Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................................3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................4
2.1 Definisi........................................................................................................................4
2.2 Rentang Respons.......................................................................................................4
2.3 Tanda dan Gejala......................................................................................................5
2.4 Klasifikasi...................................................................................................................6
2.5 Faktor Presdisposisi..................................................................................................6
2.6 Faktor Pretisipasi......................................................................................................7
2.7 Mekanisme Koping....................................................................................................7
2.8 Pohon Masalah...........................................................................................................7
2.9 Penatalaksanaan Medis.............................................................................................7
2.10 Penatalaksanaan Keperawatan............................................................................8
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................9
3.1 Pengkajian..................................................................................................................9
3.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................11
3.3 Intervensi Asuhan Keperawatan............................................................................11
3.4 Implementasi Keperawatan....................................................................................15
3.5 Evaluasi Keperawatan............................................................................................17
BAB IV
PENUTUP...............................................................................................................................20
4.1 KESIMPULAN........................................................................................................20
4.2 SARAN.....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam psikatri
kontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Di dunia lebih
dari 1000 tindakat bunuh diri terjadi tiap hari, di Inggris ada lebih dari 3000
kematian bunuh diri tiap tahun . Di Amerika Serikat, dilaporkan 25.000 tindakan
bunuh diri setiap tahun, dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio
kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah tiga berbanding. Pada usia remaja,
bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua.

Tindakan bunuh diri di Jakarta 2,3 per 100.000 penduduk. Data dari Badan
Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa 1 juta orang
bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 40 detik, bunuh diri juga satu dari tiga
penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain karena faktor kecelakaan.
Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri daripada wanita, karena
laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara
lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari gedung yang tinggi,
sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif overdosis atau racun,
namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol. Selain itu wanita lebih
sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau diselamatkan orang lain.

Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, peracunan diri sendiri bertanggung
jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada pasien
dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak. Masalah ini bersifat emosional,
peracunan diri sendiri secara khusus cenderung membangkitkan respon tak rasional
dan agresif dari perawat dan dokter. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri
karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang
maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara
berulang tanpa rencana yang spesipik untuk bunuh diri.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami akan dibahas adalah bagaimana konsep asuhan
keperawatan pada pasien dengan Resiko Bunuh Diri.
1.3 Tujuan
1) Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini untuk mengetahui konsep askep keperawatan
pada pasien dengan Resiko Bunuh Diri.
2) Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi bunuh diri
b. Untuk mengetahui rentang respon bunuh diri
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala bunuh diri
d. Untuk mengetahui klasifikasi bunuh diri
e. Untuk mengetahui faktor presdiposisi
f. Untuk mengetahui faktor pretisipasi
g. Untuk mengetahui mekanisme koping
h. Untuk mengetahui pohon masalah bunuh diri
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis
j. Untuk mengetahui penatalaksanaan keperawatan
k. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu
mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat
mengancam nyawa. (Fitria, 2009).
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendi untuk
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. (Jenny.,dkk 2010)
2.2 Rentang Respons
Rentang Respons Protektif Diri

Respon Adaptif Reapon Maladaptif

Peningkatan Beresiko Destruktif diri Pencederaan Bunuh diri


Bunuh Diri Destruktif tdk langsung diri

Gambar : Rentang Respons Protektif Diri, Sumber : Keliat (1999)


a. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar terhadap
situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang
mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai  loyalitas terhadap
pimpinan ditempat kerjanya.
b. Berisiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku destruktif atau
menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri,
seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi
yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan
pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak
masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat hilangnya
harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya hilang.
2.3 Tanda dan Gejala
Menurut Ade Herman Surya Direja 2011 : 158, tanda dan gejala bunuh diri adalah
sebagai berikut :
a. Mempunyai ide unutk bunuh diri
b. Mengungkapkan keinginan unuuk mati
c. Mengungkapkan rasa bersaah dan keputusasaan
d. Impulsif
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (menjasi sangat patuh)
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan)
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
mengasibngkan diri)
i. Kesehatan mental (secara klinis klien terlihat sangat depresi, psikosis, dam
menyalahginakan alkohol)
j. Kesehatan fisik (biasanya pada kliemn dengan penyakit kronis atau terminal)
k. Pengangguran (Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir)
l. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan)
m. Konflik interpersonal
n. Latar belakang keluarga
o. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
2.4 Klasifikasi
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri,
meliputi:
1. Bunuh diri anomik
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk
bunuh diri.
2. Bunuh diri altruistic
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistic
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam
diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.
2.5 Faktor Presdisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko
bunuh diri meliputi:
a. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
untuk perilaku resiko bunuh diri
e. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan
perilaku resiko bunuh diri.
2.6 Faktor Pretisipasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor lain
yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai
orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang
emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
2.7 Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression, dan
magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa
memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri
mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme
adaptif pada diri seseorang.

2.8 Pohon Masalah


effect           Bunuh Diri

core problem                   Resiko Bunuh Diri

causa          Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

2.9 Penatalaksanaan Medis


 Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi.
 Diberikan obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
2.10 Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah
c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
 Perawat yang merawat pasien melakukan perkenalan dan kontrak dengan pasien
tentang : nama perawat, nama pasien, panggilan perawat, panggilan pasien,
tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
 Usia dan No. RM
 Tuliskan sumber data yang didapat
2. Alasan Masuk
Tanyakan pada pasien atau keluarga :
 Apa yang menyebabkan pasien / keluarga datag ke Rumah Sakit saat ini ?
 Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini ?
 Bagaimana hasilnya ?
3. Riwayat Penyakit dan Faktor Presipitasi
 Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
 Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
 Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
 Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
 Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid, antisocial
 Riwayat pengobatan.
 Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
 Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami.
 Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
 Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu
dengan gangguan mood.
4. Faktor Predisposisi
 Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit.
 Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur dan
cara-cara melaksanakan rencana tersebut.
 Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah,
keparahan gangguan mood).
 Sistem pendukung yang ada.
 Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik
maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat penyalahgunaan zat.
 Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien, atau
keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan gangguan mood,
tanda-tanda kekambuhan dan tindakan perawatan diri.
5. Masalah yang mungkin muncul
1) Risiko bunuh diri
2) Bunuh diri
3) Isolasi sosial
4) Harga diri rendah
6. Data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
Resiko bunuh diri Subjektif :
 Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
 Mengungkapkan keinginan untuk mati.
 Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
 Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri
sebelumnya dari keluarga.
 Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
dosis obat yang mematikan.
 Mengungkapkan adanya konflik interpersonal.
 Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku
kekeasan saat kecil.

Objektif :
 Impulsif.
 Menunujukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya
menjadi sangat patuh).
 Ada riwayat panyakit mental (depesi, psikosis, dan
penyalahgunaan alcohol).
 Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau
penyakit terminal).
 Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan,
atau kegagalan dalam karier).
 Status perkawinan yang tidak harmonis

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Risiko Bunuh Diri

3.3 Intervensi Asuhan Keperawatan


No Dx Perencanaan
Tgl Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Dx Keperawatan
Resiko bunuh TUM: Klien tidak
diri mencederai diri
sendiri

TUK:
1. Klien dapat Setelah … kali 1. Bina hubungan
membina interaksi, klien saling percaya
hubungan saling menunjukkan dengan meng-
percaya dengan eskpresi wajah gunakan prinsip
perawat. bersahabat, komunikasi
menun-jukkan terapeutik :
rasa senang,  Sapa klien
ada kontak dengan ramah
mata, mau baik verbal
berjabat tangan, maupun non
mau verbal.
menyebutkan  Perkenalkan diri
nama, mau dengan sopan.
menjawab  Tanyakan nama
salam, klien lengkap dan
mau duduk nama panggilan
berdampingan yang disukai
dengan klien.
perawat, mau  Jelaskan tujuan
mengutarakan pertemuan.
masalah yang  Jujur dan
dihadapi. menepati janji.
 Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya.
 Beri perhatian
dan perhatikan
kebutuhan dasar
klien.
2. Klien dapat Setelah … kali 1. jauhkan klien
terlindungi dari interaksi, klien dari benda-benda
prilaku bunuh dapat yang dapat
diri. terlindung dari membahayakan
prilaku bunuh 2. tempatkan klien
diri. di ruang yang
tenang dan selalu
terlihat oleh
perawat
3. awasi klien
secara ketat
setiap saat

3. Klien dapat Setelah … kali 1. Dengarkan


mengespresikan interaksi, klien keluhan yang
persaannya dapat dirasakan klien
mengeekspresik 2. Bersikap empati
an perasaannya untuk
meningkatkan
ungkapan
keraguan,
ketakutan, dan
keputusasaan
3. Beri waktu dan
kesempatan
untuk
menceritakan arti
penderitaannya
4. Beri dukungan
pada tindakan
atau ucapan klien
yang
menunjukan
keinginan untuk
hidup.

4. Klien dapat Setelah … kali 1. Bantu untuk


meningkatkan interaksi, klien memahami
harga diri dapat bahwa klien
meningkatkan dapat mengatasi
harga diri keputusasaannya
2. Kaji dan kerakan
sumber-sumber
internal individu
3. Bantu
mengidentifikasi
sumber-sumber
harapan (missal
hubungan antar
sesame,
keyakinan, hal-
hal untuk
diselesaaikan)
5.Klien dapat Setelah … kali 1. Ajarkan
menggunakan interaksi, klien mengidentifikasi
koping yang dapat pengalaman-
adaptif menggunakan pengalaman yang
koping yang menyenangkan
adaptif 2. Bantu untuk
mengenali hal-
hal yang ia cintai
dan yang ia
sayangi dan
pentingnya
terhadap
kehidupan orang
lain
3. Beri dorongan
untuk bebagi
keprihatinan
pada orang lain

6.Klien dapat Klien dapat 1. Kaji dan


menggunakan menggunakan manfaatkan
dukungan sosial dukungan sumber-sumber
sosial eksternal
individu
2. Kaji system
pendukung
keyakinan yang
dimiliki klien
3. Lakukan rujukan
sesuiindikasi
(pemuka agama)
7. Klien dapat Setelah … kali 1. Diskusikan
menggunakan interaksi, klien dengan klien
obat dengan dapat tentang manfaat
benar dan tepat menggunakan dan kerugian
obat dengan tidak minum
benar dan tepat obat, nama ,
warna, dosis,
cara , efek terapi
dan efek samping
penggunan obat
2. Pantau klien
saat penggunaan
obat
 Beri pujian jika
klien
menggunakan
obat dengan
benar
3. Diskusikan
akibat berhenti
minum obat
tanpa konsultasi
dengan dokter
 Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada
dokter/perawat
jika terjadi hal –
hal yang tidak di
inginkan .

3.4 Implementasi Keperawatan


Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,
implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan.
SP 1 Pasien a. Membina hubungan saling percaya denggan klien
b. Mengidentifikasikan benda-benda yang dapat membahayakan
(misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
c. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
d. Melakukan kontrak treatment
e. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
f. Masukkan dalam jadwal harian pasien
SP 2 Pasien a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
b. Mengidentifikasi aspek positif pasien
c. Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri sendiri
d. Mendorong pasien untuk menghargai diri sendiri sebagai
individu yang berharga
e. Masukkan dalam jadwal harian pasien
SP 3 Pasien a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2 )
b. Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
c. Menilai pola koping yang biasa dilakukan
d. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
e. Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
f. Mengajurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif
dalam kegiatan harian
a. Evaluasi kegiatan yang lalu SP 1,2 & 3)
b. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
c. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang
realistis
d. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka
meraih masa depan yang realistis
SP 1 Keluarga a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala resiko bunuh diri,
dan jenis perilaku yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien resiko bunuh diri yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
d. Rencana tindak lanjut keluarga / jadwal keluarga untuk
merawat pasien
SP 2 Keluarga a. Evaluasi SP 1
b. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan
resiko bunuh diri
c. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien resiko bunuh diri
d. RTL / jadwal keluarga untuk merawat pasien
SP 3 Keluarga a. Evaluasi SP 1 dan 2
b. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirimuah
termasuk minum obat
c. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau oleh
keluarga

3.5 Evaluasi Keperawatan


Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut.
1. Kartu SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan
perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan
pengkajian ulang.
2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian
diagnosis keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER
 S (Subjektif): Data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada
klien yang afasia.
 O (Objektif): Data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat,
misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan
keperawatan, atau akibat pengobatan.
 A (Analisis/assessment): Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang
dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena status klien
selalu berubah yang mengakibatkan informasi/data perlu pembaharuan,
proses analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh karena itu sering
memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis,
rencana, dan tindakan.
 P (Perencanaan/planning): Perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang
(hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki
keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujaun yang
spesifik dan periode yang telah ditentukan.
 I (Intervensi): Tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan
atau menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah,
intervensi harus dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah
ditetapkan.
 E (Evaluasi): Penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis
respons klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak
tercapai, harus dicari alternatif intervensiyang memungkinkan kriteria
tujuan tercapai.
 R (Revisi): Tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama
diagnosis dan tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau
pengobatan klien. Revisi proses asuhan keperawatan ini untuk mencapai
tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan.
3. Perhatikan hari demi hari
4. Libatkan klien dalam mengevaluasi perilakunya
 Apakah ancaman bunuh diri sudah menghilang?
 Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan sehari-hari?
 Apakah sumber koping sudah dipakai semua?
 Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan positif?
 Apakah sudah memakai koping positif?
 Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri?
 Apakah klien sudah mendapatkan keyakinan untuk pertumbuhan diri?
1) Evaluasi kemampuan pasien risiko bunuh diri berhasil apabila pasien
a. Ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri, dapat aman dan selamat.
b. Isyarat bunuh diri dapat
 Berpikir positif terhadap diri
 Berpikir positif terhadap keluarga dan lingkungan
 Menyusun kegiatan rencana masa depan
 Melakukan kegiatan dalam mencapai masa depan
 Merasakan manfaat untuk mengatasi risiko bunuh diri
2) Evaluasi kemampuan keluarga risiko bunuh diri berhasil apabila keluarga
a. Pasien acaman atau melakukan percobaan bunuh diri: melindungi pasien dan
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.
b. Pasien isyarat bunuh diri:
 Mengenal risiko bunuh diri yang dialami pasien (pengertian, tanda dan
gejala, dan proses terjadinya risiko bunuh diri) dan megambil
keputusan dalam merawat.
 Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang positif, aman dan
nyaman.
 Merawat dan membimbing pasien dalam berpikir positif tentang diri,
keluarga dan lingkungan
 Mendukung pencapaian masa depan.
 Memantau kemampauan pasien dalam mengatasi risiko bunuh diri
 Follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan.
 Menilai manfaat kegiatan mencegah bunuh diri.

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendi
untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. (Jenny.,dkk 2010). Bunuh diri adalah
suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendi untuk mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. (Jenny.,dkk 2010)
4.2 SARAN
Kita sebagai tenaga kesehatan penting bagi kita untuk mengetahui secara
lengkap dalam mencari faktor yang dapat mempengaruhi seseorang yang rresiko
bunuh diri. Dan penting juga menganalisi pasien dengan resiko bunuh diri.

DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, (2013) Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC,
Herman Surya Direja, Ade.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT Reflika
Aditama Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta:
EGC
Fortinash, K.M. (2004). Psychiatric Mental Health Nursing. 3th ed. St. Louis: Mosby
Herdman, T.H. (2012). NANDA International Nursing Diagnoses Definition and
Classification, 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell.
Keliat. B.A . dkk (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (basic Course).
EGC: Jakarta
Stuart,G.W.& Sundeen, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. 8th ed.
Missouri: Mosby.

Anda mungkin juga menyukai