu bentuk tulisan yang bertujuan untuk mendeskripsikandan
memberi pertimbangan kepada mahasiswa ataupun pembaca mengenai sebuah buku. Critical Book
Review dapat dianggap sebagai bentuk tulisan yang merupakan gabungan dari ringkasan buku, ikhtisar
buku, pembahasan buku, atau kritikan terhadap buku tersebut. Critikal Book Review dapat
memperlihatkan “Critical Position” atau posisi kritis. Posisi kritis yang di maksud disini adalah posisi
pemikiran mahasiswa yang kritis mengenai suatu subjek kajian

B.Tujuan Penulisan CBR


 Mencara dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.
 Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang ada dalam buku.
 Membandingkan isi buku pertama dengan isi buku kedua.

C.Manfaat CBR
 Untuk mengetahui tugas kuliah tentang semantik.
 Untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan buku.
 Membantu mahasiswa untuk berpikir kritis dan menalar dan menganalisi isi buku.

[Type text]
D.Identitas Buku
Buku Utama

1. Judul : Pengantar Semantik


2. Pengarang : Stephen Ullman
3. Penerbit : Pustaka Pelajar
4. kota terbit : Celeban Timur, yogyakarta
5. Tahun terbit : 2007
6. ISBN : 978-979-1277-05-01
7. No.Induk : 18/2917

Buku Pembanding

1. Judul : Semantik 2
2. Pengarang : Prof. Dr. Hj. T. Fatimah Djajasudarma
3. Penerbit : PT. Refika Aditama
4. Kota terbit : Bandung
5. Tahun terbit : Maret 2013
6. ISBN : 978-602-6332-26-5
7. No.Induk : 18/7787

[Type text]
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

RINGKASAN ISI BUKU UTAMA


BAB I MAKNA
3.1 Konsep tentang Makna
Makna merupakan istilah yang paling ambigu dan paling kontroversial dalam teori tentang
bahasa. Dalam The Meaning of Meaning, Ogden dan Richards mengumpulkan kurang dari 16 definisi
yang berbeda,bahkan menjadi 23 jika tiap bagian kita pisahkan.

3.1.1 Definisi Makna yang Bersifat Analitis (Referensial)


Model analisis tentang makna yang sangat terkenal adalah model segitiga dasar yang
dikemukakan oleh Ogden dan Richards.
Bagi kajian makna segitiga dasar itu bias dikatakan kekecilan atau kebesaran. Kebesaran,karena
referen, yaitu unsur atau peristiwa non-bahasa, jelas terletak di luar wilayah kekeuasaan para linguis.
Perhatian kita disini tidaklah pada simbolisasi pada umumnya, melainkan pada defenisi makna kata.
Salah satu istilah teknis yang biasa dipilih ialah yang dikemukakan oleh Saussure, yaitu signifiant’ yang
mengartikan ‘ dan signifie yang diartikan . Makna kita pakai dalam arti umum tanpa mengaitkannya
dengan sesuatu dktrin dari psikoogi; ia adalah informasi yang dibawa oleh nama untuk disampaikan
kepada pendengar.
Dibalik itu, akhir-akhir ini teori ini juga tidak luput dari tekanan berat dari berbagai arah, dan
pembicaraan mendalam telah dikemukakan dalam hal tujuan dan metode linguistic. Semua kritik itu
dapat digolongkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut.
1) Ada ketakutan bahwa dengan menyingkirkan referen,yaitu unsur atau peristiwa nonkebahasaan
yang diacu oleh nama, ilmu semantik akan menjadi mangsa formalisme kaku dan ekstrem.
2) Keberatan kedua jauh lebih serius dari yang pertama dan sukar dihadapi. Keberatan ini erat
sekali dihubungkan dengan issu yang bersifat folosofis dalam lingiustik masa kini, yaitu
pertentangan antar kaum mentalis dan mekanis.
3) Kritik lain yang diarahkan terhadap teori referensial ini ialah bahwa teori ini dibayangi oleh
metafisika kuna tentang tubuh dan jiwa.

3.1.2 Definisi Makna yang Bersifat Operasional (Kontekstual)


Rumusan yang paling menonjol dan provokatif mengenai konsep ini dapat kita jumpai pada
karya L. Wittgenstein, Philoshopical Investigation, 1953, yang terbit setelah meninggalnya. Tetapi
seperempat abad sebelum itu P.W.Bridgman, dalam The Logic pf Modern Physics, telah menekankan
sifat yang murni operasional tentang konsep ilmiah seperti panjang (length), waktu (time), atau energy
(energy). Bridgman mengatakan, “yang kami maksud dengan suatu konsep tidak lebih dari serangkaian
operasi; konsep ini samadengan serangkaian operasi yang saling berhubungan”. Pendekatan ini yang

[Type text]
terkenal dengan nama Operasionalisme, diperluas dari konsep ilmiah ke kata-kata pada umumnya, dan
bermuara pada rumusan yang terkenal: “Makna sebenarnya dari sebuah kata harus ditemukan dengan
mengamati apa yang dikatakannya tentang kata itu”.

3.2 Dapatkah Makna Diukur?


Baru-baru ini teori referensial tentang makna yang dibuktikan oleh satuan percobaan menarik
yang tak mungkin pas atau cocok untuk suatu teori kontekstual sebab ia sama sekali meniggalkan
konteks. Beberapa tahun lalu sekelompok peneliti Amerika yang menanamkan dirinya psikolinguis
bekerja atas dasar suatu metode untuk mengukur makna. Serangkaian makalah mengenai masalah ini
diikuti oleh publikasi pada 1957 sebuah buku besar berjudul The Measurment of Meaning (Pengukur
Makna) oleh C.E.Osgood, G.J.Suci, dan P.H.Tannenbaum. Meskipin prosedurnya menggunakan
perhitungan matematika yang rumit, termasuk penggunaan computer, prinsip dasarnya sangat
sederhana.Titik awalnya adalah serangkaian tes yang diselenggarakan atas dasar alat yang disebut
“pembedaaan makna” (semantic different). Alat ini berupa sejumlah skala, masing-masing terdiri atas
tujuh bagian yang kedua ujungnya berisi dua buah adjektiva yang saling bertentangan: kasar-halus, kuat-
lemah,dsb.

3.3 Nama Diri


Nama itu begitu dekat diidentifikasikan dengan pemiliknya sehingga nama itu segera
menggambarkan reputasi, baik atau buruk. Sinonim antara nama dengan kemashuran sudah
dikemukakan oleh Homer (dalam Odysse, XIII,1) dan dibuktikan lagi oleh pengarang Yunani dan Romawi.
Dalam karya Shakespeare, tokoh Juliet, karena tertekan oleh cinta yang terhalang, minta kepada Romeo,
kekasihnya agar diijinkan untuk “memingut namamu, dan demi namamu, yang bukan sekadar bagian
dari dirimu, mengambil seluruh diriku”, tetapi untuk orang yang bertanggung jawab, mengganti nama
bukanlah barang kecil. Salah satu yang paling akhir dipikirkan oleh Hamlet adalah persoalan namanya:
“Horatio, betapa lukanya nama ini, benda-benda tegak tak dikenal, akan hidup dibelakang saya”

Sejumlah kriteria utuk mendefinisikan nama diri memang pernah dikemukakan berkali-kali. Ada
lima kriteria dibicarakan dibawah ini.
(1) Keunikan
(2) Identifikasi
(3) Denotasi dan Konotasi
(4) Bunyi Distingtif
(5) Kriteria Gramatikal

[Type text]
BAB II KEGANDAAN MAKNA

Kegandaan makna atau keambiguan adalah suatu kondisi yang dapat timbul dalam berbagai
cara.Prof. Empson pernah membedakan tujuh jenis kegandaan makna itu dalam sastra .

Dari sudut pandang linguisyik murni ada tiga bentuk kegandaan makna, yaitu fonetik, gramatikal, dan
leksikal.

(1) Kegandaan makna atau keambigun dalam bahasa lisan dapat diakibatkan oleh struktur fonetik
kalimat .
(2) Penyebab kegandaan makna yang lain adalah factor gramatikal, yang mungkin bersumber pada
kegandaan makna pada bentuk gramatikal , atau pada struktur kalimat.
(a) Banyak bentuk gramatikal (gramatikal form), baik yang bebas maupun yang terikat,
bermakna ganda
(b) Sumber lain yang subur kegandaan makna yang bersifat gramatikal adalah apa yang disebut
frasa bercabang (equivocal phrasing), amfibologi (amphibology), atau amfipoli (amphipoly).
(3) Faktor yang menyebabkan kegandaan makna yang terpenting adalah fakor leksikal.
Keadaan yang kadang –kadang disebut “polivalensi” ini bias berbentuk polisemi atau homonimi
(a) Sebuah kata dapat mempunyai makna-makna yang berbeda. Situasi ini disebut plisemi oleh
Breal.Nomina board,misalnya, bias berarti papan yang tipis, tablet, meja, kaki penunjang
meja, orang-orang yang duduk di meja dewan,dsb.
(b) Dua kata atau lebih mungkin mempunyai bunyi yang indentik. Ini yang disebut
homonimi.Misalnya, kali “sungai” dan kali “kelipatan”. Kata-kata yang diucapkan sama
tetapi tulisannya beda harus juga dianggap sebagai homonimi: bang “kependekan dari
abang” dan bank “lembaga keuangan”

7.1 Polisemi

7.1.1 Sumber Polisemi

Polisemi merupakan suatu unsur fundamental tutur manusia yang dapat muncul dengan
berbagai cara. Di sini akan dikemukakan liam sumber, empat diantaranya terletak pada bahasa yang
bersangkutan sedangkan yang satu lagi muncul dari pengaruh bahasa asing.

1) Pergeseran Penggunaan
Pergeseran penggunaan (aplikasi) terutama tampak mencolok dalam penggunaan adjektiva
karena adjektiva cenderung berubah maknanya sesuai dengan nomina yang diterangkan.
2) Spesialisasi dalam lingkungan social
3) Bahasa figurative (kiasan)
4) Homonim-homonim yang diinterpretasikan kembali
5) Pengaruh asing

[Type text]
7.1.2 Perlindungan dan Konflik

7.2 Homonimi

7.2.1 Sumber Homonimi

Dibandingkan Polisemi, hominimi tidak begitu sering terjadi dan tidak begitu kompleks,
walaupun efeknya mungkin lebih serius dan bahkan lebih dramatis. Ada tiga cara hominimi itu bias
terjadi, dan cara yang ketiga sangat penting.

1) Referensi fonetis
2) Divergensi makna
3) Pengaruh asing

7.2.2 Benturan-Benturan dalam Hominimi

Pelindung yang paling penting adalah pengaruh konteks. Prof. Palmer merumuskan bahwa
“kehomoniman itu hanya menyebabkan gangguan kebahasaan jika ia berada diantara kata-kata yang
dalam konteks-konteks tertentu akan menyebabkan kesalahpahaman”.Dalam hubungan dengan
konteks itu ada beberapa penangkal khusus untuk menanggulangi homonimi. Beberapa di antara
penangkal ini sudah sangat umum; sedang yang lainnya terbatas rentangannya. Efek komulatif dari
penangkal-penangkal ini ialah mengurangi bahaya munculnya konflik-konflik yang bersifat homonimi.

1) Banyak homonimi hanya ada dalam teori saja.


2) Dalam bahasa yang mempunyai penanda jenis atau gender secara gramatikal, orang bias mudah
membedakan hominimi yang beranggotakan nomina.
3) Homonimi-homonimi yang termasuk dalam jenis kata yang sama kadang-kadang dapat
dibedakan oleh infleksi.
4) Kadang-kadang kata majemuk atau frasa-frasa tertentu dibentuk untuk menunjukkan mana
diantara kedu homonym itu yang dimaksud.
5) Dalam bahasa yang mempunyai tulisan non-fonetis, ejaan sering bias menolong membedakan
kata-kata yang bunyinya identic.
6) Dalam beberapa hal suatu kesulitan bias dipecahkan dengan mengubah bentuk kata yang
berhomonimi.

7.3 Kegandaan Makna sebagai Perabot Gaya

Suatu makna ganda yang tertempel dalam suatu konteks yang sesuai dapat juga sama-sama
kaya akan kekuatan sugestif. Dalam Andromaque karya Racine, ketika Pyrrhus menceritakan tentang

[Type text]
tangkapan Troya bahwa dia “brule, de plus feux que je n’en allumai” (terbakar oleh banyak api daripada
yang dinyalakan/dibakar), maka kata feux itu mempunyai makna fisik maupun makna moral.

RINGKASAN BUKU PEMBANDING


BAB I KAJIAN MAKNA

A. Pendekatan Makna

Pendekatan makna yang diungkapkan di sini antara lain pendekatan yang dikemukakan oleh
Wittgenstein (1953) dan pendekatan yang dekemukakan Nida (1957).

B. Aspek Makna

Aspek akna menurut Palmer (1976) dapat dipertimbangkan, dari fungsi, dan dapat dibedakan
atas :

1) Sense (pengertian)
2) Feeling (perasaan)
3) Tone (nada)
4) Intension (tujuan)

1) Sense (pengertian)

Aspek mana pengertia ini dapat dicapa apabila antara pembicara/ penulis dan kawan bicara
berbaha bersama.Makna pembicaraan ini disebut juga tema , yang melibatkan ide atau pesan yang
dimaksud.

2) Feeling (perasaan)

Aspek makna perasaan berhubungan dengan sikap pembicaraan dengan situas pembicaraan.
Pernyataan situasi yang berhubungan dengan aspek makna perasaan tersebut digunakan kata-kata yang
sesuai dengan situasinya.

3) Tone (nada)

Aspek mana nada (tone) adalah “an attitude to his listener (sikap pembicara terhadap kawan
bicara) atau dikatakan pula sikap penyair atau penulis terhadap pembaca.

4) Intension (tujuan)

Aspek tujuan makna ini adalah “his aim, conscious or unconscious, the effect his is endeavouring
to promote” (tujuan atau maksud, baik disadari maupun tindak, ukibat usaha dari peningkatan).

[Type text]
C. Jenis Makna

Para ahli telah mengemukakan berbagai jenis makna dan yang akan diuraikan di sini beberapa
jenis makna yaitu sebagai berikut:

1) Makna sempit
Makna sempit (narrowed meaning)adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran.
2) Makna luas
Makna luas (widened meaning atau extended meaning di dalam bahasa inggris) adalah makna
yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang diperkirakan.
3) Makna Kognitif
Makna kognitif disebut juga makna deskriptif atau denotatif adalah makna yang menunjukkan
adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan (bandingkanlah dengan makna
konotatif dan emotif). Makna kognitif adalah makna lugas , makna apa adanya.
4) Makna Konotatif dan Emotif
Makna konotatif yang dibedakan dari makna emotif karena yang disebut pertama bersifat
negatif dan yang disebut kemudian bersifat positif. Makna Kognitif adalah makna yang muncul
dari makna kognitif (lewat makna kognitif), ke dalam makna kognitif tersebut ditambahkan
ditambahkan komponen-komponen makna lain.

Makna emotif (emotive meaning) adalah makna melibatkan perasaa (pembicaraan dan
pendengar; penulis dan pembaca) kea rah yang positif.
5) Makna Referensial
Makan referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referent
(acuan), makna referensi disebut juga makna kognitif, karena memiliki acuan.
6) Makna Konstruktisi
Makna konstruksi (construction meaning) adalah makna yang terdapat di dalam konstruksi,
misalnya makna milik yang diungkapkan dengan urutan kata di dalam bahasa Indonesia.
7) Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal (lexical meaning) adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambing benda,
peristiwa, dan lain-lain.
Makna gramatikal ( grammatical meaning) adalah makna yang menyangkut hubungan intra
bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat.
8) Makna Idesional
Makna idesonal (ideational meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaaan
kata yang berkonsep.
9) Makna Proposisi

[Type text]
Makna proposisi (propotional meaning) adalah makna yang muncul bila kita membatasi
pengertian tentang sesuatu. Kata-kata dengan makna proposisi kita dapatkan di bidang
matematika, atau bidang eksakata.
10) Makna Pusat
Makna pusat (central meaning) adalah makna yang dimiliki setiap kata yang menjadi inti ujaran.
11) Makna Piktorial
Makna piktorial adalah makna suata kata yang berhubungan dengan perasaan pendengar atau
pembaca.
12) Makna Idiomatik
Makna idiomatic adalah makna leksikal terbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun
dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan.

D. Tipe Makna

Tipe makna (type of meaning) adalah kajian makna berdasarkan tipenya. Tipe adalah
pengelompokan sesuatu berdasarkan kesamaan objek, kesamaan ciri atau sifat yang dimiliki benda, hal,
peristiwa atau aktivitas lainnya. Tipe-tipe makna dikemukakan oleh Leech (1974), yang membagi tipe
makna menjadi tiga bagian besar : (1) makna konseptual, (2) makna asosiatif, (3) makna tematis; dan
lima bagian yang termasuk tipe makna asosiatif, yakni: (4) makna konotatif, (5) makna silistika, (6)
makna efektif, (7) makna refleksi, dan (8) makna kolokatif.

E. Stilistika dan Majas

Makna stilistika (stylistic meaning) adalah makna yang berhubungan dengan situasi social para
penutur bahasa. Stilistika dalam bahasa inggris stylistics adalah cabang dari linguistic yang mempelajari
ciri-ciri pembeda secara situasional sebagai varietas bahasa, dan tilistika mencoba menyusun prinsip-
prinsip yang dipertimbangkan untuk pilihan tertentu, disusun oleh individu atau kelompok social dalam
menggunakan bahasanya.

Majas (figure of speech) dibedakan dari style (gaya). Untuk mengkonkretkan dan menghidupkan
karangan pengarang dapat menggunakan majas. Jenis majas yang terpenting adalah: (1) majas
perbandingan, (2) majas pertentangan, (3) majas pertautan.

F. Aspek, Kala, Nomina Temporal, dan Modus

Kala (tense) merupakan salah satu cara untuk menyatakan temporal deiktis melalui perubahan
kategori gramatikal verba berdasarkan waktu. Kategori temporal sendiri dapat dinyatakanpula dengan

[Type text]
nomina temporal seperti di dalam bahasa Indonesia: sekarang, baru-baru ini, segera, hari ini, kemarin,
dst.

Aspek adalah cara memandang struktur temporal intem suatu situasi (Comrie, 1976: 3). Situasi
dapat berupa state (keadaan), event( peristiwa), dan process(proses).Modus di dalam bahasa Indonesia
dibedakan dari modalitas, yang disebut pertama (modus) adalah istilah linguistic yang menyatakan
bentuk verba yang mengungkapkan suasana kejiwaan sehubungan dengan perbuatan menurut tafsiran
pembicara atau sikap pembicara tentang apa yang diucapkannya.

BAB II HUBUNGAN MAKNA

A. Prinsip Inklusi

Makna yang termasuk di dalamnya disebut hubungan makna dengan prinsip inklusi (makna
inklusif). Prinsip inklusi terjadi akibat: (1) manusia (pemakai bahasa) ingin dengan cepat mengungkapkan
apa yang diacunya, (2) sebagai akibat ketidakmampuan pemakai bahasa untuk menciptakan nama
benda (peristiwa) yang diacunya.

B. Prinsip Tumpang Tindih

Prinsip tumpang tindih ini mengacu pada suatu kata yang mengandung berbagai informasi.
Makna kata tersebut berlapis, seperti misalnya di dalam bahasa Indonesia mempertanggungjawabkan,
disamping makna dengan kategori aktif, didapatkan pula makna kategori “aksi atau tindakan
bertanggung jawab”; kami-kami bermakna: (1) pronominal pesona pertama jamak, dan (2) meremehkan
atau menganggap rendah. Bandingkanlah dengan bentuk-bentuk yang hanya memiliki satu makna saja,
misalnya kami (makna kategori pronominal pesona pertama jamak).

C. Prinsip Komplementer

Prinsi ini merupakan pasangan-pasangan yang komplementer (saling melengkapi) baik yang
berupa: (a) yang berlawanan, (b) berlawanan dengan makna berbalik (sebaliknya), dan (c) makna bolak-
balik (berlawanan timbal balik).

D. Prinsip Persinggungan

Makna bersinggungan hamper sama dengan apa yang disebut sinonim, hanya tingkat
kesamaaan agak berbeda dalam hal ini. Makna bersinggung terjadi pada kata-kata yang memiliki makna
asosiatif yang sama.

[Type text]
BAB III

ANALISIS BUKU

A. Kelebihan Isi Buku


Buku Utama

1. Pada sampul buku, kita disajikan dengan gambar atau lukisan yang menarik,
2. Dalam idenditas buku, penulisan susunan layout nya cukup baik dan mudah dipahami dengan
mudah,
3. Hubungan antara bab satu sama lain saling berkaitan dengan linguistic mikro. Hal ini terkait
bagaiman penyusunan materi yang dimulai dari pembahasan mengenai pembahasan makna.

Buku Pembanding

1. Bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami dan menarik untuk di baca,
2. Pembahasan pada sub bab spesifik, langsung pada intinya,
3. Menyajikan tulisan dengan jelas,
4. Materi disajikan secara rapi dan struktur sehingga memudahkan pembaca untuk mencari
informasi.

B. Kekurangan Buku
Buku Utama

1. Bahasa yang digunakan sangat bertele-tele yang membuat para pembaca kurang mengerti inti
dari isi bacaan yang dibaca,
2. Buku ini sudah cukup lengkap, namun buku ini sangat banyak penjelasan sedangkan topiknya
terlalu singkat.

Buku Pembanding

1. Gambar pendukung dalam buku konsep dan model pendidikan nya sebaiknya ditambahkan lebih
banyak gambar agar lebih mudah dipahami disetiap bab,
2. Tidak terdapat rangkuma di setiap bab.

[Type text]
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan penulis sesuai dengan kelebihan dan kekurangan buku. Maka penulis
menyimpulkan buku ini suda bagus untuk bahan ajaran di perkuliahan bahkan menjadi pegangan
seorang guru untuk mendidik anak didik menjadi lebih baik dalam pelaksanaan sistem pembelajaran di
kelas. Selain sebagai bahan pengajaran dan pembelajaran buku ini juga dapat dibuat sebagai bahan
pembelajaran seperti bahan pengerjaan tugas rutin, kelompok, critical book report, dan lain sebagainya.

B. Rekomendasi/Saran
Selain itu terdapat pula beberapa saran penulis buku yaitu agar untuk kedepannya lebih
memperbaiki sisi yang dirasa kurang baik dari segi penulisan maupun pembahasan.

[Type text]

Anda mungkin juga menyukai